Sistem Informasi Pendugaan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Menggunakan Metode Small Area Estimation
Misbahul Munir S, Nurul Mutiah, Syahru Rahmayudha, Renny Puspita Sari* FMIPA, Sistem Informasi, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia
Email: 1[email protected], 2[email protected], 3[email protected],
Email Penulis Korespondensi: [email protected]
Abstrak−Berdasarkan data yang didapat dari Aplikasi SIMFONI-PPA Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Sambas, pada Tahun 2017 terdapat 95 Kasus kekerasan perempuan dan anak di Kabupaten Sambas, diikuti dengan Tahun 2018 sebanyak 43 Kasus, Tahun 2019 sebanyak 49 kasus, dan tahun 2020 sebanyak 64 kasus. Hal ini memperlihatkan tren peningkatan jumlah kasus kekerasan yang terjadi dari tahun ke tahun. Tren peningkatan tersebut disebabkan oleh kurangnya akses informasi untuk melakukan pengaduan, pengolahan data wilayah tindak kekerasan yang belum terpadu, sehingga pemerintah belum memiliki data secara terbarukan untuk melakukan antisipasi. Untuk mendukung DP3AP2KB melakukan penanggulangan dan pencegahan terhadap kekerasan, maka penelitian ini membangun sebuah sistem berbasis untuk pendugaan kekerasan terhadap perempuan dan anak dengan memanfaatkan Metode Small Area Estimation khususnya teknik interpolasi IDW. Penelitian ini dilakukan dengan cara pengolahan data melalui aplikasi arcgis untuk mengetahui pola daerah rawan kekerasan, menggunakan teknik interpolasi untuk memprediksi variabel yang tidak terukur pada berbagai lokasi, dengan IDW mengasumsikan bahwa semakin dekat jarak suatu titik terhadap titik yang tidak diketahui nilainya, maka semakin besar pengaruhnya. IDW menggunakan nilai yang terukur pada titik-titik di sekitar lokasi tersebut, untuk memperkirakan nilai variabel pada lokasi yang dimaksud. Kemudian hasil pengolahan data tersebut diimplementasikan pada sistem informasi geografis berbasis web. Sistem yang dibangun telah dilakukan uji coba menggunakan metode black box dan dihitung dengan skala likert memperoleh nilai 86,20% yang masuk kedalam kategori Baik Sekali.
Kata Kunci: Sistem Informasi Geografis; Inverse Distance Weighting; Pendugaan Kekerasan; Small Area Estimation Abstract−Based on data obtained from the SIMFONI-PPA Application, the Office of Women's Empowerment, Child Protection, Population Control and Family Planning (DP3AP2KB) Sambas Regency, in 2017 there were 95 cases of violence against women and children in Sambas Regency, then in 2018 there were 43 cases, followed by in 2019 as many as 49 cases, and in 2020 as many as 64 cases. This shows an increasing trend in the number of cases of violence that occur from year to year. The increasing trend is caused by the lack of access to information to make complaints, the processing of data on areas of violence that has not been integrated, so that the government does not have up-to-date data to anticipate. To support DP3AP2KB in handling and preventing violence, this research builds a system based on the estimation of violence against women and children by utilizing the Small Area Estimation Method, especially the IDW interpolation technique. This research was carried out by processing data through the ArcGIS application to determine the pattern of areas prone to violence, using interpolation techniques to predict unmeasured variables at various locations, with IDW assuming that the closer a point is to an unknown point, the greater the effect. . IDW uses the values measured at points around the location, to estimate the value of the variable at the location in question. Then the results of data processing is implemented in a web-based geographic information system. The system that has been built has been tested using the black box method and calculated using a Likert scale, obtaining a value of 86.20% which is included in the Very Good category.
