Sali Susiana lmplementosi Kuota 3O%....
IMPLEMENTASI KUOTA 30% KETERWAKTIAN PEREMPUAN DALAM DAFTAR CATON ANGGOTA DPRD PROVINSI PADA PEMITU 2014
(Studidi
ProvinsiBalidan
Provinsi Sulawesi Utara)THE IMPLEMENTATION OF 30% QUOTA OF WOMEN REPRESENTATION FOR LEG'SLATIVE CANDiDATE AT PROV'NCiAL LEVEL (DqRD) tN THE
2074
ELECTTON(Studies
in the
Bali Province andthe
North Sulawesi Province) Salisusiana*Naskah diterima 28 Februari 20L4, direvisi 10
Maret
20L4, disetujui2l
Maret 2014Abstrdct
Compored with previous elections, regulation on 30% quota of women representotion in election laws looks more detailed, particulorly after KPIJ in its provision adopted the regutation cts one of conditionatities that must be futfitled by politicol parties os election contestants. At the provincial level, many porties ore still not ready yet to imptement the provision. Therefore, it is importont to know the reolizotion of 30% quota of women representotion of legislotive candidotes (DPRD) in the 2014 elections, through a qualitative research. Ddta was collected through an open interuiew with informonts or resource persons, nomely women condidotes, those who run for the first time or the incumbents, as well os ocademicians in the Boli and North Sulawesi Provinces. Research finding shows that of 12 parties, majority can meet the quoto requirement for women legislotive condidote. Of particulor note, there is o porty in the two provinces which hos women representoton 50%.
Keywords: affirmotive oction, women representotion, 30% quota, KP)J Provision Abstrak
Dibandingkan dengan beberapa pemilu sebelumnya, pengaturan tentang kuota 30% keterwakilan perempuan dalam undang-undang yang terkait dengan pemilihan umum (pemilu) lebih banyak dan rinci, terlebih setelah dikeluarkannya Peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang memasukkan kuota 30% keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh partai politik (parpol) peserta pemilu. Untuk tingkat provinsi, banyak parpol yang merasa tidak siap untuk melaksanakan ketentuan tersebut. Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengetahui bagaimana implementasi kuota 30% keterwakilan perempuan dalam daftar calon anggota legislatif (caleg) untuk DPRD provinsi pada Pemilu 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara terbuka kepada narasumber dan informan penelitian, yaitu para caleg perempuan, baik yang baru menjadi caleg maupun yang saat ini telah menjadi Anggota DPRD Provinsi dan mencalonkan diri kembali serta akademisi di Provinsi Bali dan Provinsi Sulawesi Utara. Hasil penelitian menunjukkan, dari t2 parpol peserta Pemilu 2014, sebagian besar parpol dapat memenuhi ketentuan persentase keterwakilan 30% untuk perempuan. Bahkan, di kedua provinsi terdapat 1 (satu) parpol yang persentase keterwakilan perempuannya mencapai 5O%.
Kata kunci: affirmotive oction, keterwakilan perempuan, kuota 30%, Peraturan KPU
I.
PENDAHULUAN A. Latar BelakangSistem pemilihan umum
(pemilu)merupakan salah satu faktor utama
yangsignifikan dalam menentukan tingkat
'Peneliti pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data, dan Informasi (P3Dll Sekretariat Jenderal DPR Rl, Gedung Nusantara I Lt. 2, Jl. Jend.
Gatot Subroto, Senayan, Jakarta LO270. Alamat e-moil:
sali susiana@vahoo.com,
keterwakilan perempuan di
lembaga legislatif.Pasca-pemerintahan
Presiden Soeharto
atau febih dikenaf dengan era reformasi,offirmotive oction dalam bentuk kuota 30%
keterwakilanperempuan yang diakomodasi ke
dalamundang-undang bidang politik terbukti
telah berhasil meningkatkanjumlah
perempuan yang duduk di lembaga legislatif,terutama
di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). PadaPemilu
Tahun2004, kuota 30% keterwakilan
perempuan2
diatur
dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik dan Undang-UndangNomor t2 Tahun 2003 tentang
PemilihanUmum.
Sedangkanpada Pemilu Tahun
ZOO9,kebijakan tersebut diatur dalam
Undang- UndangNomor 2 Tahun 2008 tentang
partaiPolitik dan
Undang-UndangNomor 10
Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsidan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.Pada Pemilu L999, yang
merupakanpemilu pertama kali yang diselenggarakan pada
masa reformasi, jumlah perempuan
yangberhasil menduduki kursi di DPR
menurunmenjadi
45
orangatau
hanya sebesar 9o/o daritotal Anggota
DPRsecara keseluruhan
yangberjumlah 500 orang. Pada
periodesebelumnya (L997-L999) jumfah
perempuan yang dudukdi
kursi legislatifjustru
sedikit lebih banyak, yaitu 54 orang atau 10,8%.Pada
Pemilu 2004, terdapat 24
partaipolitik
(parpol)yang menjadi peserta pemilu. Ditingkat nasional atau
DPR,Pemilu 2004
inimemperebutkan 550 kursi.
Berdasarkan data KomisiPemilihan Umum
(KPU),550 kursi
inidiperebutkan ofeh 7.756 orang calon
anggotalegislatif
(caleg)yang tersebar di 69
daerahpemilihan (dapil).l
Dandari
keseluruhan caleg yang berjumlah 7 .756 orang yang tersebar di 59 daerah pemilihan,terdapat
sekitar 2.507 orang (32,3o/ol calegperempuan.2
Pada Pemilu 2004, perempuan yangterpilih untuk duduk di
DPRsebanyak 61 orang (LL,O9Tol.
Sementara hasil Pemilu
2009 menunjukkanbahwa keterwakilan
perempuandi lembaga legislatif mengalami
peningkatanjika
dibandingkan dengan Pemilu 2004. Pemilu2009 yang diikuti M parpol, 34 parpol
diantaranya (77,3o/ol dapat
memenuhiketerwakilan 30% perempuan.3 Hasil
Pemilu 2009 menunjukkan perempuan yangduduk
diI
Eko Bambang Subiantoro, Ketenrakilan Perempuan dalam politik:Masih Menjadi Kabar Burun& dalam lurnol Perempuon No.34, politik don Keteruokilon Perempuon Maret 2flX, Jakarta: yayasan Jurnal perempuan, hlm.71.
'tbid.
3 Komisi Pemilihan Umum, Republiko,7 Oktober 2008 hlm.26.
Kajion Vol. 79 No. 7 Maret 2074
DPR
meningkat menjadi 101 orang dari
5G0orang total Anggota DpR
(Il,g6%1.4Peningkatan
jumlah
perempuan yang duduk dilembaga legislatif tersebut secara lebih
rinci dapatdilihat
padatabeldi
bawah ini:Tabel 1
Pemilu Total Jumlah
%Anggota
AnggotaDPR
PerempuanL999 500
orang
45 orang 9,00
2OO4 550
61 orang oranS2009
s50oranS
101
orang
L7,86Sumber: Kemitraan,
Meningkotkon Ketenuokilan Perempuan, Penguatan Kebijokan Afirmasi, Jakarta:Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintaha n,2OL!.
