• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

N/A
N/A
Jakarta Forever

Academic year: 2023

Membagikan "Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Geografi Hidrosfer (Universitas Islam Negeri Raden Fatah)

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Geografi Hidrosfer (Universitas Islam Negeri Raden Fatah)

(2)

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

(Makalah ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia)

Dosen Pengampu:

Fitri Anggraini, S.s., M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Aisya Shafa Aqilla (2211100229) Muhammad Ikhlasul Amal (2211100345) Nur'aini Ordelia ( 2211100328)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG TAHUN 1444 H/2022 M

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya serta kemampuan kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat beserta salam tidak lupa kita sampaikan pada junjungan kita, suri tauladan kita Habibana wa Nabiyana Muhammad SAW yang mana telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan, dan semoga kelak kita diakui sebagai umatnya Amin.

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah ini. Dalam penyusunan makalah ini, saya mengucapkan terima kasih dosen pengampu mata kuliah kami serta pihak-pihak yang sangat berperan penting dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis merasa bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya. Penulis meminta maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah ini.

Kelompok 3

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 2

C. Tujuan... 2

BAB II PEMBAHASAN... 3

A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia... 3

B. Penyempurnaan Ejaan... 6

C. Fungsi dan Ragam Bahasa Indonesia... 7

D. Sikap Masyarakat Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia... 11

BAB III PENUTUP... 14

A. Kesimpulan... 14

B. Saran... 15

DAFTAR PUSTAKA... 16

(5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sejarag bahasa indonesia telah melewati taha-tahap pertumbuhan dan pengukuhan. Kini, Bahasa Indonesia telah berapada pada tahap pengembangan dan pembinaan. Perkembangan bahasa beringian dengan perubahan kehidupan mental penuturnya. Kehidupan mental bangsa Indonesia yang telah melewati masa kolonial kearah kehidupan pergerakan yang dilanjutkan dengan kehidupan pergerakan menuju kehidupan merdeka.

Khusus dalam bahasa, kosakata serapan telah banyak memasuki kosakata bahasa Indonesia. Akibatnya, orang Indonesia terpanggil untuk mencari makna kata-kata tersebut.

Indonesia merupakan negara yang memiliki lebih dari 300 bahasa daerah.

Hal ini dikarenakan kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau, sehingga terdiri atas banyak suku dan adat istiadat. Walaupun memiliki banyak bahasa daerah, Indonesia memiliki bahasa persatuan, yakni bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia lahir sebagai identitas bangsa Indonesia.1

Namun, pada era Globalisasi ini menyebabkan masuknya bahasa asing dan bahasa pergaulan yang digunakan masyarakat Indonesia saat ini. Tentu hal ini menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Masyarakat lebih memilih menggunakan bahasa pergaulan sebagai alat komunikasi sehari- hari. Dengan demikian lambat laun, penggunaan bahasa baku menjadi berkurang.

Untuk itu, kita sebagai masyarakat Indonesia, wajib melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Dalam melestarikan bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui sejarah dan asal-usul terbentuknya bahasa Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, dalam tulisan ini dijelaskan lebih rinci mengenai

1 Sukartha, I Nengah, dkk. Bahasa Indonesia Akademik Untuk Perguruan Tinggi. (Bali : Udayana University Press, 2010), h, 24

(6)

sejarah terbentuknya bahasa Indonesia sampai perkembangannya saat ini, termasuk perkembangan ejaannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia?

2. Bagaimana Penyempurnaan Ejaan?

3. Apa Fungsi dan Ragam Bahasa Indonesia?

4. Bagaimana Sikap Masyarakat Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia 2. Untuk mengetahui Penyempurnaan Ejaan

3. Untuk mengetahui Fungsi dan Ragam Bahasa Indonesia

4. Untuk mengetahui Sikap Masyarakat Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia

(7)

BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia yang kita pakai saat ini sebenarnya berasal dari bahasa Melayu, yaitu bahasa Melayu Riau (Provinsi Kepulauan Riau) yang telah menjadi lingua franca sejak abad ke-19. Pemberian nama “Bahasa Indonesia”

diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Hingga saat ini bahasa Indonesia terus berkembang dan terus menghasilkan kata-kata baru baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.2

