PENGARUH DOSIS PUPUK KOTORAN AYAM DAN FREKUENSI PENGAPLIKASIAN ECO-ENZYME TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Strut.)
(Skripsi)
Oleh FINA OCTIA
1814161016
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2022
ABSTRAK
PENGARUH DOSIS PUPUK KOTORAN AYAM DAN FREKUENSI PENGAPLIKASIAN ECO-ENZYME TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Strut.)
Oleh FINA OCTIA
Jagung manis merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berpotensi menjadi produk pertanian organik. Jagung manis mempunyai rasa yang manis, tinggi kalori dan serat dengan kandungan lemak yang rendah. Produksi jagung manis di Indonesia masih sangat rendah, sedangkan permintaan jagung manis terus meningkat. Solusi untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung manis menggunakan bahan organik berupa pupuk kotoran ayam, dan eco-enzyme.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dosis pupuk kotoran ayam terbaik pada pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis, (2) mengetahui frekuensi pengaplikasian eco-enzyme terbaik pada pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis, (3) mengetahui respon dari pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis terhadap pemberian dosis pupuk kotoran ayam dan eco-enzyme.
Penelitian ini dimulai pada bulan November 2021 sampai dengan bulan Februari 2022 di lahan Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Bandar Lampung, Lampung. Perlakuan disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk kotoran ayam yang terdiri dari P0 (Tanpa pemberian pupuk kotoran ayam), P1 (Pupuk kotoran ayam 10 ton/ha), P2 (Pupuk kotoran ayam 20 ton/ha). Faktor kedua yaitu frekuensi pengaplikasian eco-enzyme yang terdiri dari : E0 (Tanpa pengaplikasian eco- enzyme), E1 (Eco-enzyme 1 kali/minggu), E2 (Eco-enzyme 2 kali/minggu).
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan pemberian dosis pupuk kotoran ayam yang terbaik yaitu perlakuan pemberian pupuk kotoran ayam dengan dosis 20 ton/ha. Sedangkan untuk perlakuan frekuensi pengaplikasian eco-enzyme terbaik yaitu perlakuan frekuensi pengaplikasian 2 kali/minggu. Hasil ini terlihat dengan meningkatnya tinggi tanaman, munculnya bunga betina (silking), diameter tongkol, panjang baris biji, jumlah tongkol komersial, kadar brix dan produksi per petak. Akan tetapi kedua faktor tersebut tidak terjadi interaksi.
Kata Kunci : Jagung Manis, Pupuk Kotoran Ayam, dan Eco-Enzyme.
PENGARUH DOSIS PUPUK KOTORAN AYAM DAN FREKUENSI PENGAPLIKASIAN ECO-ENZYME TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Strut.)
Oleh FINA OCTIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2022
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunung Batin, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 31 Oktober 1998 anak dari pasangan Bapak Firma Jahudi dan Ibu Masnona. Penulis merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Kakak bernama Dessy Susanti dan adik bernama Dino Kurniawan. Penulis bertempat tinggal di Gunung Batin Udik, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah. Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK Islam Terpadu Bustanul Ulum (2003-2005), SD Islam Terpadu Bustanul Ulum (2005-2011), SMP Negeri 1 Tulang Bawang Tengah 2011-2014), dan SMA Negeri 2 Tulang Bawang Tengah (2014-2017). Pada tahun 2018, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Penulis merupakan mahasiswa aktif pada kegiatan organisasi mahasiswa sebagai anggota Dana dan Usaha periode 2019-2020 dan sebagai Sekretaris Bidang Hubungan Masyarakat HIMAGRHO periode 2021. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen dalam mata kuliah Etika pada tahun 2019 dan Produksi Tanaman Sayur 2022. Pada Bulan Februari-Maret 2021 penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mandiri Putra Daerah Universitas Lampung di Desa Mulya Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Pada Bulan Agustus-September 2021, penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum (PU) di Unit Produksi Benih Sayuran, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat, dengan judul topik “Teknik Budidaya Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) di Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat’’.
Dengan penuh syukur kepada Allah SWT, Aku persembahkan karya ini kepada
Keluarga tercinta kedua orang tuaku Papa, Mama, Teteh,
dan Adik laki-lakiku yang telah memberikan kasih sayang, doa, semangat, kesabaran, nasihat, perhatian, dan dukungan sampai saat ini
Sahabat dan teman teman yang selalu menemani dalam suka maupun duka, berbagi pengalaman berharga, dukungan dan perhatian yang telah
diberikan selama ini
Dr. Ir. Darwin H Pangaribuan, M.Sc., Dr. Ir. Rusdi Evizal, M.S. dan Prof.
Dr. Ir. Kukuh Setiawan, M.Sc. Yang telah membimbingku dan menyelesaikan penelitian ini
Serta Almamater Tercinta Universitas Lampung
Tali yang paling kuat untuk tempat bergantung adalah tali pertolongan Allah
-Buya Hamka-
Tidak ada tim yang tak bisa dikalahkan hanya orang tua dan Tuhan yang tidak bisa dikalahkan
-Indra Sjafri-
Orang yang kamu pikir bodoh dan tidak penting adalah seseorang yang datang dari Tuhan, yang mungkin mempelajari kebahagiaan dari
kesedihan dan pengetahuan dari kegelapan -Khalil Gibran-
Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik -Ali bin Abi Thalib-
Simpan baik-baik wajah mereka yang menghinamu, karena suatu saat nanti wajah-wajah itu pula yang harus menonton keberhasilanmu
-Syafii Efendi-
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur penulis ucapkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula penulis mengirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ayam dan Frekuensi Pengaplikasian Eco-Enzyme terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Strut.)” merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pertanian.
Penulis menyadari bahwa sulit untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan, arahan, nasihat, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Agronomi dan Hortikultura.
3. Bapak Dr. Ir. Darwin H. Pangaribuan, M.Sc. selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, nasihat, serta motivasi kepada penulis selama pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi
4. Bapak Dr. Ir. Rusdi Evizal, M.S. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, nasihat, serta motivasi kepada penulis selama pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Kukuh Setiawan, M.Sc. selaku penguji dan dosen pembimbing akademik atas nasihat, kritik, saran, bantuan, motivasi,
6. bimbingan, dukungan, serta kesabarannya kepada penulis sejak mahasiswa baru hingga menjadi manusia yang insyaAllah berguna bagi sesama.
7. Seluruh dosen di Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang sudah memberikan ilmu, pengalaman, motivasi, dan nasihat kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Lampung.
8. Kedua orang tua tercinta Papa Firma Jahudi dan Mama Masnona, yang selalu tulus ikhlas memberikan doa, kasih sayang, cinta, perhatian, dukungan moral dan materil, yang selalu meluangkan segenap waktunya untuk mengasuh, mendidik, membimbing dan mengiringi langkah perjalanan dengan alunan doa yang tiada henti agar penulis mampu menuju keberhasilan dalam hidup.
Serta saudara tercinta Teteh Dessy Susanti dan Adik Dino Kurniawan yang juga selalu tulus menggandeng tangan penulis dalam doa, nasihat, motivasi, perhatian, dan kasih sayang setiap hari.
9. Tim penelitian yang luar biasa Muhammad Maqrus, Intania Puput Saputri, Asih Devi Triani, M Fathullah, Tarissa Bunga M A B, Rafi Satya Bagaskara, M Ridwan Rasyad terimakasih banyak untuk doa, dukungan, kebaikan, perhatian, perjuangan, kerja sama, kebersamaan, dan kenangan yang terukir indah.
10. Teman-teman terdekat yang telah banyak membantu penulis, M Alipha, Vidia Dwi Kurnianti, Cahya Adi Pranata, Salman Kurniawan, Taufik Hidayat, Wahyudi, Fenny Dwi Anggraini, Alda Anisya Putri, Lusiana Hartini, Intan Safitri, dan Afdal tanpa inspirasi, dorongan, dan dukungan yang telah kalian berikan kepada penulis, penulis mungkin bukan apa-apa saat ini.
11. Sahabat-sahabat tersayang Eva Yuliyanti dan Panca Rahayu Anggi yang menemani dari mahasiswa baru hingga menjadi mahasiswa lama. Terima kasih telah memberi bantuan saat penulis membutuhkannya, terimakasih atas kesabaran kalian yang luar biasa, kekonyolan yang selalu menghibur penulis, menjadikan hari-hari biasa menjadi terasa lebih istimewa, karena kalian berdua hidup terasa begitu mudah dan penuh kebahagiaan.
12. Anifatul Rahmadhani dan Nurul Hidayah selaku sahabat dari SMA yang meskipun jarang bertemu tapi masih kontakan tidak peduli seberapa jauh kita,
13. kita akan selalu dekat di hati satu sama lain, terimakasih untuk dukungan dan doa yang selalu mengiringi.