Untuk Pemilu Tahun 20t4,
materitentang keterwakilan
3O%untuk
perempuandiatur
secaralebih terperinci dalam
beberapaundang-undang. Undang-Undang Nomor
15Tahun 2011 tentang
Penyelenggara PemilihanUmum dalam Pasal 6 ayat (5)
menyatakanbahwa "Komposisi keanggotaan KPU,
KPUProvinsi, dan KPU
Kabupaten/Kotamemperhatikan keterwakilan
perempuansekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen)."
Selanjutnya kuota
3Oo/o keterwakilan perempuanjuga diatur dalam
Undang-UndangNomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik sebagaimanatelah diubah dengan
Undang- UndangNomor 2 Tahun 2011 tentang
Partai Politik (selanjutnyadisebut
UU Parpol). Pasal 2ayat (21 UU Parpol menyatakan
bahwapendirian dan pembentukan partai politik
(parpol) menyertakan 30%
keterwakilanperempuan. Selain itu, keterwakilan
palingsedikit 30% untuk perempuan juga
menjadisalah satu syarat dalam
penyusunankepengurusan
parpol untuk tingkat pusat.
Hal'
"Daftar Anggota DPR Rl dan DpD Rl Hasil pemilu 2fi)g Komisi Pemifihan Umum," Republiko,2g Mei 20G) hlm.7.11,09
Sali Susiona lmplementasi Kuoto jO%..'.
itu diatur dalam
Pasal2 ayat (5) UU
Parpol.Adapun untuk tingkat Provinsi
dankabupaten/kota,
kepengurusanparpol
tingkatprovinsi dan
kabupaten/kota juga
harusdisusun dengan memperhatikan
keterwakilanperempuan paling rendah
3O%yang diatur dalam
Anggaran Dasardan
Anggaran RumahTangga parpol
masing-masing(Pasal 20
UU Parpol).Selain
menjadi
salahsatu
syarat dalam pendirian dan pembentukan parpol, kuota 30%keterwakilan perempuan juga menjadi
salahsatu pertimbangan dalam proses
rekrutmen yang dilakukanoleh
parpol, baikuntuk
menjadi anggotaparpol,
bakalcalon
Anggota DPR dan DPRD,bakal calon kepala daerah dan
wakil kepaladaerah, maupun bakal calon
presidendan wakil presiden [Pasal 29 ayat (1a]].
Secara khusus, Undang-Undang Nomor
8 Tahun 2OL2 tentang Pemilihan
UmumAnggota
DPR,DPD, dan
DPRD(UU
Pemilu)sebagai salah satu dasar
hukumpenyelenggaraan Pemilu 20L4 juga
telah mencantumkan beberapa pasal yang mengatur mengenai kuota 30% keterwakilan perempuan.Ketentuan yang mengatur mengenai kuota 30%
keterwakilan perempuan tersebut terkait
dengan beberapa substansi, Yaitu:t. persyaratan partai politik (parpol)
yangdapat menjadi peserta pemilu (diatur dalam Pasal
8
ayat(2) huruf e dan
Pasal 15huruf
d);2.
pencalonanAnggota
DPR, DPD,dan
DPRDProvinsi dan Kabupaten/Kota [(Pasal
55,Pasal 55 ayat (2), Pasal 58, Pasal 59 ayat (2), Pasal 52 ayat (6), dan Pasal 57 ayat (2)l; dan
3.
penetapancalon terpilih
(Pasal215 huruf
b).
Sebagai
tindak lanjut
kebijakan afirmasitersebut, Komisi Pemilihan Umum
(KPU)menerbitkan Peraturan Komisi
PemilihanUmum Nomor 7 Tahun 2013
tentang Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi danDewan Perwakilan RakYat
DaerahKabupaten/Kota (selanjutnya disebut Peratu ran
3
KPU). Pasal 27
ayat (1) Huruf b
Peraturan KPUmenyatakan,
jika ketentuan
30% keterwakilan perempuantidak terpenuhi,
parpol dinyatakantidak
memenuhi syarat pengajuandaftar
bakal calon pada daerah pemilihan bersangkutan.Peraturan KPU tersebut
kemudianmendapatkan berbagai tanggapan, baik
yangpro maupun kontra, terutama dari
parpolpeserta Pemilu 20L4. Dari 15 parpol
yangmemenuhi syarat untuk mengikuti
Pemilu 2OL4, hanya beberapa partai yang menyatakankesiapannya untuk memenuhi kuota
30%keterwakilan perempuan. Dari
tanggapanbeberapa parpol yang merasa
keberatandengan Peraturan
KPU,dapat dilihat
bahwasalah satu alasan yang diajukan oleh
parpoladalah sulitnya memenuhi keterwakilan
30%perempuan dalam daftar calon
anggota DPRDprovinsi dan kabupaten/kota untuk
daerah- daerahtertentu. Hal ini
sangat beralasan bilakita melihat hasil pemilu
sebelumnya (Pemilu2009). Untuk tingkat pusat saja,
beberapaprovinsi tidak memiliki wakil perempuan
diDPR,
yaitu
BangkaBelitung Bali,
Kalimantan Selatan, Nusa TenggaraBarat,
Sulawesi Barat,dan Aceh.s Sementara untuk tingkat
DPRD,persentase perempuan yang duduk
di
DPRD di33 provinsi sebesar L6% dan dt 46L
DPRDkabupaten/kota sebesar L2%.6
Jumlahperempuan yang duduk di DPRD
provinsi bervariasi, mulai dari yang terendah, yaitu 5,5%(Provinsi Nusa
TenggaraTimur) hingga
yangtertinggi
sebesar3!,!o/o (Provinsi Maluku).
Di DPRD kabupatenfkota,
persentase perempuanfebih kecil lagi, rata-rata tO%.1 Dari
46Lkabupaten
fkota,
hanya8
kabupaten/kota yang memiliki ti ngkat keterwakilan perem puan tinggi(di atas 30%1.8 Sebanyak 64
DPRDkabupaten/kota
hanyamemiliki 1
(satu) oranganggota perempuan .dan 27
DPRDt tbid.
6 Kemitraan, Meningkatkon Keterwokilan Perempuon, Penguoton Kebijokon Afirmosi, Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata
Pemerintahan, 2011, hlm. 15. Lihat juga "Afirmatif Masih Perlul"
Republiko, 13 Desember 2011.
7
Meningkotkon Ketennokiton Perempuon, Penguaton Kebiiakan Afirmosl, op,cit, halaman 17.'tbid.
