• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM DAN PERWUJUDAN HUKUM ADAT

N/A
N/A
Mazt Tamim

Academic year: 2023

Membagikan "SISTEM DAN PERWUJUDAN HUKUM ADAT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM DAN PERWUJUDAN HUKUM ADAT

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Hukum Adat Pembimbing Dosen Badrut Tamam, S.H,.M.H.

Oleh :

ABDUL MAJID TAMIM 222102020001

AKBAR MILU RIFKIANTO 222102020003

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS SYARIAH

September 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, serta shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Atas petunjuk dan risalahnya, umat Islam telah terbebas dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.

Dengan demikian, kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas ini dalam bentuk dan isinya yang sangat sederhana.

Tugas ini membahas tentang sistem dan perwujudan hukum adat. Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat menghargai kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan tugas ini. Kami berharap tugas ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya bagi kami sendiri.

Dalam penyusunan tugas ini, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu. Semoga tugas ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, demikian kata pengantar dari kami,

Tsummassalamualaikum wr, wb

Jember, 23 September 2023

Kelompok I

(3)

DAFTAR ISI

Kata pengantar...

Daftar isi...

BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar belakang1

B. Rumusan masalah 1 C. Tujuan permasalahan 1

BAB II PEMBAHASAN...

A. Sistem hukum adat 2

B. Perwujudan hukum adat 6

C. Intensitas kekuatan material peraturan hukum adat 8

BAB III PENUTUP...

A. Kesimpulan 10

Daftar pustaka...

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Hukum adat merupakan suatu sistem hukum yang berlaku di Indonesia yang bersumber dari adat istiadat dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Hukum adat merupakan suatu sistem hukum yang tidak tertulis, yaitu tidak terkodifikasi dalam bentuk undang-undang. Hukum adat juga bersifat dinamis, artinya dapat berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat.

Hukum adat memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Hukum adat mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari perkawinan, warisan, tanah hingga pengelolaan. Hukum adat juga merupakan bagian dari kekayaan budaya masyarakat Indonesia yang perlu dilestarikan. Hukum adat sebagian besar tidak tertulis, sehingga sulit untuk dicatat dan dilestarikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap sistem hukum adat untuk lebih memahami peran, tantangan dan prospek hukum adat di Indonesia.1

B. RUMUSAN MASALAH

1) Menjelaskan tentang sistem sistem hukum adat

2) Menjelaskan tentang wujud hukum adat di masyarakat

3) Menjelaskan tentang intensitas kekuatan material hukum adat C. TUJUAN MASALAH

1) Agar pembaca dapat memahami dan mengetahui sistem sistem hukum adat 2) Agar pembaca dapat memahami dan mengetahui wujud hukum adat

3) Agar pembaca dapat memahami dan mengetahui tentang intensitaskekuatan material hukum adat

1 Angga Oktavian, "Peran Hukum Adat dalam Menjaga Keharmonisan Masyarakat,"

Jurnal Hukum dan Peradilan, vol. 16, no. 1, 2023 : 31, https://doi.org/10.24198/lawreview.v16i1.192

(5)

BAB II PEMBAHASAN A. SISTEM HUKUM ADAT

Sebelum kita beranjak lebih jauh lagi tentang sistem hukum adat, kita harus tahu terlebih dahulu apa itu sistem, berikut penjelasan tentang sistem.

Sistem secara etimologi (bahasa) berasal dari bahasa greek atau bisa disebut juga dengan bahasa yunani yaitu “systema” yang mempunyai makna keseluruhan yang terdiri dari macam macam bagian. Menurut pendapatnya profesor subekti mengenai kalimat yang tadi, beliau berpendapat bahwa Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berkaitan erat satu sama lain. Bagian-bagian atau komponen tersebut dapat berupa benda, manusia, atau informasi. Sistem memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai.2

Adapun sistem secara terminologi ( istilah ) menurut beberapa pendapat para ahli ialah sebagai berikut :

1) Richard A.