Alasan-alasan mengapa bahasa Melayu dan bukan bahasa daerah lain yang dipilih untuk diangkat menjadi bahasa Indonesia antara lain sebagai berikut.3

1. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan bahasa pedagangan. Seorang ahli sejarah Cina, I- Tsing menyatakan bahwa di Sriwijaya pada waktu itu ada bahasa yang bernama Koen-louen (ada yang menyebut Kou-luen, K’ouen-louen, Kw’enlun, Kun’lun, K’un-lun) yang berdampingan dengan Bahasa Sansekerta. Koen-louen adalah bahasa perhubungan di Kepulauan Nusantara dan bahasa yang dimaksud adalah bahasa Melayu.

2. Bahasa Melayu sudah dikenal oleh banyak masyarakat. Bahasa Melayu sudah menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara (dalam buku “Praktis Bahasa Indonesia Edisi 2” oleh pusat bahasa).

3. Sistem Bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena tidak dikenal tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau perbedaan bahasa kasar dan halus seperti dalam bahasa Sunda. Oleh sebab itu, bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat sebagai bahasa

2 Kemristekdikti. Bahasa indonesia untuk perguruan tinggi. (Jakarta: Direktorat Jendaral Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016), h, 76

3 Chaer, Abdul, Linguistik umum. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2014), h, 55

(8)

perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena tidak mengenal tingkat tutur.

4. Bahasa Melayu memiliki sifat terbuka untuk menerima pengaruh bahasa lain. Dalam sejarahnya, ketika bahasa Melayu semakin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya, bahasa Melayu juga menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama bahasa Sansekerta, Persia, Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.

5. Suku Jawa, Sunda, dan suku lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

6. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti luas.

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia secara istilah baru lahir memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mencapai kemerdekaan.

Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai pembangkit semangat kebangsaan dan rasa nasionalisme bersama. Bahasa Indonesia juga menjadi sarana pencerdasan bangsa melalui lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang di Indonesia. Bahasa Indonesialah yang akhirnya menjadi sarana perjuanngan dalam merebut kemerdekaan.4

Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa negara dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV, Pasal 36. Keberadaan bahasa Indonesia merupakan kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia karena merupakan bahasa asli milik pribumi dan telah mengakar di seluruh wilayah Indonesia.

Adapun peristiwa-peristiwa yang mengiringi bahasa Indonesia, baik dalam kedudukannya sebagai bahasa persatuan maupun sebagai bahasa negara adalah sebagai berikut.5

4 Alwi, Hasan, dkk. Tata bahasa baku bahasa indonesia. (Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka, 2003), h, 37

5 Pramukti, B Esti dkk. Bahasa Indonesia. (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2011), h, 44

(9)

1. Lahirnya ejaan resmi bahasa Melayu yang disusun oleh Ch. A. Van Ophuijsen pada tahun 1901. Keberadaan ejaan tersebut menandai bahwa bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal bahasa Indonesia telah berperan sebagai bahasa ilmiah pada awal abad ke-19. Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu pertama yang ditulis menggunakan huruf latin. Charles Van Ophuijsen dibantu Nawawi Soetan Ma’’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa tersebut dikenal senan nama “Ejaan van Ophuijsen” dan resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901.

2. Berdirinya Commissie woor de Volkslectuur (Taman Baca Rakyat) tahun 1908 ikut memberikan dasar pengembangan bahasa Melayu.

Tugas badan tersebut yaitu menerbitkan buku-buku berbahasa Melayu.

Pada tahun 1917, badan tersebut berganti nama menjadi “Balai Pustaka” dan masih digunakan sampai saat ini sebagai nama penerbit nasional.

3. Terselenggaranya Kongres Sumpah Pemuda tahun 1928 yang menghasilkan sumpah pemuda yang di dalamnya tercantum pengakuan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

4. Terbitnya majalah Poejangga Baroe tahun 1933 yang banyak menghasilkan karya berbahasa Indonesia serta menanamkan semangat kebangsaan.

5. Ditandatanganinya UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945 yang di dalamnya tercantum pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara merupakan peristiwa sejarah diangkatnya sebuah bahasa sebagai salah satu simbol kenegaraan.

