• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of SEBARAN KONSENTRASI LOGAM BERAT DI LAHAN PERTANIAN KABUPATEN WONOSOBO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of SEBARAN KONSENTRASI LOGAM BERAT DI LAHAN PERTANIAN KABUPATEN WONOSOBO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

http://jtsl.ub.ac.id 515

SEBARAN KONSENTRASI LOGAM BERAT DI LAHAN PERTANIAN KABUPATEN WONOSOBO

Distribution of Heavy Metal Concentrations in Agricultural Lands Wonosobo Regency

Triyani Dewi1*, Cicik Oktasari Handayani1, Anik Hidayah2, Sukarjo1

1 Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan, Badan Riset dan Inovasi Nasional Jalan Raya Jakarta-Bogor, Cibinong, Bogor, 16915, Jawa Barat

2Balai Pengujian Standar Instrumen Lingkungan Pertanian, Kementerian Pertanian Jl. Jakenan-Jaken KM 5, Pati 59182, Jawa Tengah

* Penulis korespondensi: [email protected]

Abstrak

Sektor pertanian masih menjadi sektor utama perekonomian Kabupaten Wonosobo. Komoditas unggulannya antara lain padi, teh, tembakau, kopi, dan tanaman sayuran. Pada praktek kegiatan pertanian, tidak terlepas dari penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia terus menerus yang menyebabkan kontaminasi logam berat di lahan pertanian. Limbah industri di sekitar lahan pertanian yang masuk ke badan air juga menyumbang akumulasi logam berat di tanah jika airnya dipakai untuk sumber irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sebaran kandungan logam berat Pb, Cd, Ni, Co, Cr, dan As di lahan pertanian Kabupaten Wonosobo. Penelitian dilakukan di lahan pertanian Kabupaten Wonosobo. Sebanyak 312 contoh tanah diambil dari lapisan olah (kedalaman 0-20 cm) lahan pertanian di sepuluh kecamatan Kabupaten Wonosobo. Analisis contoh tanah meliputi konsentrasi logam berat Pb, Cd, Ni, Co, Cr, As, C organik, KTK tanah, dan tekstur 3 fraksi. Analisis dilakukan di Laboratorium Terpadu, Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi logam berat tanah yang terdeteksi di lahan pertanian Kabupaten Wonosobo berturut-turut adalah Pb > Co > Ni > Cr > As > Cd. Konsentrasi logam berat tersebut masih dalam konsentrasi normal dan aman untuk lahan pertanian.

Kata kunci : kontaminan, logam berat, pestisida, pupuk

Abstract

The agricultural sector is still the leading sector of the economy in Wonosobo Regency. Its superior commodities include paddy rice, tea, tobacco, coffee, and vegetable plants. In the practice of agricultural activities, it is inseparable from the use of inorganic fertilizers and persistent chemical pesticides that cause heavy metal contamination in agricultural land. Industrial waste around agricultural land that enters the water body also contributes to the accumulation of heavy metals in the soil of the water for irrigation. This study aimed to determine the distribution of heavy metal content of Pb, Cd, Ni, Co, Cr, and As on the agricultural land of Wonosobo Regency. The study was conducted on the agricultural land of Wonosobo Regency. As many as 312 soil samples were taken from a layer of sports (depth of 0-20 cm) of agricultural land in ten sub-districts of Wonosobo Regency. Soil sample analysis included heavy metals Pb, Cd, Ni, Co, Cr, As, organic Carbon, CEC, and soil texture. The analysis was carried out in an integrated laboratory, the Agricultural Environment Research Center. The results showed the concentration of heavy metals detected in Wonosobo Regency agricultural land respectively Pb > Co > Ni > Cr > As > Cd. These heavy metals in the soil are still in normal concentrations and are safe for agricultural land.

Keywords: contaminant, fertilizer, heavy metal, pesticide

(2)

http://jtsl.ub.ac.id 516 Pendahuluan

Permasalahan yang terjadi di lahan pertanian intensif adalah praktek penggunaan zat-zat kimia (bahan agrokimia) secara berlebihan oleh petani yang berdampak buruk bagi lingkungan sekitar dan produk pertanian yang dihasilkan. Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida sintetis seharusnya memperhatikan tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, tepat jenis, dan tepat targetnya. Jika aturan ini diterapkan, maka akan meminimalkan potensi cemaran lingkungan.

