• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ship’s Name : MT.BERG 2

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Ship’s Name : MT.BERG 2"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Berikut ini adalah beberapa gambaran dari pengalaman atau data-data yang pernah dialami oleh penulis pada waktu melaksanakan praktek laut di Kapal MT.

BERG tempat penulis melaksanakan praktek laut dari tanggal !8 november 2019 naik di Kota baru Kalimantan selatan sampai tanggal 25 desember 2020 turun di kota Ambon

Gambar 4.1 MT.BERG

Sumber : Dokumentasi MT.BERG

Kapal MT.BERG mempunyai route yang tidak tetap atau tramper ship,dimana route pelayaran yang ditempuh tergantung order dari PT.PERTAMINA umtuk memuat dari satu pelabuhan ke palabuhan lain untuk membongkar muatan. Sebagian besar

(2)

route pelayaran MT.BERG adalah route dengan jarak jauh ,dari Singapore tujuan Kota baru, Singapore tujuan Makassar, Malaysia tujuan Ambon. Dalam pengoperasiannya, muatan yang akan dibongkar dan dimuat sudah terdapat di dldalam Stowage Plan yang dirancang oleh oleh Chief Officer.

S HIP’S PA R TIC ULAR 1. Ship’s Name : MT.BERG

2. Owner : PT. WARUNA NUSA SENTANA

3. Call Sign : Y C M W 2 4. Imo Number : 9374325

5. Class : Tanker of Chemicals & Oil ESP, E0NAV-O VCS-1 CLEAN TMON

6. Registered : BELAWAN

7. Years of Built 2007 8. Type of Vessel : Tanker, Oil

9. Ship Builder : Taizhou Sanfu Ship Eng. China 10. Netto Tonnage : 5,073 Tons

11. Length Over All : 144.0 Meters

12. LBP : 135.6 Meters

13. Breadth Moulded : 23.0 Meters

14. Depth : 12.5 Meters

15. Air Draft : 37.5 Meters 16. Summer Draft : 8.79 Meters 17. Summer DWT : 16.870 Tons 18. Light Ship : 5.,208 Tons 19. Freeboard : 3.715 Meters 20. Cargo Oil Tank : Epoxy, 7 Pairs 21. Total Capacity 100% : 19,266.74 m3 22. Slop Tanks : 1 P/S

23. Main Engine : Diessel STX CORP 6S35MC – MK7 MAN B&W 24. Services Speed : 13,5 Knots

25. Auxiiliary Engine : 3 x 660 KW, Anquing - Daihatsu 26. Bowthrust : Hydrolic, 500 KW

(3)

B. HASIL PENELITIAN 1. Penyajian Data

Perencanaan pelayaran untuk keselamatan bernavigasi sudah ditentukan dalam peraturan SOLAS bab V. tentang upaya keselamatan navigasi dapat menjamin keselamatan pada saat berlayar, peraturan 34 mengenai navigasi yang aman dan menghindari situasi berbahaya. Perwira tugas jaga harus menggunakan seluruh peralatan navigasi seefektif mungkin. Jika munggunakan perwira tugas jaga harus selalu mengingat pada ketentuan-ketentuan yang termuat di dalam Peraturan Internasional Pencegahan Tubrukan dilaut, sehubungan dengan menggunakan radar. Selama tugas jaga, haluan, posisi dan kecepatan kapal harus diperiksa secara berkala dengan menggunakan setiap peralatan navigasi yang ada, untuk menjamin bahwa kapal berada pada haluan yang telah direncanakan. Perwira tugas jaga harus memiliki pengetahuan penuh tentang letak pengoperasian seluruh pengoperasian seluruh peralatan navigasi yang ada dan harus mengetahui serta mempertimbangkan keterbatasan kemampuan operasional peralatan yang bersangkutan. Perwira tugas jaga tidak boleh merangkap atau diberi tugas-tugas lain yang mengganggu keselamatan navigasi.