6. Lahirnya Ejaan Republik yang diresmikan pada 19 Maret 1947 menggantikan ejaan van Ophuijsen oleh Menteri Pendidikan dan Pengajaran Republik Indonesia, Soewandi.

7. Lahirnya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pada 16 Agustus 1972 dan dikuatkan dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972.

(10)

8. Diresmikannya Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah pada 16 Agustus 1972 berdasarkan Putusan Presiden No. 57 Tahun 1972.

Semula, ejaan disusun bersama antara Malaysia dan Indonesia yang dikenal sebagai ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Akibat perkembangan politik, hubungan Indonesia dengan Malaysia menjadi buruk sehingga peresmian ejaan Melindo diurungkan. Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun yakni bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia dibakukan sendiri-sendiri.

B. Penyempurnaan Ejaan

Ejaan tidak menyangkut pelafalan kata saja tetapi juga menyangkut cara penulisan. Ejaan merupakan cara menuliskan kata atau kalimat dengan memeperhatikan penggunaan tanda baca dan huruf.6 Sedangkan menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, “ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca”. Berdasarkan kedua pendapat di atas, ejaan adalah carapelafalan dan cara penulisan tanda baca, kata, dan kalimat dalam bentuk tulis.

Ejaan yang digunakan dalam berbahasa Indonesia telah berubah dan berkembang. Ejaan yang berlaku sekarang adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang selanjutnya disebut dengan PUEBI. Sebelum itu, telah digunakan beberapa ejaan. Perubahan ejaan tersebut memiliki akibat, seperti saat tim penyunting buku “10 Tahun Koperasi (1930 – 1940)” karya R.M.

Margono Djojohadikusumo akan menerbitkan kembali buku tersebut, seperti yang dituliskan Opie (2015) berikut.

Tim penyunting menemui beberapa kesulitan saat menerbitkan kembali buku yang pernah diterbitkan pertama kali pada 1941 dengan ejaan yang berlaku pada masa itu. Misalnya, kata “penelitian” atau “riset”, tidak

6 Zulaeha, Ida, dkk. Bahasa Indonesia: Pengantar Penulisan Karya Ilmiah.

(Semarang : UNNES Press, 2016), h, 51

(11)

ditemukan pada buku-buku yang diterbitkan sebelum tahun 1950-an. Padanan kata yang digunakan adalah “penyelidikan”. Kata “kerajinan” memiliki padanan kata “industry’. Nama ITB dahulu disebut “Tehcnische Hogeschool”

yang diterjemahkan menjadi “sekolah tukang” Penerjemahan tersebut terjadi karena kata “tukang” diterjemahkan dari kata “technische” yang berasal dari bahasa Belanda.7

Ejaan dalam bahasa Indonesia diubah, dikembangkan, dan disempurnakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Usaha tersebut menghasilkan Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 tentang PUEBI.8

Pengubahan, pengembangan, dan penyempurnaan ejaan dalm bahasa Indonesia dilakukan selama 114 tahun, dimuali dari 1901 sampai dengan 2015. Selama itu, berbagai nama disematkan pada ejaan bahasa kita.

1. Van Ophusyen

Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan Van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma moer dan‟ Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van Ophuijsen adalah sebagai berikut.

a. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, dan sajang.

b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.

c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’ dinamai’.

2. Ejaan Rpublik

7 Pustaka Timur. EYD Terbaru. (Yogyakarta: Pustaka Timur.2011), h, 11

8 Kustomo, Heri. 2015. Peningkatan Kemampuan Menggunakan Ejaan dan Tanda Baca dalam Menulis Pengalaman Pribadi dengan Teknik Jigsaw Kelas VII B SMP Negeri 1 Rengel Kabupaten Tuban. Paramasastra Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya, 2 (2): 57-75

(12)

Ejaan Soewandi diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 untuk menggatikan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan Soewandi dikenal juga dengan Ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan Ejaan Soewandi adalah sebagai berikut.

a. Huruf oe digati dengan u. Seperti pada kata goeroe menjadi guru, itoe menjadi itu, oemoer menjadi umur.

b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata- kata tak, pak, maklum, dan rakjat.

c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, berjalan2, ke-barat2-an.

d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

3. Ejaan Melindo

Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia. Merupakan ejaan yang di susun atas kerja sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan pihak Persekutuan Tanah Melayu (malaysia) di pimpin oleh Syed Nasir bin Ismail. Yang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia.