Keywords: Geographic Information System; Inverse Distance Weighting; Allegation of Violence; Small Area Estimation
1. PENDAHULUAN
Kekerasan dalam rumah tangga dapat berdampak pada fisik dan mental korban kekerasan, terutama perempuan dan anak. Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2004, kekerasan terhadap perempuan dan anak mencakup perbuatan terhadap seseorang yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan bahkan perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Menurut WHO kekerasan terhadap anak adalah perlakuan yang salah terhadap psikis, fisik, seksual, penelantaran, perdagangan dan eksploitasi anak yang berpotensi membahayakan kesehatan fisik, tumbuh kembang, dan kesehatan jiwa anak. Kekerasan menyebabkan berbagai ketidakadilan yang muncul dan tumbuh dikehidupan masyarakat [1]. Tindak kekerasan pada perempuan dan anak dapat memberikan dampak seperti mengurangi rasa percaya diri, menghambat kemampuan interaksi sosial, mengganggu kesehatan fisik dan mental. Hal ini juga berlaku untuk kekerasan pada anak yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan tumbuh kembang dapat terganggu, sehingga dapat menghambat perkembangan jiwa dan masa depan [2]. Penanggulangan tindak kekerasan memiliki beberapa kendala seperti kurang maksimalnya peran Lembaga pendamping baik pemerintah maupun LSM dalam mengawal penyelesaian kasus tindak kekerasan, serta kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai solusi penyelesaian kasus tindak kekerasan [3] [4]. Kekerasan terhadap perempuan dan anak juga dapat menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pembangunan suatu daerah, terkhususnya Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat. Kekerasan tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan namun juga dapat mengakibatkan gangguan mental jika berlangsung terus menerus, hal ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah Kabupaten Sambas. DP3AP2KB Kabupaten Sambas
adalah unit tingkat daerah yang berperan dalam penanggulangan dan pencegahan dini terhadap tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak.
DP3AP2KB Kabupaten Sambas membantu Pemerintah Daerah dalam melaksanakan urusan pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, juga menangani administrasi kependudukan serta pencatatan sipil, dan melakukan pengendalian penduduk dan keluarga berencana. Pada dasarnya DP3AP2KB pada tingkat daerah dan provinsi melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi dan kewenangan seperti pemberdayaan perempuan pada bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi, serta pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak baik dalam lingkup Provinsi dan Kabupaten, lintas daerah Kabupaten atau Kota, dan sebagai penyedia layanan rujukan bagi korban kekerasan [5]. Saat ini hal yang dihadapi oleh DP3APKB untuk menjalankan fungsinya dalam rangka menurunkan tingkat kekerasan perempuan dan anak adalah kurangnya akses masyarakat untuk melakukan pengaduan serta tidak tersedianya data yang akurat untuk dijadikan dasar dalam melakukan pencegahan dini baik berupa sosialisasi maupun penyuluhan. Untuk membantu DP3AP2KB dalam melakukan pencegahan kekerasan perempuan dan anak sejak dini, maka dibangun suatu sistem informasi geografis berbasis web yang dapat melakukan pendugaan terhadap tingkat kekerasan berdasarkan data tingkat kekerasan yang telah ada sebelumnya dengan menggunakan metode Small Area Estimation (SAE).
Sistem informasi berbasis web adalah perangkat lunak yang dapat diakses melalui browser, dan dapat berisi teks, gambar, video, suara, dan animasi pada halamannya [6]. Aplikasi berbasis website dapat memiliki basis data didalamnya yang digunakan untuk menyimpan dan melakukan manipulasi terhadap data. Aplikasi website bisa bersifat statis maupun dinamis yang dihubungkan dengan jaringan, dan memiliki beberapa unsur pendukung seperti, halaman publikasi website, web hosting, nama domain, desain website, dan pemeliharaan website [7].
Sedangkan Sistem Informasi Geografis dapat terdiri dari lima interaksi dari perangkat keras (computer, smart phone, tablet), perangkat lunak (aplikasi perpetaan), data titik, garis, polygon), prosedur, dan pengguna yang mempelajari cara mengumpulkan data menggunakan perangkat keras dan kemudian membuat peta menggunakan perangkat lunak dan data [8].
Aplikasi pendugaan tingkat kekerasan yang dibangun selain berbasis web juga menerapkan metode SAE sebagai metode pendugaan. SAE adalah sebuah metode perkiraan tidak langsung yang memiliki variabel sama dengan data survei yang dapat dikombinasikan dengan data penunjang, dan juga mempunyai kesamaan dengan data sekarang hingga dapat digunakan untuk melakukan estimasi pada area yang lebih kecil sehingga memberikan tingkat ketepatan yang sangat baik [9]. Pendugaan pada SAE pada implementasinya menggunakan teknik perkiraan berdasarkan data dari domain besar atau data dalam area besar agar bisa melakukan estimasi peubah atau variasi variabel yang ada didalam area yang lebih kecil yakni bagian dari populasi dengan ukuran contoh yang lebih kecil [9]. Salah satu teknik perkiraan pada SAE yang dapat digunakan adalah teknik Interpolasi.