14. Semua teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 2018 tercinta yang telah membersamai penulis selama masa perkuliahan dan senantiasa
memberikan motivasi untuk menjadi lebih baik, semoga tetap terjalin indah sebagai kenangan abadi selamanya.
15. Terima kasih untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan, terima kasih atas semuanya. Semoga Allah SWT membalas setiap kebaikan kalian, serta kehidupan kalian semua juga dimudahkan dan diberkahi selalu oleh Allah SWT.
Bandar Lampung, 25 September 2022 Penulis
Fina Octia
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Landasan Teori ... 4
1.5 Kerangka Pemikiran ... 6
1.6 Hipotesis ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis ... 9
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis ... 9
2.3 Pupuk Kotoran Ayam ... 10
2.4 Eco-enzyme ... 11
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu ... 12
3.2 Alat dan Bahan ... 12
3.3 Metode Penelitian ... 12
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 13
3.4.1 Pembuatan Eco-enzyme ... 13
3.4.2 Persiapan Lahan ... 15
3.4.3 Pembuatan Petak Percobaan ... 16
ii
3.4.4 Pengaplikasian Pupuk Kotoran Ayam ... 17
3.4.5 Penanaman Jagung Manis ... 18
3.4.6 Pengaplikasian Pupuk Anorganik ... 19
3.4.7 Pengaplikasian eco-enzyme ... 20
3.4.8 Pemeliharaan Jagung Manis ... 21
3.4.9 Pemanenan Jagung Manis ... 24
3.5 Variabel Pengamatan ... 25
3.5.1 Tinggi Tanaman` ... 25
3.5.2 Munculnya Bunga Betina (Silking) ... 25
3.5.3 Diameter Tongkol ... 26
3.5.4 Panjang Baris Biji ... 27
3.5.6 Jumlah Tongkol Komersial ... 27
3.5.7 Kadar Brix ... 27
3.5.8 Produksi Per Petak ... 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 29
4.1.1 Tinggi Tanaman dan Munculnya Bunga Betina (Silking) ... 30
4.1.2 Diameter Tongkol, Panjang Baris Biji, dan Jumlah Tongkol Komersial ... 32
4.1.3 Kadar brix dan Produksi Per Petak ... 34
4.2 Pembahasan ... 35
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 42
5.2 Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 44
LAMPIRAN ... 51
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Dosis pengaplikasian eco-enzyme pada tanaman jagung manis ... 20 2. Rekaptulasi hasil analisis ragam pengaruh dosis pupuk kotoran
ayam dan frekuensi pengaplikasian eco-enzyme pada perumbuhan
dan produksi tanaman jagung manis ... 29 3. Pengaruh dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian
eco-enzyme terhadap tinggi tanaman dan munculnya bunga
betina (silking) ... 30 4. Pengaruh dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian
eco-enzyme terhadap diameter tongkol, panjang baris biji, dan
jumlah tongkol komersial ... 33 5. Pengaruh dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian
eco-enzyme terhadap kadar brix dan produksi per petak ... 34 6. Data tinggi tanaman 6 MST akibat perlakuan pemberian dosis
pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasi
eco-enzyme ... 52 7. Uji homogenitas tinggi tanaman 6 MST akibat perlakuan
pemberian dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi
pengaplikasian eco-enzyme ... 52 8. Analisis ragam tinggi tanaman 6 MST akibat perlakuan
pemberian dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi
pengaplikasian eco-enzyme ... 53 9. Data munculnya bunga betina akibat perlakuan pemberian
dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian
eco-enzyme ... 53 10. Uji homogenitas munculnya bunga betina akibat perlakuan
pemberian dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi
pengaplikasian eco-enzyme ... 54
iv 11. Analisis ragam munculnya bunga betina akibat perlakuan
pemberian dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi
pengaplikasian eco-enzyme ... 54 12. Data diameter tongkol akibat perlakuan pemberian dosis
pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian
eco-enzyme ... 55 13. Uji homogenitas diameter tongkol akibat perlakuan pemberian
dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian
eco-enzyme ... 55 14. Analisis ragam diameter tongkol akibat perlakuan pemberian
dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian
eco-enzyme ... 56 15. Data panjang baris biji akibat perlakuan pemberian dosis pupuk
kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian eco-enzyme ... 56 16. Uji homogenitas panjang baris biji akibat perlakuan dosis pupuk
kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian eco-enzyme ... 57 17. Analisis ragam panjang baris biji akibat perlakuan pemberian
dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian
eco-enzyme ... 57 18. Data jumlah tongkol komersial akibat perlakuan pemberian
dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian
eco-enzyme ... 58 19. Uji homogenitas jumlah tongkol komersial akibat perlakuan
dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian
eco-enzyme ... 58 20. Analisis ragam jumlah tongkol komersial akibat perlakuan
pemberian dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi
pengaplikasian eco-enzyme ... 59 21. Data kadar brix akibat perlakuan pemberian dosis pupuk
kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian eco-enzyme ... 59 22. Uji homogenitas kadar brix akibat perlakuan dosis pupuk
kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian eco-enzyme ... 60 23. Analisis ragam kadar brix akibat perlakuan pemberian dosis
pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian
eco-enzyme ... 60
v 24. Data produksi per petak akibat perlakuan pemberian dosis
pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian
eco-enzyme ... 61 25. Uji homogenitas produksi per petak akibat perlakuan dosis
pupuk kotoan ayam dan frekuensi pengaplikasian
eco-enzyme ... 61 26. Analisis ragam produksi per akibat perlakuan pemberian
dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian
eco-enzyme ... 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur Kerangka Pemikiran ... 7
2. a. Proses pembuatan eco-enzyme ... 15
b. Proses fermentasi eco-enzyme selama 3 bulan ... 15
3. a. Pemberian dolomit secara merata. ... 16
b. Penggemburan tanah yang telah diberikan pupuk kotoran ayam dan dolomit menggunakan cangkul ... 16
4. Pengukuran lahan ... 16
5. Denah tata letak percobaan pengelompokan pemupukan berdasarkan ulangan. ... 17
6. a. Pengaplikasian pupuk kotoran ayam secara larik di atas petakan. ... 18
b. Petakan percobaan yang telah diaplikasikan pupuk kotoran ayam ... 18
7. Penanaman jagung manis. ... 18
8. a. Pengaplikasian pupuk anorganik Urea 150 kg/ha, TSP 118 kg/ha dan KCL 100 kg/ha pada awal tanam ... 19
b. Pengaplikasian pupuk Urea sebanyak 150 kg/ha pada umur 4 MST ... 19
9. Pengaplikasian Eco-enzyme ... 21
10. Pembumbunan tanaman jagung manis pada 4 MST ... 21
11. Penyiangan gulma ... 22
12. Penjarangan tanaman jagung manis pada 2 MST ... 23
13. Penyulaman tanaman jagung manis ... 23
14. a. Serangan hama ulat grayak dan penyakit bulai ... 24
b. Tanaman jagung manis yang terkena penyakit bulai ... 24
vii
15. a. Proses pemanenan jagung manis ... 24
b. Jagung manis yang siap panen. ... 24
16. Pengukuran tinggi tanaman. ... 25
17. Pengamatan munculnya bunga betina ... 26
18. Pengukuran diameter tongkol ... 26
19. Pengukuran panjang baris biji ... 27
20. Pengambilan sari jagung manis dengan alat handpresser. ... 28
21. Produksi Per Petak ... 28
22. Grafik pengaruh dosis pupuk kotoran ayam terhadap tinggi tanaman ... 31
23. Grafik pengaruh frekuensi pengaplikasian eco-enzyme terhadap tinggi tanaman ... 32
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung manis merupakan salah satu komoditas hortikultura yang digemari
masyarakat di Indonesia dan berpotensi menjadi produk pertanian organik. Jagung manis banyak dikonsumsi masyarakat karena memiliki rasa yang manis dan enak, selain itu mengandung nilai gizi yang tinggi. Suarni (2015) menyatakan bahwa jagung manis per 100 g bahan memiliki kandungan gizi yang tinggi yaitu energi (96 kal), protein (3,5 g), lemak (1 g), karbohidrat (22,8 g), kalsium (3 mg), fosfor (111 mg), besi (0,7 mg), vitamin A (400 SI), vitamin B (0,15 mg), vitamin C (12 mg), dan air (72,7 g). Pada daerah beriklim tropis pertumbuhan tanaman
memberikan hasil terbaik, hal ini menunjukkan bahwa usaha di Indonesia mempunyai prospek yang cukup baik dalam usaha pengembangan jagung manis (Ariyanto, 2011). Oleh sebab itu jagung manis menjadi salah satu produk
unggulan yang menguntungkan para petani.
