PENGARUH VARIASI SUHU DAN WAKTU TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL ZnO DARI LIMBAH INDUSTRI BAJA
MENGGUNAKAN METODE SONIKASI
(Skripsi)
Oleh
Novia Rahmadiana Putri
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2022
i ABSTRAK
PENGARUH VARIASI SUHU DAN WAKTU TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL ZnO DARI LIMBAH INDUSTRI BAJA
MENGGUNAKAN METODE SONIKASI
Oleh
Novia Rahmadiana Putri
Penelitian pengaruh variasi suhu dan waktu terhadap persentase logam yang tersisa, unsur penyusun, fasa yang terbentuk, ukuran partikel dan struktur mikro ZnO berbahan EAFD. Bahan yang digunakan yaitu EAFD, prekusor CH3COOH, NaOH dan aquadest. Variasi suhu sonikasi yang digunakan yaitu 30˚C, 60˚C dan 80˚C dengan variasi waktu 30 menit, 60 menit dan 120 menit. Karakterisasi yang digunakan yaitu ICP-OES, X-RF, X-RD dan SEM. Hasil karakterisasi sampel dengan ICP-OES menghasilkan persentase Zn yang tersisa pada filtrat sebesar 5.200 ppm. Hasil karakterisasi sampel dengan X-RF menghasilkan persentase ZnO sebesar 97,83%. Hasil karakterisasi sampel dengan X-RD menghasilkan puncak- puncak difraksi sesuai dengan pangkalan data standar serta fasa yang terbentuk wurtzite dan struktur heksagonal. Hasil karakterisasi sampel dengan SEM menghasilkan ukuran partikel ZnO terkecil sebesar 28,07 nm dan memiliki bentuk nanorod.
Kata kunci: CH3COOH, EAFD, ICP-OES, Nanorod, NaOH, SEM, Sonikasi, Suhu, Waktu, X-RD, X-RF, ZnO.
ii ABSTRACT
THE EFFECT OF TEMPERATURE AND TIME VARIATIONS ON THE SYNTHESIS OF ZnO NANOPARTICLES FROM STEEL INDUSTRY
WASTE USING SONICATION METHOD
By
Novia Rahmadiana Putri
Research on the effect of temperature and time variations on the proportion of the remaining metal, constituent elements, formed phase, particle size and microstructure of ZnO made from EAFD. The materials used are EAFD, CH3COOH precursor, NaOH and aquadest. The variations of sonication temperature used were 30˚C, 60C and 80˚C with time variations of 30 minutes, 60 minutes and 120 minutes. The characterizations used are ICP-OES, X-RF, X-RD and SEM. The results of sample characterization with ICP-OES resulted in the percentage of Zn remaining in the filtrate of 5,200 ppm. The results of sample characterization with X-RF resulted in a ZnO percentage of 97.83%. The results of sample characterization with X-RD produced diffraction peaks according to the standard data base and the phase formed by wurtzite and hexagonal structure. The results of sample characterization with SEM resulted in the smallest ZnO particle size of 28.07 nm and shape nanorod.
Keywords: CH3COOH, EAFD, ICP-OES, Nanorod, NaOH, SEM, Sonication, Temperature, Time, X-RD, X-RF, ZnO.
PENGARUH VARIASI SUHU DAN WAKTU TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL ZnO DARI LIMBAH INDUSTRI BAJA
MENGGUNAKAN METODE SONIKASI
Oleh
NOVIA RAHMADIANA PUTRI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2022
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Novia Rahmadiana Putri, dilahirkan di kota Bandar Lampung pada tanggal 28 November 2000. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Edi Susanto dan Ibu Tri Hartati. Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak Kartika II- 31 Bandar Lampung pada tahun 2006, SD Negeri 2 Sumberejo Bandar Lampung pada tahun 2012, SMP Negeri 26 Bandar Lampung pada tahun 2015, dan SMA YP Unila Bandar Lampung pada tahun 2018.
Penulis diterima di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung pada tahun 2018 melalui jalur MANDIRI. Penulis menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di LIPI Tanjung Bintang, Lampung Selatan, dengan judul “Pengendapan Kobalt (Co) Dari Hasil Pelindian Katalis Bekas (Spent Catalyst) Menggunakan Asam Oksalat”.
Penulis juga melakukan pengabdian terhadap masyarakat dengan mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung tahun 2021 di Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kelurahan Gunung Mas, Bandar Lampung.
Dalam bidang organisasi penulis berpartisipasi aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) pada Bidang Sosial Masyarakat tahun 2019 sebagai anggota dan Sekretaris Bidang Sosial Masyarakat tahun 2020.
viii
Selanjutnya penulis melakukan penelitian bidang hidrometalurgi sebagai topik skripsi di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung dengan judul “Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Terhadap Sintesis Nanopartikel ZnO Dari Limbah Industri Baja Menggunakan Metode Sonikasi”. Penulis melakukan penelitian di Laboratorium Hidrometalurgi Kawasan BRIN, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
ix
MOTTO
َ نْي ِرِبّٰصلا َ ع م َ ّٰاللّ َ نِا َ ۗ َِةوٰل صلا و َِرْب صلاِب َا ْوُنْيِع تْسا َاوُن مٰا َ نْيِذ لا َا هُّي آٰٰي
Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah
beserta orang-orang yang sabar.
- Q.S Al-Baqarah : 153
x
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, saya persembahkan karya ku ini kepada :
Kedua Orang Tuaku
Ayahku Tercinta Edi Susanto dan
Ibuku Tercinta Tri Hartati
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta'ala yang telah memberikan segala kekuatan dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruhَ Variasiَ Suhuَ danَ Waktuَ Terhadapَ Sintesisَ Nanopartikelَ ZnOَ
Dari LimbahَIndustriَBajaَMenggunakanَMetodeَSonikasi” yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada bidang Material Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
Penulis menyadari dalam penulisam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, demi penyempurnaan serta perbaikan dari skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi salah satu rujukan untuk penelitian tentang sintesis nanopartikel ZnO berikutnya, serta dapat memperkaya ide-ide penelitian yang lain.
Bandar Lampung, 27 September 2022
Novia Rahmadiana Putri
xii SANWACANA
Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala atas segala kenikmatan yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Terhadap Sintesis Nanopartikel ZnO Dari Limbah Industri Baja Menggunakan Metode Sonikasi”. Skripsi tersebut dibuat penulis untuk menjadi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sains di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Dalam proses penyusunan skrispi tersebut penulis banyak dibantu oleh banyak pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Drs. Syafriadi, M.Si. Selaku Pembimbing Pertama yang telah banyak memberi bimbingan, motivasi, nasihat, ilmunya dan mengajarkan cara penulisan yang baik dan benar selama proses penulisan skripsi ini.
2. Dr. Eng. Widi Astuti, S.T., M.T. Selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan pengalaman, ilmu dan saran dalam penulisan skripsi ini.
3. Drs. Ediman Ginting Suka, M.Si. Selaku Pembahas yang telah memberikan saran dan masukan selama penulisan skripsi.
4. Gurum Ahmad Pauzi, S.Si., M.T., selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung.
xiii
5. Dr. Junaidi, S.Si., M.Sc., selaku Pembimbing Akademik yang memberikan masukan-masukkan serta nasehat selama masa studi di Jurusan Fisika.
6. Kedua orang tuaku Bapak Edi Susanto dan Ibu Tri Hartati serta adikku Andre Wijaya Putra yang selalu memberikan cinta kasih, dukungan, pengorbanan dan do’a untuk penulis.
7. Kepala Pusat Riset Teknologi Pertambangan – BRIN Lampung Selatan yang telah memfasilitasi penulis selama proses penelitian berlangsung.
8. Staff admin dan satpam Pusat Riset Teknologi Pertambangan – BRIN Lampung Selatan yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung.
9. Michael Fortuna Putra, Rahmadiarti, Nindya Fajrina, Tirana Dewi Aswanda, Salwa Nabila dan Widya Hardiantika yang selalu ada disaat senang dan susah serta menjadi kawan diskusi yang baik.
10. Rekan-rekan “Keluarga Mamih” yang senantiasa saling menyemangati dalam menyelesaikan skripsi ini.
Serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala memberikan imbalan berlipat dan memudahkan langkah semua pihak yang telah membatu penulis dalam skripsi ini.