Dalam konteks pemetaan, Interpolasi digunakan untuk menduga nilai pada lokasi yang datanya tidak tersedia, dengan melakukan estimasi nilai pada wilayah yang tidak diukur atau disampel untuk melakukan pemetaan atau mengukur sebaran nilai pada seluruh wilayah yang dipetakan [6]. Untuk melakukan Teknik Interpolasi perlu untuk memilih Teknik interpolasi spasial yang cocok dengan kajian ilmiah, karena tidak semua metode interpolasi selalu baik untuk setiap kajian ilmiah [10]. Interpolasi data spasial memiliki tujuan untuk melakukan interpolasi dari dua titik, dimana metode tersebut memperkirakan nilai sebuah variabel lokasi tidak tersampel dan berlokasi di dalam area yang dicakup oleh lokasi tersampel [11]. Terdapat empat metode interpolasi yang umum digunakan yakni Kriging, NNI, Spline, dan IDW [12]. IDW merupakan metode interpolasi yang paling baik jika dibandingkan dengan EBK, Kriging, GBI, dan LPI [12] [13]. Pada penelitian ini yang digunakan adalah Inverse Distance Weighting (IDW). Metode IDW dapat memperkirakan nilai pada suatu lokasi yang tidak tidak tersampel dengan asumsi semakin dekat jarak suatu titik lokasi terhadap titik lokasi yang tidak diketahui nilainya, maka semakin besar pengaruh hal tersebut [7]. Metode IDW menggunakan nilai yang terukur pada berbagai titik di sekitar lokasi yang tidak tersampel, untuk memperkirakan nilai variabel pada lokasi tersebut. Pada metode IDW, titik terdekat pada lokasi tak tersampel memiliki bobot paling besar, dan sebaliknya, dikarenakan jarak berbanding terbalik dengan nilai rata-rata tertimbang (weighting average) dari titik data sekitar lokasi tak tersampel [14].
Pemilihan nilai power yang tepat mempengaruhi kualitas hasil interpolasi. Pada metode IDW, nilai power menentukan pengaruh terhadap titik masukan, dimana titik yang terdekat akan memiliki pengaruh lebih besar sehingga menghasilkan interpolasi yang lebih baik [11].
Pendugaan pada penelitian dilakukan dengan menentukan jumlah kasus setiap kecamatan. Kemudian melakukan perhitungan menggunakan IDW, pada langkah ini menentukan empat titik terdekat dari titik yang akan dihitung. Empat titik tersebut dijadikan sampel untuk menghitung titik yang akan dihitung. Penentuan titik sampel berdasarkan proses identifikasi Arcgis untuk menentukan empat titik terdekat menggunakan tools measure.
ArcGIS dirancang untuk menganalisis, memvisualisasikan, mengedit, dan berbagi peta dalam 2D dan 3D. ArcGIS mencakup data spasial, seperti: peta dasar global, citra resolusi tinggi, laporan demografis, data gaya hidup, geocoding dan perutean, hosting, dan banyak lagi. Hingga platform ArcGIS dapat dilakukan pengembang untuk membangun aplikasi web, seluler, dan desktop [8]. ArcGIS dapat digunakan untuk dapat digunakan untuk melakukan interpolasi IDW dengan fungsi power [15]. Proses selanjutnya adalah menghitung menggunakan rumus IDW menggunakan titik sampel berdasarkan identifikasi untuk mencari nilai z, nilai z inilah yang menjadi data dugaan pada titik yang dihitung.
Manfaat dari pengembangan sistem informasi ini memberikan kemudahan dalam melakukan pengelolaan wilayah-wilayah yang sering terjadi kekerasan, masyarakat lebih mudah dalam mengehetahui informasi mengenai wilayah yang sering terjadi tindak kekerasan. Memberikan gambaran bagi pihak dinas untuk mengambil keputusan apa yang akan diambil terhadap wilayah-wilayah yang sering terjadi tindak kekerasan, guna dapat melakukan pencegahan sedini mungkin terhadap kasus kekerasan yang masih marak terjadi. Pengujian pada aplikasi yang dibangun dilakukan dengan metode black box, dengan melakukan uji fungsionalitas pada aplikasi dengan fokus pada antarmuka aplikasi dibanding. Pengujian black box dilakukan guna mengetahui kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi saat melakukan pengembangan aplikasi, diantaranya adalah fungsi-fungsi yang hilang, keselahan desain antarmuka, kesalahan dalam basis data atau struktur data, kesalahan kinerja serta kesalahan inisialisasi dan terminasi [16].
