BUKU AJAR
SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN
Oleh
I Wayan Nuarsa
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widi Wasa, buku ajar Sistem Informasi Sumberdaya Lahan ini dapat diselesaikan tepat pada waktu yang direncanakan.
Buku ajar ini disusun untuk memudahkan dan sekaligus sebagai bahan pegangan para mahasiswa yang mengambil mata kuliah Sistem Informasi Sumberdaya Lahan dalam mengikuti mata kuliah tersebut. Mengingat tujuan dari mata kuliah ini agar mahasiswa dapat menganalisis data spasial secara praktis menggunakan software ArcView GIS baik dalam penyelesaian tugas akhir maupun sebagai bekal setelah menamatkan study di Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana, maka kuliah Sistem Informasi Sumberdaya Lahan sebagian besar dikalukan di Lab. GIS dan materinyapun lebih banyak ke latihan praktis di hadapan komputer. Oleh sebab itu, buku ajar ini juga dirancang lebih menekankan pada aspek praktek langsung di depan komputer menggunakan perangkat lunak ArcView GIS, dibandingkan dengan memberikan teori secara panjang lebar.
Keberhasilan penyusunan buku ajar ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan mendalam atas segala bentuk sumbangnnya.
Kritis dan saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca penulis sangat harapkan untuk penyempurnaan buku ini pada edisi berikutnya. Akhirnya, penulis berharap mudah-mudahan buku dapat memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan khususnya dalam penyediaan buku ajar yang masih langka.
Denpasar, Maret 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
ANALISIS INSTRUKSIONAL ... xiii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Istilah dan Terminologi Sistem Informasi Sumberdaya Lahan ... 1
1.2. Difinisi dan Subsistem Sistem Informasi Sumberdaya Lahan ... 2
1.3. Perbedaan antara SISL, CAC, dan CAD ... 2
1.3. Perbedaan antara Pemetaan Secara Manual dengan SISL ... 2
Daftar Pustaka ... 4
II. DATA SUMBERDAYA LAHAN ... 5
2.1. Data Grafis ... 5
2.2. Data Atribut ... 7
2.1. Tampilan Data Grafis dan Tabular pada Saftware ArcView GIS ... 7
Daftar Pustaka ... 9
III. SUMBER DATA DAN INPUT DATA GRAFIS ... 10
3.1. Sumber Data Sistem Informasi Sumberdaya Lahan ... 10
d. Computer Aided Design (CAD) ... 12
e. Data tabular lainnya (Data statistik, hasil penelitian, dll.) ... 12
3.2. Input Data grafis ArcView GIS 3.3 ... 13
3.2.1. Menggunakan data ARC/INFO ... 13
3.2.2. Konversi Data MapInfo Professional ... 15
3.2.3. Penggunaan Data CAD ... 18
3.2.4. Input data XY ... 20
3.2.5. Digitasi Peta ... 23
3.2.6. Digitasi Layar ... 25
3.2.6.1. Regestrasi Peta ... 25
3.2.6.2. Digitasi ... 31
3.2.7. Memperbaiki Hasil Digitasi ... 35
Daftar Pustaka ... 41
IV. GEOPROCESSING ... 42
4.1. Pengertian ... 42
4.2. Geoprocessing pada ArcView GIS ... 42
4.2.1. Memotong Theme Berdasarkan Theme yang Lain ... 43
4.2.2. Interseksi Dua Theme ... 45
4.2.3. Union Dua Theme ... 50
4.2.4. Menggabungkan Objek Berdasarkan Data Atribut ... 51