Bandar Lampung, 27 September 2022 Penulis,
Novia Rahmadiana Putri
xiv DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
LEMBAR PENGESAHAN ... v
PERNYATAAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
MOTTO ... ix
PERSEMBAHAN ... x
KATA PENGANTAR ... xi
SANWACANA ... xii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR TABEL ... xx
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
xv
1.5 Batasan Masalah ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Industri Baja ... 6
2.2 Nanopartikel (ZnO) ... 7
2.3 CH3COOH ... 9
2.4 Proses Leaching dan Sonikasi ... 9
2.4.1 Leaching ... 9
2.4.2 Sonikasi ... 10
2.5 Alat Karakterisasi ... 12
2.5.1 X-RD (X-Ray Diffraction) ... 12
2.5.2 X-RF (X-Ray Fluorescence) ... 15
2.5.3 SEM (Scanning Electron Microscopy) ... 18
2.5.4 ICP (Inductive Coupled Plasma) ... 20
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 22
3.2 Alat dan Bahan ... 22
3.2.1 Alat Penelitian ... 22
3.2.2 Bahan Penelitian ... 22
3.3 Prosedur Penelitian ... 23
3.3.1 Preparasi Sampel ... 23
3.3.2 Pembuatan Larutan CH3COOH ... 23
3.3.3 Pembuatan Larutan NaOH 10% ... 23
3.3.4 Pelindian (Leaching) CH3COOH dengan limbah EAFD .. 24
3.3.5 Pengendapan Hasil Pelindian (Leaching) CH3COOH dengan limbah EAFD menggunakan NaOH 10% ... 25
3.3.6 Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Sonikasi ... 26
3.3.7 Karakterisasi ... 27
3.4 Diagram Alir ... 28
3.4.1 Diagram alir preparasi sampel ... 28
xvi
3.4.2 Diagram alir pelindian (leaching) CH3COOH dengan
limbah EAFD ... 29 3.4.3 Diagram alir pengendapan hasil pelindian (leaching)
CH3COOH dengan limbah EAFD menggunakan NaOH 10% ... 30 3.4.4 Diagram alir sintesis nanopartikel ZnO dengan metode
sonikasi ... 31 3.4.5 Diagram alir penelitian ... 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Terhadap Persentase Logam... 33 4.1.1 Hasil Karakterisasi Sampel EAFD Menggunakan ICP-
OES ... 33 4.1.2 Hasil Karakterisasi Sampel EAFD Setelah Disonikasi
Dengan Variasi Suhu dan Waktu Menggunakan ICP- OES ... 34 4.2 Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Sonikasi Terhadap Unsur
Penyusun ... 36 4.2.1 Hasil karakterisasi Sampel EAFD Setelah Disonikasi
pada suhu 30˚C Menggunakan X-RF ... 36 4.2.2 Hasil karakterisasi Sampel EAFD Setelah Disonikasi
pada suhu 60˚C Menggunakan X-RF ... 37 4.2.3 Hasil karakterisasi Sampel EAFD Setelah Disonikasi
pada suhu 80˚C Menggunakan X-RF ... 38 4.3 Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Sonikasi Terhadap Fasa
Yang Terbentuk ... 40 4.3.1 Hasil karakterisasi Sampel EAFD Setelah Disonikasi
pada suhu 30˚C Menggunakan X-RD ... 40 4.3.2 Hasil karakterisasi Sampel EAFD Setelah Disonikasi
pada suhu 60˚C Menggunakan X-RD ... 41 4.3.3 Hasil karakterisasi Sampel EAFD Setelah Disonikasi
pada suhu 80˚C Menggunakan X-RF ... 42
xvii
4.4 Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Sonikasi Terhadap Ukuran Partikel ZnO ... 43 4.4.1 Ukuran Partikel ZnO Berdasarkan Persamaan Debye
Scherrer ... 44 4.4.2 Ukuran Partikel ZnO Berdasarkan Karakterisasi SEM ... 46 4.5 Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Sonikasi Terhadap Struktur
Mikro ZnO... 47 V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan... 50 5.2 Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Serbuk ZnO ... 9
Gambar 2.2 Struktur kristal ZnO ... 9
Gambar 2.3 Ultrasonic cleaner BRIN Lampung ... 11
Gambar 2.4 Skema alat x-ray diffraction ... 13
Gambar 2.5 Difraksi sinar-X oleh sebuah kristal ... 13
Gambar 2.6 Alat X-RD BRIN Lampung ... 15
Gambar 2.7 Skema alat x-ray fluorescence ... 16
Gambar 2.8 Proses terbentuknya sinar-x karakteristik ... 17
Gambar 2.9 Alat X-RF BRIN Lampung ... 17
Gambar 2.0 Skema alat SEM ... 18
Gambar 2.11 Alat SEM-EDS BRIN Lampung ... 19
Gambar 2.12 Skema alat ICP-OES ... 20
Gambar 2.13 Alat ICP-OES BRIN Lampung ... 21
Gambar 3.7 Diagram alir preparasi sampel ... 28
Gambar 3.8 Diagram alir pelindian (leaching) CH3COOH dengan limbah EAFD ... 29
Gambar 3.9 Diagram alir pengendapan hasil pelindian (leaching) CH3COOH dengan limbah EAFD menggunakan NaOH 10% ... 30
xix
Gambar 3.10 Diagram alir sintesis nanopartikel ZnO dengan metode
sonikasi ... 31
Gambar 3.11 Diagram alir penelitian ... 32
Gambar 4.1 Difraktogram X-RD Sonikasi ZnO pada suhu 30˚C ... 40
Gambar 4.2 Difraktogram X-RD Sonikasi ZnO pada suhu 60˚C ... 41
Gambar 4.3 Difraktogram X-RD Sonikasi ZnO pada suhu 80˚C ... 42
Gambar 4.4 Grafik pengaruh variasi suhu dan waktu sonikasi terhadap ukuran partikel ZnO (a) suhu sonikasi (b) waktu sonikasi ... 45
Gambar 4.5 Hasil karakterisasi ZnO yang telah disonikasi pada suhu 30˚C selama 120 menit menggunakan SEM (a) pembesaran 10.000 (b) pembesaran 100.000 ... 48
xx
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Hasil karakterisasi sampel pelindian EAFD dengan asam asetat
menggunakan ICP-OES ... 33 Tabel 4.2 Hasil karakterisasi sampel EAFD pada pengendapan pH 7
menggunakan ICP-OES ... 34 Tabel 4.3 Hasil karakterisasi sampel EAFD yang telah disonikasi pada
suhu 30˚C menggunakan ICP-OES ... 34 Tabel 4.4 Hasil karakterisasi sampel EAFD yang telah disonikasi pada
suhu 60˚C menggunakan ICP-OES ... 35 Tabel 4.5 Hasil karakterisasi sampel EAFD yang telah disonikasi pada
suhu 80˚C menggunakan ICP-OES ... 35 Tabel 4.6 Hasil karakterisasi sampel EAFD yang telah disonikasi pada
suhu 30˚C menggunakan X-RF ... 37 Tabel 4.7 Hasil karakterisasi sampel EAFD yang telah disonikasi pada
suhu 60˚C menggunakan X-RF ... 38 Tabel 4.8 Hasil karakterisasi sampel EAFD yang telah disonikasi pada
suhu 80˚C menggunakan X-RF ... 39 Tabel 4.9 Hasil ukuran partikel ZnO berdasarkan persamaan Debye
Scherrer ... 45 Tabel 4.10 Berbagai ukuran partikel sampel terbaik ZnO pada suhu 30˚C
selama 120 menit ... 46
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Alat dan Bahan 2. Hasil data X-RF 3. Hasil data X-RD 4. Hasil data SEM 5. Perhitungan
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nanopartikel ZnO banyak diaplikasikan dan dikembangkan karena memiliki sifat fotokatalis, sel surya, elektrik, sensor gas dan optik (Hong, et al., 2008).
Dikarenakan energi celah pita (band gap) sebesar 3,37 eV dan energi eksitasi nya 60 MeV memperlihatkan aktivitas fotokatalik yang baik (Zhang, et al., 2011).
Partikel ZnO dalam ukuran besar memiliki kelemahan luas permukaan pervolume yang kecil dan celah pita energi yang kurang sesuai apabila diaplikasikan pada cahaya tampak. Maka, untuk mengoptimalkan sifat dari ZnO perlu dilakukan pendopingan (Hayati, 2015). Penelitian tentang nanopartikel ZnO ini sangat menjanjikan karena dapat diaplikasikan secara meluas seperti pada field emission displays, piezoelectric tranducers, fosfor, peralatan nanofotonik, vasitor dan lapisan konduktor transparan (Purwanto,2014).
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan nanopartikel ZnO digunakannya limbah baja Electric Arc Furnance Dust (EAFD). EAFD telah diklasifikasikan sebagai limbah berbahaya oleh Badan Perlindungan Lingkungan (Acton,2013). Tetapi di sisi lain memiliki kandungan Zn yang dapat digunakan sebagai bahan baku sekunder dalam produksi logam atau produk lainnya (Ruiz, et al., 2007).