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan mengacu pada kerangka kerja IS Research, yang membagi dimensi penelitian menjadi Lingkungan, Riset, dan Basis Pengetahuan, seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Is Research Framework
Lingkungan dalam penelitian ini adalah DP3AP2KB Kabupaten Sambas, dari lingkungan tersebut ditemukan sebuah masalah yang terjadi dari hasil wawancara yang dilakukan, adapun masalah tersebut adalah, dengan cukup tingginya kasus tindak kekerasan yang menjadikan perempuan dan anak korban di Kabupaten Sambas. Melalui permasalahan tersebut dibuatlah sebuah sistem pengaduan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak dengan memanfaatkan teknologi sistem informasi geografis untuk pemetaan daerah rawan tindak kekerasan di Kabupaten Sambas.
Riset di dalam penelitian ini merupakan sebuah tahapan dalam memecahkan masalah penelitian yang telah diidentifikasi pada lingkungan, proses pengembangan dilakukan melalui beberapa tahap, dimulai dari tahap analisis untuk mengidentifikasi kebutuhan fungsional dari sistem yang akan dibangun, kemudian dilakukan proses interpolasi menggunakan aplikasi Arcgis dengan data jumlah kasus kekerasan guna mengetahui daerah rawan tindak kekerasan. Selanjutnya dilakukan proses perhitungan inverse distance weighting untuk mengetahui tingkat kekerasan perempuan dan anak per kecamatan yang ditampilkan dalam bentuk visualisasi peta. Tahap selanjutnya adalah perancangan aplikasi dengan menggunakan Diagram UML (Unified Modeling Language) dan perancangan antarmuka. Kemudian dilakukan implementasi hasil perhitungan interpolasi kedalam aplikasi berbasis web, dalam rangka mengembangkan sistem pendugaan tingkat kekerasan perempuan dan anak. Tahap evaluasi dilakukan untuk melihat kinerja fungsionalitas dari sistem yang dibuat dari sisi pengguna, termasuk didalamnya kemudahan dalam penggunaan sistem dan kesesuaiaan sistem dengan kebutuhan pengguna.
Basis Pengetahuan merupakan dasar ilmu yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengatasi masalah yang terjadi, dan ini juga menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan proses pengembangan sistem, Adapun dasar ilmu yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Sistem Informasi Geografis, Interpolasi, Inverse Distance Weighting, Rekayasa Perangkat Lunak, Basis Data, Interaksi Manusia dan Komputer.
Sedangkan proses pengumpulan data menggunakan cara wawancara, observasi dan dokumentasi untuk mengumpulkan data kekerasan perempuan dan anak yang ada pada DP3AP2KB.
Metode interpolasi yang digunakan untuk mengolah data tindak kekerasan perempuan dan anak menggunakan metode IDW (Inverse Distance Weighted). Metode IDW merupakan metode interpolasi yang mempertimbangkan jarak sebagai bobot. Jarak yang dimaksud disini adalah jarak (datar) dari titik data (sampel) terhadap aera yang akan diestimasi. Jadi semakin dekat jarak antara titik sampel dan area yang akan diestimasi
maka semakin besar bobotnya, begitu juga sebaliknya[6]. Persamaan metode IDW dapat dilihat pada persamaan 1.
𝑍0=
∑𝑖=1𝑆 𝑍𝑖1 𝑑𝑖𝑘
∑𝑖=1𝑆 1 𝑑𝑖𝑘
(1)
Keterangan:
𝑍0 = Perkiraan nilai pada titik 0 𝑍𝑖 = Apakah nilai z pada titik control i 𝑑𝑖 = Jarak antara titik i dan titik 0
k = Semakin besar k, semakin besar pengaruh poin tetangga S = Jumlah titik S yang digunakan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Perancangan
Tahap pertama dari perancangan aplikasi dilakukan degan membuat Use Case Diagram untuk menggambarkan interaksi antara aktor pada aplikasi dan berbagai fungsi yang terdapat didalam sistem. Rancangan use case diagram dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Use Case Diagram
Gambar 2 menjelaskan tentang perancangan use case diagram admin, yang menggambarkan interaksi aktor Admin dengan fungsi yang terdapat didalam sistem, Fungsi ini merupakan fungsi yang dikelola oleh admin diantaranya adalah kelola pelaporan kasus, kelola pelaporan kasus merupakan proses awal yang dilakukan oleh masyarakat untuk melaporkan tindak kekerasan yang dialami ataupun yang dilihat, didalam pelaporan kasus ini admin bisa melakukan verifikasi hasil pelaporan kasus yang sudah dilakukan, dengan melakukan ajukan pengaduan hal ini merupakan tindak lanjut dari pelaporan kasus, kemudian akan di proses pada kelola pengaduan kasus, kelola pengaduan kasus ini merupakan proses selanjutnya setelah melakukan ajukan pengaduan, untuk ditindak lanjuti lebih mendalam guna mengetahui siapa korban dan pelaku yang terlibat dalam tindak kekerasan.