Permintaan jagung manis untuk kota-kota besar setiap tahun meningkat menjadi 3 hingga 8 ton/hari dengan tingkat perkembangan permintaan sekitar 20 hingga 30% per tahun (Wayah dkk., 2014). Permintaan jagung manis yang semakin meningkat cenderung tidak stabil jika tidak diimbangi dengan peningkatan produksi jagung manis. Menurut Badan Pusat Statistik (2019), volume impor jagung manis di Indonesia pada tahun 2018 meningkat 42,5% menjadi 737,2 ribu ton dari 517,5 ribu ton pada 2017. Data di atas menunjukkan bahwa produksi jagung manis di Indonesia belum dapat mencukupi permintaan pasar. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan meningkatkan produksi jagung manis yaitu faktor lingkungan seperti kesuburan tanah. Tanah yang subur pada umumnya mengandung kandungan hara yang tinggi, kadar pH netral, mengadung
2
unsur mineral dan organisme tanah. Namun, umumnya kondisi tanah di Indonesia kurang subur dikarenakan merupakan tanah marginal. Menurut Lestari dkk.
(2017), tanah marginal memiliki kesuburan yang rendah, hal ini dikarenakan tanah marginal memiliki beberapa faktor pembatas seperti rendahnya kandungan hara dan bahan organik, pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, sehingga kurang baik untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesuburan tanah tersebut dapat dilakukan pemupukan menggunakan pupuk organik.
Pupuk organik mempunyai banyak manfaat antara lain dapat memperbaiki kesuburan tanah, memperbaiki kondisi fisika, kimia dan biologi tanah, tidak menimbulkan residu pada hasil panen dan dapat meningkatkan produksi pertanian (Sentana, 2010). Pupuk organik merupakan komponen peningkatan kesuburan tanah dengan cara memperbaiki kerusakan fisik tanah yang disebabkan
penggunaan pupuk anorganik berlebihan yang mengakibatkan kerusakan struktur tanah dalam jangka panjang (Kadir dan Karno, 2006). Penggunaan pupuk organik adalah perlakuan yang paling efektif untuk mencapai pertumbuhan dan hasil yang optimal dalam budidaya jagung manis. Pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kotoran ayam.
Pemberian pupuk kotoran ayam pada tanaman akan memberikan respon terbaik saat musim pertama. Kotoran ayam memiliki kemampuan untuk menyediakan energi dan makanan bagi mikroorganisme tanah sehingga dapat meningkatkan jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah, proses penguraian dan pelepasan hara tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang sehingga dapat diserap akar tanaman, akibatnya pertumbuhan dan produksi tanaman menjadi optimal (Marlina dkk., 2021). Pupuk kotoran ayam mampu meningkatkan bahan organik tanah dan kandungan C/N tanah, meningkatkan pH tanah dan memiliki kandungan unsur hara N dan P yang lebih tinggi dibandingkan pupuk kotoran lainnya (Purba dkk., 2017). Selain menggunakan pupuk organik untuk menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis juga membutuhkan penambahan biostimulant yang dapat memacu pertumbuhan tanaman jagung manis.
3
Biostimulant merupakan senyawa organik dalam jumlah sedikit yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Putra dkk., 2017).
Biostimulant pada penelitian ini adalah menggunakan eco-enzyme. Eco-enzyme merupakan senyawa organik yang dihasilkan dari fermentasi limbah kulit buah dan sayuran, gula (gula merah atau gula molase) dan air (Arun dan
Sivashanmugam, 2015). Pengaplikasian eco-enzyme sangat mendukung pertanian organik, hal ini dikarenakan eco-enzyme terbuat dari bahan-bahan organik (Arifin dkk., 2009). Menurut Sagar dkk. (2018), eco-enzyme mempunyai banyak
kandungan enzim antara lain yaitu amilase, selulase, invertase, laktase, xilanase, lipase, pectinase, dan tannase. Frekuensi pengaplikasian eco-enzyme akan memberikan enzim-enzim ke tanaman jagung manis, sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian eco-enzyme terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh dosis pupuk kotoran ayam untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada tanaman jagung manis?
2. Bagaimana pengaruh frekuensi pengaplikasian eco-enzyme untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada tanaman jagung manis?
3. Apakah terdapat interaksi antara pemberian dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian eco-enzyme terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh dosis pupuk kotoran ayam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.
4
2. Mengetahui pengaruh frekuensi pengaplikasian eco-enzyme terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.
3. Mengetahui interaksi antara pemberian dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian eco-enzyme terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.
1.4 Landasan Teori
Jagung manis adalah salah satu komoditas pertanian yang banyak disukai oleh masyarakat, karena memiliki rasa yang manis, enak, tinggi karbohidrat, serta sedikit protein dan lemak (Syofia dkk., 2015). Rasa manis pada biji jagung manis disebabkan oleh tingginya kadar gula pada endosperm biji yang berkisar 10- 13,8% sedangkan kadar gula jagung biasa hanya 1-3% dan sifat rasa manis pada biji jagung manis dikendalikan secara genetik (Pamandungan, 2016). Menurut Lertrat dan Pulam (2007), sifat manis pada jagung disebabkan oleh empat gen resesif yaitu gen resesif su-1 (sugary), bt-1 (brittle), sh-2 (shrunken) dan se-1 (sugary enhancer). Gen ini dapat mencegah perubahan gula menjadi zat pati pada endosperma sehingga jumlah gula yang ada kira-kira dua kali lebih banyak dari jagung biasa. Produksi jagung manis di Indonesia masih sangat rendah. Banyak kendala yang dihadapi dalam berbudidaya jagung manis, salah satunya yaitu rendahnya kesuburan tanah. Tanaman jagung manis merupakan tanaman responsif terhadap pemupukan (Syafruddin dkk., 2012). Pemupukan sangat penting karena dapat meningkatkan kesuburan tanah untuk mendapatkan hasil yang optimal (Diana dkk., 2016). Oleh sebab itu pemupukan sangat bermanfaat untuk laju pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan hewan, seperti pupuk kotoran, kompos, pupuk hijau, jerami dan bahan lainnya
(Ekawandani, 2019). Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah secara bersamaan (Wahyono, 2011). Manfaat pemberian pupuk organik yaitu dapat menjaga kelembaban tanah, mengurangi stres pada akar tanaman, memperbaiki struktur tanah, mencegah pengikisan lapisan atas
5
tanah, dan mempertahankan kesuburan tanah yang sudah diberi pupuk anorganik secara berlebihan di dalam tanah (Nugroho dkk., 2021).
Kotoran ayam adalah bahan organik yang banyak digunakan sebagai pupuk organik yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah yang kekurangan unsur hara organik dan dapat menyuburkan tanaman (Hilwa dkk., 2020). Pupuk kotoran ayam mempunyai kandungan unsur hara lebih tinggi dibanding pupuk kotoran hewan lainnya (Susanti dkk., 2008). Pupuk kotoran ayam memiliki kandungan hara meliputi unsur makro dan mikro yang terdiri dari N 1,72%, P 1,82%, K 2,18%, Ca 9,23%, Mg 0,86% (Tufaila dkk., 2014). Sedangkan menurut penelitian Susilowati (2013) kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air 55%.
Pengaruh positif pemberian pupuk kotoran ayam yaitu dapat meningkatkan kadar N, P, K, Ca dan Mg dalam tanah (Arifah dkk., 2019). Manfaat pupuk kotoran ayam memberikan efek yang sangat besar terhadap pertumbuhan tanaman antara lain menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas tanah, meningkatkan aktivitas
mikroorganisme dalam tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman dan daya serap air yang lebih lama pada tanah (Hartatik dan Widowati, 2006). Hasil penelitian Amir dkk. (2018) pemberian pupuk kotoran ayam dengan dosis 20 ton/ha dapat memberikan hasil terbaik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman kedelai.
Eco-enzyme merupakan hasil fermentasi dari limbah dapur organik, seperti ampas sayuran dan buah, dengan substrat gula (gula merah, gula aren, atau gula tebu), dan air. Eco-enzyme memiliki warna coklat gelap dan beraroma fermentasi asam manis yang kuat (Alkadri dan Asmara, 2020). Eco-enzyme menghasilkan berbagai enzim hidrolitik seperti protease, amilase, lipase dan lain-lain (Mandpe dkk., 2021). Hasil penelitian dari Ginting dkk. (2021) pemberian eco-enzyme terhadap pertumbuhan tanaman turi (Sesbania grandiflora) memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, lebar daun dan jumlah bunga.