Perwira tugas jaga navigasi mengetahui sifat-sifat oleh gerak kapal, termasuk jarak henti, dan juga harus mempertimbangkan bahwa kapal-kapal lain memiliki sifat-sifat olah gerak yang berbeda-beda. Harus dilakukan pencatatan secata baik selama tugas jaga, sehubungan dengan olah gerak dan aktivitas- aktivitas yang berkaitan dengan navigasi. Perwira tugas jaga harus selalu menjamin bahwa pengamatan secara baik dilakukan terus-menerus. Pada kapal yang memiliki

(4)

kamar peta yang terpisah perwira tugas jaga navigasi boleh mengunjungi kamar peta ini. Jika perlu untuk kepentingan tugas naviagasi, asalkan terlebih dahulu memastikan bahwa tindakannya bersifat aman dan pengamatan tetap dilaksanakannya.

a.Melaksanakan Tugas Jaga Navigasi 1) Ketentuan Tugas Jaga

Perwira yang melasanakan tugas jaga navigasi harus : a) Melaksanakan tugas jaga di anjungan

b) Sama sekali tidak diperkenankan meninggalkan anjungan sebelum diganti.

c) Terus melaksanakan tanggung jawab navigasi secara aman meskipun nahkoda ada di anjungan kecuali jika diberitahu secara khusus bahwa nahkoda telah mengambil alih tanggung jawab dan memberitahukan ini harus saling dimengerti

d) Jika merasa ragu tentang tindakan apa yang harus dilakukan demi keselamatan kapal harus memberi tahu nahkoda.

Selama tugas jaga, haluan, posisi dan kecepatan kapal harus diperiksa secara berkala dengan menggunakan setiap peralatan navigasi yang ada, untuk menjamin bahwa kapal berada pada haluan yang telah direncanakan.

Perwira tugas jaga harus memiliki pengetahuan penuh tentang letak pengoperasian seluruh pengoperasian seluruh peralatan navigasi yang ada dan harus mengetahui serta mempertimbangkan keterbatasan kemampuan operasional peralatan yang bersangkutan. Perwira tugas jaga tidak boleh

(5)

merangkap atau diberi tugas-tugas lain yang mengganggu keselamatan navigasi.

Perwira tugas jaga navigasi mengetahui sifat-sifat oleh gerak kapal, termasuk jarak henti, dan juga harus mempertimbangkan bahwa kapal-kapal lain memiliki sifat-sifat olah gerak yang berbeda-beda. Harus dilakukan pencatatan secata baik selama tugas jaga, sehubungan dengan olah gerak dan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan navigasi. Perwira tugas jaga harus selalu menjamin bahwa pengamatan secara baik dilakukan terus-menerus.

Pada kapal yang memiliki kamar peta yang terpisah perwira tugas jaga navigasi boleh mengunjungi kamar peta ini. Jika perlu untuk kepentingan tugas naviagasi, asalkan terlebih dahulu memastikan bahwa tindakannya bersifat aman dan pengamatan tetap dilaksanakannya.

2) Pengujian Peralatan Navigasi

Pengujian kemampuan operasional peralatan navigasi harus dilaksanakan sesering mungkin yang dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi yang ada, khususnya sebelum terjadinya situasi yang membahayakan, pengujian-pengujian semacam ini harus dicatat dan juga harus dilakukan sebelum tiba dan sebelum berangkat dari pelabuhan. Hal ini dilaksanakan untuk menjamin :

a) Kemudi otomatis atau orang-orang yang menjalankan kemudi tangan mengikuti haluan yang benar.

(6)

b) Kesalahan pada standart kompas ditentukan sedikitnya sekali setiap putaran tugas jaga dan setelah perubahan haluan yang cukup besar kompas standard dan kompas gyro sering dibandingkan dan repeater-repeater disamakan dengan kompas induk.

c) Kemudi otomatis harus diuji secara manual paling sedikit satu putaran tugas jaga.

d) Lampu navigasi dan lampu isyarat peralatan navigasi lain berfungsi dengan baik.

e) Peralatan radio berfungsi dengan baik.

3) Ketentuan Solas

Perwira tugas jaga navigasi harus ingat untuk selalu mematuhi persyaratan persyaratan SOLAS tahun 1974 dengan mempertimbangkan : a) Keharusan menempatkan seorang awak kapal untuk mengemudikan kapal

dan untuk beralih ke kemudi tangan dalam situasi yang mengijinkan guna memungkinkan bahaya secara aman.

b) Bahwa jika kapal sedang menggunakan kemudi otomatis akan sangat berbahya jika membiarkan terus perkembangannya situasi sampai pada suatu tingkat dimana perwira tugas jaga tidak memperoleh bantuan dan harus menghentikan pelaksanaan pengamatannya karena mengambiil suatu tindakan darurat tertentu.