Fungsi selanjutnya adalah perhitungan, fungsi ini merupakan proses menghitung jumlah kasus yang sudah terverifikasi dan sudah diproses lebih lanjut pada halaman kelola pengaduan, hasil perhitungan ini akan ditampilkan pada fungsi lihat pemetaan, didalam fungsi ini menampilkan informasi tindak kekarasan dalam bentuk visual yaitu peta daerah rawan tindak kekerasan, yang menampilkan area perkecamatan dengan kode warna yang berbeda menyesuaikan dengan tindak kekerasan yang terjadi, semakin tua warna yang dihasilkan maka semakin tinggi kasus yang terjadi pada daerah tersebut.
3.2 Perancangan Activity Diagram
Tahap Perancangan selanjutnya adalah membuat Activity Diagram untuk menggambarkan aktivitas aktor dalam hal ini Admin dalam melakukan fugnsi kelola data. Perancangan Activity Diagram dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Activity Diagram
Gambar 3 menggambarkan aktivitas Admin dalam melakukan fungsi kelola data didalam sistem yang dibangun. Dimulai dari Admin mengakses halaman login, kemudian Admin memasukan data login, data yang di masukan oleh Admin akan dicek terlebih dahulu oleh sistem, jika data yang dimasukan salah maka sistem akan menampilkan pesan kesalahan, jika yang data dimasukan benar maka sistem akan menampilkan halaman utama, pada halaman ini lah fungsi-fungsi yang dapat dikelola oleh admin akan ditampilkan oleh sistem. Pada halaman ini admin akan melakukan kelola data sesuai kebutuhan yang akan dilakukan seperit melakukan kelola pelaporan kasus, kelola pengaduan kasus, melakukan perhitungan dan melihat hasil perhitungan pada halaman lihat pemetaan.
3.3 Perancangan Sequence Diagram
Tahap perancangan berikutnya adalah membuat Sequence Diagram untuk menggambarkan aliran diantara objek pada aplikasi. Gambar 4 memperlihatkan Sequence Diagram untuk proses Perhitungan Kasus Pengaduan.
Gambar 4. Sequence Diagram Perhitungan Deskripsi sequence diagram pada Gambar 4 adalah sebagai berikut:
1. Aktor mengakses menu perhitungan dengan memanggil fungsi hitung() pada Controller Pemetaan.
2. Selanjutnya Controller Pemetaan menampilkan form input perhitungan jumlah kasus kepada aktor.
3. Selanjutnya aktor menambahkan data jumlah kasus dengan menjalankan fungsi hitung() pada Controller Pemetaan
4. Selanjutnya fungsi hitung() dialihkan menuju model Pemetaan Model dengan menjalankan fungsi tambah() untuk menyimpan data masukan kedalam database. Jika terdapat kesalahan sistem akan menampilkan pesan kesalahan. Jika tidak maka sistem memberikan pesan sukses kepada aktor.
5. Controller Pemetaan menampilkan data jumlah kasus kepada aktor.
3.4 Perancangan Class Diagram
Perancangan class diagram kemudian dilakukan untuk dapat menggambarkan struktur class pada aplikasi, atribut, method, dan hubungan diantara objek pada aplikasi. Class Diagram dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Class Diagram
Class diagram pada Gambar 5 mendeskripsikan pada sistem yang dibangun terdapat class CI_Controller yang memiliki 9 class turunan yaitu Auth, Dashboard, Pelaporan, Pengaduan, Desa, Kecamatan, Pemetaan, SubKekerasan, Person dan class CI_Model yang memiliki 7 class turunan yaitu User_model, Pelaporan_model, Pengaduan_model, Desa_model, Kecamatan_model, SubKekerasan_model, Pemetaan_model. Pada setiap class memiliki atribut dan operasi yang berbeda.