4.2.5. Menggabungkan Beberapa Theme ... 54
4.2.6. Menggabungkan Data Atribute Melalui Lokasi Objek ... 56
Daftar Pustaka ... 57
V. ANALISIS SPASIAL ... 58
5.1. Konsep Dasar Analisis Spasial ... 58
5.2. Analisis Spasial pada ArcView GIS ... 59
5.2.1. Konversi Theme Shapefile ke Theme Grid ... 59
5.2.2. Mengatur Properti Analisis ... 63
5.2.3. Interpolasi Grid ... 65
5.2.4. Membuat Kontur ... 71
5.2.5. Membuat Lereng ... 74
5.2.6. Arah Lereng... 75
5.2.7. Membuat Hillshade ... 76
5.2.8. Penentuan Jarak ... 77
5.2.9. Membuat Buffer ... 79
5.2.10. Penentuan Jarak Terdekat (Proximity) ... 83
5.2.11. Menghitung Kerapatan ... 85
5.2.12. Menghitung Nilai Statistik Sel Beberapa Theme ... 88
5.2.13. Membuat Ringkasan Sel Berdasarkan Wilayah ... 90
5.2.14. Tabulasi Area ... 93
5.2.15. Menghitung Nilai Statistik Sel Disekitarnya ... 96
5.2.16. Reklasifikasi ... 97
5.2.17. Query Peta ... 100
5.2.18. Kalkulator Peta ... 103
Daftar Pustaka ... 107
VI. MEMBUAT LAYOUT PETA ... 108
6.1. Mempersiapkan Data untuk Layout ... 109
6.2. Pengaturan Halaman Layout ... 110
6.3. Menambahkan View pada Layout ... 112
6.4. Menambahkan Grid ... 114
6.5. Menambahkan Garis dan Teks ... 117
6.6. Menambahkan Arah Utara ... 119
6.7. Menambahkan Legenda ... 121
6.8. Menambahkan Skala ... 122
6.9. Menambahkan Inset Peta ... 124
6.10. Menambahkan Grafik ... 126
6.11. Menambahkan Logo ... 127
6.12. Menambahkan Sumber dan Pembuat Peta ... 128
6.13. Menyimpan dan Menggunakan Template ... 129
6.14. Mengekspor Layout ... 130
6.15. Mencetak Peta ... 132
Daftar Pustaka ... 133
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1. Istilah dan terminologi SIG ... 1
Tabel 1.2. Perbedaan antara CAD, CAC, dan SISL ... 2
Tabel 1.3. Perbedaan antara pemetaan manual dengan SISL ... 3
Tabel 3.1. Contoh tabel yang akan digabungkan. ... 38
Tabel 3.2. Pilihan penggabungan record pada Union role. ... 39
Tabel 3.3. Pilihan penggabungan record pada Split role. ... 39
Tabel 4.1. Kriteria tingkat bahaya erosi. ... 46
Tabel 5.1. Klasifikasi lereng ... 98
Tabel 5.2. Operator dan Contoh Query Peta ... 102
Tabel 5.3. Operator Aritmatik ... 104
Tabel 5.4. Operator Logaritma ... 105
Tabel 5.5. Operator Trigonometri ... 105
Tabel 5.6. Operator Power ... 105
Tabel 5.7. Contoh beberapa persamaan atau ekspresi ... 106
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Contoh macam-macam data grafis, (a) data titik, (b) garis, dan
(c) area. ... 6
Gambar 2.3. Cara penyimpanan data atribut pada struktur data vektor, (a) data grafis dan (b) data atribut. ... 7
Gambar 2.4. Cara penyimpanan data atribut pada struktur data raster. ... 7
Gambar 2.5. Tampilan (a) projek ArcView View dan (b) View Daerah Administrasi. ... 8
Gambar 2.6. Tampilan (a) projek ArcView Tables dan (b) Tabel Daerah Administrasi. ... 8
Gambar 3.5. Kotak dialog Add Theme. ... 14
Gambar 3.6. Tampilan data ARC/INFO, (a) data grafis/theme, dan (b) data tabular/tabel. ... 14
Gambar 3.7. Potongan Submenu theme. ... 15