Sumber logam berat terdapat secara alami di alam maupun akibat dari input kegiatan pertanian dan non pertanian. Meskipun sektor industri ditengarai besar dalam cemaran lingkungan oleh logam berat, namun peranan sektor pertanian tidak dapat dikesampingkan. Sumber bahan yang dapat mencemari tanah dan berkontribusi terhadap akumulasi logam berat dalam tanah antara lain pupuk anorganik, pupuk organik, limbah kota/pabrik baik berupa padatan maupun air yang masuk ke lahan sawah, pestisida, limbah hasil pertambangan, dan udara buangan industri (Wuana and Okieimen, 2011).

Pupuk dan beberapa pestisida merupakan salah satu sumber logam berat seperti kadmium (Cd), kobal (Co), nikel (Ni), timbal (Pb), dan kromium (Cr). Dewi et al. (2022) melaporkan bahwa 11 pestisida dari golongan organofosfat, avermektin, pirol, piretroid, karbamat, ditiokarbamat, triazol, imidazole, dan glisin mengandung logam berat Pb dan Cd masing sebesar 2,70-22,31 mg kg-1 dan 0,04-0,50 mg kg-1., sedangkan kandungan Pb dan Cd dari 5 pupuk anorganik masing-masing sebesar 10,53-28,09 mg kg-1 dan 0,07-0,52 mg kg-1. Dari segi keamanan, penggunaan bahan agrokimia tersebut dapat menurunkan kualitas produk pertanian karena berpotensi mengandung residu pestisida dan logam berat (Bitew and Alemayehu, 2017; Dewi et al., 2021).

Lahan pertanian yang terkontaminasi logam berat selain dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, menghambat proses fotosintesis, dan penurunan hasil. Pada produk pangan yang mengandung logam berat yang dikonsumsi oleh manusia dalam waktu lama akan terakumulasi pada jaringan tubuh dan akhirnya akan berpengaruh buruk bagi kesehatan manusia seperti, kanker (carsinogenic), cacat lahir (teratogenic), dan kerusakan syaraf (neurotoxic) gangguan ginjal, sistem reproduksi dan endokrin, serta sistem kekebalan (Kiran dan Sharma, 2021). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui sebaran konsentrasi logam berat (Pb, Cd, Co, Ni, Cr, dan As) di lahan pertanian Kabupaten Wonosobo.

Bahan dan Metode

Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain bahan standar logam Pb, Cd, Co, Ni, Cr, dan As, peta digital RBI dan hard copy skala 1:25.000, peta tanah skala 1:250.000 dan peta geologi skala 1:250.000, bahan-bahan kimia berupa: (HNO3

pekat (65 %) p.a. HClO4 pekat (60 %) p.a., standar 0 (larutan HClO4 10 %) dan bahan kimia lainnya.

Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain bor tanah, GPS, kamera digital, ayakan, neraca analitik, oven, erlenmeyer, Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), dan peralatan lapangan dan laboratorium lainnya.

Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Kabupaten Wonosobo. Pengambilan contoh tanah dilakukan menggunakan sistem grid, dimana lokasi pengamatan terdistribusi pada lahan-lahan pertanian yang digunakan untuk sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan tegalan. Satu contoh tanah komposit mewakili hamparan yang homogen sekitar 10-15 ha, sedangkan pada lahan miring dan bergelombang, satu contoh tanah komposit mewakili wilayah sekitar 5 ha, bergantung pada kemiringan lereng. Contoh tanah komposit diambil dari lapisan olah dengan kedalaman sekitar 0-20 cm. Satu contoh tanah komposit merupakan campuran dari 5-10 sub contoh tanah.

Dari hasil survei lapangan, diperoleh 312 contoh tanah yang tersebar di 10 kecamatan yaitu Kecamatan Garung, Kalikajar, Kaliwiro, Kejajar, Kertek, Leksono, Mojotengah, Selomerto, Watumalang, dan Wonosobo (Tabel 1).

Tabel 1. Jumlah pengambilan contoh tanah di lahan pertanian Kabupaten Wonosobo.