4
kabupaten/kota lainnya
tidak memiliki
anggota perempuan sama sekali.eB. Perumusan Masalah dan
Pertanyaan PenelitianDibandingkan dengan beberapa pemilu
sebelumnya, pengaturan tentang kuota
30%keterwakilan perempuan dalam UU Parpol dan
UU Pemilu lebih banyak dan rinci.
Terlebihsetelah dikeluarkannya Peraturan KPU
yangmemasukkan kuota 3Oo/o
keterwakilanperempuan sebagai salah satu syarat
yangharus dipenuhi oleh parpol peserta
pemilu.Untuk penyusunan
daftar
caleg ditingkat
pusat(DPR), persyaratan tersebut tidak
terlalumenjadi masalah, mengingat
kepengurusanparpol di tingkat ini sudah memenuhi
kuota 30o/oketerwakilan perempuan
sebagaimana diamanatkan oleh UU Parpol. Akantetapi
untuktingkat provinsi, terlebih
tingkatkabupaten/kota, banyak parpol yang
merasatidak
siapuntuk
melaksanakan ketentuan yang disyaratkan oleh KPUtersebut.
Oleh karena itu, menjadi pentinguntuk
mengetahui bagaimana rekrutmen yang dilakukanoleh parpol
pesertapemilu untuk memenuhi kuota
30o/oketerwakilan perempuan dalam daftar
caleg untuk DPRD provinsi dan kabupaten/kota untukPemilu 20L4. Agar lebih fokus, penelitian
inidibatasi pada rekrutmen yang dilakukan
olehparpol
pesertapemilu untuk memenuhi
kuota30% keterwakilan perempuan dalam
daftarcaleg untuk DPRD provinsi.
Permasalahan penelitian tersebut secara lebih rinci dijabarkan dalam pertanyaanpenelitian
berikut:1. Bagaimana implementasi kuota
30%keterwakilan perempuan dalam
daftar
calon anggota DPRD Provinsi?2.
Bagaimana pola dan proses rekrutmen yang dilakukan oleh parpol peserta pemilu?C. Tujuan dan
Manfaat Penilitian
Kajian VoL 79 No. 7 Moret 2074
1. lmplementasi kuota 3oo/o
keterwakilanperempuan dalam daftar calon
anggota DPRD Provinsi;2. Pola dan proses rekrutmen parpol
dalammerekrut dan
menyeleksi perempuan yang akanmenjadicalon
anggota DPRD Provinsi.Hasil penelitian ini diharapkan
dapatmemberikan kontribusi terhadap kajian
danwacana mengenai partisipasi politik
perempuan, terutama faktor-faktor
yangmempengaruhi tingkat
keterwakilanperempuan dalam lembaga legislatif
danefektivitas
pasal-pasalyang berkaitan
denganaffirmotive oction dalam UU Pemilu dan
UUParpol dalam meningkatkan
keterwakilanpolitik perempuan di
lembagalegislatif.
Hasilpenelitian diharapkan juga dapat
menjadibahan
masukanbagi Komisi ll terkait
denganimplementasi pasal-pasal yang
berkaitandengan affirmotive oction dalam UU
Pemilu dan UU Parpolserta
KomisiVlll terkait
dengan pemberdayan perempuan dalam bidang politik.D.
Kerangka PemikiranIndonesia telah meratifikasi
duakonvensi yang berkaitan dengan
partisipasipolitik perempuan, yaitu
Konvensi tentang Hak-hakPolitik
Perempuan/The
Convention onPolitical
Rightsfor
Women(diratifikasi
dengan Undang-Undang Nomor 58 Tahun L958 tentang Pengesahan Konvensitentang
Hak-hak PolitikPerempuan dan Konvensi PBB
tentangPenghapusan Segala Bentuk
Diskriminasiterhadap
Perempuan fConvention on
theElimination of AII Forms of
Discriminotionogoinst Women/CEDAW (diratifikasi
dengan Undang-UndangNomor 7
Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensimengenai
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita).Dengan meratifikasi kedua
konvensitersebut, berarti Pemerintah
Indonesiamemiliki kewajiban untuk
menjalankan setiap bagiandan
pasaldari dua
konvensiitu
secara Penelitianmengetahui:
" rbtd.
ini bertujuan
untukSali Susiono lmplementasi Kuoto 30%....
maksimal,lo tidak terkecuali yang
berkaitandengan upaya meningkatkan
keterlibatan perempuandalam politik.
Akantetapi,
realitaspolitik yang ada saat ini menunjukkan
bahwatingkat partisipasi politik perempuan
diIndonesia masih relatif rendah
sebagaimana telah disampaikan pada bagian sebelumnya.Realitas
tersebut
secaratidak
langsungtelah merugikan perempuan,
mengingat sesungguhnyaketerwakilan politik
perempuansangat berarti karena beberapa
argumen.ttPertama, dari segi demokrasi,
jumlahperempuan lebih dari setengah jumlah total
penduduk. Jadi, merupakan bangunanteoretis yang wajar bila wakil rakyat
merefleksikankonstituennya. Kedua, dari segi
kesetaraan,keterwakilan dari perempuan
untukperempuan, sama halnya dengan
tuntutan
atasketerwakilan dari rakyat untuk rakyat.
Ketiga,dari segi
penggunaansumber daya, hal
itumerupakan penggunaan
kemampuanintelektual
perempuan. Dan keempat, dari segiketerwakilan, banyak penelitian empiris
yangmenunjukkan bahwa bila perempuan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan,
makakepentingan mereka tidak
dipertimbangkan secara sungguh-sungguh.Meskipun banyak argumen
yangmenerangkan pentingnya keterlibatan
danketerwakilan perempuan dalam politik, tetapi kondisi empiris juga menunjukkan
banyaknyafaktor yang menghambat partisipasi politik
perempuan. Centerfor
Asio-Pasific Women in Politicsmencatat adanya dua faktor
utama,yaitu: (1) pengaruh dari masih
mengakarnyaperan dan
pembagiangender antara
laki-lakidan perempuan yang tradisional
yangmembatasi atau menghambat
partisipasio
Berdasarkan Pasal1
UU No.7 Tahun 1984, lndonesia hanya melakukan reservasi terhadap Pasal 29 ayat (11 tentang penyelesaian perselisihan mengenai penafsiran atau penerapan Konvensi CEDAW' Ketentuan dalam Pasal lini secara tidak langsung menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara-negara anSSota PBB yang meratifikasi Konvensi CEDAW tanpa melakukan reservasi secara substantif. Sebagaimana dinyatakan dalam Penjelasan UmumUU No.7 Tahun 1984, Konvensi CEDAW pada dasarnya tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
tt lihat penganta r buku Keterurokilan Perempuon di Lembogo-lembago Nosionol ydng Anggotonyo Dipilih melolui Pemilu: Perbedaon' perbedaon dalom Proktek Internasionol dan Foktor'foktor yong Mempengoruhinyo, Jakartai IFES, tanpa tahun, hlm' i'
5
perempuan di bidang kepemimpinan
danpembuatan
kebijakanatau
keputusan;dan
(2)kendala-kendala kelembagaan
(institusional)yang masih kuat atas akses
perempuanterhadap
kekuasaan yangtersebar di
berbagaikelembagaan sosial-politik, antara lain tipe
sistem pemilihan umum (pemilu).12Pentingnya
faktor sistem pemilu
dalam keterwakilan perempuanjuga
ditunjukkan olehberbagai penelitian empiris. lnternationol Foundation for Electorol System
(IFES)menyatakan ada tiga faktor utama
yangberpengaruh paling signifikan terhadap
tingkat keterwakilan perempuan dalam
lembaga- lembagayang anggotanya dipilih,
yaitu:13 (1) sistempemilu; (2)
peran dan organisasi partai-partai politik; dan (3) penerimaan
kultural,termasuk aksi mendukung
(offirmotiveoction/aksi afirmatif atau
diskriminasi positif)ra yang bersifat wajib atau sukarela.Di
antara
ketigafaktor tersebut,
sistem pemilu merupakanfaktor
yang secara langsungpaling berpengaruh terhadap
keterwakilanperempuan. Meskipun demikian, hal ini tidak
berarti bahwa penggunaan sistem
pemilutertentu akan menjamin
peningkatanketerwakilan perempuan. Akan
tetapi,penggunaan sistem pemilu tertentu,
yaituberdasarkan
representasi proporsional,
dapatmemfasilitasi penggunaan cara lain
untukmeningkatkan keterwakilan
perempuan,seperti keharusan partai-partai politik
untukmenetapkan suatu jumlah minimum
kandidatperempuan yang harus ditempatkan
partaipada kursi-kursi yang berpeluang
untukdimenangkan. Di sinilah kuota
mengambilu tbid.,hlm.2r-30.