Dalam ejaan melindo tidak jauh beda dengan ejaan pembaharuan, karena ejaan itu sama-sama berusaha menyederhanakan ejaan dengan menggunakan sistem fonemis.

Hal yang berbeda ialah dalam ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta di ganti dengan c menjadi cinta. Juga gabungan konsonan nj, seperti pada kata njonja di ganti dengan huruf nc yang sama sekali masih baru.

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia Soeharto meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian

(13)

ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972.

Departemen Pendidikan dan Kebudayan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972,

Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987. Pedoman ejaan bahasa Indonesia di sebut pedoman umum, karena dasarnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum. Namun ada hal-hal lain yang bersifat khusus, yang belum di atur dalam pedoman itu, yang di sesuaikan dengan bertitik tolak pada pedoman umum itu.

Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan yang di susun sebelumnya, terutama ejaan republik yang di padukan pula dengan konsep konsep ejaan pembaharuan, ejaan melindo dan ejaan baru.

C. Fungsi dan Ragam Bahasa Indonesia 1. Fungsi Bahasa Indonesia

Secara umum bahasa memiliki fungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau komunikasi bagi manusia dalam menyampaikan pikiran maupun perasaannya. Widjono (2007:15-23) mengatakan bahwa fungsi bahasa adalah (1) sarana integrasi dan adaptasi, (2) sarana memahami diri, (3) ekspresi diri, (4) memahami orang lain, (5) kontrol sosial, (6) mengamati

(14)

lingkungan sekitar, (7) berpikir logis, (8) membangun kecerdasan, (9) membangun karakter, (10) mengembangkan kecerdasan ganda, (11) mengembangkan profesi dan (12) sarana untuk menciptakan kreativitas baru.

Keraf menyatakan bahwa bahasa memili fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni:9

a. Bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri

Pemakaian bahasa sebagai alat yang berfungsi untuk mengekspresikan diri tidak mengharuskan pemakai bahasa untuk mempertimbangkan maupun memperhatikan siapa yang akan menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya, hal itu dikarenakan pemakaian bahasa hanya untuk kepentingan pribadi pemakainya dalam mengekspresikan diri.

b. Bahasa sebagai alat berkomunikasi

Dalam berkomunikasi, pemakaian bahasa membantu manusia untuk menciptakan hubungan kerja sama dengan manusia lainnya.

Bahasa akan mempengaruhi berbagai macam aktivitas manusia dalam merencanakan dan mengarahkan masa depan. Saat bahasa dipakai dalam berkomunikasi, maka pemakai bahasa telah memiliki tujuan dalam komunikasi yang telah diciptakannya, yakni agar penutur dapat diapahami maksut dan tujuannya oleh lawan tuturnya.

c. Bahasa sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial

Selain berfungsi sebagai alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebgai alat integrsai dan adaptasi sosial. Pada saat manusia sedang mencoba beradaptasi terhadap lingkungan tertentu

9 Yusup, Pawit M, dkk. 2017. Nilai-Nilai Fungsional Perpustakaan Desa dalam Pewarisan Hasil Karya Budaya Lokal. Jurnal of Library and Information Science. 7(2). 1-16.

(15)

maka bahasa yang dipilih akan bergantung pada situasi dang kondisi yang sedang dihadapi dalam lingkungan tersebut.

d. Bahasa sebagai alat kontrol sosial

Bahasa sebagai alat kontrol sosial dapat diterapkan pada diri sendiri maupun masyarakat yang ada disekitar. Pemanfaat bahasa sebagai alat kontrol sosial dapat dilakukan melalui berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan yang penyampaiannya dilakukan melalui bahasa.

Melalui penjelasan di atas, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi saja. Namun, bahasa memiliki fungsi lainya sesuai dengan tujuan dari si penutur, fungsi bahasa dapat terlihat dalam setiap penggunaan bahasa, apabila bahasa itu digunakan oleh seseorang maka bahasa tersebut akan mempunyai fungsi bahasa tersendiri.