Perwira-perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi harus sepenuhnya mengenal penggunaan semua alat bantu navigasi elektronik termasuk kemampuan-kemampuan dan keterbatas-keterbatasannya serta juga

(7)

harus menggunakan setiap alat bantu tersebut jika diperlukan harus juga ingat bahwa perum gema adalah merupakan alat bantu yang sangat penting untuk navigasi. Perwira tugas jaga navigasi juga harus menggunakan radar setiap kali terjadi atau diperkirakan akan terjadi berkurangnya jarak tampak dan secara terus menerus jika sedang ada diperairan yang penuh dengan lalu lintas kapal lain, sambil memperhatikan keterbatasan-keterbatasan kemampuan radar yang ada.

4) Laporan Perwira Tugas Jaga Navigasi

Perwira tugas jaga navigasi harus menjamin bahwa skala jarak yang diterapkan diubah secara berkala sehingga setiap sasaran dapat terdeteksi sedini mungkin. Harus diingat bahwa sasaran-sasaran kecil atau sasaran yang kurang jelas dapat lolos dari pengamatan radar. Jika menggunakan radar, perwira tugas jaga harus memilih suatu skala jarak yang memadai dan harus mengamati layar radar secara cermat, serta harus menjamin bahwa analisa sistematis dan plotting mulai dilakukan sedini mungkin. Perwira jaga harus memberitahu Nahkoda :

a) Jika terjadi atau diperkirakan akan terjadi berkurangnya jarak tampak.

b) Jika kondisi lalu lintas dan gerak kapal-kapal lain mengharuskan perhatian khusus.

c) Jika sulit mempertahankan haluan yang benar

d) Jika tidak melihat adanya daratan atau rambu navaigasi atau jika terjadi perubahan semboyan bunyi.

(8)

e) Jika secara tidak terduga melihat adanya daratan atau rambu navigasi atau jika terjadi perubahan semboyan bunyi.

f) Jika terjadi kerusakan mesin telegraph, mesin kemudi peralatan penting lain untuk sistem navigasi, sistem tanda bahaya dan indikator.

g) Jika peralatan radio tidak berfungsi

h) Jika dalam cuaca buruk merasa ragu tentang kemungkinan akibat buruk yang akan terjadi

i) Jika kapal menemui setiap bahaya navigasi seperti gunung es atau kerangka kapal.

Meskipun ada keharusan untuk memberitahu nahkoda seperti tersebut di atas, perwira jaga juga tidak boleh ragu untuk mengambil tindakan secepatnya demi keselamatan kapal jika situasi memang mengharuskan. Perwira jaga harus memberi petunjuk-petunjuk dan informasi yang perlu kepada bawahan yang membatu dalam tugas jaga yang aman serta pengamatan yang baik.

b. Ada beberapa hal yang menyebabkan kecelakaan di atas kapal yang menmbahayakan keselamatan pelayaran :

1) Faktor manusia

merupakan faktor yang paling besar yang antara lain meliputi:

a) Kecerobohan di dalam menjalankan kapal

b) Kekurangan mampu awak kapal dalam menguasai berbagai permasalahan yang mungkin timbul dalam bernavigasi.

(9)

2) Faktor teknis

biasanya terkait dengan kekurang cermatan di dalam desain kapal, penelantaran perawatan kapal sehingga mengakibatkan kerusakan kapal atau bagian-bagian kapal yang menyebabkan kapal mengalami kecelakaan.

3) Faktor alam

cuaca buruk merupakan permasalahan yang seringkali dianggap sebagai penyebab utama dalam kecelakaan laut. Permasalahan yang biasanya dialami adalah badai, gelombang yang tinggi yang dipengaruhi oleh musim / badai, arus yang besar, kabut yang mengakibatkan jarak pandang yang terbatas.

c. Safety meeting

Selain dari data prosedur tanggung jawab saat tugas jaga navigasi perlu diadakan safety meeting dan familisasi untuk meminimalisir kecelakan Safety meeting atau rapat keselamatan adalah suatu pertemuan berkala yang dilakukan oleh suatu kelompok untuk membicarakan masalah-masalah keselamatan

dilingkungan tempat kerja.