o lbid,hlm.l.
ra Pengertian awal affirmative oction laksi afirmatif) adalah hukum dan kebijakan yang mensyaratkan dikenakannya kepada kelompok tertentu pemberian kompensasi dan keistimewaan dalam kasus-kasus tertentu guna mencapai representasi yang lebih proporsional dalam beragam institusi dan profesi, Pada perkembangan selanjutnya, istilah ini mengacu pada bermacam-macam aktivitas, seperti monitoring terhadap pembuatan keputusan di tingkat yang lebih rendah untuk memastikan keadilan dalam keputusan-keputusan mempekerjakan dan mempromosikan pegawai dan menyebarkluaskan informasi mengenai peluang kerja atau kesempatan-kesempatan lain. Lihat Sandra Kartika (ed,) dalam Konvensi tentong Penghopuson Segalo Bentuk Diskriminosi terhodop Perempuon: Panduon bogi lurnalis, Jakarta: LSPP, 1999, hlm.
4.
6
peran penting dalam
meningkatkan keterwakilan perem puan.lde inti di balik sistem kuota
adalah merekrut perempuan untuk masuk dalam posisipolitik dan memastikan bahwa
perempuan tidak sekedar merupakan sedikit"tanda"
dalamkehidupan politik.ls Kuota bagi
perempuanmerupakan suatu jumlah tertentu
atau persentasedari
anggotasuatu
badan, apakahitu
suatudaftar
caleg, majelis parlemen, suatukomite, atau suatu pemerintahan.
Tujuannya adalahuntuk
memastikanbahwa
perempuan, palingtidak,
merupakansatu "minoritas
kritis"lcritical
minorityl yangterdiri
dari30
atau 40%.Dan kuota ini diterapkan sebagai
tindakantemporer (sementara), artinya
diterapkansampai hambatan-hambatan
terhadapmasuknya perempuan dalam politik
dapat disingkirkan. Logikanya,perempuan
tertinggaljauh "sfort"
nyaketika
memasukidunia politik dibanding dengan laki-laki. Oleh karena
itukuota tidak diperlukan lagi ketika
keduanya sudah berada pada garisstart
yang sama.Angka 30% sebagai
criticol minority ini sesuai dengan .Laporan Perkembangan
PBBtahun
1.995yang menganalisa gender
dan pembangunandi
174 negara yang menyatakan bahwa:"Meskipun benar tidak ada hubungan nyata yang terbentuk antara
tingkat
partisipasi perempuan dalam lembaga-lembaga politik dan kontribusi mereka terhadap kemajuanperempuan, 30/o
keanggotaan dalam lembaga-lembaga politik dianggap sebagaijumlah kritis yang dapat
membantu perempuanuntuk
memberikan pengaruh yang berarti dalam potitik."166 Lihat Drude Dahlerup: Menggunokon Kuota untuk Meningkotkon Representosi Politik Perempuon dalam Perempuon di Porlemen: Bukdn Sekedor t u mlah, Jakarta: IDEA, 2002, hlm. 114.
B Keterwokilan Perempuon
di
Lembogo-tembogo Nasionol yong Anggotdnyo Dipilih melalui Pemilu: Perbedoon-perbedoan dalom Proktek lnternosionol don Foktor-faktor yong Mempengaruhinyo, op.cit.,hlm,7,Kojion Vol. 79 No. 7 Maret 2074
Kuota sebenarnya bersifat
genderneutrol (netral gender),17 namun
sebagianbesar kuota yang diterapkan di
beberapanegara bertujuan untuk
meningkatkan representasi perempuan, karena masalah yangbiasanya muncul adalah kurang
terwakilinyaperempuan. Oleh karena itu,
terdapatpendapat yang pro dan kontra
mengenai idekuota ini.
Disatu pihak, kuota
dianggap dapatmemberikan kompensasi atas
hambatan-hambatan aktual yang
mencegah perempuandari keterlibatannya secara adil. Di sisi
lain, kuota dianggapdiskriminatif, tidak
demokratis, dan menentang prinsip kesempatan kesetaraan bagisemua.lsDitinjau dari perspektif
perempuan,pemberian kuota bagi perempuan tidak
dianggap sebagaisebuah bentuk
diskriminasi.Apalagi, tindakan ini bersifat temporer
danakan dihentikan bila tujuan dari
pemberiankuota telah tercapai. Hal
ini
secara tegasdiatur
dalam Pasal 4 Konvensi CEDAW,
yang menyatakan bahwa:"Penggunaan
langkah sementara
yangdilakukan pemerintah untuk
memacukesetaraan laki-laki dan perempuan secara
de facto tidak dianggap
sebagaidiskriminasi.