No. Kecamatan Jumlah contoh tanah

1. Garung 25

2. Kalikajar 36

3. Kaliwiro 1

4. Kejajar 15

5. Kertek 54

6. Leksono 35

7. Mojotengah 38

8. Selomerto 50

9. Watumalang 26

10. Wonosobo 32

Jumlah 312

(3)

http://jtsl.ub.ac.id 517 Gambar 1. Peta lokasi pengambilan contoh tanah di lahan pertanian Kabupaten Wonosobo.

Peta lokasi pengambilan contoh tanah terlihat dalam Gambar 1. Contoh tanah kemudian dianalisis konsentrasi logam berat Pb, Cd, Co, Ni, Cr, dan As serta analisis tekstur tanah, C organik, dan KTK tanah di Laboratorium Terpadu, Balai Pengujian Standar Instrumen Lingkungan Pertanian, Pati, Jawa Tengah. Metode analisis logam berat Pb, Cd, Co, Ni, Cr, dan As serta sifat fisika dan kimia tanah disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Metode analisis yang digunakan.

Parameter Metode

Tekstur tanah 3 fraksi (pasir, debu, lempung) (%)

Pemipetan C organik (%) Walkley and Black KTK (me 100 g-1) Ekstrak NH4OAc

pH 7 Logam berat (Pb, Cd, Co,

Ni, Cr, dan As) (mg kg-1)

Ekstrak HNO3: HClO4

Sumber : Sulaeman et al. (2009).

Hasil dan Pembahasan Gambaran umum lokasi

Kabupaten Wonosobo berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 250-2.250 meter di atas permukaan laut sehingga memiliki iklim yang

sejuk, suhu rata-ratanya 14,3-26,5oC dan curah hujan rata-rata per tahun sekitar 1.713-4.255 mm tahun-1. Kemiringan lahan bervariasi dari datar (0- 8%) sampai sangat curam (>40%). Kondisi demikian mengakibatkan sering terjadi erosi dan tanah longsor. Kabupaten Wonosobo memiliki potensi sumberdaya alam terutama di sektor pertanian dengan komoditas antara lain padi, teh, tembakau, kopi, dan tanaman hortikultura. Kentang menjadi komoditas hortikultura utama di Wonosobo, berada dalam urutan kedua di Provinsi Jawa Tengah setelah Banjarnegara dengan produksi 54.358 ton (BPS Jawa Tengah, 2019). Wilayah Wonosobo menjadi kawasan hulu DAS Serayu, banyaknya gunung juga menjadi sumber mata air beberapa sungai yang sebagian digunakan untuk irigasi, air minum, dan pertanian.

Jenis tanah di wilayah ini terdiri atas 25%

tanah Andosol yang tersebar di Kecamatan Kejajar, Garung, Mojotengah, Watumalang, Kertek, dan Kalikajar; 40% tanah Regosol yang tersebar di Kecamatan Kertek, Kalikajar, Selomerto, Watumalang, dan Garung; dan 35% tanah Podsolik yang tersebar di Kecamatan Selomerto dan Leksono (BPS Kabupaten Wonosobo, 2020). Jenis tanah di suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu topografi, curah hujan, komposisi mineral, pergerakan air, batuan yang terbentuk, biota yang hidup dalam tanah, vegetasi yang

(4)

http://jtsl.ub.ac.id 518 tumbuh di sekitarnya, dan kegiatan manusia (Shan

et al., 2019).

Sifat-sifat fisika dan kimia tanah

Sifat-sifat fisika dan kimia tanah dari 30 contoh yang diambil dari lahan sawah di Kabupaten Wonosobo disajikan dalam Tabel 3. Menurut Sulaeman et al. (2009), klasifikasi tekstur tanah bervariasi antara fraksi pasir, liat, dan debu, kandungan C organik tanah dari kategori rendah sampai dengan tinggi (1,03-4,48%), dan nilai kapasitas tukar kation (KTK) tanah rendah sampai dengan sangat tinggi (10,70-42,29 me 100 g-1). KTK

tanah merupakan parameter tanah yang penting karena memberikan indikasi jenis mineral liat dominan yang ada di dalam tanah dan mempertahankan unsur hara terhadap pencucian.

KTK tanah sangat dipengaruhi oleh sifat dan jumlah mineral koloid dan koloid organik yang ada dalam tanah. Tanah dengan jumlah liat dan bahan organik yang memiliki KTK lebih tinggi dibandingkan tanah berpasir (Jia et al., 2022).