“A system is an array of components designed to accomplish a particular objective according to plan”. Artinya "Sistem adalah susunan komponen yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu sesuai rencana."

2) H. Thierry.

“Een system is een geheel van elkar wederzijds beinvoe loende componenten, die volgens een plan goederen zijn, te neinde een bepald doel de bereiken”. Artinya Sebuah sistem adalah sebuah roda yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan, yang secara bersama-sama membentuk sebuah rencana, yang akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.3

Adapun mengenai ciri ciri sistem ialah sebagai berikut :

2 Sri Hajati and Soelistyowati. Buku Ajar Hukum Adat ( Surabaya: Prenada Media Group, 2019 ), 31.

3 Hajati and Soelistyowati. Buku Ajar Hukum Adat, 33.

(6)

1) Terdiri dari bagian-bagian atau komponen yang saling berkaitan erat.

Setiap bagian atau komponen dalam sistem memiliki fungsi dan peran masing-masing.

2) Memiliki tujuan tertentu. Sistem dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu.

Contoh gampangnya seperti sistem komputer, di dalam komputer itu terdiri dari komponen-komponen seperti hardware, software, dan data. Yang mana komponen-komponen tersebut disebut dengan sistem, yang saling berkaitan erat satu sama lain, seperti yang saya katakan tadi sistem juga mempunyai tujuan, tujuan dari sistem komputer tadi yaitu untuk mengolah data menjadi informasi. Itu yang disebut dengan sistem komputer

Setelah kita mempelajari tentang sistem, sekarang kita beranjak kepada sistem hukum. Sistem hukum secara terminologi / secara istilah menurut pendapatnya Prof. Dr. Soepomo, S.H. bahwa sistem hukum itu ialah sistem sebagaimana peraturan – peraturan yang ada merupakan satu kesatuan yang dilandaskan pada alam pikiran.4

Adapun maksud dari pendapatnya Prof. Dr. Soepomo bahwa sistem hukum merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai peraturan yang saling berkaitan. Kesatuan ini dilandasi oleh suatu sifat pemikiran atau filsafat hukum tertentu. Menurut Prof. Dr. Soepomo, sistem hukum yang baik adalah sistem hukum yang perbuatan hukumnya seragam dan saling berhubungan. Hal ini penting agar undang-undang dapat mengatur kehidupan masyarakat secara efektif dan efisien. Bidang pemikiran atau filsafat hukum tertentu yang berada di bawah sistem hukum dapat berupa ideologi negara, nilai-nilai sosial budaya, atau asas- asas hukum yang berlaku umum. Misalnya sistem hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan common law.5

Adapun nilai – nilai bangsa kita ini yang tercantum di dalam sistem hukum Indonesia tentunya tentunya akan jauh berbeda dengan ideologi-ideologi sistem

4 Badrut Tamam, pengantar hukum adat, ( Depok, Pustaka Radja, 2022 ), 27.

5 Mahfud M.D, "Sistem Hukum Indonesia: Antara Teori dan Realitas." Jurnal Hukum dan Pembangunan, vol. 43, no. 3, 2013 : 70-92, https://doi.org/10.26593/jurnalhukum.v43i3.1476

(7)

hukum barat. Berikut penjelasan tentang perbedaan-perbedaan sistem hukum adat dengan sisten hukum barat :

1) Mendekati sistem hukum inggris

Sistem hukum adat dan sistem Common Law mempunyai persamaan dalam penafsiran hukumnya. Keduanya mengedepankan nilai-nilai keadilan dan kearifan lokal. Namun terdapat perbedaan komposisi kedua sistem hukum tersebut. Hukum adat di Indonesia bersumber dari adat istiadat dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Sedangkan Common Law yang berasal dari hukum Romawi telah mengalami proses pengembangan dan penyempurnaan. Sistem hukum hukum perdata berasal dari hukum Romawi, badan legislatif, dan mempunyai bentuk yang terkodifikasi.