6
1.5 Kerangka Pemikiran
Produksi jagung manis di Indonesia masih sangat rendah, sedangkan permintaan jagung manis terus meningkat. Produktivitas jagung manis di Indonesia mencapai sekitar 8,31 ton/ha, sedangkan berdasarkan deskripsi benih Varietas Exsotic Pertiwi dapat mencapai 15-22 ton/ha. Menurut Badan Pusat Statistik (2019), volume impor jagung manis di Indonesia pada tahun 2018 mengalami peningkatan. Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa budidaya jagung manis di Indonesia masih kurang optimal. Tingginya impor jagung manis disebabkan rendahnya produksi jagung manis di Indonesia yang belum mampu memenuhi kebutuhan jagung manis dalam negeri. Salah satu kendala dalam berbudidaya jagung manis yang sering dialami petani di Indonesia yaitu rendahnya kesuburan tanah. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah yaitu dengan pemberian bahan organik yang dapat memperbaiki
kemampuan tanah dalam menyimpan air, meningkatkan kapasitas infiltrasi, memperbaiki drainase, dan meningkatkan produktivitas tanah. Bahan organik yang digunakan pada penelitian ini berupa pupuk kotoran ayam.
Kotoran ayam berperan penting sebagai sumber hara yang tinggi bagi tanaman, selain itu kotoran ayam mampu memperbaiki struktur tanah, daya ikat air dalam daerah perakaran, meningkatkan aerasi media akar, dan meningkatkan kapasitas retensi air tanah. Pada musim pertama pupuk kotoran ayam menunjukkan respon tanaman terbaik yaitu dengan jenis tanah lempung hingga lempung berpasir yang gembur, dan mempunyai kandungan bahan organik dengan pH 5,5-7. Hal ini dikarenakan kotoran ayam cepat terdekomposisi dan memiliki kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kotoran hewan lainnya. Selain menggunakan pupuk kotoran ayam, untuk menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis juga membutuhkan penambahan biostimulant.
Biostimulant bukanlah pupuk, akan tetapi senyawa organik yang dalam jumlah sedikit memiliki efek positif pada pertumbuhan tanaman serta ramah lingkungan.
Biostimulant secara alami dapat merangsang penyerapan nutrisi pada tanaman agar dapat diserap secara efektif dan dapat memberikan ketahanan biologis pada
7
tanaman. Biostimulant yang digunakan pada penelitian yaitu eco-enzyme. Eco- enzyme adalah senyawa organik hasil dari fermentasi limbah dapur organik, seperti kulit buah dan sayuran, gula merah atau molase tetes tebu, dan air. Eco- enzyme mempunyai banyak kandungan enzim antara lain amilase, selulase, invertase, laktase, xilanase, lipase, pectinase, dan tannase. Mikroorganisme dan enzim yang terdapat dalam eco-enzyme dipengaruhi oleh jenis bahan organik yang digunakan. Enzim-enzim tersebut berperan sebagai katalisator, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.
Penggunaan pupuk kotoran ayam dan eco-enzyme diharapkan dapat menjadi alternatif bagi petani jagung manis untuk meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung manis. Selain itu penggunaan dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian eco-enzyme yang tepat diharapkan akan
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis. Efektivitas pemberian pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian eco-enzyme dapat diketahui setelah proses pemanenan selesai, dengan demikian bagan kerangka pemikiran (Gambar 1) dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Alur kerangka pemikiran Tanaman Jagung Manis
Rendahnya produktivitas jagung manis
Biostimulant berupa eco-enzyme Pupuk organik berupa pupuk
kotoran ayam
Meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis
8
1.6 Hipotesis
Hipotesis yang dapat diambil dari uraian kerangka pemikiran adalah sebagai berikut.
1. Terdapat pengaruh dosis pupuk kotoran ayam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.
2. Terdapat pengaruh frekuensi pengaplikasian eco-enzyme terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.
3. Respon dari pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis dipengaruhi pemberian dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian eco- enzyme.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis
Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji), Subdivisio Angiospermae (Berbiji tertutup), Kelas
Moncothyledonae (Berkeping satu), Ordo Graminae (Rumput-rumputan), Famili Graminaceae, Subfamilia Ponicidae, Genus Zea, dan Species Zea mays
saccharata Strut. (Warisno, 2003). Jagung manis yaitu tanaman monokotil atau tanaman berumah satu, penyerbukan jagung manis bersifat menyerbuk silang.
Suhu dan varietas jagung manis dapat mempengaruhi penyebaran serbuk sari jagung manis dan berakhir pada 3-10 hari, setelah 1-3 hari rambut tongkol jagung manis akan muncul dan serbuk sari mulai tersebar maka siap diserbuki ketika keluar dari kelebot (Sholikha, 2019).
Pertumbuhan tanaman jagung manis ditandai dengan akar primer awal setelah perkecambahan. Pada buku-buku pangkal batang tumbuh secara berkembang dan menyamping sekelompok akar sekunder. Jagung manis memiliki batang kaku dengan tinggi berkisar 1,5 m-2,5 m, batang jagung manis terbungkus dengan pelepah daun yang berselang seling berasal dari setiap buku. Tanaman jagung manis disebut tanaman kariopsis yang artinya tanaman yang memiliki buah matang berbiji tunggal. Daun jagung manis panjang dengan bentuk rata meruncing, serta memiliki tulang daun sejajar (Syukur dan Rifianto, 2016).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis
Jagung manis dapat tumbuh pada daerah beriklim sedang hingga beriklim tropis, akan tetapi pertumbuhan tanaman jagung manis yang terbaik adalah pada daerah
10
beriklim tropis (Mayadewi, 2007). Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan jagung manis yaitu sekitar 85 mm sampai 200 mm/bulan dan harus merata.
Tanaman jagung manis perlu mendapatkan air yang cukup pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman. Penanaman jagung manis dilakukan diawal musim hujan dan menjelang musim kemarau. Suhu optimum pertumbuhan jagung manis antara 23℃ sampai 27℃. Pada daerah dataran rendah maupun pada pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000 mdpl sampai 2000 mdpl tanaman jagung manis dapat tumbuh serta beradaptasi dengan baik. Ketinggian daerah yang sangat optimum untuk menanam jagung manis yaitu antara 0 mdpl sampai 600 mdpl (Sutrisna dan Basuno, 2018). Jagung manis yang ditanam di lahan yang terbuka atau tanpa naungan dengan paparan sinar matahari penuh selama 12 jam/hari, tanah gembur atau remah dan subur, drainase baik, pH netral, sehingga tanaman jagung manis dapat tumbuh dengan optimal.
2.3 Pupuk Kotoran Ayam
Kotoran ayam merupakan salah satu limbah peternakan ayam yang memiliki potensi besar sebagai pupuk organik. Komposisi kotoran ayam sangat beragam tergantung pada sifat fisiologis ayam, pakan yang dikonsumsi, lingkungan kandang termasuk suhu dan kelembaban (Widigdyo, 2022). Pupuk kotoran ayam mempunyai kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kotoran hewan lainnya, hal ini dikarenakan kotoran padat pada unggas tercampur dengan kotoran cairnya (Fatimah dkk., 2020). Kotoran ayam mampu
menyediakan unsur hara, seperti hara Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), dan Kalsium (Ca) dan memiliki sifat relatif cepat terdekomposisi (Mubarok dkk., 2016). Selain itu, ketersediaan kotoran ayam dalam jumlah yang besar disebabkan oleh pesatnya perkembangan produksi peternakan di industri perunggasan
terutama untuk ayam pedaging dan ayam petelur, sehingga kotoran ayam sangat cocok untuk diolah menjadi pupuk organik (Fajri dkk., 2021).