3.5 Perhitungan Menggunakan Rumus IDW
Pada langkah ini, ditentukan empat titik terdekat dari titik yang akan dihitung. Empat titik tersebut dijadikan sampel untuk menghitung titik yang akan dihitung. Berdasarkan proses identifikasi arcgis dalam menentukan 4 titik terdekat menggunakan tools measure, untuk mengetahui empat titik terdekat yang mendekati titik hitung.
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Seperti yang terlihat pada Tabel 1 bahwa tingkat kekerasan tertinggi terjadi pada Kabupaten Tebas sebanyak 18 Kasus 2019, maka tebas dijadikan titik hitung pendugaan tingkat kekerasan yang akan terjadi pada tahun 2020.
Tabel 1. Data Awal
Kecamatan Jumlah Kasus Jenis Kasus
Sebawi 10 Seksual, Fisik
Tekarang 1 Seksual
Jawai Selatan 0
Semparuk 0
Tebas 18 Seksual, Fisik, Penelantaran
Setelah menentukan titik hitung pendugaan maka dilakukan perhitungan IDW secara otomatis menggunakan Arcgis. Arcgis merupakan perangkat lunak yang dikembangkan oleh ESRI (Environment Science
& Research Institue) untuk melihat, mengubah, mengelola, dan menganalisa data spasial [17]. Implementasi Arcgis dilakukan untuk melakukan pendugaan dengan mengetahui daerah rawan dan tingkat kekerasan menggunakan teknik interpolasi dan perhitungan IDW. Implementasi penelitian pada Aarcgis melalui beberapa tahapan untuk mendapatkan hasil seperti pada gambar 6. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah, proses pengumpulan data. Pengumpulan data kekerasan perempuan dan anak yang didapatkan dari DP3AP2KB, dimana data yang diperoleh berupa data spasial dan data non spasial. Data spasial ini adalah data batas administrasi Kabupaten Sambas dari peta, data administrasi ini merupakan data batas-batas wilayah pada Kabupaten Sambas, data administrasi ini kemudian di pecah menjadi 19 kecamatan berdasarkan jumlah kecamatan Pada Kabupaten Sambas, data yang sudah di pecah kemudian disimpan dalam bentuk format shp sesuai dengan nama kecamatan, kemudian data diubah kedalam bentuk geojson agar bisa digunakan didalam website. Data non spasial yang diperoleh adalah data jumlah kekerasan dan bentuk kekerasan. Data ini merupakan hasil dari pengaduan yang sudah di proses, data yang didapat berupa data laporan mengenai proses terjadinya kekerasan, yang didalam nya terdapat data bentuk kekerasan, data korban dan data pelaku tindak kekerasan, namun pada kasus ini data yang digunakan adalah data jumlah kasus kekerasan pada setiap kecamatan. Setelah kebutuhan data terpenuhi maka dilakukanlah proses implementasi Arcgis. Implementasi Arcgis ini merupakan tahapan dalam mengolah data yang sudah didapat melalui aplikasi Arcgis untuk mengetahui pola daerah rawan tindak kekerasan perempuan dan anak.
Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan teknik interpolasi IDW untuk memprediksi variabel yang tidak terukur pada berbagai lokasi sehingga didapat hasil interpolasi seperti pada gambar 5. Penelitian ini menggunakan power 3 karena berdasarkan hasil perhitungan menggunakan power 1, power2, dan power 3 pada data studi kasus, diperoleh hasil penggunaan power 3 menghasilkan interpolasi yang paling baik. Hasil interpolasi menggunakan IDW dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Hasil Interpolasi IDW
Sedangkan perhitungan manual Teknik IDW berikut ini dilakukan untuk melihat kesamaan antara perhitungan manual dan hasil dari Arcgis dan memperoleh kesimpulan bahwa kedua hasil tersebut memiliki nilai yang sama. Perhitungan manual IDW berupa langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Menghitung nilai z, dengan mengetahui nilai titik d (jarak titik i (sampel) dan titik 0 (titik hitung) maka:𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘3 = 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑎𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (𝑍0) 10
11433,1083= 6,69125𝐸 − 12 1
5419,8683= 6,28107𝐸 − 12 0
141732.3173= 0 18
13= 18
b.
Menghitung nilai 1/d 111433,1083= 6,69125𝐸 − 12 1
5419,8683= 6,28107𝐸 − 12 1
141732.3173= 3,51299𝐸 − 12 1
6310,7843= 3,97878𝐸 − 12 1
13= 1
c.
Menjumlahkan nilai z/d6,69125E-12 + 6,28107E-12 + 0 + 0 + 18 = 18
d.