Sedangkan sistem hukum Common Law bersumber dari peradilan, terutama dari keputusan hakim dan disebut Judge Made Law. Oleh karena itu, dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum sistem hukum adat dan sistem Common Law mempunyai persamaan dalam penafsiran hukumnya.

Keduanya mengedepankan nilai-nilai keadilan dan kearifan lokal. Namun terdapat perbedaan komposisi kedua sistem hukum tersebut. Hukum Adat di Indonesia bersumber dari adat istiadat dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, sedangkan Common Law bersumber dari hukum Romawi.6

2) Tidak membedakan hukum publik dan hukum privat

Di dalam hukum barat dikenal dengan adanya pembagian pertahanan antara hukum publik dan hukum privat. Awal mulanya pembagian hukum public dan hukum privat ini berasal dari sistem hukum romawi, yang mana jikalau hukum publik ini di pegang oleh badan pemerintah jikalau hukum privat dipegang oleh pribadi-pribadi individu sendiri.7

6 Tamam, pengantar hukum adat, 28.

7 Muhammad Rifqi, "Hukum Adat dan Hukum Barat: Perbedaan dan Persamaannya,"

Jurnal Hukum dan Peradilan, volume. 15, nomer. 2, 2022 : 225 - 242, https://doi.org/10.24198/lawreview.v15i2.189

(8)

Hukum adat ini tidak sama dengan hukum barat yaitu dalam hal membedakan pertahanan hukum publik dan hukum privat. Yang mana hukum adat itu sistemnya tidak pernah membedakan antara kepentingan dan siapa yang memegangnya atau mempertahankannya dari kepentingan / keperluan tersebut, jadi itulah yang membedakan sistem hukum adat dengan sistem hukum barat.8

3) Tidak membedakan hak kebendaan dan hak perorangan

Zakalijke rechten ialah hak – hak atas benda yang berlaku bagi setiap orang sedangkan personijke rechten ialah hak untuk menentukan penyesuaian pada hak individual dan hak kebendaan.9 Maksudnya itu gini Zakelijke rechten (bentuk tunggal zakelijke recht) dalam bahasa Indonesia berarti “ hak kebendaan

”. Hak milik adalah hak yang melekat pada suatu benda. Hak kebendaan berlaku bagi semua orang, bukan hanya pemberi hak tersebut. Misalnya, jika Anda memiliki mobil, Anda berhak menggunakan dan menikmatinya, dan tidak ada orang lain yang dapat mengambilnya dari Anda.

Personijke rechten (bentuk tunggal personijke recht) dalam bahasa Indonesia berarti “hak untuk berpartisipasi”. Hak komitmen adalah hak yang melekat dalam hubungan antara dua orang atau lebih. Hak kontraktual tidak berlaku untuk semua orang tetapi hanya berlaku untuk orang yang memberikan hak tersebut. Misalnya, jika Anda meminjamkan uang kepada seseorang, Anda mempunyai hak kontrak untuk mendapatkan kembali uang tersebut. jadi dapat disimpulkan, hak adalah hak yang melekat pada suatu benda, sedangkan hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada hubungan antara dua orang atau lebih.10

Di dalam hukum barat hak kebendaan dan hak perorangan tidak terpisah melainkan saling berkaitan karena hak sebuah benda dimiliki oleh perseorangan yang memberikan konsekuensi penguasaan dalam menindak barang dalam haknya. Di dalam sistem hukum adat tidak berwujud perbedaan dalam hak

8 Tamam, pengantar hukum adat, 29.

9 Tamam, pengantar hukum adat, 30.

10 Muhammad, Abdulkadir, "Perbedaan Hakikat Hak Milik dalam Hukum Barat dan Hukum Adat." Jurnal Hukum dan Pembangunan, Volume 17, Nomor 4, 1987: 464-483 https://doi.org/10.26593/jurnalhukum.v17i4.926

(9)

kebendaan dan hak perorangan, akan tetapi hal ini dikarenakan hubungan yang erat antara kekerabatan dan kekeluargaan dan nilai nilai penegakan hukum adat.