Pemberian pupuk nitrogen, fosfor, dan kalium mempengaruhi pH tanah, potensial redoks (Eh), bahan organik, dan total logam berat. (Zhang et al., 2020).

Tabel 3. Statistik deskriptif sifat fisika dan kimia tanah.

Statistik deskripsi Tekstur tanah 3 fraksi (%) C organik KTK

Pasir Liat Debu (%) me 100 g-1

Jumlah contoh 30 30 30 30 30

Nilai minimal 4,70 0,86 1,09 1,03 10,70

Nilai maksimum 84,13 67,77 73,64 4,38 42,29

Rata-rata 34,35 27,05 38,60 2,32 21,67

Simpangan baku 22,99 18,88 19,85 0,85 6,57

Konsentrasi logam berat di lahan pertanian, Kabupaten Wonosobo

Analisis statistik deskriptif logam berat dalam tanah di Kabupaten Wonosobo, dari 312 lokasi pengambilan contoh tanah semuanya terdeteksi mengandung logam Pb, Cd, Co, Ni, Cr, dan As (Tabel 4). Rerata konsentrasi logam berat yang terdeteksi berturut-turut di Kabupaten Wonosobo yaitu Pb > Co > Ni > Cr > As > Cd. Keenam logam berat tersebut dalam tanah masih berada dalam kisaran normal, konsentrasi logam Pb, Co, Ni, Cr, As, dan Cd masing-masing sebesar 11,00+2,80 mg kg-1; 10,83+3,19 mg kg-1; 6,04+2,86 mg kg-1; 3,56+2,31 mg kg-1; 2,02+1,17 mg kg-1; dan 1,23+0,43 mg kg1. Sebaran data logam berat dalam tanah di Kabupaten Wonosobo dilihat dari nilai VMR (varian mean ratio) logam Pb, Ni, dan Cr Konsentrasi datanya mengumpul/mengelompok, sedangkan untuk logam Cd Co, dan As sebaran datanya menyebar. Konsentrasi logam Pb, Co, Ni, Cr, As, dan Cd dinyatakan berbahaya/kritis dalam tanah jika masing-masing logam tersebut melebihi nilai menurut Alloway (1995) yaitu >400 mg kg-1 untuk Pb, > 50 mg kg-1 untuk Co, > 100 mg kg-1 untuk Ni, > 100 mg kg-1 untuk Cr, > 50 mg kg-1 untuk As dan >8 mg kg-1 untuk Cd.

Masing-masing negara memiliki baku mutu tersendiri dalam menentukan batas maksimum logam berat dalam tanah. Negara Australia

membatasi kandungan logam berat dalam tanah untuk Pb, Cd, Cr, As, dan Ni masing-masing sebesar 100, 2, 50, 20, dan 70 mg kg-1. Negara Denmark, menetapkan batas maksimum logam berat dalam tanah sebesar 40 mg kg-1 untuk Pb, 0,5 mg kg-1 untuk Cd, 500 mg kg-1 untuk Cr, 20 mg kg-

1 untuk As dan 3 mg kg-1 untuk Ni. Di Thailand, lebih tegas lagi dalam mengatur nilai maksimal konsentrasi logam berat Pb, Cd, Cr, As dan Ni dalam tanah dibandingkan negara lainnya masing- masing sebesar 55, 0,15, 80, 20 dan 45 mg kg-1 (Chen et al., 2018).

Sebaran logam berat dalam tanah bergantung pada proses geogenik, antropogenik, dan iklim.

Beberapa studi menunjukkan bahwa sebaran logam berat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti topografi, tingkat lalu lintas, penggunaan lahan, jenis vegetasi, kemiringan lahan, jenis tanah, pH tanah, dan curah hujan (Dong et al., 2021; Rawat et al., 2019; Aflizar et al., 2018). Konsentrasi logam berat pada setiap lokasi tidak selalu tetap dan akan fluktuatif tergantung bagaimana pengelolaan lahan dalam budidaya pertanian dan sumber pencemar logam yang masuk pada lahan pertanian dan batuan (bahan induk) sebagai sumber logam itu sendiri.