Menjumlahkan nilai 1/d6,69125E-13 + 6,28107E-12 + 3,51299E-13 + 3,97878E-12 + 1 = 1
e.
Hasil dari nilai z adalah jumlah dari nilai z/d dibagi jumlah nilai 1/d, dapat hasil nilai z.18 1 = 18
Tabel 2. Hasil Perhitungan Menggunakan Power 3
Kec JK J(d) z/d 1/d z
Sebawi 10 11433,11 6,69125E-12 6,69125E-13 Tekarang 1 5419,868 6,28107E-12 6,28107E-12
Jawai Selatan 0 14172,32 0 3.51299E-13
Semparuk 0 6310,784 0 3,97878E-12
Titik hitung (Tebas) 18 0,001 18000000000 1000000000 Jumlah 29 Seksual 18000000000 1000000000 18 3.6 Implementasi Web
Implementasi sistem website merupakan tahapan yang dilakukan setelah melakukan proses analisis dan perancangan kedalam kode program
3.6.1 Ajukan Pengaduan
Halaman ajukan pengaduan merupakan halaman yang dikelola oleh admin, ajukan pengaduan ini merupakan tindak lanjut dari proses pelaporan kasus yang dilakukan oleh masyarakat dan sudah diverifikasi oleh admin agar di proses lebih lanjut. Halaman ajukan pengaduan dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Implementasi Halaman Ajukan Pengaduan
3.6.2 Halaman Kelola Pengaduan Kasus
Halaman kelola pengaduan kasus merupakan halaman yang dikelola oleh admin, halaman ini merupakan tindak lanjut dari proses ajukan pengaduan. Pada halaman ini admin mengelola data hasil pengaduan untuk diproses lebih lanjut untuk menangani pengaduan yang dilakukan, guna mengetahui siapa korban dan pelaku kekerasan yang terlibat didalam aduan yang sudah diproses. Halaman kelola pengaduan kasus dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Implementasi Halaman Kelola Pengaduan Kasus 3.6.3 Halaman Perhitungan
Halaman perhitungan pada Gambar 9 digunakan untuk menambah jumlah kasus kekerasan setiap kecamatan berdasarkan titik hitung yang sudah ditentukan berdasarkan rumus IDW yang sudah dimasukan kedalam kode program untuk proses perhitungan, hasil input nilai perhitungan ditampilkan secara visual pada halaman pemetaan.
Gambar 9. Halaman Perhitungan 3.6.4 Halaman Pemetaan Kasus
Halaman pemetaan kasus pada Gambar 9merupakan halaman yang dikelola oleh admin untuk melihat hasil data perhitungan kasus dan untuk melakukan proses dugaan tindak kekerasan yang terjadi guna mengetahui sebaran kasus pada Kabupaten Sambas. Pada tahun 2017 ini tindak kekerasan yang terjadi cukup tinggi, seperti salah satu kecamatan yaitu kecamatan sambas yang mempunyai jumlah kasus sebanyak 11 kasus.
Gambar 9. Implementasi Halaman Pemetaan Kasus
3.6.5 Halaman Pendugaan Kasus
Halaman pendugaan pada Gambar 10 merupakan gambaran hasil dari pendugaan daerah rawan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Sambas. Halaman ini merupakan tindak lanjut dari dugaan yang telah dilakukan pada tahun 2017, salah satu contoh terlihat ada perbedaan didalam pola peta sebaran pada kecamatan sambas untuk tahun 2018.
Gambar 10. Implementasi Halaman Pendugaan Kasus
4. KESIMPULAN
Dengan dibangunnya sistem informasi pendugaan kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat memberikan informasi terkait daerah rawan kekerasan yang ada pada kabupaten sambas yang membantu DP3AP2KB Kabupaten Sambas dalam merencanakan tindakan pencegahan yang tepat sasaran dan tepat waktu. Sistem yang dibangun menampilkan visualisasi data dalam bentuk diagram atau grafik sehingga informasi terkait pendugaan tingkat kekerasan dapat lebih mudah dipahami. Berdasarkan perhitungan menggunakan metode IDW, didapatlah hasil, penggunaan power 3 terhadap data pengujian antara arcgis dan perhitungan manual lebih sesuai jika dibandingkan dengan data data aktual. Dimana ketika dilakukan pengujian dengan menggunakan ke-3 power (1,2,3) untuk mendapatkan hasil yang sesuai berdasarkan jumlah kasus, didapatlah power 3 yang hasilnya sama dengan jumlah kasus. Penentuan kesesuaian power yang dipakai didasarkan pada karakteristik data aktual kajian ilmiah. Pengujian sistem menggunakan pengujian fungsional untuk mengetahui apakah fungsi-fungsi pada sistem sudah berjalan dengan baik, seperti pengujian pada fungsi lihat pemetaan dimana pengguna dapat melihat atau menampilkan data pemetaan dan keluaran yang diharapkan sistem bisa menampilkan halaman pemetaan yang di inginkan, dengan ini fungsi-fungsi sistem berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.