Penggunaan bahan ini dalam penelitian adalah untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
2
Salah satu bentuk kristal nanopartikel ZnO yaitu nanorods yang memiliki banyak keunggulan dalam penerapannya untuk meningkatkan kinerja suatu material, seperti memberikan kekasaran pada permukaan dari suatu material sehingga dapat memberi sifat tolak air. Sifat tolak air suatu permukaan bisa terjadi karena modifikasi struktur permukaan suatu material agar mempunyai energi permukaan yang rendah dan tegangan permukaan yang tinggi, sehingga mengakibatkan permukaan suatu padatan material menjadi kasar. Kespesifikan ZnO nanorods yaitu memiliki diameter 20-150 nm, panjang 140-400 nm dan permukaan yang kasar (Nugroho, et al., 2012).
Untuk menghasilkan nanopartikel ZnO banyak berbagai macam cara pembuatan sintesis dengan metode kimiawi basah, sol-gel, hidrotermal, dan sonikasi (Lee, et al., 2008). Diantara metode-metode tersebut digunakannya metode sonikasi karena bisa menghasilkan ukuran berbentuk nano dengan kemurnian tinggi. Penggunaan gelombang ultrasonik telah menarik perhatian dan menjadi popular dalam membentuk reaksi kimia yang bersih, aman dan murah.
Jika waktu ultrasonik diperpanjang terbukti dapat meningkatkan kristalinitas serta kemurnian kristal ZnO, tetapi dapat juga memperbesar rentang ukuran kristal. Pada penelitian tentang sampel ZnO yang disintesis menggunakan metode sonikasi dengan waktu 30 menit memberikan hasil yang optimal dengan mendapatkan kemurnian dan kristalinitas cukup baik serta ukuran yang lebih kecil yaitu antara 22,09 – 21,97 nm (Alfarisa, et al., 2018).
Pengaruh variasi waktu ultrasonik berdasarkan karakterisasi X-RD menunjukkan memiliki pola difraksi yang sesuai dengan ZnO fasa wurtzite, dan memiliki struktur
3
heksagonal. Hasil perhitungan dengan persamaan Scherrer juga menunjukkan bahwa semakin lama waktu yang digunakan semakin kecil ukuran kristalit. Lama waktu yang digunakan yaitu 1 jam dan 2 jam menghasilkan ukuran kristalit berturut-turut sebesar 30,58 nm serta 29,02 nm. Hasil karakterisasi SEM menunjukkan bahwa penambahan waktu ultrasonik menyebabkan berkurangnya aglomerasi pada ZnO (Kurnianingsih, 2019).
Suhu ultrasonik sangat berpengaruh terhadap ukuran partikel dan kristal yang dihasilkan, suhu yang tinggi yaitu pada suhu 60˚C dan diperoleh ukuran kristal nanopartikel magnetik paling kecil sebesar 93 nm. Dengan semakin tingginya suhu sonikasi maka morfologi permukaan nanopartikel yang dihasilkan lebih homogen serta terdapat rongga pemisah antara partikel berukuran kecil (Firnando dan Astuti, 2015).
Penggunaan prekursor pada sintesis ZnO juga mempengaruhi ukuran yang dihasilkan. Dalam mensintesis nanopartikel ZnO dipilih prekusor asam asetat (CH3COOH) dikarenakan berdasarkan penelitian yang menggunakan prekursor Zn(CH3COO)2 menghasilkan ukuran partikel 38nm serta pola difraksi sinar-X (X- RD) pada ZnO murni dengan intensitas yang tinggi jika dibandingkan dengan jenis prekursor Zn(NO3)2 dan ZnCl2 (Mayekar, et al., 2014).
Terdapat penelitian tentang pengaruh reagen pelindian pada sintesis ZnO dari debu tungku busur listrik. Pada penelitian tersebut hasil reagen pelindian terbaik adalah CH3COOH kosentrasi 2M dengan pengendapan terbaik pH 6 suhu temperatur kamar selama 5 jam. Semakin tinggi suhu dan konsentrasi asam yang digunakan, maka semakin meningkat persen ekstraksi Zn yang diperoleh. Didapatkan hasil
4
kadar ZnO sekitar 96% serta menunjukkan bahwa ZnO yang terbentuk berukuran nano yaitu sekitar 40-50 nm berdasarkan persamaan Debye-Scherrer dan diperoleh dari data-data X-RD (Astuti et al., 2020).
Oleh karena itu, berdasarkan penelitian-penelitian diatas maka dilakukan sintesis nanopartikel ZnO dengan menggunakan metode sonikasi, dibentuk dari Electric Arc Furnance Dust (EAFD) dengan media larutan CH3COOH. Kemudian digunakan variasi suhu dan waktu untuk mengetahui pengaruhnya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh variasi suhu dan waktu sonikasi terhadap persentase logam yang tersisa dari ZnO berbasis EAFD?
2. Bagaimana pengaruh variasi suhu dan waktu sonikasi terhadap terhadap unsur penyusun, fasa yang terbentuk, ukuran partikel dan struktur mikro dari ZnO berbasis EAFD?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh variasi suhu dan waktu sonikasi terhadap persentase logam yang tersisa dari ZnO berbasis EAFD.
2. Mengetahui pengaruh variasi suhu dan waktu sonikasi terhadap terhadap unsur penyusun, fasa yang terbentuk, ukuran partikel dan struktur mikro dari ZnO berbasis EAFD.
5
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Limbah industri yang digunakan adalah debu tungku busur listrik (electric arc furnace dust) berasal dari Bogor, Jawa Barat.
2. Prekusor yang digunakan adalah CH3COOH dan NaOH.
3. Variasi suhu sonikasi yang digunakan suhu 30˚C, 60˚C, dan 80˚C.
4. Variasi waktu sonikasi sebesar 30 menit, 60 menit, dan 120 menit.
5. Metode sonikasi menggunakan alat ultrasonic yang ada di Kawasan BRIN Tanjung Bintang, Lampung Selatan.
6. Sampel dikarakterisasi menggunakan SEM, X-RD, X-RF dan ICP di Kawasan BRIN Tanjung Bintang, Lampung Selatan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh perlakuan variasi suhu dan waktu dalam mensintesis serbuk partikel ZnO.
2. Mengetahui partikel ZnO dapat dimanfaatkan sebagai salah satu metode menyisihkan limbah organik dan anorganik secara ilmiah dan sinergis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Industri Baja
Kegiatan industri besi baja adalah salah satu kegiatan yang bisa menimbulkan limbah B3 (bahan berbahaya beracun). Limbah B3 tidak dapat ditimbun, dibakar atau dibuang ke lingkungan begitu saja. Karena limbah tersebut mengandung bahan yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan manusia atau bahkan mahluk hidup lainnya (Rukhiyat, 2016). Produksi limbah industri dianggap sebagai sumber daya terbarukan, salah satunya yaitu manufaktur baja yang setiap tahunnya jumlah produksi makin bertambah. Manufaktur baja ini sendiri menghasilkan limbah debu yang mengandung besi spons dan berdampak pada lingkungan. Bahan limbah tersebut biasa disebut Electric Arc Furnance Dust (EAFD) (Fauzi, et al., 2017).
Komposisi kimia sampel debu EAFD diselidiki dengan menggunakan beberapa metode analisis yang berbeda. Hasil dari analisis kimia menunjukkan bahwa urutan perkiraan kelimpahan unsur-unsur utama dalam debu EAF diantara nya, Fe, Zn, Mn, Ca, Mg, Si, Pb, S, Cr, Cu, Al, C, Ni, Cd, As dan Hg. Komposisi granular- metrik sampel tunggal ditentukan dengan menerapkan pemisahan saringan.
Pemindaian mikrostruktur elektron dari mikrostruktur debu EAFD dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa debu EAF terdiri dari gumpalan padat dengan Fe, Zn, Pb, O, Si dan Ca sebagai unsur utama (Sofilic, et al., 2003).
7
Limbah EAFD merupakan limbah yang berasal dari proses peleburan baja dimana debu tersebut dihasilkan dari proses Electric Arc Furnace (EAF). Menurut lampiran 1 PP No. 101 tahun 2014, limbah EAFD ini tergolong dalam limbah B3. Jumlah limbah yang dihasilkan cukup besar, yaitu untuk primary dust collector ± 4 m3 dan secondary dust collector ± 2 m3. Bahkan jumlahnya terus bertambah setiap harinya (Anisya, 2017). Unsur-unsur penting bagi industri seperti Fe dan Zn adalah yang utama dalam limbah EAFD. Karena kehadirannya, menjadi sangat penting untuk mengetahui bagaimana semua elemen ini digabungkan sebelum mempelajari teknologi baru untuk pemrosesannya (Machado, et al., 2006).