Tetapi hal itu tidak
bolehdilanggengkan karena sama
dengan memelihara ketidaksetaraandan
standar yang berbeda. Langkahitu
harus segeradihentikan
ketika tujuan dari
kesetaraankesempatan dan tindakan telah tercapai."le
Kuota bagi perempuan dapat
bersifatwajib maupun
sukarela. Beberapakuota
yangberhasil diperkenalkan di beberapa
negaraadalah kuota sukarela, yang diterapkan
oleh partaipolitik untuk
menunjukkan komitmennya'Artinya kuota dapat juga diterapkan untuk laki-laki, misalnya untuk membantu laki-laki memasuki posisi-posisi dimana wakil perempuan lebih mendominasi, seperti di sektor sosial. Lihat Dahlerup, op. cit
18 Pro kontra ini secara lebih lengkap dapat dibaca dalam Dahlerup, op.cit., hlm.115-116.
r
MB. Wiiaksana (ed), Modul Perempuan untuk PolitiN Sebuoh Ponduon tentang Partisiposi Politik Perempuan dolam Politik, lakaftalYayasan Jurnal Perempuan, 2OO4,hlm. L2,
Sali Susiana lmplementasi Kuoto 30%..'.
terhadap keterwakilan perempuan.
Misalnya,komitmen Partai African National
Congres(ANC) di Afrika Selatan untuk
memberikankuota 30% bagi kandidat perempuan.
DiAustrafia, Austrolion Labour Party
(ALP)memberikan kandidat perempuan
sepertigadaerah pemilihan yang dianggap dapat menang
dalam pemilu untuk parlemen majelis
rendah nasional. Di Inggris, Partai Buruh menggunakan seluruhdaftar
perempuanuntuk
pencalonan didistrik-distrik pinggiran pilihan pada
Pemilutahun L997, yang telah
menyumbangkanpeningkatan dua kali jumlah perempuan
diparfemen Inggris antara tahun t992
dan'!gg7.20
Sementara itu, ketentuan kuota
yangbersifat wajib biasanya dituangkan
dalamkonstitusi atau undang-undang
pemilu.Persentasenya
pun sangat bervariasi,
mulaidarl
2O%hingga 50%. Negara yang
berhasil menerapkankuota wajib di antaranya
adalah Argentina.2l Undang-Undang (UU)tahun
1991di negara itu menetapkan bahwa 30%
darikandidat di setiap daftar kandidat parpol
di setiap daerahpemilihan diisi oleh
perempuanpada "nomor jadi." Saat ini, delapan
negaraAmerika Latin lainnya, yaitu Bolivia,
Brasil,Kosta Rika, Republik Dominika,
Ekuador,Panama, Peru, dan Venezuela,
meminta
setiapparpolnya untuk menyediakan antara
20%sampai 40% dari posisi kandidatnya
untuk perempuan. Sedangkandi
Belgia sejak tahun1994 ditetapkan ketentuan bahwa
25Yo darikandidat partai adalah perempuan.
Perancis bahkan memperkenalkan UU yang menetapkanjumlah perwakilan perempuan di
parlemennasional dan daerah sebesar 50% mulai tahun
2002.22
m Keteruitokilon Perempuon di Lembaga'lembogo Nasionol yong Anggotonyo Dipilih melolui Pemilu: Perbedoan-perbedaon dolom Praktek lnternosiono! don Faktor-foktor yong Mempengoruhinya' op.cit., hlm. 17-18.
tt Dahferup, op.cit., hlm. lj,Si Keterwokilon Perempuon di Lembogo' lembago Nosionat yong Anggotonyo Dipilih melolui Pemilu: Perbedoon- perbedoon dolam Proktek tnternosionol dan Foktor-foktor yong Mempengoruhinyo, op, cit', hlm' 18'
22 Ketetwakilan Perempuan di Lembogo-lembaga Nosionol yong Anggotanyo Dipitih metolui Pemilu: Perbedaon'perbedoan dolom Proktek tnternosiono! dan Foktonfoktor yong Mempengoruhinyo' ibid.
7
Pemberlakuan kuota dalam
konstitusimaupun undang-undang memerlukan
sanksiuntuk menjamin kepatuhan. Misalnya hal
inidapat dijadikan alasan penolakan
untukmenerima
daftar partai
peserta pemilu, kecualipartai itu memenuhi
persyaratan kuota sepertiyang diberlakukan di Argentina. Sanksi
lain adalah sanksi keuangan, misalnya hilangnya hakatas dukungan dana kampanye dari
negarayang dipraktekkan oleh Perancis.23
Sistem pemilu yang berlaku di Indonesia sejak
pemilu pertama
padatahun
1955 hinggapada masa reformasi tidak
mengalamiperubahan yang
signifikan'
Sistem pemilu yangdigunakan pada Pemilu 1955 adalah
sistemperwakilan berimbang atau
representasiproporsionaf (proportional
representationl.2aPada Pemilu 797t sistem pemilu
yangdigunakan
tetap
sistem perwakilan berimbang, dengan daftar calon tertutup.2sDemikian pula Pada Pemilu
L977,Pemilu
L982,Pemilu 1987, Pemilu
1992, danPemilu L997, tetap digunakan
sistemperwakilan berimbang. Pada Pemilu 1999, yang diatur dengan UU Nomor 3 Tahun 1999 tentang
Pemilu, tetap menggunakan basis
sistempemilu perwakilan berimbang. Demikian
pula dengan Pemilu Tahun 2004, yangdiatur
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003tentang Pemilihan Umum, Pemilu Tahun 2009
yangdiatur dengan Undang-Undang Nomor
10Tahun 2008
tentang
Pemilihan Umum AnggotaDewan Perwakilan
Rakyat,Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsidan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,dan
PemiluTahun 2Ot4
yangdiatur dalam
Undang-UndangNomor 8
Tahun2012 tentang Pemilihan Umum Anggota
DPR,DPD, dan DPRD.
Sebagaimana telah
disamPaikansebelumnya, penggunaan sistem
pemilutertentu, yaitu berdasarkan
representasiproporsional, dapat memfasilitasi
penggunaancara lain untuk meningkatkan
keterwakilanot ibid.
2a Herbert Feith, Pemitihan Umum 7955 di lndonesio, Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia, 1999, hlm. 2-3'
2s Kevin Raymond Evans, Seioroh Pemilu don Porpol di lndonesia' Jakarta: PT Arise Consultancies,, 2003, hlm. 21.
8
perempuan. Hal
inilah yang
dicoba diterapkanpada Pemilu Pemilu
2OO4,Pemilu
2009, danPemilu 2Ot4, melalui kewajiban
untukmengakomodasi ketentuan mengenai
kuota 3Oo/ountuk perempuan dalam daftar
calon anggota legislatif.Salah penelitian tentang
efektivitasaffirmative oction terhadap
tingkatketerwakilan politik perempuan
berjudul"fmpfementasi Pasal tentang
Affirmotive
Actiondalam
Undang-UndangNomor
10 Tahun 2008tentang
PemiluAnggota
DPR, DPD,dan
DPRD{Studi di Provinsi Maluku Utara)"
yangdilakukan oleh Sali Susiana dan
DianCahyaningrum.
Hasil penelitian
menunjukkanbahwa Putusan Mahkamah Konstitusi
yangdikhawatirkan akan menurunkan
efektivitasoffirmative
octiontidak
sepenuhnya terbukti.26 Peluang perempuanuntuk terpilih justru
lebihbesar setelah digunakan sistem
suaraterbanyak.2T Di provlnsi ini,
efektivitasaffirmative oction juga dipengaruhi
olehbeberapa faktor lain, seperti posisi
dalam kepengurusan partai dantingkat
popularitas.zsE.