Pemberian pupuk kotoran ayam memberikan pengaruh yang baik, hal ini dikarenakan pupuk kotoran ayam selain dapat menambah unsur hara juga dapat memperbaiki sifat fisik, dan aktifitas biologi tanah sehingga tanah menjadi lebih
11
gembur. Manfaat pemberian pupuk kotoran ayam antara lain yaitu dapat
meningkatkan hasil panen, memperbaiki sifat kimia dan biologi tanah pada lahan subur, menyediakan unsur hara dalam jumlah besar, memudahkan dalam
pengolahan lahan, dan kotoran ayam mudah didapatkan dengan harga yang sangat terjangkau (Ansari dkk., 2017). Pemberian kotoran ayam dapat mengembalikan bahan organik ke dalam tanah, sehingga akan meningkatkan hasil produksi tanaman (Syekfani, 2000). Oleh sebab itu, pemberian pupuk kotoran ayam ke tanah sangat diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
2.4 Eco-enzyme
Eco-enzyme merupakan penemuan dari Dr. Rosukon Poompanvong yang meneliti secara efektif cara mengubah sisa bahan dapur yang tidak lagi berguna menjadi enzim (Astuti dan Maharani, 2020). Eco-enzyme merupakan produk ramah lingkungan yang sangat fungsional, mudah digunakan, dan mudah dibuat. Eco- enzyme disebut sebagai enzim sampah yang merupakan larutan multi enzim yang terdiri dari protease, lipase, dan amilase (Tang dan Tong, 2011). Eco-enzyme memberikan pengaruh baik untuk lingkungan, pertanian, peternakan, rumah tangga, dan budidaya perairan (Tokpohozin dkk., 2015)
Eco-enzyme adalah senyawa organik hasil fermentasi dari limbah kulit buah dan sayuran, gula (gula merah atau gula molase) dan air (Arun dan Sivashanmugam, 2015). Perbandingan penggunaan bahan pembuatan eco-enzyme yaitu 1 bagian molases atau gula merah : 3 bagian limbah buah dan sayuran : 10 bagian air dan difermentasi selama tiga bulan (Rasit dan Kuan, 2018). Pada saat proses
fermentasi selesai, maka akan terbentuk eco-enzyme. Hasil fermentasi dari pembuatan eco-enzyme yang baik memiliki ciri-ciri yaitu berwarna coklat gelap, bearoma asam atau segar yang sangat kuat dan memiliki pH 4 atau kurang dari 4 (Rochyani dkk., 2020).
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di lahan Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Bandar Lampung, Lampung. Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105o 15' 23'' dan 105o 15' 82'' BT dan antara 5o 21' 86'' LS. Lahan yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam jenis tanah Ultisol.
Penelitian ini dimulai pada bulan bulan November 2021 sampai dengan bulan Februari 2022.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, meteran, mistar, plastik, label, ember, selang air, timbangan, patokan, tali rafia, gembor, cangkul, knapsack sprayer, handrefraktometer, handpresser, gelas ukur 5 ml, jangka sorong, wadah tertutup, pisau, dan talenan . Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis varietas exsotic pertiwi, pupuk kotoran ayam, air, limbah sayuran, limbah buah, molase tetes tebu, kapur pertanian atau dolomit, pupuk anorganik urea, TSP, dan KCl.
3.3 Metode Penelitian
Perlakuan disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu dosis pupuk kotoran ayam dan faktor kedua yaitu frekuensi pengaplikasian eco-enzyme. Faktor pertama yaitu dosis pupuk kotoran ayam yang terdiri dari : Tanpa pemberian pupuk kotoran ayam, P1 (pupuk kotoran ayam 10 ton/ha), P2 (pupuk kotoran ayam 20 ton/ha).
13
Faktor kedua yaitu frekuensi pengaplikasian eco-enzyme yang terdiri dari : Tanpa pengaplikasian eco-enzyme, E1 (frekuensi pengaplikasian eco-enzyme 1
kali/minggu), E2 (frekuensi pengaplikasian eco-enzyme 2 kali/minggu).
Pengaplikasian eco-enzyme dilakukan pada umur 3 MST - 7 MST. Berdasarkan kedua faktor tersebut didapatkan kombinasi perlakuan sebagai berikut :
1. P0E0 = Tanpa pemberian pupuk kotoran ayam + tanpa pengaplikasian Eco-enzyme
2. P0E1 = Tanpa pemberian pupuk kotoran ayam + frekuensi eco-enzyme 1 kali/minggu.
3. P0E2 = Tanpa pemberian pupuk kotoran ayam + frekuensi eco-enzyme 2 kali/minggu.
4. P1E0 = Pupuk kotoran ayam 10 ton/ha + tanpa pengaplikasian eco-enzyme 5. P1E1 = Pupuk kotoran ayam 10 ton/ha + frekuensi eco-enzyme 1 kali/minggu.
6. P1E2 = Pupuk kotoran ayam 10 ton/ha + frekuensi eco-enzyme 2 kali/minggu.
7. P2E0 = Pupuk kotoran ayam 20 ton/ha + tanpa pengaplikasian eco-enzyme.
8. P2E1 = Pupuk kotoran ayam 20 ton/ha + frekuensi eco-enzyme 1 kali/minggu.
9. P2E2 = Pupuk kotoran ayam 20 ton/ha + frekuensi eco-enzyme 2 kali/minggu.
Data yang didapatkan tersebut diuji homogenitas ragamnya dengan menggunakan uji Bartlett dan additivitas data dengan menggunakan uji Tukey. Jika kedua hasil memenuhi asumsi, maka data dianalisis dengan sidik ragam dan untuk menguji pemisah nilai tengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pembuatan Eco-Enzyme
Pada penelitian ini proses pembuatan eco-enzyme dilakukan pada tanggal 30 Juli 2021 dan proses pemanenan eco-enzyme dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2021.
Proses pembuatan eco-enzyme memiliki beberapa tahapan antara lain: persiapan alat bahan, pembuatan, pengecekan, dan pemanenan.
14
Proses pembuatan eco-enzyme pada penelitian dilakukan sesuai dengan anjuran dari modul Eco-enzyme Nusantara (2020). Hal pertama yang dilakukan dalam proses pembuatan eco-enzyme adalah mempersiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan antara lain: wadah tertutup, pisau, saringan, ember, botol dan talenan.
Bahan yang digunakan antara lain : air, limbah sayuran dan buah, dan molase tetes tebu. Sayuran yang digunakan untuk membuat eco-enzyme pada penelitian ini adalah sawi putih, sawi hijau, wortel, tomat, dan kangkung. Kulit buah yang digunakan untuk membuat eco-enzyme pada penelitian ini adalah kulit nanas, jeruk, apel, buah naga, pisang, semangka, mangga, dan pepaya. Tahap berikutnya yaitu membersihkan limbah sayuran dan kulit buah terlebih dahulu, kemudian dipotong kecil-kecil dengan menggunakan pisau yang beralas talenan. Selanjutnya menyiapkan air sebanyak 10 liter, limbah 80% kulit buah dan 20% sayuran
sebanyak 3 kg, dan molase tetes tebu sebanyak 1 kg (air 10 bagian : limbah organik 3 bagian : molase 1 bagian). Kemudian semua bahan tersebut dimasukkan ke dalam wadah tertutup dan ditutup serapat mungkin (Gambar 2a).
Bahan pembuatan eco-enzyme di fermentasi minimal selama 3 bulan. Pada hari ke 14 setelah dilakukannya proses pembuatan eco-enzyme tutup wadah dibuka selama 5 hingga 10 detik. Tujuan dari dibukanya tutup wadah yaitu untuk mengeluarkan gas yang terdapat di dalam wadah, setelah itu wadah ditutup rapat kembali dan jangan dibuka hingga waktu panen eco-enzyme (Gambar 2b). Setelah 3 bulan proses fermentasi eco-enzyme sudah siap untuk dipanen. Proses
pemanenan eco-enzyme dilakukan dengan menyaring cairan dari ampasnya.
Kemudian cairan yang telah disaring dimasukkan ke dalam botol yang bertutup rapat.
15
Gambar 2. (a). Proses pembuatan eco-enzyme
(b). Proses fermentasi eco-enzyme selama 3 bulan.
3.4.2 Persiapan Lahan
Pada penelitian ini proses pengolahan lahan dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2021. Pengolahan lahan bertujuan agar tanah menjadi lebih gembur.
Tahap awal proses pengolahan lahan pertama yaitu membersihkan lahan dari gulma yang tumbuh. Lahan yang digunakan untuk penelitian dilakukan penggemburan tanah menggunakan cangkul dengan kedalaman 20 - 30 cm.
Pengolahan lahan pertama dicangkul tanah hingga gembur dan bersih dari sisa- sisa gulma. Tahap selanjutnya dilakukan pengolahan lahan kedua yaitu
mengaplikasikan pupuk kotoran ayam dan dolomit. Lahan diberikan dolomit atau kapur pertanian dengan dosis 5 ton/ha, sehingga setelah dihitung untuk kebutuhan petak ukuran 3 m x 2,8 m didapatkan untuk setiap petaknya sebanyak 4,5 kg dolomit dan kandungan dolomit yang diaplikasikan yaitu MES 80, Cao 30%, dan Mgo 18%. Pada setiap petak diberikan dolomit dan pupuk kotoran ayam secara merata (Gambar 3a), kemudian dicangkul kembali dengan mencampurkan tanah yang telah diberikan pupuk kotoran ayam dan dolomit menggunakan cangkul (Gambar 3b).
a b
16
Gambar 3. (a). Pemberian dolomit secara merata.