Kontaminasi logam dalam tanah pertanian tergantung pada beberapa faktor, antara lain:

jumlah logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk, jumlah mineral yang ditambahkan pada

(5)

http://jtsl.ub.ac.id 519 tanah sebagai pupuk, jumlah deposit logam dari

atmosfer yang jatuh ke tanah, dan jumlah yang terangkut oleh tanaman saat proses panen (Darmono, 2001). Pencemaran lingkungan di Kabupaten Wonosobo diindikasikan banyak terjadi karena kegiatan pertanian yang tidak memperhatikan kaidah konservasi, proses pertambangan yang mengesampingkan keberlanjutan lingkungan, sampah baik medis dan non medis, limbah rumah tangga, maupun limbah

industri. Sebaran konsentrasi Pb, Cd, Co, Cr, Ni, dan As di lahan pertanian dari 10 kecamatan di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada Gambar 2. Rendahnya konsentrasi logam-logam berat di lahan pertanian Kabupaten Wonosobo diperkirakan berasal dari sumber alami seperti hasil pelapukan dari batuan induk yang terdiri atas andesit, andesit dan basalt, endapan liat, batu liat berkapur dan berpasir yang membentuk bahan induk.

Tabel 4. Statitistik deskriptif konsentrasi logam berat di lahan pertanian Kabupaten Wonosobo.

Deskripsi Logam berat

Pb Cd Co Ni Cr As

Jumlah Data 312 312 312 312 312 312

Minimum 2,30 0,02 1,09 0,80 0,91 0,00

Maksimum 40,84 2,40 20,76 23,61 22,02 6,22

Rata-rata (mean) 11,00 1,23 10,83 6,04 3,56 2,02

Simpangan Baku 3,80 0,43 3,19 2,86 2,31 1,17

Koefisien Keragaman (%) 34,57 35,17 29,43 47,30 64,89 57,75

Keragaman (Varian) 14,46 0,19 10,15 8,15 5,33 1,36

Skewness 2,33 -0,32 0,07 3,67 4,75 1,29

Kurtosis 12,52 -0,20 0,07 17,87 28,86 1,82

VMR* 1,31 0,15 0,94 1,35 1,50 0,67

Batas kritis (mg kg-1)** 100-400 3-8 25-50 75-100 75-100 20-50

*) VMR = Varian Mean Ratio, jika nilai VMR 1 data mengelompok tetapi jika 1 data menyebar, **) Batas kritis logam berat dalam tanah menurut Alloway (1995)

Gambar 2. Boxplot konsentrasi logam berat di lahan pertanian di Kabupaten Wonosobo

(6)

http://jtsl.ub.ac.id 520 Praktek pemupukan anorganik maupun organik

ikut menyumbang logam Pb, Cd, dan Ni dalam tanah. Dampak negatif terhadap lingkungan yang ditimbulkan dari pemakaian pupuk kimia secara intensif dan terus menerus akan meningkatkan konsentrasi logam berat dalam tanah. Pupuk yang mengandung logam berat dikhawatirkan akan terakumulasi dalam tanah dan terangkut tanaman lewat panen dan masuk ke dalam rantai makanan manusia (Setyorini et al., 2003). Batuan induk sumber logam Ni adalah batuan ultrabasa yang tersusun dari mineral olivine, piroksen, amfibol, dan mika. Olivine pada batuan ini mempunyai kandungan nikel sebesar 0,3%. Iklim setempat berpengaruh terhadap batuan induk sehingga mengalami pelapukan secara fisika dan kimia. Dari

proses tersebur terbentuklah endapan laterit nikel, deposit nikel dan sebagian besar berada di wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara (Heriawan et al., 2009).

Hubungan antara konsentrasi logam berat Pb, Cd, Co, Ni, Cr, dan As

Analisis korelasi juga dapat digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara beberapa variabel dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Tabel 5 menunjukkan koefisien korelasi Pearson kandungan total logam berat dalam tanah.

Hubungan yang nyata dan positif antara logam berat dalam tanah menggambarkan adanya asal logam berat yang sama (Li et al., 2013; Cai et al., 2015).

Tabel 5. Koefisien korelasi Pearson konsentrasi logam berat dalam tanah

Logam berat Pb Cd Co Ni Cr As

Pb 1,00 -0,076 0,14* 0,09 0,04 0,10

Cd 1,00 0,23** 0,33** 0,092 0,19*

Co 1,00 0,42** 0,24** 0,01

Ni 1,00 0,76** 0,05

Cr 1,00 -0,04

As 1,00

*) Nyata pada taraf p<0,05, **) Sangat nyata pada taraf p<0,01. Angka pada badan tabel adalah nilai koefisien korelasi.