Gambar 3.8. Kotak dialog konversi data ke format shapefile. ... 15
Gambar 3.9. Layer MapInfo yang akan diekspor ke format MIF. ... 16
Gambar 3.10. Kotak dialog konversi data ke format MIF di MapInfo. ... 16
Gambar 3.11. Kotak dialog konversi data dari MIF ke Shapefile. ... 17
Gambar 3.12. Tampilan data yang baru dikonversi dari MapInfo, (a) theme, dan (b) tabel. ... 18
Gambar 3.13. Kotak dialog Extention pilihan Cad Reader. ... 18
Gambar 3.14. Kotak dialog Add Theme. ... 19
Gambar 8.15. Tampilan gambar AutoCad pada View. ... 19
Gambar 3.16. Kotak dialog Theme Properties. ... 19
Gambar3.17. Tampilan sebagian data objek wisata hasil survei. ... 21
Gambar 8.18. Kotak dialog Window Projek Tables (a) dan menambahkan tabel (b). ... 21
Gambar 3.19. Tampilan sebagian data objek wisata di tabel ArcView. ... 22
Gambar 3.20. Kotak dialog Add Event Theme. ... 22
Gambar 3.21. Sebaran titik-titik objek wisata pada view. ... 23
Gambar 3.22. Data sebaran objek wisata digabungkan dengan data Pro_bali.shp. ... 23
Gambar 3.23. Kotak dialog Extension. ... 26
Gambar 3.24. Kotak dialog Add Theme. ... 26
Gambar 3.25. Konformasi yang muncul saat citra dibuka. ... 27
Gambar 3.26. Tampilan peta rupabumi dalam bentuk citra di View. ... 27
Gambar 3.27. Kotak dialog Legend Editor. ... 28
Gambar 3.28. Titik kontrol dan koordinat geografisnya. ... 28
Gambar 3.29. Shortcut menu untuk entri koordinat geografis. ... 29
Gambar 3.30. Kotak dialog pengisian koordinat geografis titik kontrol. ... 29
Gambar 3.31. Tampilan nilai RMS error pada baris status. ... 30
Gambar 3.32. Tampilan peta sehabis registrasi. ... 31
Gambar 3.33. Tampilan citra yang telah diregestrasi dengan format IMAGINE (img). ... 31
Gambar 3.34. Kotak dialog pembuatan theme baru. ... 32
Gambar 3.35. Toolbar untuk digitasi. ... 32
Gambar 3.36. Kotak dialog Penyimpanan theme yang baru dibuat. ... 33
Gambar 3.37. Data grafis dan atribut ditampilkan secara bersama dalam input data. ... 33
Gambar 3.38. Penggunaan toolbar draw line to split feacture. ... 34
Gambar 3.39. Contoh penggunaan toolbar Draw Line to Split Polygon. ... 35
Gambar 3.40. Contoh penggunaan toolbar Draw Line to Append Poligon. ... 35
Gambar 3.41. Posisi pointer mouse saat memindahkan objek. ... 35
Gambar 3.42. Prosedur memindahkan vertex dengan toolbar Vertex Edit. ... 36
Gambar 3.43. Prosedur menambahkan vertex dengan toolbar Vertex Edit. ... 36
Gambar 3.44. Prosedur menghapus vertex dengan toolbar Vertex Edit. ... 36
Gambar 3.45. Proses Combine (a) sebelum combine, (b) setelah Combine. ... 37
Gambar 3.46. Proses Union (a) sebelum Union, (b) setelah Union. ... 37
Gambar 3.47. Kotak dialog Theme Properties pilihan Editing. ... 38
Gambar 3.48. Contoh proses Subtract, (a) poligon overlap, (b) subtract biasa, dan (c) substract dengan kombinasi tombol Shift. ... 40
Gambar 3.49. Contoh proses Intersect, (a) poligon overlap, (b) hasil proses intersect. ... 40
Gambar 4.1. Kotak dialog Extention. ... 43