REFERENCES
[1] Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Mengakhiri Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Indonesia, Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2017.
[2] J. D. Pasalbessy, “Dampak Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Serta Solusinya,” Sasi, vol. 16, no.
Dampak Tindak Kekerasan, pp. 8-13, 2010.
[3] S. Purnamasari, K. Kusworo dan P. Y. Rahayu, “Upaya Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan dalam Menciptakan Lingkungan Ramah Keluarga,” Jurnal Loyalitas Sosial: Journal of Community Service in Humanities and Social Sciences, vol. 1, no. 2, p. 71, 2019.
[4] A. Hidayat, “Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan,” Indonesian Journal of School Counseling, vol. 5, no. 2, pp.
57-66, 2020.
[5] Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Kependudukan dan Keluarga Berencana Provinsi Banten,
“dp3akkb.bantenprov.go.id,” Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Kependudukan dan Keluarga Berencana Provinsi Banten , 2021. [Online]. Available: https://dp3akkb.bantenprov.go.id/tugas-pokok-dan-fungsi.
[Diakses 23 Juni 2022].
[6] R. Abdulloh, Easy & simple : web programming, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2016.
[7] Y. U. “Sistem Informasi Berbasis Web Jurusan Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya,” Jurnal Sistem Informasi , vol. 3, no. 2, pp. 359-370, 2011.
[8] M. Law dan A. Collins, Getting to Know ArcGIS Pro, California : Esri Press, 2016.
[9] S. A. Septiandari, “Sistem Informasi Geografis Daerah Rawan Kriminalitas Di Kota Pontianak Berbasis Web,” Justin, pp. 1-6, 2015.
[10] H. Kurniadi, E. Aprilia, J. B. Utomo, A. Kurniawan dan A. Safril, “Perbandingan Metode IDW Dan Spline Dalam Interpolasi Data Curah Hujan Bulanan DI Jawa Timur Periode 2012-2016,” dalam Seminar Nasional Geotik 2018, Malang, 2018.
[11] I. A. Aswant, “Analisis Perbandingan Metode Interpolasi Untuk Pemetaan pH Air Pada Sumur Bor Di Kabupaten Aceh Besar Berbasis SIG,” Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh , Banda Aceh, 2016.
[12] D. Kusuma, A. Murdimanto, B. Sukresno dan D. Jatisworo, “Comparison of Interpolation Methods for Sea Surface Temperature Data,” Journal of Fisheries and Marine Research, vol. 2, no. 2, pp. 103-115, 2018.
[13] M. Tanjung, S. Syahreza dan M. Rusi, “Comparison of Interpolation Methods based on Geographic Information System (GIS) in the Spatial Distribution of Seawater Intrusion,” Jurnal Natural, vol. 20, no. 2, pp. 24-30, 2020.
[14] K. Johnston, J. M. V. Hoef, K. Krivoruchko dan N. Lucas, Using Arcgis Geostatistical Analyst, United States of America : ESRI, 2001.
[15] T. T. Putranto dan K. Alexander, “Aplikasi Geospasial Menggunakan ARCGIS 10.3 dalam Pembuatan Peta Daya Hantar Listrik di Cekungan Air Tanah Sumowono,” Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, vol. 14, no. 1, p. 15, 2017.
[16] D. F. dan I. M. Sudana, “Uji Fungsionalitas (Black Box Testing) Sistem Informasi Lembaga Sertifikasi Profesi (SILSP) Batik Dengan Apperfect Web Test dan Uji Pengguna,” Journal of Informations Education, vol. 1, no. Uji Fungsionalitas, pp. 117-126, 2018.
[17] M. A. C. Donya, B. S. dan A. L. Nugraha, “Visualisasi Peta Fasilitas Umum Kelurahan Sumurboto Dengan Arcgis Online,” Jurnal Geodesi Undip, vol. 9, no. 4, pp. 52-58, 2020.