4) Tidak membedakan pelanggaran perdata dan pidana

adapun mengenai sanksi-sanksi atau dapat disebut juga dengan pelanggaran-pelanggaran didalam sistem hukum barat itu dibagi menjadi dua golongan pelanggaran, yaitu :

a) pelanggaran yang bersifat pidana dan harus diperiksa oleh hakim dalam bidang pidana

b) pelanggaran yang mempunyai akibat dalam golongan perdata, maka perkara tersebut harus diadili oleh hakim dalam bidang perdata.11

Akan tetapi di dalam hukum adat itu tidak ada perbedaan mengenai hal tersebut, karena di dalam sistem penegakan hukum adat, maupun itu kasusnya bersifat perdata atau pun kasusnya bersifat pidana penegakannya itu kabur, maksudnya kabur itu ialah seringkali hakim bidang perdata menegakkan kasus pidana , dan hakim bidang pidana menegakkan kasus perdata. 12

B. PERWUJUDAN HUKUM ADAT 1) Yuz non scriptum

Wujud hukum adat di dalam masyarakat hukum adat, sebagian besar ialah sebuah hukum yang tidak tertulis yang sebagaimana susuai dengan pernyataan dari pendapat – pendapatnya para ahli mengenai hukum adat, seperti pendapatnya prof Soerjono Soekanto, hukum adat ialah sebuah kompleks adat-adat yang kebanyakan tidak dikitabkan, tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan memiliki sanksi. yang berarti dalam aturan-aturannya tidak tercatat dalam dokumen tertulis seperti undang-undang, sebagian besar hukum adat tidak terkodifikasi, dan hukum adat lebih ditransmisikan (diteruskan) secara turun-temurun dengan melalui tradisi adat istiadat, cerita, dan praktik yang diwariskan dari generasi ke generasi,

11 Mustaghfirin, "Sistem Hukum Barat, Sistem Hukum Adat, dan Sistem Hukum Islam Menuju sebagai Sistem Hukum Nasional: Sebuah Ide yang Harmoni," Jurnal Dinamika Hukum 11, Edisi Khusus, 2011 : 91, https://doi.org/ 10.24198/lawreview.v11i1.265

12 Tamam, pengantar hukum adat, 31.

(10)

sehingga hanya berdasarkan dengan adat-adat yang ada dalam masyarakat. maka dari itu wujud hukum adat sebagian besar ialah hukum yang tidak tertulis. Berikut ialah beberapa contoh dari hukum adat tertulis :

2) Yuz scriptum

Adapun wujud hukum yang ke dua adalah hukum yang tertulis, akan tetapi hanya sebagian kecil saja, dan sebagian besarnya ialah hukum yang tidak tertulis, biasanya bertujuan untuk memberikan suatu kepastian hukum bagi masyarakat adat dan untuk memudahkan penerapannya,13 misalnya:

a) peraturan-peraturan yang diterbitkan oleh raja atau sultan terdahulu dalam pranatan-pranatan di Jawa

b) Awig-Awig di Bali merupakan hukum adat yang tertulis dan mengatur kehidupan masyarakat Bali

c) keputusan kepala adat di Papua merupakan hukum adat yang tertulis dan mengatur kehidupan masyarakat Papua

Hukum adat yang tertulis ini biasanya berlaku di wilayah tertentu atau di kalangan masyarakat tertentu dan tidak memiliki kekuatan hukum yang sama dengan hukum positif yang dimodifikasi kan oleh pemerintah.