Gambar 4.2. Peta lereng yang akan dipotong (a) sebesar daerah penelitian (b). ... 43
Gambar 4.3. Kotak dialog Geoprocessing Clip one theme based on another langkah 1. ... 44
Gambar 4.4. Kotak dialog Geoprocessing Clip one theme based on another langkah 2. ... 44
Gambar 4.5. Tampilan theme hasil clipping. ... 45
Gambar 4.6. Peta kemiringan lereng (a) dan Peta curah hujan (b). ... 46
Gambar 4.7. Data Atribut peta kemiringan lereng (a) dan peta curah hujan (b). ... 46
Gambar 4.8. Kotak dialog Geoprocessing Intersect two theme langkah 1. ... 47
Gambar 4.9. Kotak dialog Geoprocessing Intersect two theme langkah 2. ... 47
Gambar 4.10. Peta (a) dan data Atribut (b) hasil proses interseksi. ... 48
Gambar 4.11. Kotak dialog Field Calculator. ... 48
Gambar 4.12. Memilih record yang mempunyai total skor kurang dari 5. ... 49
Gambar 4.13. Mengisi kriteria rendah dengan Field Calculator. ... 49
Gambar 4.14. Tampilan data Attribute of ltsct1.shp setelah semua field dilengkapi. ... 50
Gambar 4.15. Tampilan peta bahaya erosi. ... 50
Gambar 4.16. Kotak dialog Geoprocessing Union two theme. ... 50
Gambar 4.17. Contoh poligon sliver. ... 51
Gambar 4.18. Kotak dialog Field Calculator untuk menghitung luas. ... 52
Gambar 4.19. Kotak dialog Geoprocessing Dissolve feactures based on an attribute langkah 1. ... 52
Gambar 4.20. Kotak dialog Geoprocessing Dissolve feactures based on an attribute langkah 2. ... 53
Gambar 4.21. Kotak dialog Geoprocessing Dissolve feactures based on an attribute langkah 3. ... 53
Gambar 4.22. Tampilan peta sebelum (a) dan sesudah (b) proses Dissolve. ... 53
Gambar 4.23. Tampilan data attribut setelah proses Dissolve. ... 54
Gambar 4.24. Tampilan 3 theme yang akan digabung, (a) Kec_ku.shp, (b) Kec_kuta.shp, dan (c) Kec_ks.shp. ... 54
Gambar 4.25. Kotak dialog Geoprocessing Merge themes together langkah 1. ... 55
Gambar 4.26. Kotak dialog Geoprocessing Merge themes together langkah 2. ... 55
Gambar 4.27. Theme hasil penggabungan dari 3 theme yang terpisah. ... 56
Gambar 4.28. Kotak dialog Geoprocessing Assign data by location. ... 56
Gambar 5.1. perbedaan objek feature (a) dan grid (b). ... 59
Gambar 5.2. Kotak dialog Extensions. ... 59
Gambar 5.3. Kotak dialog Convert Shapefile. ... 60
Gambar 5.4. Kotak dialog Conversion Extent. ... 60
Gambar 5.5. Bentuk kotak dialog Conversion Extent bila sudah ada theme grid pada view. ... 61
Gambar 5.6. Kotak dialog Conversion Field. ... 61
Gambar 5.7. Konfirmasi Attribute Join . ... 62
Gambar 5.8. Tabel yang dihasilkan, (a) Dengan Join (Yes) dan (b) Tanpa join (No). ... 62
Gambar 5.9. Theme shapefile (a) dan theme grid (b). ... 62
Gambar 5.10. Kotak dialog Properti Analisis. ... 63
Gambar 5.11. Tampilan distribusi stasiun curah hujan. ... 65
Gambar 5.12. Kotak dialog Output Grid Specification. ... 65
Gambar 5.13. Kotak dialog Output Grid Specification yang telah dimodifikasi... 66
Gambar 5.14. Kotak dialog Interpolate Surface. ... 66
Gambar 5.15. Theme grid sebagai hasil interpolasi theme titik. ... 67