Kandungan zinc dalam EAFD ini mencapai 68,81% sehingga berpotensi dapat diolah kembali (recycle) untuk menghasilkan logam seng atau senyawa seng seperti seng oksida (ZnO) (Darvishi, et al., 2019).
2.2 Nanopartikel ZnO
Nanopartikel adalah partikel berukuran antara 1-100nm. Dalam teknologi nano, suatu partikel didefinisikan sebagai suatu objek kecil yang berprilaku sebagai satu kesatuan berkaitan dengan teori dan sifat-sifatnya. Penelitian pada bahan nanopartikel terus intens dilakukan peneliti, karena bahan ini mempunyai potensi dalam bidang pengobatan, optik, elektronik, dan sebagaiannya. Gumpalan- gumpalan nano paling sedikit mempunyai satu dimensi antara 1 dan nm dengan distribusi ukurannya yang sempit. Serbuk nano adalah aglomerasi dari partikel – partikel ultrahalus, nanopartikel, dan nanoklaster (Manurung, 2018).
Beberapa material logam yang banyak disintesis menjadi nanopartikel adalah AgNO3, ZnO dan TiO2. Seng oksida atau yang biasa disebut seng putih dengan
8
rumus molekul ZnO, memiliki warna putih seperti Gambar 2.1. ZnO tidak dapat larut dalam air akan tetapi dapat larut dalam basa ataupun asam.
Gambar 2.1 Serbuk ZnO (Nugroho,2004)
ZnO adalah material unik dan menarik sehingga banyak diteliti dan dikembangkan seperti evaluasi sifat listrik (karakteristik listrik V-I), sifat fisis, struktur kristal dan struktur mikro (Nugroho, 2004). Senyawa ZnO adalah salah satu material yang banyak disintesa menjadi berukuran nano. Hal ini dikarenakan ZnO memperhatikan sifat optik, akustik dan kelistrikan yang menarik sehingga memiliki sejumlah potensi aplikasi bidang elektronik, optoelektronik dan sensor. ZnO merupakan materi dengan aplikasi pelapisan antifleksi, sensor gas, varistors, alat permukaan gelombang akustik, elektroluminesens dan fotoluminesens (Novarini dan Tatang, 2011).
ZnO memiliki tiga struktur kristal, yaitu rocksalt, zinc blend dan wurtzite yang ditunjukkan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Struktur kristal ZnO; (a) rocksalt, (b) zinc blend, (c) wurtzite (Morkoc, et al., 2009)
9
Struktur kristal rocksalt terbentuk pada kondisi dengan tekanan tinggi lebih dari 9GPa, dan fase kubik tekanan tinggi ditemukan metastabil untuk waktu yang lama.
Sedangkan zinc blend merupakan struktur yang hanya dapat distabilkan dengan penumbuhan heteroepitaksial pada substrat kubik seperti ZnS dan GaAs. Dalam struktur wurtzite, terbentuk pada kondisi tekanan normal dan fase termodinamika yang stabil (Morkoc, et al., 2009). Ikatan pada ZnO sangat bersifat ionic (Zn2+-O2- ), dimana kation Zn terikat dengan empat anion oksigen dalam konfigurasi tetrahedral. Konstanta kisi ZnO adalah a = 3,249 Å dan c = 5,2042 Å (Klingshirn, et al., 2010).
2.3 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat adalah senyawa jenis asam karboksilat yang paling sederhana denngan rumus kimia CH3COOH termasuk dalam asam lemah karena hanya terdisosiasi sebagian jika dilarutkan menjadi CH3COO- dan H+ yang menyebabkan kondisi asam tercipta (Beinargi, 2015). Memiliki peran penting di dunia industri, laboratorium dan bentuk murni yang disebut asam asetat glasial. Asam asetat glasial memiliki ciri mudah terbakar (titik beku 17˚C, titik didih 118˚C dan massa molar 60,05 gr/mol), tidak berwarna dengan bau yang menyengat, dapat bercampur dengan air serta banyak pelarut organik. Pada bentuk uap atau cair, asam asetat glasial bersifat korosi terhadap kulit manusia (Umar, 2017).
2.4 Proses Leaching dan Sonikasi 2.4.1 Leaching
Proses leaching (ekstraksi padat-cair) merupakan suatu metode yang tepat untuk memisahkan padatan campuran yang terkontak dengan pelarut cair. Proses ini
10
dilakukan untuk mendapatkan bagian dari padatan tersebut dengan larutan yang hanya larut pada bagian yang ingin didapat. Leaching banyak digunakan pada industri metalurgi untuk memisahkan suatu mineral dari suatu batuan.
Dalam penelitian ini bahan yang diekstraksi adalah ZnO dari EAFD. Pelarut yang digunakan untuk proses leaching adalah CH3COOH, karena penggunaan asam organik pada proses leaching memiliki prospek yang menjajikan karena efektivitas, selektivitas dan sifat biodegradable (terurai) serta sedikit menimbulkan bahkan tidak ada pencemaran lingkungan (Jadhav, 2012).
Proses leaching limbah EAFD menggunakan larutan CH3COOH menghasilkan persamaan reaksi yang terbentuk dalam proses ini adalah sebagai berikut:
Zn + 2CH3COOH ➔ Zn(CH3COO)2 + H2 (1)
∆𝐺 = −1669.11 kJ/mol
Didapatkan seng asetat (Zn(CH3COO)2). Kemudian dilanjutkan dengan pengendapan menggunakan Terdapat persamaan reaksi yang terbentuk setelah ditambahkan NaOH, yaitu:
Zn(CH3COO)2 + NaOH ➔ Zn(OH)2 + Na(CH3COO)2 (2)
∆𝐺 = −3206.1 kJ/mol
2.4.2 Sonikasi
Metode sonikasi merupakan metode pembuatan material nano dengan prinsip kerjanya memanfaatkan gelombang ultrasonik. Metode ini memanfaatkan gelombang ultrasonik yang dilewatkan pada larutan yaitu melalui proses pembentukan gelembung-gelembung kavitasi dalam larutan (Prijono dan
11
Suhadi,2018). Sonikasi juga dapat digunakan untuk mempercepat proses pelarutan suatu materi dengan prinsip pemecahan reaksi intermolekuler, sehingga terbentuk suatu partikel yang berukuran nano. Prosesnya dengan menggunakan gelombang ultrasonik pada rentang frekuensi 20 KHz - 10 MHz atau yang dikenal dengan istilah ultrasonikasi (Akgedik, et al., 2016).
Gelombang ultrasonik yang melewati medium mengakibatkan getaran partikel medium amplitudo sejajar dengan arah rambat secara longitudinal, sehingga menyebabkan partikel medium membentuk rapatan (strain) dan regangan (stress).
Proses yang kontinu menyebabkan terjadinya rapatan dan renggangan di dalam medium yang disebabkan oleh getaran partikel secara periodik pada saat gelombang ultrasonik melewatinya.
Gambar 2.3 Ultrasonic BRIN Lampung (dokumen pribadi)
Pemberian gelombang ultrasonik pada suatu larutan akan menyebabkan molekul- molekul dalam larutan berosilasi terhadap posisi rata-ratanya dan larutan mengalami regangan dan rapatan. Ketika energi gelombang ultrasonik yang diberikan cukup besar, maka regangan gelombang dapat memecah ikatan molekul antar larutan (Zainul et al., 2015), dan gas-gas yang terlarut di dalam larutan akan terperangkap akibat molekul larutan yang ikatannya terpecah ketika timbul
12
rapatan kembali. Akibatnya timbul bola-bola berongga atau gelembung-gelembung berisi gas yang dikenal dengan efek kavitasi. Gelembung-gelembung ini bisa memiliki diameter yang membesar sehingga ukurannya maksimum, kemudian berkontak dan mengecil sehingga volumenya berkurang. Kecepatan perambatan gelombang longitudinal bergantung pada parameter sonikasi yaitu waktu sonikasi dan suhu sonikasi (Cai X et al., 2018).
Waktu sonikasi sangat berpengaruh pada ukuran kristal dimana semakin lama sonikasi akan diperoleh ukuran nanopartikel kristal lebih kecil dibandingkan tanpa metode sonikasi, ukuran yang diperoleh selama 3 jam sebesar 41,6 nm dan morfologi permukaan nanopartikel yang dihasilkan lebih homogen. Hal ini membuktikan bahwa gelombang ultrasonik dapat memisahkan penggumpalan partikel (aglomerasi) (Delmifiana dan Astuti, 2013). Selain itu, suhu sonikasi juga sangat berpengaruh dimana suhu menyebabkan panas sehingga mengakibatkan adanya getaran yang dapat memecah partikel. Pada suhu tinggi memperoleh ukuran kristal nanopartikel paling kecil dan morfologi permukaan nanopartikel yang dihasilkan lebih homogen (Firnando dan Astuti, 2015).