Logam berat Cd memiliki korelasi sangat nyata dan positif dengan logam berat Co (0,23) dan Ni (0,33), begitu juga dengan logam Co memiliki korelasi yang sangat nyata dan positif dengan logam Ni (0,42) dan Cr (0,24), dan pasangan logam Ni-Cr (0,76). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi Cd dalam tanah, konsentrasi Co dan Ni juga meningkat. Demikian halnya dengan konsentrasi Co dalam tanah meningkat maka konsentrasi Ni dan Cr pun semakin tinggi. Hubungan antara logam berat yang sangat nyata juga dapat mengindikasikan bahwa logam tersebut kemungkinan berasal dari sumber pencemar yang sama. Input logam Cr dan Ni dalam tanah dapat berasal dari sumber antropogenik, batu kapur, kotoran hewan yang ditambahkan, dan pupuk anorganik (Shan et al., 2013; Yang et al., 2020). Konsentrasi Co dalam tanah dapat berasal dari bahan induk termasuk batuan sedimen, kapur, sandstone, dan sedikit andesit (Purbalisa dan Dewi, 2019; Paputri et al., 2021).

Kesimpulan

Dari 312 contoh tanah yang diambil dari lahan pertanian di 10 kecamatan Kabupaten Wonosobo,

semuanya ditemukan mengandung logam berat Pb, Co, Ni, Cr, As, dan Cd. Rerata konsentrasi logam berat yang terdeteksi berturut-turut di Kabupaten Wonosobo yaitu Pb > Co > Ni > Cr > As > Cd.

Keenam logam berat tersebut dalam tanah masih berada dalam kisaran konsentrasi normal dan masih aman untuk lahan pertanian.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih disampaikan kepada teknisi dan analis Laboratorium Terpadu Balai Pengujian Standar Instrumen Lingkungan Pertanian, Kementerian Pertanian yang telah banyak membantu dalam pengambilan contoh di lapangan dan penyelesaian analisis di laboratorium.

Daftar Pustaka

Aflizar, C.I., Alarima, C.I. and Masunaga, T. 2018. Effect of soil erosion and topography on distribution of cadmium (Cd) in Sumani watershed, West Sumatra, Indonesia. MATEC Web Conference vol. 229.

Alloway, B.J. 1995. Heavy Metals in Soils. Chapman and Hall India. Australia.

Bitew, Y and Alemayehu, M. 2017. Impact of crop production inputs on soil health: a review. Asian

(7)

http://jtsl.ub.ac.id 521 Journal of Plant Science 16:109-113.

BPS Kabupaten Wonosobo. 2020. Kabupaten Wonosobo dalam Angka 2019. Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo.

BPS Provinsi Jawa Tengah. 2019. Provinsi Jawa Tengah dalam Angka 2019. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.

Cai L., Xu, Z., Bao, P., He, M.m Dou, L., Chen, L., Zhou Y. and Zhu, Y. 2015. Multivariate and geostatistical analyses of the spatial distribution and source of arsenic and heavy metals in agricultural soils in Shundae, Southeast China. Journal of Geochemical

Exploration 148: 189-195,

doi:10.1016/j.gexplo.2014.09.010.

Chen, S., Wang, M., Li, S., Zhao, Z. and Wen-di, E. 2018.

Overview on current criteria for heavy metals and its hint for the revision of soil environmental quality standards in China. Journal of Integrative Agriculture 17(4):765-774.

Darmono, 2001. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Cetakan Pertama. UI Press.

Dewi, T., Martono, E., Hanudin, E. and Harini, R. 2021.

Heavy metals contamination assessment in agricultural soil for shallot in Wanasari, Brebes Regency, Central Java Province. IOP Conferebce Series: Earth and Environmental Science 752 012056, doi:10.1088/1755-1315/752/1/012056.

Dewi, T., Martono, E., Hanudin, E. and Harini, R. 2022.

Impact of agrochemicals application on lead and cadmium concentrations in shallot fields and their remediation with biochar, compost, and botanical pesticides. IOP Conference Series: Earth and

Environmental Science

1109:012050.,doi:10.1088/1755- 1315/1109/1/012050.

Dong, Y., Liu, S., Sun, Y., Liu, Y. and Wang, F. 2021.