Gambar 5.16. Kotak dialog Save Data Set. ... 68
Gambar 5.17. Kotak dialog Theme Properties. ... 68
Gambar 5.18. Theme grid Propinsi Bali hasil konversi Pro_Bali.shp. ... 69
Gambar 5.19. Kotak dialog Map Calculation. ... 69
Gambar 5.20. Theme Map Calculation 1 dimana semua nilai selnya adalah 1. ... 70
Gambar 5.21. Kotak dialog Map Calculation untuk memotong theme grid hasil interpolasi curah hujan seluas pulau Bali. ... 70
Gambar 5.22. Tampilan theme grid hasil interpolasi curah hujan yang telah dipotong seluas pulau bali. ... 71
Gambar 5.23. Kotak dialog Contour Parameters. ... 71
Gambar 5.24. Tampilan garis kontur curah hujan (Isohiyet). ... 72
Gambar 5.25. Tampilan garis kontur dengan pengaturan legenda pada daftar isi. .... 72
Gambar 5.26. Contoh kontur ketinggian tempat. ... 73
Gambar 5.27. Contoh kontur pH tanah. ... 73
Gambar 5.28. Ilustrasi perhitungan lereng. ... 74
Gambar 5.29. Tampilan theme grid Elevasi. ... 74
Gambar 5.30. Tampilan theme Slope of Elevasi (Peta Lereng). ... 75
Gambar 5.31. Tampilan theme arah lereng dari proses Derive aspect. ... 75
Gambar 5.32. Kotak dialog Compute Hillshade. ... 76
Gambar 5.33. Tampilan Hillshade of elevasi hasil dari proses Derive Hillshade. ... 76
Gambar 5.34. Tampilan ibukota kabupaten dan kota di seluruh bali... 77
Gambar 5.35. Kotak dialog Output Grid Specification. ... 78
Gambar 5.36. Tampilan Distance to Kt_Bali.shp. ... 78
Gambar 5.37. Distribusi objek wisata di atas theme grid jarak dari ibukota kabupaten/kota. ... 79
Gambar 5.38. Tampilan danau batur yang akan dibuffer. ... 80
Gambar 5.39. Kotak dialog Create Buffers langkah pertama. ... 80
Gambar 5.40. Kotak dialog Create Buffers langkah kedua. ... 81
Gambar 5.41. Kotak dialog Create Buffers langkah ketiga. ... 81
Gambar 5.42. Hasil buffering Danau Batur selebar 500. ... 82
Gambar 5.43. Beberapa contoh penggunaan buffer, (a) multiple ring buffer dan (b) buffer dengan jarak berbeda-beda. ... 83
Gambar 5.44. Distribusi supermarket. ... 84
Gambar 5.45. Kotak dialog Output Grid Extent. ... 84
Gambar 5.46. Kotak dialog Proximity Field. ... 84
Gambar 5.47. Hasil proses Proximity. ... 85
Gambar 5.48. Hasil proses Proximity dioverlay dengan objek hotel. ... 85
Gambar 5.49. Peta sebaran rumah tangga, (a) tampilan view (b) Data atribut rumah tangga. ... 86
Gambar 5.50. Kotak dialog Output Grid Spesification. ... 87
Gambar 5.51. Kotak dialog Calculate Density. ... 87
Gambar 5.52. Tampilan theme grid hasil proses Calculate Density. ... 88
Gambar 5.53. Theme grid rata-rata curah hujan bulan Januari. ... 88
Gambar 5.54. Theme grid rata-rata curah hujan bulan Februari. ... 89
Gambar 5.55. Theme grid rata-rata curah hujan bulan Desember. ... 89
Gambar 5.56. Kotak dialog Cell Statistics. ... 89
Gambar 5.57. Theme grid hasil penjumlahan Ch_jan, Ch_feb, dan Ch_des... 90
Gambar 5.58. Tampilan theme grid hujan. ... 91
Gambar 5.59. Kotak dialog Summarize Zones, penentuan field untuk nama zone. ... 91