2.5 Karakterisasi
Karakterisasi yang digunakan pada penelitian ini adalah X-RD (X-Ray Diffraction), X-RF (X-Ray Fluorescence, SEM (Scanning Electron Microscopy), dan ICP-OES (Inductive Coupled Plasma – Optical Emission Spectrometry).
2.5.1 X-RD (X-Ray Diffraction)
Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat digunakan untuk mengetahui struktur kristal dan fasa suatu material. Bila sinar-X dengan panjang
13
gelombang λ diarahkan kesuatu permukaan kristal dengan sudut datang, maka sebagian sinar dihamburkan oleh bidang atom dalam kristal. Berkas sinar-X yang dihamburkan dalam arah-arah tertentu akan menghasilkan puncak-puncak difraksi yang dapat diamati dengan peralatan X-RD (Cullity, 1992).
Gambar 2.4 Skema alat X-ray diffraction (Cullity, 1992)
Gambar 2.4 adalah skematik difraksi sinar-X pada sampel yaitu tabung sinar-X yang dipancarkan melewati fokus mengenai sampel karena difraksi dan dideteksi oleh difraktor detektor. Difraksi adalah sinar-X yang dihamburkan oleh sampel.
Difraksi sinar-X oleh sebuah kristal ditunjukkan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Difraksi sinar-X oleh sebuah kristal (Cullity, 1992)
14
Gambar 2.5 menunjukkan beberapa kristal yang atom-atomnya terdiri dari bidang paralel A, B, C, … yang terpisah sejauh d.
Atom-atom yang tersusun searah dan rapi dianggap membentuk satu bidang cermin sehingga bila ada sinar datang ke bidang itu akan dibelokkan sesuai dengan prinsip optik. Setelah bidang permukaan atas, dibawahnya ada lagi bidang yang sejajar dengan bidang pertama dan seterusnya. Jarak antar bidang tersebut dibuatlah sama dengan d. Sehingga difraksi sinar-x memenuhi Hukum Bragg:
2𝑑 𝑠𝑖𝑛𝜃 = 𝑛𝜆 (3)
Dengan:
2d = jarak antar bidang dalam kristal 𝜃 = sudut difraksi
n = orde difraksi (0,1,2,3,…) 𝜆 = panjang gelombang
Berdasarkan persamaan Bragg diatas, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang dibiaskan akan ditangkap oleh detektor kemudian disebut sebagai sebuah puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat di dalam sampel, makin kuat itensitas pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul pada pola X-RD mewakil satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X untuk hampir semua jenis material (Cullity, 1992).
15
Gambar 2.6 merupakan alat karakterisasi X-RD yang berada di Laboratorium Analisa Kawasan BRIN – Lampung.
Gambar 2.6 Alat X-RD BRIN Lampung (dokumen pribadi)
2.5.2 X-RF (X-ray Fluorescence)
Fluorensi sinar-X atau x-ray fluorescence (X-RF) adalah metode analisa untuk menentukan komposisi kimia dari semua jenis bahan. Teknik ini dapat digunakan untuk menentukan kosentrasi unsur berdasarkan panjang gelombang dan jumlah sinar-X yang dipancarkan kembali setelah suatu material ditembaki sinar-X berenergi tinggi. Bahan uji dapat dalam bentuk padat, cair, bubuk, hasil penyaringan atau bentuk lainnya (Patty, 2013). Spektrum sinar-X yang diperoleh selama proses di atas menyatakan jumlah dari karakteristik puncak. Energi puncak untuk mengidentifikasi unsur dalam sampel (analisis kualitatif), sementara intensitas puncak menyediakan konsentrasi unsur yang yang relevan dan mutlak (analisis kuantitatif dan semi kuantitatif). Waktu yang digunakan untuk sekali pengujian adalah 300 detik. Sedangkan preparasi sampel tidak perlu dilakukan
16
dengan merusak, sehingga sampel dapat segera diukur (Beckhoff dkk, 2006).
Adapun skema alat x-ray fluorescence ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Skema alat x-ray fluorescence (Beckhoff dkk, 2006)
Analisa X-RF ini merupakan salah satu contoh analisa yang didasarkan pada perilaku atom yang terkena radiasi. Interaksi atom dengan cahaya dapat menyebabkan berbagai fenomena yang dipengaruhi oleh kuatnya intensitas cahaya yang berinteraksi dengan atom tersebut. Ketika material berinteraksi dengan cahaya yang memiliki energi tinggi (sebagai contoh: sinar-X), maka dapat menyebabkan terpentalnya elektron yang berada pada tingkat energi paling rendah pada suatu atom. Akibatnya atom berada pada keadaan yang tidak stabil sehingga elektron yang berada pada tingkat (kulit valensi) yang lebih tinggi akan mengisi posisi kosong yang ditinggalkan oleh elektron yang terpental tadi. Proses pengisian posisi elektron pada kulit valensi yang lebih rendah dinamakan deksitasi. Proses deksitasi ini akan disertai dengan pemancaran cahaya dengan energi yang lebih kecil daripada energi yang menyebabkan tereksitasinya elektron. Energi yang dipancarkan ini dinamakan radiasi flouresensi. Proses terbentuknya sinar-X karakteristik ini dapat dilihat dalam gambar 2.8.
17
Gambar 2.8 Proses terbentuknya sinar-X karakteristik (Handoko et al, 2008) Energi yang dipancarkan dalam bentuk ini memiliki panjang gelombang tertentu yang disebut sebagai radiasi karakteristik K atau biasa disebut sebagai sinar-X kulit K (penamaan ini didasari oleh dari kulit mana yang diisi oleh elektron, bukan dari kulit asal elektron yang mengisi). Sinar-X K yang berasal dari kulit L disebut sebagai sinar-X Kα, sedangkan sinar-X yang berasal dari kulit M dan N berturut- turut adalah Kβ, dan Kγ (Handoko et al, 2008).
Gambar 2.9 merupakan alat karakterisasi X-RF yang berada di Laboratorium Analisa Kawasan BRIN – Lampung.
Gambar 2.9 Alat X-RF BRIN Lampung (dokumen pribadi)
18
2.5.3 SEM (Scanning Electron Microscopy)
SEM (Scanning Electron Microscopy) adalah sebuah mikroskop elektron dengan teknik analisis yang sudah banyak digunakan dalam membantu guna mengatasi permasalahan analisis struktur mikro dan morfologi yang dapat memberikan hasil analisis secara detail dalam berbagai material seperti keramik, polimer dan komposit. Menggunakan resolusi yang tinggi, SEM dapat memberikan informasi dalam skala atomik. SEM difasilitasi dengan sistem pencahayaan 2𝜃 menggunakan radiasi elektron yang memiliki daya pisah dalam ukuran 1-200 Å, sehingga dapat difokuskan dalam bentuk titik yang sangat kecil atau hingga perbesaran 1.000.000 kali. SEM memiliki daya pisah dalam skala nano dengan kemampuan perbesaran sekitar 500.000 kali (Reed, 1993).
Mikroskop ini bekerja dengan mengandalkan tembakan elektron yang dihasilkan dari senapan elektron dan diberi tegangan katoda di atas 25 kV dengan kuat arus sekitar 50-500 μA. Selanjutnya elektron primer difokuskan hingga dengan atom pada sampel/bahan seperti Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Skema alat SEM (Reed,1993)
19
Pada Gambar 2.10 terlihat bahwa elektron yang keluar dari senapan elektron/elektron primer dengan energi yang sangat besar secara langsung tepat menumbuk atom sampel yang telah ditargetkan akibat pengaruh lensa kondeser dan kisi. Pada saat terjadinya interaksi antara elektron primer dan elektron terluar dari sampel, misalnya kulit K, pada saat itu juga terjadi sebuah hamburan elektron yang mengakibatkan elektron di kulit K terpental (tereksistasi) keluar karena energinya lebih kecil daripada energi elektron primer. Dengan ini, elektron primer dapat memberikan sisa energinya pada elektron-elektron yang ada dikulit L, M, N dan seterusnya dengan cara menjatuhkan dirinya hingga menuju kulit yang terdekat dengan inti akibat gaya inti. Untuk elektron-elektron yang berada pada kulit-kulit di atasnya akan kelebihan energi sehingga secara beraturan, elektron-elektron tersebut masing-masing akan naik menuju ke kulit terluar (gaya coulomb lebih besar dari sebelumnya). Pada saat elektron kelebihan energi dan pindah ke kulit atasnya itulah akan timbul sinar-X. Dengan melihat kejadian - kejadian tersebut, mikroskop elektron menggunakan panjang gelombang sinar-X yang keluar dari sampel.
Gambar 2.11 merupakan alat karakterisasi SEM-EDS yang berada di Laboratorium Analisa Kawasan BRIN – Lampung.