3) Uraian-uraian hukum secara tertulis

Yang dimaksud dengan uraian-uraian secara tertulis ialah sebuah intisari atau ideologi dari sebuah penelitian14. Yang setelah itu dikodivikasikan.

Sepertihalnya buku yang berjudul hukum perdata adat jawa barat yang diteliti oleh prof. soepomo, dan ada juga buku yang berjudul hukum perdata adat jawa tengah yang diteliti oleh Prof. Djojodigoenob atau Tirtawinata.

C. Intensitas kekuatan material hukum adat

13 Tamam, pengantar hukum adat, 32.

14 Tamam, pengantar hukum adat, 33.

(11)

Intensitas kekuatan fisik peraturan hukum adat sesuai dengan kekuatan peraturan hukum adat yang harus dilaksanakan oleh masyarakat. Kekuatan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, khususnya:

1) Frekuensi penentuan serupa.

Semakin sering sebuah aturan hukum adat ditetapkan, semakin besar penerapannya. Tentu saja, masyarakat akan lebih sadar akan peraturan ini dan lebih percaya akan validitas dan penerapannya.15 Sebagai contoh, ketentuan hukum adat mengenai adat pernikahan telah ditetapkan berkali-kali oleh para tetua adat. Dengan cara ini, masyarakat akan lebih mengenal peraturan-peraturan ini dan akan lebih yakin bahwa peraturan tersebut sah dan dapat diterapkan. Hal ini akan membuat masyarakat lebih patuh terhadap peraturan tersebut. Keadaan sosial di masyarakat telah berubah

2) Keadaan sosial masyarakat yang bersangkutan sedang mengalami perubahan.

Semakin banyak masyarakat berubah, semakin besar kemungkinan hukum adat juga berubah. Memang masyarakat membutuhkan peraturan adat baru untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut. Misalnya, ketentuan hukum adat tentang pembagian warisan menurut garis laki-laki telah diterapkan secara turun-temurun di masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat telah mengalami perubahan ekonomi dan sosial. Masyarakat semakin sejahtera dan semakin menghormati hak-hak perempuan. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan ketentuan hukum adat mengenai pembagian warisan. Peraturan ini dapat diubah untuk membagi warisan menurut garis laki-laki dan perempuan Peraturan tersebut dilaksanakan sesuai dengan sistem hukum adat yang berlaku saat ini.

3) peraturan harus konsisten dengan persyaratan kemanusiaan

15 Nurul Hidayati, "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Adat," Jurnal Hukum dan Peradilan, volume 15, nomor 2, 2022 : 207 - 224 https://doi.org 10.24198/lawreview.v15i2.189

(12)

Semakin konsisten ketentuan hukum adat dengan sistem hukum adat yang ada, maka semakin besar pula kekuatan penegakannya.16 Memang benar bahwa masyarakat akan lebih mudah menerima peraturan tersebut karena sejalan dengan tradisi dan nilai-nilai masyarakat. Misalnya hukum adat yang mengatur adat istiadat perkawinan, mengatur bahwa perkawinan harus dilangsungkan atas dasar persetujuan kedua belah pihak. Peraturan ini sesuai dengan sistem hukum adat yang berlaku di masyarakat ini. Sebab masyarakat ini menganut nilai demokrasi dan liberal.

4) Peraturan mematuhi persyaratan kemanusiaan

Semakin banyak ketentuan hukum adat yang disesuaikan dengan kebutuhan kemanusiaan, semakin efektif penegakan hukum tersebut.17 Memang masyarakat akan lebih mudah menerima peraturan tersebut karena sejalan dengan nilai keadilan dan kemanusiaan. Misalnya, ketentuan hukum adat tentang adat perkawinan mengatur bahwa perkawinan harus dilangsungkan atas persetujuan kedua belah pihak dan tidak boleh dilakukan di bawah paksaan. Peraturan ini sesuai dengan kebutuhan kemanusiaan. Memang peraturan tersebut menjamin hak laki-laki untuk memilih pasangan hidupnya.