Gambar 5.60. Kotak dialog Summarize Zones, penentuan theme grid yang akan di-summarize. ... 91
Gambar 5.61. Kotak dialog Summarize Zones, penentuan kalkuLasi statistik untuk grafik. ... 92
Gambar 5.62. Tabel ringkasan nilai statistik hasil proses Sumamrize zone dimana kabupaten sebagai zone. ... 92
Gambar 5.63. Grafik rata-rata curah hujan masing-masing zone (kabuPaten) hasil proses Sumamrize zones. ... 93
Gambar 5.64. Grafik Histogram jumlah curah hujan pada tiga kabupeten. ... 93
Gambar 5.65. Tampilan theme penggunaan lahan. ... 94
Gambar 5.66. Tampilan theme batas desa. ... 94
Gambar 5.67. Kotak dialog Tabulate Areas. ... 95
Gambar 5.68. Kotak dialog Temporary Grid Specification. ... 95
Gambar 5.69. Tabel silang luas penggunaan lahan pada masing-masing desa. ... 95
Gambar 5.70. Tampilan theme Dem. ... 96
Gambar 5.71. Tampilan theme Dem. ... 96
Gambar 5.72. Tampilan theme hasil proses Nieghborhood Statistics. ... 97
Gambar 5.73. Tampilan theme grid lereng yang akan direklasifikasi. ... 98
Gambar 5.74. Kotak dialog Reclassify Value. ... 98
Gambar 5.75. Kotak dialog Classification. ... 99
Gambar 5.76. Tampilan theme grid lereng yang telah direklasifikasi. ... 100
Gambar 5.77. Kotak dialog Map Query. ... 100
Gambar 5.78. Tampilan daerah yang mempunyai kemiringan lereng antara 25° - 40°. ... 103
Gambar 5.79. Tampilan Kalkulator Peta... 103
Gambar 5.80. Penggunaan kalkulator peta untuk konversi theme grid dari derajat (a) ke persen (b). ... 106
Gambar 6.1. Tampilan view yang akan digunakan sebagai layout. ... 109
Gambar 6.3. Tampilan window layout. ... 110
Gambar 6.4. Kotak dialog Page Setup. ... 110
Gambar 6.5. Kotak dialog Layout Properties. ... 111
Gambar 6.6. Kotak dialog View Frame Properties. ... 112
Gambar 6.7. Tampilan view pada window layout. ... 113
Gambar 6.8. Kotak dialog Extention. ... 114
Gambar 6.9. Langkah pertama pembuatan Grid. ... 114
Gambar 6.10. Langkah kedua pembuatan Grid. ... 115
Gambar 6.11. Langkah ketiga pembuatan Grid. ... 116
Gambar 6.12. Tampilan layout setelah ditambahkan grid. ... 116
Gambar 6.13. Kotak dialog pengaturan garis dan teks. ... 117
Gambar 6.14. Tampilan peta setelah dilengkapi dengan garis dan teks judul. ... 117
Gambar 6.15. Kotak dialog Text Properties. ... 118
Gambar 6.16. Contoh posisi pointer mouse saat memindahkan (a,b) dan mengubah ukuran (c,d) objek grafis. ... 118
Gambar 6.17. Kotak dialog Graphics Size and Position. ... 119
Gambar 6.18. Kotak North Arrow Manager. ... 119
Gambar 6.19. Tampilan potongan layout peta setelah ditambahkan arah utara. ... 120
Gambar 6.20. Tampilan frame arah utara yang komponennya dipisahkan. ... 120
Gambar 6.21. Tampilan arah utara yang telah dimodifikasi. ... 120
Gambar 6.22. Kotak dialog Legend Frame Properties. ... 121
Gambar 6.23. Tampilan legenda pada layout. ... 121
Gambar 6.24. Tampilan legenda pada layout setelah dimodifikasi. ... 122
Gambar 6.25. Kotak dialog Scale Bar Properties. ... 123
Gambar 6.26. Tampilan skala peta pada window layout. ... 124