(10)

Gambar 4.2 Safety meeting

Sumber : Dokumentasi Safety meeting

Dalam safety meeting Chairmain bertugas untuk membuka rapat, memimpin rapat, mengarahkan pembicaraan dalam rapat, membatasi topik- topik yang sekitarnya akan dibicarakan dalam rapat, menutup rapat dan menanda tangani hasil rapat yang telah diambil keputusannya. Chairmain bisa seorang kapten, supervisor, manajer, HSE, atau Auditor, tergantung jenis pertemuannya.

Penulis juga menyimpulkan terhadap masalah yang pernah dijumpai diatas kapal sebagai berikut:

a. Singkatnya waktu pelayaran dan banyaknya pekerjaan yang ada menyebabkan para mualim malas untuk melaksanakan pengecekan dan perawatan alat-alat navigasi.

b. Koordinasi antara nakhoda dengan mualim dalam mendiskusikan tentang perawatan peralatan navigasi jarang dilakukan, masing-masing disibukkan

(11)

dengan pekerjaannya dan juga adanya rasa keengganan dari nakhoda/mualim senior untuk memberikan petunjuk kepada mualim yunior.

c. Malasnya para mualim yang bertanggung jawab atas peralatan navigasi untuk membuat laporan ke perusahaan mengenai kondisi yang sebenarnya dari peralatan tersebut, yang biasanya hanya menyalin dari laporan-laporan yang telah ada sebelumnya, sehingga keadaan yang sebenarnya tidak dimengerti benar.

d. Mualim II sebagai mualim yang bertanggung jawab atas peralatan navigasi tersebut kurang berpengalaman dalam merawat peralatan tersebut, dan segan bertanya kepada mualim yang berpengalaman, misalnya: Nakhoda atau mualim I.

e. Suku cadang (sparepart) kertas untuk course recorder,navtex,echo sounder &

berita cuaca terbatas/habis terpakai, Hal ini akibat dari kurangnya atau tidak adanya pemeriksaan secara rutin, sehingga peralatan tersebut hanya digunakan jika pada saat inspeksi saja. Kurang tegasnya peraturan-peraturan dan instruksi dari nakhoda mengenai pemeliharaan dari alat navigasi tersebut, yang menyebabkan para perwira yang bertanggung jawab terhadap perawatan peralatan tersebut kurang rutin dalam menjalankan kewajibannya.

f. Nakhoda kurang memberikan pengarahan dan pengertian terhadap awak kapal mengenai pentingnya menjaga alat-alat navigasi sehubungan dengan keselamatan pelayaran. Selain itu para perwira fresh graduate masih kurang memahami tentang alat-alat navigasi tersebut sehingga pentingnya pengawasan dan pelatihan dari perwira senior dalam pengoperasian alat-alat tersebut.

(12)

g. Ketika kapal melewati selat selayar pada siang hari, ketika itu mualim 2 sedang sibuk mengoreksi peta, dan ketika kapal ingin mengubah haluan mualim dua lupa untuk mengubah haluan seketika itu kapal langsung keluar dari jalurnya.

h. ketika kapal sedang memasuki Singapore strait, mualim 3 dan juru mudi asik mengobrol dan memainkan ponsel dan menghiraukan keadaan sekitar karena pada saat memasuki alur nakhoda yang mengambil alih manouver kapal pada saat itu.

i. ketika kapal ingin sandar di jetty Vopak Sebarok Singapore pilot sedang mengambil alih manouver kapal,mualim empat kebingungan dalam pengoperasian telegraf seketika itu mualim satu langsung mengambil alih untuk pengoperasian telegraf tersebut

Berdasarkan fakta yang ditemukan penulis di atas MT BERG dan peraturan SOLAS yang ada bisa di simpulkan bahwa di atas MT. BERG untuk keselamatan pada saat bernavigasi masih kurang memenuhi aturan yang ada.

2. Analisis Hasil Wawancara

Dalam pengumpulan data wawancara yang menjadi responden adalah Mualim II di kapal MT.BERG. Penulis melakukan penelitian ini selain melakukan pengambilan data secara observasi, juga mengambil data dengan bertanya langsung kepada mualim II mengenai navigasi yang aman dan menghindari situasi berbahaya sesuai solas bab V aturan 34.

Dari hasil wawancara tersebut dijelaskan beberapa penjelasan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi pemahaman mualim jaga pada saat tugas jaga navigasi yang

(13)

dilakukan dengan teliti. Juga terdapat pentingnya melakukan familisasi kepada crew deck atau mualim jaga yang baru on board

C. PEMBAHASAN

Untuk membahas permasalahan yang penulis kaji dalam inti permasalahan KIT ini, penulis akan membahas beberapa poin yang berkaitan dengan aturan dan kendala yang terjadi di atas kapal.