Metode Penelitian1.
Waktu dan TempatPenelitian di lapangan
dilaksanakanselama 5 hari,
masing-masing tanggal23 s.d 27 September 2013 di
Provinsi Bali dan tanggal 21 s.d. 25 Oktober 2OL3di Provinsi Sulawesi Utara.
Keduaprovinsi
inidipilih
mengingat hasil Pemilu2009 menunjukkan bahwa
tingkatketerwakilan perempuan di
keduaprovinsi
memiliki
perbedaan yang sangatsignifikan. Keterwakilan perempuan
di DPRD Provinsi SulawesiUtara
termasuktinggi, yaitu
sebesar 22,2o/o. Sebaliknya, Provinsi Bali memiliki angka keterwakilan' DPRD yang termasuk rendah,
Yaitusebesar 7,zVo. Selain itu, di
kedua26 "lmpfementasi Pasal tentang Affirmdtive Action dalam Undang- Undang Nomor l0Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD (Studi di Provinsi Maluku Utan)", dalam Majalah llmiah KAJIAN Vol.15, No.1 Maret 2010. Jakarta: Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi, SekretariatJenderal DPR Rl, hlm. 141-142.
27 tbid.
'" tbid,
Kojian Vol. 79 No. 1 Maret 2014
provinsi ini telah terbentuk
Kaukus Perempuan2. Cara Pengumpulan Data
Sesuai dengan pendekatan yang dipakai,
yaitu pendekatan kualitatif,
data dikumpulkan melalui wawancara terbukakepada narasumber dan
informanpenelitian. Sejalan dengan
metode pengumpulan data yang digunakan, yaituwawancara mendalam dan
studidokumen yang relevan dengan topik
penelitian, pada awalnya
penelitimerencanakan untuk
melakukanwawancara kepada:
a.
Pimpinan parpol;b. Perempuan bakal caleg, baik
yangbaru
mencalonkandiri maupun
yangsaat ini telah menjadi
Anggota DPRDProvinsi dan mencalonkan
diri kembali;c. Akademisi dari universitas di
daerahyang menjadi lokasi
penelitian(Universitas Udayana
dan
Universitas Sam Ratulangi).Akan
tetapi
pada saat pengumpulan datadi lapangan ternyata peneliti
tidakberhasil menemui para pimpinan parpol, sehingga
tidak
dapatdiperoleh
data dari mereka.3. Metode
Analisis DataData yang telah terkumpul
melaluiserangkaian teknik pengumpulan
datatersebut
dianalisis secarakualitatif.
Adatiga langkah yang dilakukan
dalam analisisdata kualitatif ini, yaitu:
reduksidata, penyajian data, dan
penarikankesimpulan. Reduksi
data
dilakukan agardata yang
berasaldari
berbagai sumberitu dapat dipahami. Oleh karena
itu dalam reduksi dataini, peneliti
berupaya melakukanediting dan
kategorisasi data sesuai dengan masalah dantujuan
yangtelah ditetapkan dalam penelitian
ini.Setelah
dilakukan reduksi data,
langkahSali Susiona lmplementasi Kuotd 30%....
selanjutnya adalah penyajian data
dan penarikan kesimpulan.II.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Provinsi Bali1. Kesiapan Parpol Memenuhi Kuota
30%Keterwakilan Perempuan
Dari 12 parpol peserta Pemilu
20L4, sebagian besarparpol dapat memenuhi
kuota30% keterwakilan perempuan
sebagaimanadata yang diperoleh dari Komisi
Pemilihan Umum Daerah Provinsi Bali.Sebagian besar
parpol
dapat memenuhi ketentuan yangdiatur
dalam Pasal 55 dan Pasal56 ayat (2) UU Nomor 8
Tahun 2012 tentangPemilihan Umum Anggota DPR, DPD,
danDPRD.
Dari 12 parpol, hanya terdapat
satuparpol (8,3%) yang persentase
keterwakilanperempuannya di bawah 3lo/o, yaitu
Partai Bulan Bintang, karenadari 5 orang
caleg yangdiajukan hanya terdapat 1 orang
caleg perempuan l2o%1.2sSalah satu hal yang menarik adalah apa
yang terjadi pada Partai
PersatuanPembangunan. Meskipun ada dapil
yangdikosongkan,
yaitu
Bali06
(Bangli),tetapi
dari 20 orang caleg yang diajukan,7
orang caleg diantara adalah caleg perempuan,
sehingga persentaseketerwakilan perempuan di
parpolini dapat mencapai
35%.30Demikian
puladengan Partai Kebangkitan Bangsa,
bahkan persentaseketerwakilan perempuan partai
inilebih dari 50%. Meskipun terdapat dua
dapilyang dikosongkan oleh partai ini
(Bali03fiabanan dan Bali 08/Klungkung), dari
13orang caleg yang diajukan oleh
PartaiKebangkitan Bangsa,
terdapat 7 orang
calegperempuan. Dengan demikian
persentaseketerwa kilan perem pua n nya mencapai 53,8yo.3t
"
Lihat Daftar Calon Tetap Anggota Dewan Penrvakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali Pemilihan Umum 2014, Komisi Pemilihan Umum Daerah Provinsi Bali, http://koud-baliorov'go.idloiles/' diakses tanggal 23 September 2013.n tbtd, tt tbld.
9
Secara lebih jelas
persentaseketerwakilan perempuan masing-masing parpol dapat
dilihat
padatabel
berikut:Tabel 2
Keterwakilan
Perempuan dalamDaftar
Caleg DPRD Provinsl BaliNO NAMA JUMTAH
JUMTAHPARTAI
CATEG
CATEGPEREMPUAN l/"1 1. Partai
Nasional Demokrat
55 20
orangorang
(36,4)2. Partai Kebangkitan Bangsa
7
orang(53,8) 13
orang 3. Partai
Keadilan Sejahtera Partai Demokrasi lndonesia Perjuangan
Golongan 55 20 orang
Karya orang
(36,4)
29 orang
10
orang(34,5)
4.
55 20
orangorang
(35,4)5.
6.
PartaiGerakan
55Indonesia
orangRaya
20
orang(36,4) 7. Partai
Demokrat
55 19
orangorang
(34,5)8.
Partai Amanat
2710
orangNasional
orang
(37,0)9.
Partai
20Persatuan
orangPembangunan
7 orang (35)
10.
PartaiHanura 54 t9 orang
(35,2)11. Partai Bulan
5Bintang
orangl
orang (20)
L2.
PartaiKeadilan Persatuan lndonesia
Sumber: Komisi Pemilihan Umum Daerah Provinsi Bali,
orang
40
dan
orangL5
orang(37,5)
2013 (diolah).
10
2.