Gambar 2.11 Alat SEM-EDS BRIN Lampung (dokumen pribadi)
20
2.5.4 ICP-OES (Inductive Coupled Plasma – Optical Emission Spectrometry) ICP-OES merupakan teknik analisa yang digunakan untuk deteksi dari trace metals dalam sampel lingkungan pada umumnya. Prinsip utama ICP dalam penentuan elemen adalah pengaptomisasian elemen sehingga memancarkan cahaya panjang tertentu yang kemudian dapat diukur. Teknologi dengan metode ICP yang digunakan pertama kali pada awal tahun 1960 dengan tujuan meningkatkan teknik analisis (Thomas R. 2008). Skema pengujian ICP-OES dijelaskan pada 2.12.
Gambar 2.12 Skema alat ICP-OES (Thomas R, 2008)
Sampel yang akan diukur kadar logamnya dengan ICP-OES dapat dilihat pada Gambar 2.12, sampel diubah menjadi aerosol oleh gas argon, lalu diteruskan ke plasma. Plasma ini bermuatan listrik netral yang dapat dijadikan sebagai medan magnet yang menentukan pola aliran gas mengikuti pola yang simetris. Temperatur plasma cukup tinggi yaitu 1000˚K sehingga mengakibatkan aerosol menguap dengan cepat. Tumbukan eksitasi lebih lanjut dalam plasma memberikan energi tambahan pada atom yamg menyebabkan atom dalam keadaan tereksitasi. Ion yang melewati emisi dari foton akan membentuk energi foton sehingga energi kuantitasi ditentukan untuk atom atau ion, sehingga panjang gelombang dari foton digunakan untuk mengindentifikasi keadaan awal dimana jumlah foton akan berbanding lurus
21
dengan konsentrasi unsur yang didapat dari sampel. Foton yang diemisikan melalui ICP akan difokuskan dengan menggunakan optik pemfokus yang memberi jalur untuk satu arah seperti monokromator sehingga panjang delombang ini akan melewati spektrometer dan diubah menjadi sinyal listrik oleh fotodetektor, intensitas cahaya pada panjang gelombang diukur dan dengan kalibrasi diihitung menjadi konsentrasi. Sinyal kemudian diperkuat dan dibaca lalu disimpan oleh komputer (Pratiwi, 2018).
Gambar 2.13 merupakan alat karakterisasi ICP yang berada di Laboratorium Analisa Kawasan BRIN – Lampung.
Gambar 2.13 Alat ICP-OES BRIN Lampung (dokumen pribadi)
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 April sampai 6 Juni 2022 di Laboratorium Hidrometalurgi dan Laboratorium Analisis Kimia Kawasan BRIN Tanjung Bintang, Lampung Selatan yang beralamat Jalan Ir. Sutami Km.15, Tanjung Bintang, Sindang Sari, Lampung Selatan, Lampung.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, gelas beaker, labu erlenmeyer, labu ukur, gelas ukur, botol sampel, magnetic bar, pipet ukur, spatula, lemari asam, oven, hotplate, ultrasonic cleaner, pH meter, termometer laboratorium, corong, kertas saring, plastik wrapping, plastik zipper, mortar dan alu, ayakan 200 mesh, X-RD Pan Analytical, X-RF Pan Analytical, UV VIS Spectrophotometer, Particle Size Analyzer (PSA), Inductively Coupled Plasma (ICP), Scanning Electron Microscope (SEM).
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Limbah Industri Baja yaitu limbah Electric arc furnace dust (EAFD), Asam Asetat (CH3COOH), NaOH, dan Aquadest.
23
3.3 Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini meliputi preparasi sampel, Pelindian CH3COOH dengan EAFD, Pengendapan dengan NaOH, Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Sonikasi dan Karakterisasi.
3.3.1 Preparasi Sampel
Proses preparasi sampel dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Menyiapkan bahan baku limbah EAFD.
2. EAFD diayak dengan ayakan ukuran 200 mesh.
3. Hasil ayakan halus dimasukkan kedalam plastik zipper.
3.3.2 Pembuatan Larutan CH3COOH
Proses pembuatan larutan CH3COOH dengan konsentrasi 1 Molar sebanyak 1000 ml sebagai berikut:
1. Labu ukur berukuran 1000 ml diisi dengan aquadest sebanyak 500 ml.
2. CH3COOH dituang ke dalam beaker glass sebanyak 57,1 ml dari botol kaca ke dalam labu ukur yang sudah berisi aquadest.
3. Aquadest ditambahkan sampai tanda batas.
4. Labu ukur ditutup serta dikocok hingga homogen dan tuang larutan kedalam botol kaca berukuran 1000 ml yang sudah diberi label (CH3COOH).
3.3.3 Pembuatan Larutan NaOH 10%
Proses pembuatan larutan NaOH 10% sebanyak 1000 ml sebagai berikut:
1. Labu ukur berukuran 1000 ml diisi dengan aquadest sebanyak 500 ml.
2. NaOH ditimbang sebanyak 100 g dan dimasukan kedalam beaker glass.
24
3. Aquadest ditambahkan secara perlahan sambil diaduk sebelum dimasukkan ke dalam labu ukur yang sudah berisi aquadest.
4. Larutan NaOH dimasukkan kedalam labu ukur dan ditambahkan Aquadest sampai tanda batas.
5. Labu ukur ditutup serta dikocok hingga homogen dan tuang larutan kedalam botol kaca berukuran 1000 ml yang sudah diberi label (NaOH).
3.3.4 Pelindian (Leaching) CH3COOH dengan Limbah EAFD
Pelindian CH3COOH dengan limbah EAFD dilakukan dengan tahap sebagai berikut:
1. Larutan CH3COOH disiapkan sebanyak 1000 ml dan dituang kedalam reactor leaching.
2. Larutan CH3COOH dipanaskan sampai suhu 80˚C di atas hot plate.
3. Sebanyak 100 gr limbah EAFD dimasukkan ke dalam larutan CH3COOH sedikit demi sedikit agar tidak meluap sambil terus diaduk menggunakan magnetic stirrer.
4. Proses pelindian berlangsung selama 5 jam dengan kecepatan pengadukan 400 rpm.
5. Selama proses pelindian, reactor leaching ditutup menggunakan plastik wrapping. Pelindian dengan asam asetat ini mendapatkan produk berupa seng asetat (Zn(CH3COO)2).
6. Larutan hasil pelindian disaring menggunakan kertas saring whatman untuk memisahkan filtrat dan endapan.
25
7. Residu hasil pelindian yang didapat dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 40˚C - 60˚C.
8. Filtrat hasil pelindian diambil 10 ml dan diencerkan 100.000 kali untuk dilakukan karakterisasi ICP. Kemudian sisa hasil filtrat dilanjutkan pada perlakuan selanjutnya.
3.3.5 Pengendapan Hasil Pelindian (Leaching) CH3COOH dengan Limbah EAFD menggunakan NaOH 10%
Pengendapan filtrat hasil pelindian dengan larutan NaOH 10% untuk menghilangkan pengotornya dilakukan dengan tahap berikut:
1. Filtrat hasil pelindian dimasukkan kedalam beaker glass, kemudian diaduk menggunakan magnetic stirrer di atas hotplate tanpa menggunakan suhu.
2. Larutan NaOH 10% ditambahkan kedalam larutan tersebut sampai didapatkan endapan dan pH 6.
3. Pengendapan pH 6 disaring menggunakan kertas saring whatman.
4. Larutan NaOH 10% ditambahkan kedalam filtrat hasil penyaringan pH 6, sampai didapatkan endapan dan pH 7. Fungsi penambahan NaOH ini untuk menghilangkan kandungan Fe atau pengotor lainnya yang terdapat pada limbah EAFD.
5. Pengendapan pH 7 disaring menggunakan kertas saring whatman.
6. Filtrat hasil pengendapan pH 6 dan pH 7 diambil 10 ml dan diencerkan 10.000 kali untuk dilakukan karakterisasi ICP. Kemudian sisa hasil filtrat dilanjutkan pada perlakuan selanjutnya.
26
3.3.6 Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Sonikasi
Sintesis nanopartikel ZnO dilakukan dengan metode sonikasi melalui tahap berikut:
1. Filrat hasil pengendapan pH 7 disiapkan sebanyak 1000 ml dan dituang kedalam reactor leaching.
2. Filtrat hasil pengendapan pH 7 dipanaskan sampai suhu 90˚C di atas hot plate selama 1 jam dan diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 400 rpm.
3. Selama proses pelindian, reactor leaching ditutup menggunakan plastik wrapping.
4. Filtrat hasil pengendapan pH 7 yang sudah selesai dilakukan perlakuan pelindian diambil sebanyak 200 ml kedalam labu erlenmeyer ukuran 250 ml.