1. Peraturan yang diterapkan dalam keselamatan navigasi berkaitan dengan pengamatan sekitar kapal yang dilakukan secara cermat dan berkala karena jika terjadi kurang pahamnya mualim jaga atau juru mudi dalam bertugas jaga, akan mengakibatkan kecelakaan dalam pengoperasian kapal tersebut, dikarenakan tidak adanya kesiapan untuk mengambil keputusan.

2. Pemahaman Tugas jaga navigasi dalam menghadapi situasi berbahaya diatas kapal merupakan hal yang harus dimiliki atau dasar yang dimiliki seorang mualim jaga navigasi karena perkiraan dan keputusan sangat berpengaruh pada prosedur ini.

(14)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah, hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pentingnya mualim jaga mengetahui dan memahami mengenai aturan bernavigasi yang aman dan menghindari situasi berbahaya sasuai SOLAS bab V, dengan memperhatikan permasalahan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya menunjukkan bahwa segala permasalahan bersumber pada sumber daya manusia diatas kapal itu sendiri.

Penerapan SOLAS bab V peraturan 34 tentang navigasi yang aman dan menghindari situasi berbahaya di atas kapal MT BERG, ketentuan dalam aturan sudah memenuhi sedangkan untuk lokasi ditemukan beberapa kekurangan dari ketentuan SOLAS sehingga aturan mengenai bernavigasi yang aman kurang memenuhi peraturan SOLAS bab V peraturan 34, sebab apabila tahap penerapan tersebut dijalankan dengan baik maka akan menghindari kecelakaan pada saat berlayar dengan diterapkannya setiap tahap-tahap prosedur dengan baik maka berbagai kendala akan dilewati dengan selamat dan sesuai prosedur, tetapi proses dalam prosedur tersebut dapat berubah tahapannya jika ada sesuatu yang tidak terduga seperti kerusakan mesin atau pengaruh alam.

(15)

B.SARAN

Berdasarkan kenyataan yang telah dihadapi, dapat dilakukan beberapa hal untuk memecahkan masalah diatas kapal, yaitu:

1. Kepada pihak perusahaan pelayaran:

a.Mengadakan training dan pelatihan terhadap anak buah kapal (ABK)

Pelatihan yang diadakan harus sesuai dengan tugas dan jabatannya. Pelatihan ini didapat dari kursus-kursus kompetensi yang dilaksanakan oleh akademi pelayaran dan institusi yang telah ditunjuk oleh pemerintah.

b.Perusahaan harus menambah dan mengganti peralatan yang sudah tidak memenuhi persyaratan, sehingga kapal menjadi layak laut.

2. Kepada pihak kapal:

a. Mengadakan rapat (safety meeting) mengenai alat-alat keselamatan yang dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam satu bulan. Tujuannya adalah mengevaluasi kekurangan-kekurangan dari alat-alat keselamatan, khususnya peralatan navigasi diatas kapal.

b. Penggunaan dari peralatan navigasi tidak harus digunakan pada saat inspeksi saja dan laporan – laporan harus selalu diisi secara real.

c. Menjalin komunikasi dan hubungan kerja yang baik terhadap seluruh awak kapal.

d. Pengecekan dan perawatan peralatan navigasi harus benar-benar dilaksanakan, sehingga apabila sewaktu-waktu digunakan dapat digunakan dengan tepat, berfungsi dengan baik dan selalu dalam keadaan siap.

(16)

e. Harus diadakannya familisasi untuk perwira ataupun crew deck yang baru join Tujuan dari familisasi ini adalah untuk menambah wawasan dan meningkatkan keterampilan crew deck tentang bernavigasi yang aman dan penggunaan alat navigasi.

Bila telah terjalin kerjasama yang baik antara manajemen perusahaan, seluruh anak buah kapal (crew) dan antar manajemen yang ada di kapal, akan terbentuk tim keselamatan yang solid dan berkualitas. Dengan demikian masing- masing awak kapal akan dapat memahami dan mengerti arti pentingnya navigasi yang aman terutama pada perawatan peralatan navigasi tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

2 Myanmar Yangon Institute of Economics; University of Yangon; University of Mandalay Philippines University of the Philippines; De La Salle University; Ateneo de Manila

[r]