Pola dan Proses RekrutmenBerdasarkan wawancara dengan
NiMade Sumiati, SH, caleg
DPRDProvinsi
BaliDapil Karangasem (Bali 07) dari
PartaiDemokrasi Indonesia Perjuangan,
diperolehinformasi bahwa sistem yang ada di
partaimenentukan pola dan proses
rekrutmen
caleg.Di
PDIPpenentuan terhadap seorang
kaderyang akan menjadi caleg masih
sangat ditentukanoleh
paraelite partai,
meskipun haltersebut sudah diatur
secaranormatif
dalam AD/ARTpartai.
Saatini Ni Made sumiati,
sH sudah duduk di kursi DPRD Provinsi Bali.32 PadaPemilu 2009, ia berada pada nomor urut
3.Sedangkan
untuk
Pemilu 20L4,ia
berada pada nomor urut 5.Demikian pula dengan caleg
lainnya.Menurut
Putu Suprapti Santy Sastra, SH, caleg DPRD Provinsi Bali Dapil Denpasar (Bali 01) dariPartai Gerindra, parpol memiliki
wewenangyang besar dalam menentukan posisi
caleg dalamdaftar
caleg.33 Pada Pemilu 2004, SantySastra merupakan caleg dari Partai
DamaiSejahtera Daerah pemilihan
Denpasar Timurdan menduduki posisi sebagai
SekretarisDewan Pimpinah Cabang, namun ia
belumberhasil terpilih.3a Kemudian untuk
Pemilu2014 pada awalnya Santy merupakan
kaderdari Partai Nasional Demokrat (Nasdem).
lamerupakan salah satu deklarator
Partai Nasdemdi
Balidan menduduki
posisi sebagai Ketua Partai Nasdem Denpasar. Namun karena adanya persaingan dengan sesama perempuandafam internal partai, akhirnya Santi
memilihuntuk keluar dan bergabung dengan
Partai Gerindra.3sUntuk mengatasi kendala yang dihadapi,
caleg perempuan harus mengawal
prosesrekrutmen dan
mengadakanaudiensi
denganparpol. Selain itu, Santy Sastra
mencobaberjejaring dengan organisasi dan
muridKojian Vol. 19 No. 7 Moret 2074
maupun
mantan muridnya,
karne kebetulan iamerupakan direktur Santy
Sastro Productiondan Santy Sostro Public Speaking
yangmemberikan pelatihan bagi siswa yang
inginmemiliki keterampilan dalam
bidangkomunikais, khususny a public speoking.
Menanggapi pemberlakuan kuota
30%dalam pencalonan anggota DPRD, Ni
LuhArjani, Ketua Pusat Studi Wanita
danPerlindungan Anak Universitas
Udayanamenyatakan bahwa peran KPU
dalampenentuan kuota 30% cukup bagus
karena anggota KPUjuga
sudah mencerminkan angka 30%.36Menurutnya
ketentuan 30% perempuanuntuk calon penentuan anggota
DPRD cukupbagus untuk memberikan celah lebih
besar bagi perempuan ke calonjadi.
Kuota 3O% bagi perempuandi
bidangpolitik ini
akan membukapeluang bagi perempuan untuk ikut
bersaingdan dapat memotivasi perempuan untuk ikut
berkiprahdi
bidangpolitik.
Namun demikian ia berharap kepada kaum perempuan yang sudahmasuk dalam kancah politik agar tetap meningkatkan kualitas diri sehingga
dapatmenunjukkan kepada publik bahwa perempuan ketika
diberikan
akseske politik ternyata tidak kalah dengan lawan jenisnya.
Jangan sampai perempuan yang sudah masuk ke ranahpolitik tidak
menunjukkankualitas diri
sehingga akanmenjerumuskan diri sendiri dan
citraperempuan secara umum.
B.
ProvinsiSulawesi Utara1. Kesiapan Parpol Memenuhi Kuota
30%Ketenarakilan Perempuan
Dari 12 parpol peserta Pemilu
2OL4,seluruh parpol dapat memenuhi kuota
30%keterwakilan perempuan sebagaimana
datayang diperoleh dari Komisi Pemilihan
Umum Daerah Provinsi Sulawesi Utara.37t' Wawancara dengan Ni Made Sumiati, SH, caleg DPRD Provinsi Bali Dapil Karangasem (Bali 07) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tanggal 24 September 2013.
"
Wawancara dengan Putu Suprapti Santy Sastra, SH, caleg DPRD Provinsi Bali Dapil Denpasar (Bali 011 dari Partai Gerindra tanggal 25 September 20il1.* tbid.
" tbid,
o wawancara dengan Ni Luh Arjani, Ketua Pusat Studi Wanita dan Perlindungan Anak Universitas Udayana tanggal 26 September 2013.
tt Lihat Daftar Calon Tetap AnSgota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Utara Pemilihan Umum 2014, Komisi Pemilihan
Umum
Daerah Provinsi SulawesiUtara
http://kou- sulutprov.so.id/63 dprd orov sulut.html. diakses tanggal 22 Oktober 2013.Sali Susiana Implementosi Kuoto 30%....
Seluruh parpol dapat
memenuhi ketentuan yang daatur dalam Pasal 55, Pasal 55ayat (2),
Pasal58,
Pasal59 ayat {2),
Pasal 62ayat (6), dan
Pasal67 ayat (2) UU Nomor
8 Tahun 2012tentang
Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD,dan
DPRD.38 Bahkansatu
parpol,yaitu
Partai Bulan Bintang,memiliki
persentase keterwakilan perempuan sebesar 50%, karenadari 22 orang caleg yang diajukan 11
orang cafegdi
antaranya adalah perempuan (20%1.3eSecara lebih jelas persentase
keterwakilan perempuan masing-masing parpol dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel 3
Keterwakilan Perempuan
dalam Daftar Caleg DPRD
Provinsisulawesi
UtaraNO NAMA JUMLAH
JUMTAHPARTAI CATEG
CATEGPEREMPUAN (%l
Persatuan Pembangunan
orang
(45,2110.
PartaiHanura 45
L7orang
(37,8)Lt. Partai Bulan 22 Lt Bintang orang
(50)L2.
Partai44
L7 orangKeadilan dan
orang PersatuanIndonesia
(38,6)
Sumber: Komisi Pemilihan Umum Daerah Provinsi Sulawesi Utara, 2013 (diolah).
2.