5. Labu erlenmeyer yang berisi filtrat pengendapan pH 7 dimasukkan ke dalam ultrasonic suhu 30˚C dengan variasi waktu 30 menit, 60 menit dan 120 menit.
6. Labu erlenmeyer dikeluarkan dari ultrasonic.
7. Larutan disaring menggunakan kertas saring whatman.
8. Residu hasil proses sonikasi dikeringkan pada ruangan terbuka dan dimasukan kedalam plastik zipper untuk dilakukan analisa X-RD, X-RF dan SEM.
9. Langkah 1-8 diulangi untuk variasi suhu 30˚C, 60˚C dan 80˚C dengan variasi waktu 30 menit, 60 menit dan 120 menit. Proses sonikasi ini memiliki tujuan untuk mendapatkan ukuran ZnO yang berbentuk nanopartikel.
27
3.3.7 Karakterisasi
Sampel dikarakterisasi menggunakan UV-VIS Spectrophotometer, Inductively Coupled Plasma (ICP), X-Ray Diffraction (X-RD), X-Ray Fluorescence (X-RF), Particle Size Analyzer (PSA), dan Scanning Electron Microscopy (SEM).
a. Inductively Coupled Plasma (ICP)
Inductively Coupled Plasma (ICP) dilakukan untuk mengetahui kadar logam yang terkandung dan percent recovery Seng Oksida (ZnO) dari limbah industri baja.
b. X-Ray Diffraction (X-RD)
X-RayDiffraction (X-RD) dilakukan untuk mengetahui fasa yang terbentuk Seng Oksida (ZnO) dari limbah industri baja.
c. X-Ray Fluorescence (X-RF)
X-Ray Fluorescence (X-RF) dilakukan untuk mengetahui kandungan komposisi kimia Seng Oksida (ZnO) dari limbah industri baja.
d. Scanning Electron Microscopy (SEM)
Scanning Electron Microscopy (SEM) dilakukan untuk mengetahui bentuk morfologi Seng Oksida (ZnO) dari limbah industri baja.
28
3.4 Diagram Alir
Diagram alir pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.7, Gambar 3.8, Gambar 3.9, Gambar 3.10.
3.4.1 Diagram alir preparasi sampel
Gambar 3.7 Diagram alir preparasi sampel Mulai
EAFD CH3COOH 1M
Diayak dengan ayakan 200mesh
Ditimbang sebanyak 100 g
Diambil 57,1 ml CH3COOH
NaOH 10%
Dimasukan dalam labu ukur 1000 ml
Ditambahkan aquadest sampai tanda batas
Dicampurkan hingga homogen dan disimpan
dalam botol kaca
Ditimbang 100 g NaOH
Dimasukan dalam glass beaker dan ditambahkan aquadest
Dimasukkan kedalam labu ukur 1000 ml dan ditambahkan aquadest
sampai tanda batas
Dicampurkan hingga homogen dan disimpan dalam botol
kaca Serbuk
EAFD
Larutan CH3COOH 1M
Larutan NaOH 10%
Selesai
29
3.4.2 Diagram alir pelindian (Leaching) CH3COOH dengan limbah EAFD
Gambar 3.8 Diagram alir pelindian (leaching) CH3COOH dengan limbah EAFD
Mulai
100gr EAFD + 1000ml larutan CH3COOH 1M
Dicampurkan kemudian dilakukan pelindian selama 5
jam dengan suhu 80˚C
Dipisahkan antara filtrat dan residu
Diambil 10 ml dan diencerkan 100.000 kali
untuk karakterisasi ICP
Dikeringkan pada ruangan terbuka untuk karakterisasi
X-RD, X-RF dan SEM
Filtrat Residu
Selesai
30
3.4.3 Diagram alir pengendapan hasil pelindian (leaching) CH3COOH dengan limbah EAFD menggunakan NaOH 10%
Gambar 3.9 Diagram alir pengendapan hasil pelindian (leaching) CH3COOH dengan limbah EAFD menggunakan NaOH 10%
Mulai
Filtrat pelindian EAFD dan CH3COOH
Ditambahkan NaOH sampai terdapat endapan dan pH 6
Dipisahkan antara filtrat dan residu
Ditambahkan NaOH kembali sampai terdapat endapan dan pH 7
Filtrat pH 6
Filtrat pH 7
Selesai
Residu pH 6
31
3.4.4 Diagram alir sintesis nanopartikel ZnO dengan metode sonikasi
Gambar 3.10 Diagram alir sintesis nanopartikel ZnO dengan metode sonikasi
Mulai
Filtrat pH 7
Dimasukkan sebanyak 200 ml kedalam labu erlenmeyer
Digunakan metode sonikasi dengan variasi suhu dan waktu
Dipisahkan antara filtrat dan residu
Diencerkan 1.000 kali untuk karakterisasi ICP
Filtrat Residu
Dikeringkan pada suhu 40˚C -60˚C untuk karakterisasi X-RD, X-RF
dan SEM
Selesai
Dipanaskan dengan hotplate suhu 90˚ selama 1 jam
32
3.4.5 Diagram alir penelitian
Gambar 3.11 Diagram alir penelitian Mulai
Pelindian (leaching) CH3COOH dengan (EAFD)
Pengendapan hasil pelindian (leaching) CH3COOH dengan
limbah EAFD menggunakan NaOH 10%
Selesai Preparasi sampel
Sintesis nanopartikel ZnO dengan metode sonikasi
Karakterisasi ICP Karakterisasi X-RD,
X-RF dan SEM
Analisis data dan pembahasan
Filtrat Residu
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Penambahan NaOH dapat mengurangi persentase logam Zn dikarenakan kadar logam Zn dalam filtrat sudah mengendap kedalam residu. Menaikkan waktu dan menurunkan suhu sonikasi dapat mengurangi persentase logam Zn yang tersisa pada filtrat, sampel suhu 30˚C selama 120 menit menghasilkan kadar logam Zn yang terkecil sebesar 5.200 ppm.
2. Semakin lama waktu dan suhu sonikasi dapat meningkatkan kemurnian unsur penyusun ZnO, ditunjukkan oleh hasil karakterisasi sampel menggunakan X-Ray Fluorescence dengan hasil terbaik pada sampel suhu 30˚C selama 120 menit menghasilkan persentase ZnO sebesar 97,83%. Sedangkan variasi waktu dan suhu pada semua sampel ZnO menghasilkan puncak intesitas yang hampir sama dan tidak mempengaruhi fasa yang terbentuk, ditunjukkan oleh hasil karakterisasi X-Ray Diffraction dengan hasil terbaik pada sampel suhu 30˚C selama 120 menit mendapatkan intensitas tertinggi 2𝜃 di 36,317˚ serta semua sampel membentuk fasa wurtzite dengan struktur heksagonal. Tidak terlihatnya puncak-puncak impurities menunjukkan bahwa partikel yang dihasilkan adalah ZnO dengan kemurnian tinggi. Semakin lama waktu sonikasi yang digunakan maka semakin kecil ukuran partikel ZnO, hal itu ditunjukkan oleh karakterisasi
51
Scanning Electron Microscopy dengan hasil terbaik pada sampel suhu 30˚C selama 120 menit menghasilkan ukuran ZnO sebesar 28,07 nm dan ZnO berbentuk batang (nanorod).
5.2 SARAN
Perlunya penambahan proses hidrotermal dan variasi persentase NaOH pada sintesis nanopartikel ZnO.
DAFTAR PUSTAKA
Acton, Q Ashaton. 2013. Advances in Steel Research and Application. Scholarly Brief. USA.
Akgedik R, Aytekin I, Kurt AB, Eren Dagli C. 2016. Recurrent pneumonia due to olive aspiration in a healthy adult: a case report. The clinical respiratory journal. Vol.10:809-10.
Alfarisa, S., Rifai, D.A., dan Toruan, P.L. 2018. Studi Difraksi Sinar-X Struktur Nano Seng Oksida (ZnO). Risalah Fisika. Vol.2.
Anisya, L.N., Moch, L.A., dan Denny, D. 2014. Pemanfaatan Limbah Padat EAF Pada Perusahaan Peleburan Baja Sebagai Pengganti Semen Pada Campuran Beton. Proceeding 1st Conference on Safety Engineering and Its Application.
ISSN No. 2581 – 1770.
Astuti, W., Haerudin, A., Eskani, I.N., Yuda, A.P.T., Nurjaman, F., Setiawan, J., Lestari, D.W., Petrus, H.T.B.M. 2020. Pengaruh Reagen Pelindian pada Sintesis ZnO dari Debu Tungku Busur Listrik. Jurnal Rekayasa Proses. Vol.
14, No.1.