2. Ragam Bahasa Indonesia

Manusia tidak akan lepas dari pemakaian bahasa dalam kehidupan sosial. Bahasa dipakai manusia dalam setiap kegiatan berkomunikasi.

Bahasa dipakai oleh manusia yang beraneka ragam, oleh karena itu pemakaian bahasa juga turut beraneka ragam sesuai dengan pemakainya.

Keragaman bahasa yang terjadi disebabkan oleh berbagai faktor , baik dari faktor lingkungan, sosial, fungsi, dan situasi dalam pemakaian bahasa.

Munculnya ragam bahasa juga disebabkan oleh faktor penutur yang tidak homogen dan juga adanya interaksi sosial yang dilakukan oleh manusi beraneka ragam.10

Ragam bahasa merupakan sebuah variasi dalam bahasa yang disesuaiakan dengan konteks pemakaian. Dalam pemakaian ragam bahasa, penutur harus menyesuaikan ragam bahasa berdasarkan keperluannya.

Chaer dan Agustina membedakan ragam bahasa menjadi empat, yaitu

10 Chaer, Agustina. Sosiolinguistik perkenalan awal. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h, 61

(16)

ragam bahasa dari segi penutur, ragam bahasa dari segi pemakaian, ragam bahasa dari segi keformalan, dan ragam bahasa dari segi sarana.11

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ragam bahasa merupakan sebuah variasi dalam berbahasa yang muncul karena adanya keragaman manusia dalam berinteraksi. Timbulnya ragam bahasa disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor sosial, situasi, topik, dan tempat berlangsungnya komunikasi terjadi.

Chaer dan Agustina, menyatakan bahwa ragam bahasa terjadi akibat beberapa faktor sebagai berikut:12

1. Faktor pendidikan, bahasa yang dipakai oleh seorang penutur yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan jauh berbeda dengan penutur yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Perbedaan tersebut dapat terlihat secara jelas dalam bidang kosakata, pelafalan, morfologi, dan juga sintaksis.

2. Faktor jenis kelamin,bahasa yang digunakan oleh seorang wanita dan laki-laki juga memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari berbagai sudut, salah satunya pada topik percakapan yang dilakukan oleh wanita tentu akan berbeda dengan topik percakapan yang dilakukan oleh laki-laki.

3. Faktor pekerjaan, profesi yang ditekuni oleh seseorang akan membuat para pemakai bahasa menyesuaikan bahasa yang digunakanya dengan profesinya.

4. Faktor lingkungan masyarakat, seorang penutur akan menggunakan bahasa yang sesuai dengan tempat dimana dia memperoleh bahasa tersebut. Seperti pemakaian bahasa di desa dan di perkotaan tentu akan jauh berbeda.

11 Chaer, Agustina. Sosiolinguistik perkenalan awal. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h, 62

12 Chaer, Agustina. Sosiolinguistik perkenalan awal. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h, 65

(17)

5. Faktor keadaan sosial ekonomi, terdapat perbedaan bahasa terhadap kelompok dalam masyarakat berdasarkan status sosial ekonomi.

D. Sikap Masyarakat Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia 1. Sikap Negatif Penggunaan Bahasa

Berikut ini adalah beberapa sikap negatif dan pandangan pengguna bahasa. Terdapat beberapa sikap negatif terhadap bahasa Indonesia, sebagai berikut.

a. kebanyakan orang lebih bangga menggunakan bahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia, walaupun mereka belum tentu menguasai bahasa Indonesia;

b. kebanyakan orang merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing;

c. bahasa Indonesia dianggap remeh karena kebanyakan orang merasa telah menguasai bahasa Indonesia; dan

d. kebanyakan orang yang telah menguasai bahasa asing merasa lebih pandai dibandingkan dengan mereka yang tidak.

Terdapat anggapan negative terhadap bahasa Indonesia yang menyebabkan kurangnya penguasaan bahasa Indonesia di perguruan tinggi, sebagai berikut.13

a. menganggap bahasa Indonesia ada secara alamiah;

b. menganggap bahasa Indonesia itu mudah; dan

c. menganggap bahasa Indonesia lebih rendah dari bahasa asing.

