Bagaimana peran kepala sekolah sebagai guru dalam implementasi pendidikan karakter di MI Ma’arif Singosaren Jangan Ponorogo. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai administrator dalam implementasi pendidikan karakter di MI Ma’arif Singosaren Jangan Ponorogo. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai motivator dalam implementasi pendidikan karakter di MI Ma’arif Singosaren Jangan Ponorogo.
Mendeskripsikan peran kepala sekolah sebagai guru dalam implementasi pendidikan karakter di MI Ma'arif Singosaren Jangan Ponorogo. Mendeskripsikan peran kepala sekolah sebagai administrator dalam implementasi pendidikan karakter di MI Ma'arif Singosaren Jangan Ponorogo. Mendeskripsikan peran kepala sekolah sebagai pemimpin dalam implementasi pendidikan karakter di MI Ma'arif Singosaren Jangan Ponorogo.
Mendeskripsikan peran kepala sekolah sebagai inovator dalam implementasi pendidikan karakter di MI Ma'arif Singosaren Jangan Ponorogo. Mendeskripsikan peran kepala sekolah sebagai motivator dalam implementasi pendidikan karakter di MI Ma'arif Singosaren Jangan Ponorogo.
MANFAAT PENELITIAN 1. Secara Teoritis
Sehingga terciptalah langkah yang tepat dalam meningkatkan mutu pendidikan personal di MI Ma’arif. Penelitian ini merupakan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian pascasarjana tentang peran kepala sekolah dalam implementasi pendidikan karakter.
METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian
Peneliti juga menggunakan teknik analisis data Miles dan Huberman untuk menganalisis data dalam penelitian skripsi ini terkait peran kepala sekolah sebagai pendidik, administrator, supervisor, pemimpin, inovator dan motivator dalam implementasi pendidikan karakter di MI Ma. 'arif Singosaren Jangan Ponorogo. Peneliti terkait langsung dengan peran kepala sekolah sebagai pendidik, administrator, pengawas, pemimpin, inovator dan motivator dalam implementasi pendidikan karakter di MI Ma’arif Singosaren Jenangan Ponorogo. Peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru, siswa dan staf mengenai peran kepala sekolah dalam penerapan pendidikan karakter di MI Ma’arif Singosaren Jangan Ponorogo.
Dimana peneliti mencoba mencari gambar dokumen, catatan tertulis atau dokumen resmi yang berkaitan dengan peran kepala sekolah sebagai pendidik, administrator, pengawas, pemimpin, inovator dan motivator dalam pelaksanaan pendidikan karakter di MI Ma’arif Singosaren Jenangan Ponorogo. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peran direktur dalam implementasi pendidikan karakter di MI Ma’arif Singosaren. Teknik Dokumentasi, dalam tugas akhir ini terdiri dari dokumen tertulis, dokumen penandatanganan dan dokumen resmi yang berkaitan dengan peran direktur sebagai pendidik, administrator, pengawas, inovator dan motivator dalam pelaksanaan pendidikan karakter di MI Ma'arif Singosaren Jenangan Ponorogo.
Dalam penelitian tesis ini, peneliti telah memilih, memfokuskan dan menyederhanakan data mentah yang peneliti peroleh melalui teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi baik berupa gambar maupun dokumen tertulis tentang peran kepala sekolah dalam implementasi pendidikan karakter. di MI Ma'arif Singosaren Jangan Ponorogo. Peneliti kembali ke lokasi penelitian untuk mengamati peran kepala sekolah dalam implementasi pendidikan karakter di MI Ma’arif Singosaren Jangan Ponorogo.
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Laporan hasil penelitian disajikan secara empiris dan diatur secara sistematis, prosedural dan mengikuti kaidah atau ketentuan suatu lembaga atau lembaga atau pihak yang memberikan kebijakan untuk melakukan suatu penelitian dengan standar ilmiah.
Kajian Teori 1. Kepala Sekolah
Implementasi Pendidikan Karakter
Apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dilakukan siswa dengan demikian dapat membentuk karakternya. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan terhadap metode pengajaran yang terpenting, juga sangat penting untuk menciptakan iklim dan budaya serta lingkungan yang mendukung dan membantu membentuk karakter peserta didik. Metode keteladanan yang dicontohkan guru mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik.
Dalam hal ini guru tidak hanya harus mampu memaknai pembelajaran saja, namun yang terpenting adalah bagaimana menjadikan pembelajaran sebagai wadah pembentukan karakter dan peningkatan kualitas pribadi siswa. Pertama, semua anggota staf menunjukkan tanggung jawab ini dengan memberikan contoh nilai-nilai etika dasar dalam perilaku mereka sendiri dan mengambil peluang lain untuk mempengaruhi siswa yang berinteraksi dengan mereka. Walaupun pandangan konstruktivis tidak harus seperti itu, namun bagi siswa hal tersebut menjadi lebih baik karena kepribadiannya masih sangat labil sehingga perlu distabilkan dengan peraturan dan ketentuan.