Pola dan Proses RekrutmenMenurut Pdt. Meiva
Salindeho-Lintang,S.Th, caleg
dari
Partai Golongan Karyadan berada pada nomor urut 1 dalam
daftarcaleg dari Dapil Sulut 3 pada Pemilu
20L4,kaderisasi merupakan faktor utama
dalamproses rekrutmen
caleg.@ Calegyang saat
ni menjabat sebagai Ketua DPRD ProvinsiSulawesi Utaraini
menyatakan bahwa dua prinsip dasardalam partai adalah objektif dan
normatif.Seluruh kader yang ada di partainya
harusmelewati proses kaderisasi. la
jugaberpendapat bahwa kepengurusan
dalampartai tidak menentukan posisi/nomor urut
dalam daftar caleg. Seluruh kader
harusberkompetisi secara sehat. Terkiat
denganaturan dalam UU Pemilu saat ini,
iamenyatakan bahwa upaya tersebut
harusdilihat sebagai upaya pemerintah
untuk meningkatkanangka keterwakilan
perempuan yang difakukan secara bertahap (stepby
stepl.arla secara pribadi memandang bahwa
angka 30%tersebut
merupakan standar minimal yangharus dicapai. Artinya ke depan
perempuanharus mencapai angka yang
semaksimalm u ngkin,
tidak
hany a 3\o/o.42Narasumber lain yang
diwawancaraiadalah Sus M.
Sualang-Pangemanan, S.Pd, yang saatini
menjabat sebagai salah satu WakilKetua
DPRDSulut. Menurutnya yang
berasal'
Wawancara dengan Pdt. Meiva Salindeho-lintan&S,Th, caleg dari Partai Golongan Karya tanggal 23 Oktober 2013.nr tbid.
o'tbid.
LI
orang orang
L. Partai Nasional Demokrat
45 orang
16
orang (35,6)2. Partai Kebangkitan Bangsa
tG
orang (32,L)38 orang Partai
Keadilan Sejahtera
35 L2
orangorang
(34,3)4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
45 orang
18
orang(40,0)
5.
Golongan 44 16
orangKarya orang
(36,4)6. PartaiGerakan
4515
orang (35,5)lndonesia Raya
orang
7. Partai Demokrat
4L
16orang
(39,0)orang 8. Partai
Amanat 4L
18 orangNasional
orang
(43,9)9.
'" tbtd.
serbid.
Partai 42 19 orang
t2
dari Partai Demokrasi lndonesia
Perjuangan(PDIP), PDIP telah sukses
melakukankonsolidasi,
terbukti
denganmakin
banyaknya perempuanyang mau terjun ke dunia politik melalui
PDlP.43Faktor yang
menentukanseorang kader masuk ke dalam daftar
calegatau tidak adalah kualitas dan
kemampuan.Dalam internal partai persaingan tersebut tidak
hanya antar-perempuan, tetapi juga
antaralaki-laki dan permpuan.oo Terkait
aturanmengenai
kuota ia
menyatakan bahwa saat ini sanksimasih kurang tegas, mengingat
dalam konteks masyarakat Sulawesi Utara, khususnya MinahasaUtara
denganetnis
Tonsea, budayamasih sangat berpengaruh terhadap
posisiperempuan dalam masyarakat.as
Menanggapi fenomena parpol
yangmembuka peluang seluas-luasnya
kepadamasyarakat
untuk
menjadi anggotaparpol,
Dr.Ferry Liando, dosen
Fakultasllmu
Sosial danPolitik
UniversitasSam
Ratulangi menyatakanbahwa salah satu sebabnya karena
parpolsendiri tidak mengerti fungsi parpol.
Parpol secara sederhanaadalah "sekolah" politik.
la mengibaratkan seseorang yang ingin bekerja disuatu tempat harus mengikuti sekolah
yangsesuai dengan
itu,
misalnyabila ingin
menjadiinsinyur harus
sekolahteknik.
Sekolahpolitik
mengajarkankepemimpinan, etika,
integritas,cara-cara pengambilan keputusan,
danbagaimana mengatasi konflik dan
mencapai konsensus.Saat ini banyak caleg yang
tidak pernahbelajar
kepemimpinantiba-tiba
masukmenjadi anggota suatu parpol,
mencalonkandiri, dan terpilih. Di
DPRDSulut ada
anggota yang sama sekalitidak pernah
menyampaikanpendapat dalam rapat karena mungkin
yangbersangkutan tidak memiliki
keterampilanuntuk
berbicarawalaupun
sebenarnyaia
ingin menyampaikan pendapat.46Sebab lainnya adalah saat ini
adakecenderungan parpol tidak lagi
menjadint wawancara dengan Sus M. Sualang-Pangemanan, S.Pd, caleg dari Partai Demokrasi tndonesia Perjuangan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tanggal 23 Oktober 2013.
* tbtd.
"
lbid.6 Wawancara dengan Dr. Ferry Liando, dosen Fakultas llmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi tanggal 24 Oktober 2013.
Kajion Vol. 79 No. 7 Moret 2014
sesuatu yang menarik bagi
masyarakat.Masyarakat apatis dan
jenuh terhadap
parpol.Tidak heran jika akhirnya parpol
membukapintu
seluas-luasnyakepada setiap
anggotamasyarakat untuk menjadi kadernya.
Parpolbukan lagi sebuah institusi yang elitis, tetapi institusi
yang sudahternoda dan mulai
dijauhioleh
masyarakat karena parpoltidak
dipercayaoleh masyarakat. Beberapa
penelitianmenunjukkan bahwa
DPRdan parpol
adalahinstitusi
yang palingkorup
dantidak
disenangi masyarakat. Kaderisasitidak
berjalan sehingga parpol dibuka untuk umum.47Selanjutnya
ia
mengusulkanagar
caleg harusminimal
5tahun menjadi
kader sebelum dapat dicalonkanmenjadi
caleg, karena parpol adalah sekolah, pendidikanpolitik.
Halitu
akan banyak manfaatnya. Pertama, jikaterpilih
makaia akan menjadi anggota yang
sangatdibutuhkan karena peka terhadap
kebutuhanmasyarakat. la juga memiliki
keterampilanuntuk berbicara dan melakukan lobby.
Jadi caleg harus disekolahkandulu.
Saatini
kualitas calegjelek
karena masalah sistem dan regulasi.Tidak ada undang-undang yang
dirancanguntuk melahirkan caleg berkualitas.
Syarat caleg adalahWNl,
sehinggasetiap orang
bisa mencalonkandiri, termasuk tukang
bakso, iburumah tangga, dan tukang tambal ban.
Adakasus seorang penjaga kantin
di
Minahasa yangterpilih
sehinggatidak tahu apa yang
harus dilakukannya ketika benar-benarterpilih.
Politik memangmerupakan hak setiap warga
negaratetapi tidak setiap orang bisa menjadi
caleg, apalagiterpilih. lbaratnya setiap orang
bolehmasuk ke dalam stadion tetapi tidak
setiaporang bisa menciptakan gol karena untuk itu diperlukan latihan dan keterampilan tertentu.
Jadi sistem kita, undang-undang kita, tidak dirancang untuk menghasilkan caleg
yangberkualitas.
Seharusnyahal itu masuk
dalam UU Pemilu, dalammateri
syarat menjadi caleg.Caleg
harus punya
semacamsertifikat
agar ia layakuntuk
dicalonkan. Selama5 tahun itu
iadilatih untuk care terhadap
masyarakat.Apakah selama 5 tahun itu ia
Pernaho' tbid.