(b). Penggemburan tanah yang telah diberikan pupuk kotoran ayam dan dolomit menggunakan cangkul
3.4.3 Pembuatan Petak Percobaan
Setelah melakukan pengolahan tanah, kemudian dibentuk petakan dengan ukuran 3 m x 2,8 m dan luas petakan yaitu 70 cm x 20 cm (Gambar 4). Dalam penelitian ini digunakan 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, sehingga diperlukan 27 petak percobaan. Jumlah sampel pada setiap petak yaitu 5 tanaman, sehingga total keseluruhan sampel adalah 135 tanaman.
Gambar 4. Pengukuran lahan.
a b
17
Tata letak percobaan digambarkan pada Gambar 5.
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
P1E1 P0E2 P1E2
P2E2 P2E0 P1E1
P1E2 P2E1 P2E2
P1E0 P1E1 P0E2
P0E2 P0E0 P1E0
P2E0 P0E1 P0E0
P2E1 P1E2 P2E0
P0E1 P2E2 P2E1
P0E0 P1E0 P0E1
Gambar 5. Denah tata letak percobaan pengelompokan pemupukan berdasarkan ulangan.
3.4.4 Pengaplikasian Pupuk Kotoran Ayam
Pupuk kotoran ayam diperoleh dari peternak ayam petelur yang berada di Lampung Selatan. Pada saat pengolahan tanah sebelum tanam dilakukannya pengaplikasian pupuk kotoran ayam yaitu pada bulan Oktober 2021. Saat olah tanah yaitu dengan menimbun pupuk kotoran ayam secara larik di atas petakan (Gambar 6a) . Hal ini agar pupuk kotoran ayam dekat dengan perakaran tanaman jagung manis, sehingga dapat langsung dimanfaatkan oleh akar tanaman. Dosis yang digunakan tergantung pada perlakuan antara lain : Perlakuan dengan dosis 10 ton/ha menggunakan 8,4 kg pupuk kotoran ayam pada setiap petaknya, dan perlakuan dengan dosis 20 ton/ha menggunakan 16,8 kg pupuk kotoran ayam pada setiap petaknya (Gambar 6b).
18
Gambar 6. (a). Pengaplikasian pupuk kotoran ayam secara larik di atas petakan.
(b). Petakan percobaan yang telah diaplikasikan pupuk kotoran ayam.
3.4.5 Penanaman Jagung Manis
Penanaman jagung manis varietas Exotic Pertiwi ditanam pada bulan November 2021. Tahap awal dalam proses penanaman jagung manis yaitu dengan membuat lubang tanam pada petakan dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm, sehingga pada setiap petak terdapat 60 tanaman. Lubang tanam dibuat dengan cara ditugal dengan kedalaman 3-5 cm, kemudian dimasukkan sebanyak dua benih jagung manis untuk setiap lubangnya (Gambar 7). Lubang tanam yang telah diisi benih jagung ditutup kembali dengan tanah.
Gambar 7. Penanaman jagung manis.
a b
19
3.4.6 Pengaplikasian Pupuk Anorganik
Pada penelitian ini menggunakan pupuk anorganik yaitu urea, TSP, dan KCl. Pada awal tanam diaplikasikan pupuk anorganik urea 150 kg/ha, TSP 118 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha (Gambar 8a). Pengaplikasian pupuk urea dilakukan dua kali yaitu pada awal tanam sebanyak 150 kg/ha dan umur 4 MST sebanyak 150 kg/ha (Gambar 8b), sedangkan pengaplikasian pupuk TSP dan KCl dilakukan satu kali pada awal tanam. Hal ini dilakukan karena pupuk urea lebih mudah menguap dibandingkan pupuk TSP dan KCl. Pupuk urea diaplikasikan sebanyak dua kali diharapkan dapat lebih efektif untuk menyediakan unsur Nitrogen (N) bagi tanaman. Pada setiap tanaman jagung manis mendapatkan pupuk urea sebanyak 2,1 g, pupuk TSP sebanyak 1,65 g, dan pupuk KCl sebanyak 1,4 g. Pemupukan pada awal tanam dilakukan dengan mencampurkan ketiga pupuk tersebut, dan dilakukan dengan sistem ditugal dengan jarak 5 - 7 cm dari lubang tanam, kemudian lubang ditutup kembali dengan tanah (Gambar 8a). Pada 4 MST dilakukan pemupukan hanya urea saja sebanyak 2,1 g dengan sistem ditugal dan jarak 15 cm dari lubang tanam (Gambar 8b).
Gambar 8. (a). Pada awal tanam pengaplikasian pupuk anorganik urea 2,1 g, TSP sebanyak 1,65 g, dan pupuk KCl sebanyak 1,4 g.
(b). Pada umur 4 MST pengaplikasian pupuk urea saja sebanyak 2,1 g.
a b
20
3.4.7 Pengaplikasian Eco-enzyme
Pengaplikasian eco-enzyme dilakukan pada 3 hingga 7 minggu setelah tanam (MST). Pengaplikasian eco-enzyme dilakukan dengan penyemprotan pada bagian bawah daun menggunakan knapsack sprayer (Gambar 9). Hal ini dilakukan karena pada bagian bawah daun jagung manis terdapat stomata. Waktu
pengaplikasian eco-enzyme yaitu pada pagi hari, karena pada pagi hari stomata tanaman jagung manis akan membuka dan suhu masih rendah, sehingga tidak menyebabkan eco-enzyme yang diberikan akan menguap karena suhu yang tinggi.
Pada penelitian ini sebelum menggunakan eco-enzyme ditambahkan air terlebih dahulu dengan perbandingan 1 (eco-enzyme ) : 1.000 (air), hal ini sesuai dengan anjuran dari Modul Eco-enzyme Nusantara (2020) bahwa pengaplikasian eco- enzyme untuk tanaman yaitu menggunakan perbandingan eco-enzyme + air = 1 : 1.000. Pada perlakuan pengaplikasian satu kali seminggu menggunakan dosis sesuai dengan hasil kalibrasi yaitu 1 : 1.000 dan pada perlakuan pemberian dua kali seminggu menggunakan setengah dari dosis hasil kalibrasi yaitu 0,5 : 1.000.
Pada penelitian ini dosis yang digunakan tergantung dari hasil kalibrasi tiap minggunya, seiring dengan bertambahnya umur tanaman, maka semakin banyak dosis yang digunakan (Tabel 1).
Tabel 1. Dosis pengaplikasian eco-enzyme pada tanaman jagung manis.
Umur Tanaman Volume air/petak Ml eco-enzyme 1 kali/minggu 2 kali/minggu
3 MST 1,5 l 1,5 ml 0,75 ml
4 MST 2 l 2 ml 1 ml
5 MST 2,5 l 2,5 ml 1,25 ml
6 MST 3 l 3 ml 1,5 ml
7 MST 3,5 l 3,5 ml 1,75 ml
21
Gambar 9. Pengaplikasian eco-enzyme
3.4.8 Pemeliharaan Jagung Manis
a. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan pada 4 MST. Proses pembumbunan dilakukan
bersamaan dengan penyiangan gulma (Gambar 10). Pembumbunan bertujuan agar posisi batang menjadi kokoh, sehingga tanaman tidak mudah tumbang dan
menutupi akar yang muncul di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Alat yang digunakan pada proses pembumbunan yaitu dengan menggunakan cangkul atau koret.
Gambar 10. Pembumbunan tanaman jagung manis pada 4 MST b. Penyiraman
Penyiraman tanaman jagung manis dilakukan pada setiap hari saat tanaman
jagung manis berusia satu hingga empat minggu. Tujuannya agar tanaman tumbuh
22
subur dan tidak mati. Tahap berikutnya disesuaikan dengan kondisi lahan maupun kondisi tanaman. Jika kebutuhan air pada tanaman jagung manis mengalami kekurangan, maka dilakukan penyiraman pada tanaman jagung manis.
c. Penyiangan
Proses penyiangan gulma dilakukan secara rutin. Tujuan dari membersihkan gulma yaitu agar tanaman dapat tumbuh dengan maksimal. Penyiangan gulma pada tanaman jagung manis yang masih muda atau kecil dilakukan secara mencabut gulma menggunakan tangan atau dengan menggunakan cangkul kecil, yang penting dalam proses penyiangan gulma tidak mengganggu tanaman utama, terutama akar tanaman yang umurnya belum cukup kuat untuk mencengkeram tanah (Gambar 11). Setelah gulma dikendalikan, dibuang ke tempat sampah agar gulma tersebut tidak tumbuh kembali di lahan.