16 Hidayati,"Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Adat,". 229 17

(13)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Hukum adat adalah sistem hukum tidak tertulis yang berlaku di Indonesia dan berasal dari adat istiadat dan nilai-nilai masyarakat. Hukum adat dinamis dan berkembang sesuai masyarakat. Perbedaan dengan hukum Barat terletak pada Departemen Hukum. Hukum Barat mengakui pembagian hukum publik dan hukum privat, sementara hukum adat tidak mengenal pembagian tersebut. Hukum adat mengatur semua aspek kehidupan masyarakat, termasuk kepentingan umum dan pribadi. Hukum Barat bersumber dari peraturan perundang-undangan, sementara hukum adat bersumber dari adat istiadat dan nilai-nilai masyarakat.

Sistem sanksi Hukum Barat lebih kaku dan terukur, sedangkan hukum adat lebih sosial dan moral. Hukum adat dapat ada dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis. Hukum adat tak tertulis umum diwariskan secara turun temurun.

Hukum adat tertulis adalah hukum adat yang dikodifikasi dalam peraturan daerah.

Hukum adat ditentukan secara tertulis melalui buku atau artikel ilmiah oleh ahli hukum adat. Intensitas kekuatan materiil hukum adat bergantung pada kekuatan koersif yang digunakan. Hukum adat tidak tertulis memiliki kekuatan materiil yang lemah karena tidak memiliki dasar yang kuat. Hukum adat tertulis memiliki kekuatan tinggi karena didukung oleh pemaksaan hukum.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

1) BUKU

Hajati, Sri, and Soelistyowati, Buku Ajar Hukum Adat. Surabaya: Prenadamedia Group, 2019.

Tamam, Badrut, Pengantar Hukum Adat, Depok: Pustaka Radja, 2022.

2) JURNAL

Abdulkadir, Muhammad, "Perbedaan Hakikat Hak Milik dalam Hukum Barat dan Hukum Adat." Jurnal Hukum dan Pembangunan, Volume 17, Nomor 4, 1987, https://doi.org/10.26593/jurnalhukum.v17i4.926

Hidayati, Nurul, "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Adat,"

Jurnal Hukum dan Peradilan, volume 15, nomor 2, 2022, https://doi.org10.24198/lawreview.v15i2.189

M.D, Mahfud, "Sistem Hukum Indonesia: Antara Teori dan Realitas." Jurnal Hukum dan Pembangunan, volume 43, nomor 3, 2013, https://doi.org/10.26593/jurnalhukum.v43i3.1476

Mustaghfirin, "Sistem Hukum Barat, Sistem Hukum Adat, dan Sistem Hukum Islam Menuju sebagai Sistem Hukum Nasional: Sebuah Ide yang Harmoni," Jurnal Dinamika Hukum 11, Edisi Khusus, 2011, https://doi.org/10.24198/lawreview.v11i1.265

Oktavian, Angga "Peran Hukum Adat dalam Menjaga Keharmonisan Masyarakat," Jurnal Hukum dan Peradilan, vol. 16, no. 1, 2023, https://doi.org/10.24198/lawreview.v16i1.192

Rifqi, Muhammad, "Hukum Adat dan Hukum Barat: Perbedaan dan Persamaannya," Jurnal Hukum dan Peradilan, volume 15, nomer 2, 2022, https://doi.org/10.24198/lawreview.v15i2.189

Referensi

Dokumen terkait

Hukum waris Islam berlaku bagi orang-orang yang memeluk agama Islam, hukum waris adat diberlakukan bagi masyarakat hukum adat dan biasanya menganut sistem patrilineal dan matrilineal,

Setelah terjadi akulturasi, maka hukum adat atau hukum pribumi , menurut Van Vollenhoven berkembang ke dalam dua bentuk yaitu Inlandsrecht hukum adat atau hukum pribumi yang merupakan