Gambar 6.27. Tampilan Indonesia.shp pada view. ... 124
Gambar 6.28. View yang dipersiapkan untuk inset peta. ... 125
Gambar 6.29. Kotak dialog View Frame Properties. ... 125
Gambar 6.30. Kotak dialog View Frame Properties. ... 126
Gambar 6.31. Grafik yang akan disisikan pada layout. ... 126
Gambar 6.32. Kotak dialog Chart Frame Properties. ... 127
Gambar 6.33. Tampilan grafik pada layout. ... 127
Gambar 6.34. Kotak dialog Ficture Frame Properties. ... 128
Gambar 6.35. Tampilan logo pada layout. ... 128
Gambar 6.36. Kotak dialog Text Properties. ... 129
Gambar 6.37. Tampilan layout peta dengan semua komponen penting peta. ... 129
Gambar 6.38. Kotak dialog template properties. ... 130
Gambar 6.39. Kotak dialog Template Manager. ... 130
Gambar 6.40. Kotak dialog Template Manager. ... 131
Gambar 6.41. Kotak dialog pilihan resolusi. ... 131
Gambar 6.42. Tampilan layout yang diekspor dalam bentuk Bitmap. ... 132
Gambar 6.43. Kotak dialog Print. ... 132
Mata Kuliah : Sistem Informasi Sumberdaya Lahan
Kode MK/SKS : TCL154/3
Semester : V (Enam)
Deskripsi Singkat : SISDL mempelajari manajemen data sumberdaya alam baik spasial maupun tabular mulai dari inventarisarisai data, input data, analisis data, sampai pada penyajian informasi yang diperoleh dari hasil analisis.
Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memahami cara input data sumberdaya lahan, manajemen, analisis, dan informasi yang dapat dihasilkan dengan menggunakan saftware ArcView GIS 3.3.
ANALISIS INSTRUKSIONAL
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memvisualisasikan di hadapan komputer macam-macam data sumberdaya lahan
Mahasiswa mampu menguraikan cara input dan perolehan data Sistem Informasi Sumberdaya Lahan
Mahasiswa dapat memahami secara umum tentang Sistem Informasi Sumberdaya Lahan, dan subsistemnya.
Mahasiswa mampu memanajemen data Sumberdaya Lahan baik secara teoritis maupun secara praktis di saftware ArcView GIS
Mahasiswa mampu menganalisis data Sumberdaya Lahan dan menghasilkan output di bidang pertanian dengan ArcView GIS Mahasiswa mampu membuat sintesa rancangan Sistem Informasi
Sumberdaya Lahan bagi suatu instansi yang terkait.
I. PENDAHULUAN
1.1. Istilah dan Terminologi Sistem Informasi Sumberdaya Lahan
Sistem Informasi Sumberdaya Lahan (SISL) merupakan bagian dari Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Sumberdaya Lahan memfokuskan perhatian pada data fisik sumberdaya lahan seperti tanah, vegetasi, dan air, sementara SIG mencangkup aplikasi yang lebih luas termasuk aplikasi di bidang sosial, ekonomi, pariwisata, pemerintahan, dan sebagainya. Di kalangan masyarakat luas, SIG lebih dikenal dibandingkan dengan SISL. Walaupun demikian, seluruh aplikasi SISL dapat ditangani dengan sofware SIG. Dengan mengetahui SIG berarti analisis Sistem Informasi Sumberdaya Lahan dengan mudah dapat dilakukan.
Di bawah ini disajikan istilah dan terminologi SIG yang didasarkan atas negara dan disiplin ilmu yang menggunakan istilah tersebut.