Peran kepala sekolah dalam menjaga suasana sekolah tidak hanya terbatas pada siswa saja, namun juga harus memperhatikan perilaku guru selama berada di lingkungan sekolah. Hal ini penting karena hanya kepala sekolah yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menasihati guru yang tidak kondusif dalam membentuk perilaku siswa di sekolah. Guru, tenaga administrasi, dan siswa merasa peraturan di sekolahnya sangat diperlukan.
Cara berpakaian yang bagus, cara duduk yang sopan, cara berbicara, cara makan dan minum serta cara memimpin pasti akan diperhatikan oleh guru dan siswa. Dalam sistem pembelajaran klasikal, sebagian siswa akan sulit berpartisipasi dalam pembelajaran secara maksimal, dan menuntut peran ekstra dari guru untuk memberikan pembelajaran remedial. Mengembangkan organisasi kelas yang efisien, menarik, nyaman dan aman untuk pengembangan seluruh potensi siswa secara optimal.
Menciptakan kerjasama yang saling menghargai, baik antar siswa, maupun antara siswa dengan guru dan pengelola pembelajaran lainnya. Artinya setiap siswa mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan pendapatnya tanpa ada rasa takut dihukum atau dipermalukan. Sesekali usahakan untuk melibatkan siswa dalam proses perencanaan pembelajaran, sehingga mereka merasa bertanggung jawab terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara siswa dan guru, sehingga guru lebih berperan sebagai fasilitator dan sumber belajar. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator harus dapat membantu siswa menilai bagaimana kemajuannya dalam proses pembelajaran yang dilaluinya.
Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Sebagai seorang guru, kepala sekolah harus mempunyai kemampuan mengawasi guru, membimbing siswa, mengembangkan tenaga pengajar dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kepala sekolah sebagai manajer (direktur, penggerak sumber daya) adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian usaha anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah sebagai administrator harus mempunyai kemampuan mengelola administrasi berupa mencatat, menyusun, dan mendokumentasikan seluruh program sekolah, termasuk menyiapkan dan melengkapi catatan administrasi kegiatan ekstrakurikuler.
Faktor pendukung kegiatan ekstrakurikuler di SD Patihan Wetan Ponorogo adalah komunikasi kepala sekolah dengan pelatih profesional, motivasi guru yang berbeda-beda, peran serta wali siswa, dan tingginya partisipasi siswa. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti fokus membahas tentang peran kepala sekolah sebagai pendidik, administrator, pengawas, pemimpin. Penelitian yang dilakukan oleh Ethi Setiorini dengan judul “Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kepribadian Siswa Melalui Kegiatan Pramuka di SDN Surodikarman Ponorogo”.
Persamaan penelitian skripsi yang akan peneliti lakukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ethi Setiorini dengan judul, “Peran Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kepribadian Siswa Melalui Kegiatan Eksplorasi”. Setiorini, lebih menitik beratkan pada peran kepala sekolah sebagai manajer, pemimpin dan pendidik dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di SDN Patihan Wetan. Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan juga berfokus pada peran kepala sekolah sebagai pendidik, administrator, pengawas, pemimpin, inovator dan motivator dalam implementasi pendidikan karakter di MI Ma’arif Singosaren Jenangan Ponorogo.
Penelitian yang dilakukan oleh Danang Fitrah Efendi dengan judul: “Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa Melalui Kegiatan Sholat Berjamaah di MI Ma’arif Patihan Wetan Ponorogo Kesimpulan dari penelitian ini adalah peran kepala sekolah sebagai manajer dalam meningkatkan kerohanian siswa melalui salat berjamaah di MI Ma'arif Patihan Wetan adalah : kepala sekolah berusaha memaksimalkan sumber daya yang ada di sekolah yaitu masjid dan membuat rencana kegiatan salat berjamaah untuk memajukan ulama meningkatkan kecerdasan siswa dan mendapatkan berkepribadian baik. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa melalui sholat berjamaah di MI Ma'arif Patihan Wetan tahun ajaran 2013/2014 adalah : kepala sekolah setelah membuat rencana kegiatan sholat berjamaah untuk meningkatkan kecerdasan spiritual siswa kemudian mengadakan pertemuan dengan guru dan mengambil keputusan untuk mengadakan kegiatan sholat berjamaah untuk meningkatkan kecerdasan spiritual siswa. Kegiatan salat berjamaah yang dilakukan setiap hari yaitu salat Dhuha dan salat Dzuhur.
Peran kepala sekolah sebagai pendidik atau pendidik dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa melalui shalat berjamaah di MI Ma'arif Patihan Wetan tahun ajaran 2013/2014 adalah: kepala sekolah memberikan pedoman sebelum shalat berjamaah dan teguran bahkan memberikan hukuman kepada siswa. yang berbicara sendiri saat salat berjamaah dengannya, berupa setelah selesai salat ia kembali memerintahkan salat berjamaah di depan teman-temannya. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Danang Fitrah Efendi adalah pada fokus pembahasannya, dimana penelitian yang dilakukan oleh Danang Efendi lebih menitikberatkan pada peran kepala sekolah sebagai manajer, pemimpin, pendidik. . dalam meningkatkan kecerdasan spiritual peserta didik melalui doa bersama. Sedangkan dalam penelitian yang akan mereka lakukan, peneliti menekankan peran kepala sekolah sebagai pendidik, administrator, pengawas, pemimpin, motivator dan inovator.