Chaer dalam bukunya yang berjudul pembakuan bahasa Indonesia tertulis bahwa, telah sering kita dengar anjuran yang berbunyi

“Gunakanlah Bahasa Yang Baik dan Benar”, baik melalui layar televisi, melalui radio, atau mungkin dari media cetak, seperti koran, selebaran- selebaran, dan posterposter. Anjuran yang baik itu memang sudah

13 Chaer, Abdul. Pembakuan bahasa indonesia. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), h, 36

(18)

seharusnya kita laksanakan sebab bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional. Namun, Adanya berbagai macam suku bangsa menyebabkan munculnya dialek-dialek dan ragam bahasa yang menimbulkan masalah, bahasa Indonesia di Indonesia merupakan bahasa kedua bagi masyarakat dan bukanlah bahasa yang pertama. Bahasa pertama kita adalah bahasa daerah atau bahasa ibu. Mungkin karena hal itulah penggunaan bahasa Indonesia baku jarang kita perhatikan dan terabaikan.14

2. Sikap Positif Penggunaan Bahasa

Hendaknya kita sadar bahwa pemakaian bahasa Indonesia dewasa ini bagi kebanyakan orang Indonesia tidak cuma merupakan sarana perhubungan sehari-hari, melainkan satu-satunya sarana untuk menambah pengetahuan.

Berikut ini merupakan beberapa sikap positif pengguna bahasa. Alwi dalam bukunya yang berjudul Bahasa Indonesia: pemakai dan pemakainya mengatakan bahwa terdapat tiga sikap positif terhadap bahasa Indonesia, yaitu: 1) bangga berbahasa Indonesia; 2) setia terhadap bahasa Indonesia, dan 3) kesadaran dalam mematuhi aturan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.15

Sikap positif pengguna bahasa tercermin dalam beberapa kegiatan berikut.

Pertama, sikap positif terhadap bahasa yang dilakukan Balai Bahasa Provinsi Sumsel. Mereka menggelar rakor (Rapat Koordinasi) bahasa dan kesastraan yang berlangsung selama 3 hari dari tanggal 21 sampai 23 Agustus 2015 di Hotel Emilia Palembang. Dalam kegiatan itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumsel, Aminulatif, S.E., M.Pd. mengatakan “Rakor ini ditujukan kepada Pemerintah Provinsi dan 17 kabupaten di Sumsel. Dalam mengatasi kendala serta permasalahan dalam pemakaian Bahasa Indonesia yang belum baku, serta mengurangi pemakaian bahasa asing yang tidak pada tempatnya, dan menjaga bahasa daerah sebagai inventaris dalam memperkaya kosa kata Bahasa Indonesia dalam pengembangan budaya lokal”.

14 Chaer, Abdul. Pembakuan bahasa indonesia. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), h, 49- 55

15 Alwi, Hasan. Bahasa indonesia: pemakai dan pemakainya. (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2011), h, 52

(19)

Selain itu, Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan menggelar sosialisasi hasil pemantauan penggunaan bahasa pada lembaga pendidikan di kota Palembang. Kepala Balai Bahasa Sumsel, Aminullatif, S.E., M.Pd.

mengatakan “Kita dari balai bahasa akan terus menghimbau semua lembaga- lembaga pendidikan khususnya di sumsel untuk tetap bangga menggunakan bahasa Indonesia, karena dari pemantauan kita, penggunaan bahasa Indonesia di ruang-ruang publik belum di gunakan dengan benar, ini sangat disayangkan kalau dibiarkan lama-lama bahasa Indonesia akan punah,” tukasnya.

(20)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan penjelasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahasa Indonesia yang kita pakai saat ini sebenarnya berasal dari bahasa Melayu, yaitu bahasa Melayu Riau (Provinsi Kepulauan Riau) yang telah menjadi lingua franca sejak abad ke-19. Pemberian nama

“Bahasa Indonesia” diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

2. Pengubahan, pengembangan, dan penyempurnaan ejaan dalm bahasa Indonesia dilakukan selama 114 tahun, dimuali dari 1901 sampai dengan 2015. Selama itu, berbagai nama disematkan pada ejaan bahasa kita.