Effects of landscape features on the roadside soil heavy metal distribution in a tropical area in Southwest China. Applied Science 11(4) 1-13 Heriawan, M.N. Syafrizal, Widodo, L.E., Airlangga, E.

dan Rustiawan, W. 2009. Analisis kerapatan data eksplorasi dan estimasi sumberdaya dengan pendekatan geostatistik pada endapan nikel laterit di Daerah Halmahera Timur. Jurnal Teknologi Mineral XVI (2). Institut Teknologi Bandung.

Jia, L., Liang, H., Fan, M., Wang, Z., Guo, S. and Chen, S. 2022. Spatial distribution characteristics and source appointment of heavy metals in soil in the areas affected by non-ferrous metal slag field in the dry-hot Valley. Applied Science 12:9475, doi:10.3390/ app1219947.

Kiran, R.B. and Sharma, R. 2021. Effect of heavy metals:

An overview. Materials Today: Proceedings 51(1):880-885, doi:10.1016/j.matpr.2021.06.278.

Li, X., Liu, L., Wang, Y., Luo, G., Chen X., Yang, X., Hall, M.H.P., Guo, R., Wang, H., Cui, J. and He, X.

2013. Heavy metal contamination of urban soil in an old industrial city (Shenyang) in Northeast China.

Geoderma 192: 50-58,

doi:10.1016/j.geoderma.2012.08.011.

Paputri, D.M.W., Handayani, C.O., Sukarjo, Rianto, S.

and Purnariyanto, F. 2021. Identification of cobalt in paddy fields in Karawang and Bekasi District. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 648 (1):012074, doi:10.1088/1755- 1315/648/1/012074

Purbalisa, W. dan Dewi, T. 2019. Remediasi tanah tercemar kobalt (Co) menggunakan bioremediator dan amelioran. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 6(2):1237-1242, doi:10.21776/ub.jtsl.2019.006.2.4 Rawat, K.S., Kumar, R. and Singh, S.K. 2019.

Topographical distribution of cobalt in different agro-climatic zones of Jharkhand state, India.

Geology, Ecology, and Landscapes 3(1):14-21.

Setyorini, D., Soeparto, dan Sulaeman. 2003. Kadar logam berat dalam pupuk. Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Produk Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Shan, L., Qi0quan, L., Chang-quan, W., Bing, L., Xue- song, G., Yo-ding, L and De-yong, W. 2019. Spatial variability of soil bulk density and its controlling factors in an agricultural intensive area of Chengdu Plain, Southwest China. Journal of Integrative Agriculture 18(2):290-300, doi:10.1016/S2095- 3119(18)61930-6.

Shan, Y., Tysklind, M., Hao, F., Ouyang, W., Chen, S.

and Lin, C. 2013. Identification of sources of heavy metals in agricultural soils using multivariate analysis and GIS. Journal of Soils and Sediments 13:720-729, doi:10.1007/s11368-012-0637-3.

Sulaeman, Suparto, dan Eviati. 2009. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk.

Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Wuana, R.A and Okieimen, F.E. 2011. Heavy metals in contaminated soils: a review of sources, chemistry, risks and best available strategies for remediation.

International Scholarly Research Network (ISRN) Ecology 2011, Article ID 402647.

Doi:10.5402/2011/402647.

Yang, S., Qu, Y., Ma, M., Liu, L., Wu., H., Liu, Q., Gong, Y., Chen, Y and Wu, Y. 2020. Comparison of the concentrations, sources, and ditributions of heavy metal (loid)s in agricultural soil of two provinces in the Yangtze River Delta, China. Environmental

Poolution 264: 114688,

doi:10.1016/j.envpol.2020.114688.

Zhang, Z., Wu, X., Tu, C., Huang, X., Zhang, J., Fang, H., Huo, H. and Lin, C. 2020. Relationships between soil properties and the accumulation of heavy metals in different Brassica campestris L. growth stages in a Karst mountainous area. Ecotoxilogy and Environmental Safety 206: 111150, doi:10.1016/j.ecoenv.2020.111150.

Referensi

Dokumen terkait

Proposed Study This particular study seeks to analyze three case studies of products, which have generated debate due to its questionable nature like infant milk food, tobacco and

• Resolution 23: Approved the ratification of the medical insurance contracts, for the year 2022G, with Saudi Industrial Services Co SISCO, being the cost of medical insurance for its