Beckhoff, B., Kanngießer, B., Langhoff, N., Wedell, R., Wolff, H. 2006. Handbook of Practical X-Ray Fluorescence Analysis. Springer, New York.
Beinargi, A. 2015. Pengaruh Penambahan Zinc Oxide (ZnO) dan Asam Asetat (CH3COOH) Terhadap Sifat Mekanik Bioplastik Serat Selulosa Eceng Gondok. Skripsi Jurusan Keteknikan Pertanian. Bogor.
Benhebal, H., Chaib, M., Salmon, T., Lambert, D., Crine, M., dan Heinrichs, B.
2013. Photocatalytic Degradation of Phenol and Benzoic Acid using Zinc Oxide Powders Prepared by the Sol-gel Process. Alexandria Engineering journal, 52(3).
Cai X., Jiang Z., dan Zhang X. 2018. Effects of Tip Sonication Parameters on Liquid Phase Exfoliation of Graphite into Graphene Nanoplatelets. Nanoscale research letters.
Cullity, B. D. 1992. Elements of X-Ray Diffraction. Departement of Metallurgical.
Jakarta.
Darvishi, E., Danial, K., dan Elham, A. 2019. Comparison of different properties of zinc oxide nanoparticles synthesized by the green (using Juglans regia L.
leaf extract) and chemical methods. Journal Of Molecular Liquids. Vol 286.
Delmifiana, D., Astuti. 2013. Pengaruh Sonikasi Terhadap Struktur dan Morfologi Nanopartikel Magnetik yang Disintesis dengan Metode Kopresipitasi. Jurnal Fisik Unand. Vol 2. No. 3. Hal. 186-189.
Firnando, H.G., dan Astuti. 2015. Pengaruh Suhu Pada Proses Sonikasi Terhadap Morfologi Partikel dan Kristalinitas Nanopartikel Fe3O4. Jurnal Fisika Unand.
Vol. 4, No. 1.
Grant, N.M., dan Suryanayana, C. 1998. X-Ray Diffraction A Partical Approach.
Plennum Press. New York.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hayati, R. A. 2015. Sintesis Nanopartikel Silika Dari Pasir Pantai Purus Padang Sumatera Barat Dengan Metode Kopresipitasi. Jurnal Uniera. 8(2), ISSN 2086-0404.
Hong, R. Y., Feng, B., Chen, L. L., Liu, G. H., Li, H. Z., Zheng, Y dan Wei, D. G.
2008. Synthesis, Chracterization and MRI Application of DextranCoated Fe3O4 Magnetic Nanoparticles. Biochemical Engineering Journal. Vol. 42. Pp 290-300.
Jadhav, U.U dan Hocheng, H. 2012. A review of recovery of metals from industrial waste. Journal of Achievements in Material and Manufacturing Engineering.
Volume 54, Issue 2.
Klingshrin, C.F., Meyer, B.K., Waag, A., Hoffman, A., Geurts, J. 2010. Zinc Oxide From Fundamental Properties Towards Novel Applications. Springer.
Kurnianingsih, N. 2019. Studi Pengaruh Getaran Ultrasonik Pada Saat Sintesis ZnO Dengan Metode Presipitasi Terhadap Karakteristik Dan Terhadap Aktivitas Antijamur Pityrosporum Ovale. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Langford, J.W. 1978. Scherrer After Sixty Years: A Survey and Some New Results in the Determination of Crystallite Size. Journal Applied Crystalograph, Hal 102-113.
Lee, S., Jeong, S., Kim, D., Hwang, S., Jeon, M dan Moon J. 2008. ZnO Nanoparticles With Controlled Shapes and Sizes Prepared Using A Simple Polyol Synthesis. Superlatticesand Microstructures. Vol. 43. Pp. 330-339.
Manurung, P. G. 2018. Nanomaterial Tinjauan Ilmu Masa Kini. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Mayekar, J., Dhar, V., dan Radha, S. 2014. Role Of Salt Precursor In The Synthesis Of Zinc Oxide Nanoparticles. International Journal of Research in Engineering and Technology. Vol. 03.
Morkoc, H., dan Ozgur, U. 2009. Zinc Oxide:Fundamentals, Materials and Device Technology. WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim.
Ningsih, N.Y., Putri, F.B., Perceka, R.M., dan Ramadana, R.M. 2013. Biofungisida Nanopartikel Perak Dari Lactobacillus delbrueckii subsp. Bulgaricus.
Program Kreativitas Mahasiswa. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Novarini, E., dan Tatang, W. 2011. Sintesis Nanopartikel Seng Oksida (Zno) Menggunakan Surfaktan Sebagai Stabilisator Dan Aplikasinya Pada Pembuatan Tekstil Anti Bakteri. Arena Tekstil. Vol. 26 No.2, Hal. 61-120.
Nugroho, D.W., Akwalia, P.R., Rahman, T.P., Ikono, N.R., Widayanto, W.B., Sukarto, A., Siswanto., dan Rochman, N.T. 2012. Pengaruh Variasi pH Pada
Sintesis Nanopartikel Zno Dengan Metode Sol-Gel. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan. ISSN 1411-2213.
Nuraeni, W., Daruwati, I., Maria, E., Sriyani, M.E. 2013. Verifikasi Kinerja alat Particle Size Analyzer (PSA) Horiba Lb-550 Untuk Penentuan Distribusi Ukuran Nanopartikel. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir. PTNBR – BATAN. Bandung.
Patty, D.J. 2013. Penentuan Unsur Dalam Rambut Berdasarkan Karakteristi Pola Flouresensi Sinar X (X-RF). Prosiding FMIPA Universitas Pattimura. Pp. 219- 225.
Prasanti, A., Fahdiran, R., Saptari, S.A., dan Handoko, E. 2015. Analisis Karakterisasi X-RD Sintesis Mineral Melalui Metode Mechanical Alloying.
Jurnal Prosiding Seminar Nasional Fisika. Vol. 4. Pp 33-36.
Pratiwi, A. K. W. 2018. Verifikasi Metode dan Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd) Total dalam Air Limbah Menggunakan ICP-OES. Tugas Akhir. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Purwanto, A. 2014. Pembuatan Nanopartikel Seng Oksida (ZnO) Menggunakan Proses Flame Assisted Spray Pyrolysis (Fasp). Ekuilibium, Volume 13 (1), Hal 17–21.
Reed, S. J. B. 1993. Electron Microprobe Analysis and Scanning Electron Microscopy in Gelology. Florida: Cambridge University Press. Hal 23-24.
Regina, D. 2018. Karakteristik Nanopartikel Perak Hasil Produksi Dengan Teknik Elektrolisis Berdasarkan Uji Spektrometer UV-VIS dan Particle Size Analyzer (PSA).
Ruiz, O., Clemente, C., Alonso, M., dan Alguacil, F. J. 2007. Recycling of an electric arc furnace flue dust to obtain high grade ZnO. Journal of Hazardous Materials. No. 141.
Sampson, A. R. 1996. Scanning Electron Microscopy: Advanced Research System.
Setianingsih, T., dan Sutiarno. 2018. Prinsip Dasar dan Aplikasi Metode Difraksi Sinar-X Untuk Karakterisasi Material. UB Press. Malang.
Sharma, H. S. S., McCall, D., dan Kernaghan, K. 1999. Scanning Electron Microscopy, X-ray Microanalysis, and Thermogravimetric Assessment of Linen Fabrics Treated with Crease-Resisting Compound. Journal of Applied Polymer Science. Vol.72.
Sun, X.W., and Yang, Y. 2012. ZnO Nanostructures and Their Applications. Pan Stanford. Francis. Hal 3.
Tati, Suharti, 2017. DASAR-DASAR SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS DAN SPEKTROMETRI MASSA UNTUK PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA ORGANIK, CV. Anugrah Utama Raharja. Lampung.
Thomas, R. 2008. Pratical Guide To ICP-MS A Tutorial for Beginners. Second Edition. USA: CRC Press.
Umar, K. 2017. Efektifitas Larutan Cuka (Asam Asetat) dalam Pengurangan Kadar Formalin pada Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis L). Studi Kedokteran Hewan. Makassar. p.50.
Zainul, A. Y. R., Aziz, H., dan Syukri, A. 2015. Photoelectrosplitting Water for Hydrogen Production Using Illumination with Indoor Lights. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 7:57-67.
Zhang, Q., Yu, K., Bai, W., Wang, Q., Xu, F., Zhu, Z., Dai, N dan Sun, Y. 2007.
Synthesis, Optical and Field Emission Properties of Three Different ZnO Nanostructures. Materials Letters. Vol. 61. Pp 3890-3892.
Zhou, Luo Y. 2009. Ultrasound enhanced sanitizer efficacy in reduction of Escherichia coli 0157:H7 population on spinach leaves. Journal of Food Science. Vol. 74:308-13.