Gambar 11. Penyiangan gulma.
d. Penjarangan
Pada saat tanaman berumur 2 MST penjarangan dilakukan jika terdapat lebih dari satu benih di lubang tanam dan semuanya tumbuh. Proses penjarangan dilakukan dengan cara memotong batang bawah tanaman tepat di permukaan tanah dengan menggunakan gunting, sehingga harus diberi jarak dan menyisakan tanaman yang tumbuh dengan baik (Gambar 12). Penjarangan dilakukan agar tanaman tumbuh optimal dan tidak ada persaingan unsur hara tanaman.
23
Gambar 12. Penjarangan tanaman jagung manis pada 2 MST.
e. Penyulaman
Penyulaman dilakukan saat tanaman jagung manis berumur 1 - 2 minggu.
Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit tanaman jagung manis yang mati atau tidak tumbuh dengan menggunakan bibit jagung yang sudah disemai pada contong daun pisang, sehingga bibit tanaman jagung manis dapat tumbuh dengan baik secara bersamaan dan juga merata dewasanya (Gambar 13).
Gambar 13. Penyulaman tanaman jagung manis.
f. Pengendalian Hama dan Penyakit
Kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung manis dilakukan tergantung dari serangan yang terjadi. Pengendalian dilakukan ketika populasi hama dan penyakit telah menyebar ke lahan. Tahap awal pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanik dan biologi. Namun jika hama masih belum
24
terkendali, maka dilakukan pengendalian kimiawi yaitu dengan menggunakan pestisida.
Gambar 14. (a). Serangan hama ulat grayak
(b). Tanaman jagung manis yang terkena penyakit bulai.
3.4.9 Pemanenan Jagung Manis
Pada umur 73 HST (Hari Setelah Tanam) dilakukannya pemanenan tanaman jagung manis (Gambar 15a) .Tanaman jagung manis yang siap dipanen memiliki ciri-ciri yaitu rambutnya yang telah berwarna coklat kehitaman, kering, ujung tongkol terisi penuh dan biji berwarna kuning mengkilat (Gambar 15b). Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari secara serempak.
Gambar 15. (a). Proses pemanenan jagung manis (b). Jagung manis yang siap panen.
a b
a b
25
3.5 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan yang diamati pada penelitian ini meliputi : tinggi tanaman, munculnya bunga betina (silking), diameter tongkol, panjang baris, jumlah tongkol komersial, kadar brix, dan produksi per petak.
3.5.1 Tinggi Tanaman
Dilakukan pengukuran tinggi tanaman setiap minggu. Sejak 3 MST dengan puncak pengukuran saat vegetatif maksimum pada sekitar 51 - 61 HST. Jumlah sampel yang digunakan yaitu sebanyak 5 tanaman per petak. Tinggi tanaman, diukur dari atas permukaan tanah hingga buku terakhir (pangkal tangkai bunga jantan) menggunakan meteran dalam satuan cm pada tanaman sampel meteran dalam satuan cm (Gambar 16).
Gambar 16. Pengukuran tinggi tanaman.
3.5.2 Munculnya Bunga Betina (Silking)
Pengamatan saat munculnya bunga betina (silking) yaitu dengan kriteria 50% dari populasi tanaman dalam satu petak yang sudah mengeluarkan rambut dengan panjang kurang lebih 2 cm (Gambar 17). Jika rambut belum mencapai 2 cm, maka belum dianggap saat silking.
26
Gambar 17. Pengamatan munculnya bunga betina.
3.5.3 Diameter Tongkol
Diameter tongkol diukur setelah jagung dipanen dan dikupas kelobotnya.
Pengukuran diameter tongkol menggunakan mikrometer sekrup dengan satuan cm. Pengukuran diameter tongkol dilakukan pada tiga bagian yaitu diameter pangkal, tengah, dan ujung tongkol lalu diambil rata-ratanya (Gambar 18). Jumlah sampel yang diukur yaitu dari 5 sampel tongkol pada tanaman yang berbeda.
Gambar 18. Pengukuran diameter tongkol
27
3.5.4 Panjang Baris Biji
Pengukuran panjang baris biji pada tongkol jagung dilakukan setelah jagung dipanen dan dikupas kelobotnya. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur dari munculnya biji sampai ujung baris biji pada tongkol menggunakan meteran dengan satuan cm (Gambar 19). Jumlah sampel yang digunakan yaitu sebanyak 5 tanaman per petak.
Gambar 19. Pengukuran panjang baris biji
3.5.5 Jumlah Tongkol Komersial
Tongkol komersial adalah tongkol yang memiliki ciri-ciri seperti minimal 90 % berisi biji, biji-biji berkembang penuh, panjang tongkol > 12 cm dan tidak
terserang hama penyakit. Perhitungan jumlah tongkol komersial dilakukan setelah panen per petak. Jumlah tongkol komersial tanaman dihitung dengan menghitung semua tongkol komersial dalam petakan dibagi dengan dengan jumlah tanaman yang hidup dalam petakan.
3.5.6 Kadar Brix
Pengukuran tingkat kemanisan jagung manis dilakukan dengan menggunakan alat handrefraktometer. Penggunaannya dilakukan dengan cara meneteskan sari biji menggunakan alat handpresser dan sari jagung manis yang diperoleh diteteskan
28
ke alat handrefraktometer (Gambar 20), kemudian hasil pengukuran dapat dilihat pada alat handrefraktometer. Jumlah sampel yang digunakan yaitu sebanyak 5 tanaman per petak.
Gambar 20. Pengambilan sari jagung manis dengan alat handpresser.
3.5.7 Produksi Per Petak
Produksi per petak ditimbang dengan cara menimbang seluruh hasil panen tongkol tanaman per pertak dengan ukuran petakan 3 m x 2,8 m. Penimbangan dilakukan pada jagung berkelobot dan satuan yang digunakan yaitu kg/8,4 m2. Tongkol jagung manis dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam plastik besar, kemudian ditimbang jagung manis yang masih memiliki kelobot.
Gambar 21. Produksi per petak
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pemberian pupuk kotoran ayam dengan dosis 20 ton/ha menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada variabel kadar brix sebesar 13,61% dan produksi per petak sebesar 22,08 kg/8,4 m2 dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kotoran ayam dengan kadar brix 11,52% dan produksi per petak sebesar 16,02 kg/8,4 m2. 2. Pengaplikasian eco enzyme 2 kali/minggu menghasilkan kadar brix dan produksi
per petak yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pengaplikasian eco enzyme. Kadar brix pada pengaplikasian eco enzyme 2 kali/minggu sebesar 12,80% dan produksi per petak sebesar 19,78 kg/8,4 m2, sedangkan kadar brix tanpa pengaplikasian eco enzyme sebesar 12,28% dan produksi sebesar 18,50 kg/8,4 m2.
3. Tidak terjadi interaksi antara faktor dosis pupuk kotoran ayam dan frekuensi pengaplikasian eco enzyme terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap frekuensi pengaplikasian eco enzyme dengan konsentrasi yang beragam, sehingga konsentrasi yang optimal dapat diketahui, menganalisis tanah
43
terlebih dahulu agar mengetahui kandungan hara dalam tanah, melakukan
pengukuran panjang baris biji dan juga panjang tongkol agar mengetahui lebih akurat banyaknya isi tongkol jagung manis, dan menunjukkan gambar penelitian hasil pengukuran variabel agar data yang didapatkan lebih terpercaya.
DAFTAR PUSTAKA
Alkadri, S. P. A., dan Asmara, K. D. 2020. Pelatihan Pembuatan Eco-Enzyme sebagai Handsanitizer dan Desinfektan pada Masyarakat Dusun Margo Sari Desa Rasau Jaya Tiga dalam Upaya Mewujudkan Desa Mandiri Tangguh Covid-19 Berbasis Eco-Community. Buletin Al-Ribaath. 17(2): 98-103.
Amir, N., dan Fauzy, M. F. 2018. Pengaruh Jenis Pupuk Organik Cair Limbah Tanaman dan Takaran Pupuk Kotoran Ayam terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill). Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Pertanian. 13(1): 17-21.
Amiroh, A., Khumairoh, S. Z., Istiqomah, I., dan Suharso, S. 2020. Kajian Macam Pupuk Organik dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurnal Ilmu Pertanian. 3(2): 1-14.
Ansari, M. I., Jaya, J. D., dan Alamsyah, P. 2017. Pengaruh Penambahan EM4 dalam Pembuatan Pupuk Organik Berbahan Kotoran Ayam terhadap Pertumbuhan Tanaman Seledri. Jurnal Sains dan terapan Politeknik Hasnur. 5(02): 1-7.
Arifah, S. H., Astininngrum, M., dan Susilowati, Y. E. 2019. Efektivitas Macam Pupuk Kandang dan Jarak Tanam pada Hasil Tanaman Okra (Abelmaschus esculentus, L. Moench). Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika.