3. Kedua sikap pengguna bahasa Indonesia, yaitu sikap positif dan sikap negatif terhadap bahasa Indonesia. Pada umumnya memang penggunaan bahasa Indonesia masih banyak pro dan kontra. Oleh karena itu, sebagai bangsa Indonesia yang baik, sudah seharusnya kita semua membudayakan dan mengutamakan bahasa Indonesia yang baik, benar, dan baku di atas bahasa daerah dan bahasa asing. Hal tersebut diharapkan dapat memupuk rasa bangga menjadi bangsa Indonesia seutuhnya.

4. Secara umum bahasa memiliki fungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau komunikasi bagi manusia dalam menyampaikan pikiran maupun perasaannya. Faktor faktor keberagaman terebut adalah Faktor pendidikan, Faktor jenis kelamin, Faktor pekerjaan, Faktor lingkungan masyarakat, Faktor keadaan sosial ekonomi.

(21)

B. Saran

Berbahasalah sesuai dengan dengan konteks (situasi dan kondisi) sehingga kita lebih tepat dan lebih bijak dalam berbahasa. Sebagai pemakai bahasa kita harus memiliki sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia.

Masalah persebaran bahasa Indonesia di kalangan luar sekolah sebaiknya ditangani dengan baik oleh pemerintah. Salah satu cara yang dapat ditempuh melalui program pembinaan Bahasa Indonesia melalui televisi dan radio.

Dengan demikian, penyebaran informasi kebahasaan yang disampaikan dapat dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan.

Selanjutnya, harus segera dilakukan upaya penerbitan dan pendistribusian buku-buku kebahasaan yang sesuai dengan kelompok sasaran yang bermacam-macam.

(22)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Alwi, Hasan. 2011. Bahasa indonesia: pemakai dan pemakainya. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata bahasa baku bahasa indonesia. Jakarta: Pusat Bahasadan Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 1993. Pembakuan bahasa indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chaer, Abdul & Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik perkenalan awal. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2014. Linguistik umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Pustaka Timur. EYD Terbaru. (Yogyakarta: Pustaka Timur.2011)

Pramukti, B Esti dkk. 2014. Bahasa Indonesia. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Sukartha, I Nengah, dkk.2010. Bahasa Indonesia Akademik Untuk Perguruan Tinggi. Bali : Udayana University Press.

Yusup, Pawit M, dkk. 2017. Nilai-Nilai Fungsional Perpustakaan Desa dalam Pewarisan Hasil Karya Budaya Lokal. Jurnal of Library and Information Science. 7(2). 1-16.

Zulaeha, Ida, dkk. 2016. Bahasa Indonesia: Pengantar Penulisan Karya Ilmiah.

Semarang:UNNES Press.

Jurnal

Kustomo, Heri. 2015. Peningkatan Kemampuan Menggunakan Ejaan dan Tanda Baca dalam Menulis Pengalaman Pribadi dengan Teknik Jigsaw Kelas VII B SMP Negeri 1 Rengel Kabupaten Tuban. Paramasastra Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya, 2 (2): 57-75

Doni Samaya. 2016. Sikap Bahasa Masyarakat Indonesia Terhadap Bahasa Indonesia (Suatu Tinjauan Kepustakaan) Jurnal Universitas Tridinanti Palembang, Vol. II No 1: 66

Yerry Mijianti. 2018. Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia, Universitas Muhammadiyah Jember, Volume 3, No. 1, Februari : 113-126

Nuryani. 2018. Sikap Bahasa Masyarakat Urban terhadap Bahasa Indonesia (Menemukan Tipe Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Wilayah

(23)

Rural dan Urban), Jurnal Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Volume 2, No. 1, Desember : 87 – 98

Hwia, Ganjar. 2013. UU Kebahasaan, Kewenangan Pembakuan, dan Tantangan Global Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Wacana Kritis. Literasi Jurnal Ilmu-Ilmu Humaniora, 3(1): 1-11

Referensi

Dokumen terkait

[r]

기존 사례 주차관제 시스템LPR:License Plate Recognition 차량이 입,출차 할 때 차량의 이미지를 촬영하여 획득된 영상으로 자동으로 번호를 인식해서 정 보를 컴퓨터상에 저장한 후, 차량번호를 검색하고, 검색된 번호판의 문자를 인식알고리즘으로 판 독, 분석과정을 거쳐 추출된 자료를 텍스트화 하여 DB에