• Tidak ada hasil yang ditemukan

Si Tangguh

N/A
N/A
Achmad Vikky Azizi

Academic year: 2024

Membagikan "Si Tangguh"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Nama/NIM : Achmad Vikky Azizi (20207005)

Si Tangguh Lepas sekali engkau tertawa

Aku tahu kisahmu

Yang menipu orang-orang disekelilingmu Dan menari-nari mencari nada-nada semesta

Kadang aku tak mengerti iramamu Kagum aku dengan tekadmu Sepeninggal seorang tercintamu Masih seringan itu kedua tanganmu

Engkau pekerja keras Dan juga keras kepala

Aku mengerti kau tak ingin bahagia sendiri

Walaupun waktu merebut sebagian sumber bahagiamu

Yang terkubur itu bukan mimpi-mimpimu bukan?

Walau aku tahu,

Yang seharusnya tahu gemilangmu adalah dia Hilang kau tetap tidak hilang arah

Apa kali ini aku boleh tahu

Seberapa kuat imanmu dengan Tuhanmu ? meski Dia merebut permatamu lebih dahulu?

Mojokerto, 30 Juli 2020 Achmad Vikky Azizi

(2)

A. Inspirasi Penulis

1. Awal tahun 2020 dimana covid-19 parah-parahnya. Fokus saya disini ketika keponakan saya perempuan yang baru saja kehilangan ayahnya. Namun, selepas kepergiannya baru beberapa hari saja dirinya idak kalut. Padahal umurnya masih sangat muda yaitu masih kelas 6 MI dan terkenal sangat dekat dengan paman saya yaitu ayahandanya sendiri. Bahkan lebih dekat dibandingkan kepada ibunya.

2. Kata ganti orang ke-2 saya gunakan karena ingin menyentuh hati pembaca. Meskipun bukan kisah si pembaca, namun hal seperti ini sangat dekat dengan kita semua.

3. Teori selanjutnya ketika saya menuliskan puisi ini, tujuan saya adalah untuk mengangkat kisah keponakan saya yang tegar kehilangan orang yang sangat dia sayangi. Saya sebagai saudaranya yang juga sebagai penulis puisi ini juga tersentak sadar. Bahwa orang yang paling berhak tidak terima pada takdir adalah orang tua saya sendiri. Mereka berdua mencurahkan bahagianya kepada keluarga dan bisa dibilang kalau orang tua mereka (ayah-ibu) masih ada mungkin ada kepuasan tersendiri untuk membalas cinta-kasih sebagaimana mereka dibesarkan dahulu. Tapi, kenyataannya mereka harapkan kehadirannya yaitu orang tuanya ayah-ibu pun sudah tiada, yang mungkin ayah-ibu sendiri belum sempat membahagiakan orang tua mereka sendiri/melihat keberhasilan anaknya. Namun, Tuhan berkehendak lain.

4. Puisi ini representasi seseorang yang tegar dan gigih meraih mimpi-mimpinya, meskipun orang yang seharusnya kita bahagiakan atas pencapaian kita telah terpanggil oleh Sang Maha Cinta.

B. Pengertian Puisi

Puisi adalah bentuk karya sastra dari hasil ungkapan dan perasaan penyair dengan bahasa yang terikat irama, matra, rima, penyusunan lirik dan bait, serta penuh makna.

Puisi mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan kekuatan bahasa dengan struktur fisik dan struktur batinnya. Puisi mengutamakan bunyi, bentuk dan juga makna yang ingin disampaikan yang mana makna sebagai bukti puisi baik jika terdapat makna yang mendalam dengan memadatkan segala unsur bahasa. Puisi merupakan seni tertulis menggunakan bahasa sebagai kualitas estetiknya (keindahan). Puisi dibedakan menjadi dua yaitu puisi lama dan juga puisi baru.

(Zaenudin, 2022).

(3)

C. Unsur-Unsur Puisi

Unsur-unsur puisi terdiri dari struktur fisik dan struktur batin puisi antara lain sebagai berikut.

1. Struktur Fisik Puisi

a. Perwajahan Puisi (Tipografi), adalah bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal tersebut menentukan pemaknaan terhadap puisi.

b. Diksi ialah pemilihat kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-katanya dapat mengungkapkan banyak, hal maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

c. Imaji, yaitu kata atau susunan kata yang mengungkapkan pengalaman indrawi, misalnya penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji terbagi atas tiga yakni imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil).

Imaji mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan apa yang dialami penyair.

d. Kata Konkret, adalah kata yang memungkinkan memunculkan imaji karena dapat ditangkap indera yang mana kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang.

Seperti kata konkret “salju” dimana melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan dll.

e. Gaya Bahasa, adalah penggunaan bahasa dengan menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu dengan bahasa figuratif yang menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya makna. Gaya bahasa disebut dengan majas. Macam-macam majas yaitu metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks

f. Rima/Irama ialah persamaan bunyi puisi dibaik awal, tengah, dan akhir baris puisi.

Rima mencakup yakni: Onomatope (tiruan terhadap bunyi seperti /ng/ yang

(4)

memberikan efek magis puisi staudji C. B); Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya; Pengulangan kata/ungkapan ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

2. Struktur Batin Puisi

a. Tema/Makna (sense); media pusi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka pusi harus memiliki makna ditipa kata, baris, bait, dan makna keseluruhan.

b. Rasa (Feeling) yaitu sikap penyair mengenai pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya akan latar belakang sosial dan psikologi penyair, seperti latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketetapan dalam menyikapi suatu masalah tidak tergantung dari kemampuan penyair memili kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, namun juga dari wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan keperibadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

c. Nada (tone) adalah sikap penyair terdapat pembacanya. Nada berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema baik dengan nada yang menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca dalam pemecahan masalah, menyerahkan masalah kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

d. Amanat/tujuan maksud (intention) adalah pesan yang akan disampaikan penyair kepada pembaca yang terdapat dalam puisi tersebut.

Daftar Rujukan

Zaenuddin. (2022). Pengertian Puisi, Jenis-Jenis, Unsur & Struktur Puisi.

https://artikelsiana.com/pengertian-puisi-ciri-jenis-jenis-unsur/. Diakses pada 04/10/2022 pukul 23.30.

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Representasi Citra Orang Indonesia dalam Puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia Gambaran mengenai orang Indonesia yang direfleksikan dalam puisi ini adalah orang berpikir

Mengagumi adalah sikap yang diungkapkan oleh orang Tanimbar ketika mereka menghargai sesuatu (benda, orang, pekerjaan, dll) yang sangat indah dan baik. Penghargaan

Sebagai sebuah ungkapar-r emosi seseorang dalam bentuk harapan terhadap orang yang dicintainya, komunikasi untuk sebuah kenyataan yang harus disikapi, sindiran

sisi inilah Kartini diuntungkan karena lahir dari ibunda yang rakyat jelata. Keterkungkungan perempuan karena budaya membuat dirinya tak

Setiap orang yang adalah anggota Bait Allah (kumpulan orang percaya) harus menjaga dan memperhatikan diri supaya mereka tidak berlebihan mengagumi atau mengagungkan

Puisi-puisi dari orang yang baru belajar menjadi penyair biasanya adalah puisi diafan.. Namun kadang-kadang juga kita jumpai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti, kehilangan yang ada pada diri sendiri, kehilangan objek eksternal misalnya

Bila seseorang mengagumi kualitas orang lain atau kelompok tertentu, dia akan mencoba utnuk meniru kualitas itu dengan cara meniru perilaku orang atau kelompok