4(1): 38-42.
Arifin, L. W., Syambarkah, A., Purbasari, H. S., Ria, R., dan Puspita, V. A. 2009.
Introduction of Eco-enzyme to Support Organic Farming in Indonesia.
Asian Journal of Food and Agro-Industry. 356-359.
Ariyanto, S. E. 2011. Perbaikan Kualitas Pupuk Kandang Sapi dan Aplikasinya pada Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). Jurnal Sains dan Teknologi. 4(2) : 64-176.
Arun, C., and Sivashanmugam, P. 2015. Investigation of Biocatalytic Potential of Garbage Enzyme and its Influence on Stabilization of Industrial Waste Activated Sludge. Juornal Process Safety and Environmental Protection.
94: 471-478.
45
Asadi, S., Woerjono, M., dan Jumanto, H. 2004. Keefektifan Metode Seleksi Modifikasi Bulk dan Pedigri untuk Karakter Agronomi dan Ketahanan terhadap Virus Kerdil (SSV) Galur-Galur F7 Kedelai. Zuriat. 15(1): 64-76.
Astuti, A. P., dan Maharani, E. T. W. 2020. Perbandingan Uji Organoleptik pada Delapan Variabel Produk Ekoenzim. Seminar Nasional Edusainstek. 393- 399.
Ayunita, I., Mansyoer, A., dan Sampoerno, S. 2014. Uji Beberapa Dosis Pupuk Vermikompos pada Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.). Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau. 1(2).
Badan Pusat Statistik. 2019. Volume Impor Jagung ke Indonesia.
http://www.bps.go.id. Diakses 25 Oktober 2021.
Diana, N. E., Supriyadi., dan Djumali. 2016. Pertumbuhan, Produktivitas, dan Rendemen Pertanaman Tebu Pertama (Plant cane) pada Berbagai Paket Pemupukan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 21(3): 59-166.
Eco Enzyme Nusantara. 2020. Modul Belajar Pembuatan Eco-Enzyme 2020. 1-62.
Ekawandani, N. 2019. Efektifitas Kompos Daun Menggunakan EM4 dan Kotoran Sapi. Jurnal Tedc. 12(2): 145-149.
Fajri, N. A., dan Kartika, N. M. A. 2021. Produksi Magot Menggunakan Manur Ayam sebagai Pakan Unggas. Jurnal Agribisnis dan Peternakan. 1(2): 66- 71.
Farida, Rani, dan M. A. Chozin. 2015. Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan Dosis Pupuk Kandang Ayam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.). Buletin Agrohorti. 3(3): 323-329.
Fatimah, F., Zahanis, Z., dan Darman, D. 2020. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Kapur terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) pada Ultisol. Jurnal Embrio. 12(1): 1-16.
Ginting, N. A., Ginting, N., Sembiring, I., and Sinulingga, S. 2021. Effect of Eco Enzymes Dilution on the Growth of Turi Plant (Sesbania grandiflora).
Jurnal Peternakan Integratif. 9(1): 29-35
Hartatik, W. dan Widowati, L.R. 2006. Pupuk Kandang, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Bogor.
Hazra, F., dan Santosa, D. A. 2022. Evaluasi Penggunaan Pupuk Hayati pada Pertumbuhan Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) di Kebun Superavo, Subang. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 24(1): 14-19.
46
Hidayah, U., Puspitorini, P., dan Setya, A. 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk urea dan Pupuk Kandang Ayam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt. L) Varietas Gendis. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian. 10(1): 1-19.
Hilwa, W., Harahap, D. E., dan Zuhirsyan, M. 2020. Pemberian Pupuk Kotoran Ayam dalam Upaya Rehabilitasi Tanah Ultisol Desa Janji yang
Terdegradasi. Jurnal Agrica Ekstensia. 14(1): 75-80.
Iriany, R. N., Yasin, M., dan Takdir, A. M. 2008. Asal, Sejarah, Evolusi, dan Taksonomi Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Kadir, S., dan Karno, M. Z. 2006. Pengaruh Pupuk Organik terhadap
Pertumbuhan an Produksi Kopi Arabika. Jurnal Agrivigor. 6(1): 85-92.
Khair, H., Pasaribu, M. S., dan Suprapto, E. 2015. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk Organik Cair Plus. Jurnal Ilmu Pertanian.
18(1): 13-22.
Lertrat, K. and T. Pulam. 2007. Breeding for Increased Sweetness in Sweet Corn.
International Jurnal of Plant Breeding. 1(1): 27-30.
Lestari, P., Faridah, E., dan Koranto, C. A. D. 2017. Pengaruh Legum Penutup Tanah terhadap Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia macrophylla) pada Tanah Marginal. Jurnal Nasional Teknologi Terapan. 1(1): 60-68.
Mandpe, A., Yadav, N., Paliya, S., Tyagi, L., Yadav, B.R., Singh, L., Kumar, S., and Kumar, R. 2021. Exploring the Synergic Effect of Fly Ash and Garbage Enzymes on Biotransformation of Organic Wastes in in-vessel Composting System. Juornal Bioresource Technology. 322: 1-8.
Marlina, M., Amir, N., Syafrullah, S., dan Siswono, H. 2021. Uji Pupuk Organik Kotoran Ayam pada Tanaman Jagung Hibrida (Zea mays L.) di Lahan Pasang Surut. Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Pertanian. 16(1): 22-26.
Mayadewi, N. N. A. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Jurnal Agritrop.
26(4)153-159.
Meriyanto, M., Trinawaty, M., dan Grahana, L. G. 2021. Aplikasi Pupuk Bokashi Kotoran Ayam pada Tanaman Jagung Ketan (Zea mays ceratina). Jurnal Agroekoteknologi. 13(1): 74-81.
Mubarok, S., Kusumiyati, K., dan Zulkifli A. 2016. Perbaikan Sifat Kimia Tanah Fluventic Utrudepts pada Pertanaman Sedap Malam dengan Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk Npk. Jurnal Penelitian Pertanian. 20(2):
125-133.
47
Nadeak, N., Qurniati, R., dan Hidayat, W. 2013. Analisis Finansial Pola Tanam Agroforestri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Jurnal Sylva Lestari. 1(1): 65-74.
Noviyanty, A., dan Sulmi, S. 2017. Pengaruh Pemberian Elasagu sebagai Pupuk Organik pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) untuk Mengurangi
Penggunaan Pupuk NPK di Desa Alindau Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 24(3): 242-249.
Nugroho, Y. A., Boja, A. W., Akhmadi, R. A., Honggo, S., dan Nadia, T. P. 2021.
Pemanfaatan Limbah Biji Pare sebagai Pupuk Kompos pada UKM Sabillah Pidia. Jurnal Aplikasi dan Inovasi Ipteks Soliditas. 4(2): 245-250.
Pamandungan, Y., Runtunuwu, D. S., Mamarimbing, R., dan Najoan, J. 2016.
Pengelolaan Pupuk terpadu dalam Upaya Meningkatkan Hasil Jagung Manis dan Kesuburan Lahan pada Sistem Tanam Jajar Legowo 2: 1.
Eugenia. 22(1): 1-9.
Pangaribuan, D. H., Hendarto, K., Elzhivago, S. R., and Yulistiani, A. 2018. The Effect of Organic Fertilizer and urea Fertilizer on Growth, Yield and
Quality of Sweet Corn and Soil Health. Journal of Agriculture and Biology.
6(3): 335-344.
Pradipta, R., Wicaksono, K. P., dan Guritno, B. 2014. Pengaruh Umur Panen dan Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Kalium terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.). Jurnal Produksi Tanaman. 2(7): 592- 599.
Prasetyo, P., Susanto, W. H., dan Wijayanti, S. D. 2015. Pengaruh Kondisi Penyimpanan Tebu Pragiling dan Pemberian Konsentrasi Antiinversi terhadap Kualitas Nira dan Rendemen Sementara. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 4(1): 137-147.
Purba, S. T., Damanik, M. M. B., dan Lubis, K. S. 2017. Dampak Pemberian Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Ayam terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala. Jurnal Online Agroekoteknologi. 5(3): 638-643.
Putra, S. M., Susanti, P., Amanah, D. M., Umahati, B. K., Pardal, S. J., dan Santoso, D. 2017. Pengaruh Biostimulan terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tebu Varietas PSJT-941. Journal of Biotechnology Research on Estate Corps. 85(1): 37-43.
Qibtiyah, M. 2015. Pengaruh Penggunaan Konsentrasi Pupuk Daun Gandasil D dan Dosis Pupuk Guano terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.). Jurnal Ilmu-Ilmu Eksakta. 7(2): 109- 122.