Tabel 1.1. Istilah dan terminologi SIG
No Istilah Terminologi
1 Geographic information system Amerika 2 Geographical information system Eropa
3 Geomatique Kanada
4 Georelational information system Didasarkan atas teknologi 5 Natural resources information system Didasarkan atas disiplin 6 Geological information system Didasarkan atas disiplin
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai pokok bahasan Pendahuluan, setiap mahasiswa mampu memahami konsep dasar Sistem Informasi Sumberdaya Lahan dan subsistemnya, serta perbedaanya dengan sistem yang lain.
Sasaran Belajar
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar Sistem Informasi Sumberdaya Lahan 2. Mahasiswa mampu menguraikan perbedaan antara Sistem Informasi Sumberdaya
sistem yang lain.
3. Mahasiswa mampu memaparkan apkilasi Sistem Informasi Sumberdaya Lahan.
1.2. Difinisi dan Subsistem Sistem Informasi Sumberdaya Lahan
Sistem Informasi Sumberdaya Lahan adalah alat yang dapat digunakan untuk mengolah data spasial untuk memperoleh suatu informasi yang digunakan untuk mengambil suatu keputusan tentang suatu lahan. Komponen atau subsistem Sistem Informasi Sumberdaya Lahan adalah :
1. Pemasukan (Input) data. Pengumpulan dan prapengolahan data yang bersumber dari berbagai sumber data, termasuk transpormasi data dari tipe yang berbeda.
2. Penyimpanan dan Pengambilan Data. Pengorganisaian data termasuk di dalamnya perbaikan dan pemutakhiran data.
3. Manipulasi dan Analisis Data. Diantaranya penggabungan dan pemisahan data, estimasi parameter, dan modeling.
4. Pelaporan. Menampilkan semua atau sebagian data dalam bentuk tabel, grafik, atau peta
1.3. Perbedaan antara SISL, CAC, dan CAD
Perbedaan antara Sistem Informasi Sumberdaya Lahan (SISL), Computer Asisted Cartographic (CAC, dan Computer Asisted Drafting (CAD) dalam hal kemampuan dalam menangani data grafis, data tabular, dan menganalisis data diuraikan pada tabel 1.2.
Tabel 1.2. Perbedaan antara CAD, CAC, dan SISL
No Istilah Data Grafis Data Atribut Analisis
1 CAD Bisa Tidak Tidak
2 CAC Bisa Bisa Tidak
3 SISL Bisa Bisa Bisa
1.3. Perbedaan antara Pemetaan Secara Manual dengan SISL
Perbedaan antara pemetaan secara manual dengan menggunakan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan dalam hal proses kartografi, input data, penyimpanan dan pengambilan data, analisis data, dan output (pelaporan) disajikan pada tabel 1.3.
Tabel 1.3. Perbedaan antara pemetaan manual dengan SISL
No Pemetaan Manual Sistem Informasi Sumberdaya Lahan
Proses Kartografi 1 Pengumpulan data : foto udara, survei,
dll.
Pengumpulan data : poto udara, survei, dll.
2 Pengolahan data : penggabungan data, klasifikasi, dll merupakan proses linear
Pengolahan data : penggabungan data, klasifikasi, dll merupakan proses sirkuler
3 Produksi peta : proses akhir, kecuali untuk reproduksi atau penyebarluasan peta.
Produksi peta : tidak selalu proses akhir, umumnya sebagai inputan untuk proses yang lain
Input Data 1 Input : Pengumpulan data pada kertas
dari sumber data titik, garis dan area.
Input : konversi data dari sumber data titik, garis dan area ke dalam
komputer.
2 Sumber data : foto udara, citra digital, survei, sensus, data statiatik
Sumber data : sama dengan pada peta ditambah : grafik garis digital, model elevasi digital, ortofoto digital, dan sumber database digital lainnya.
Penyimpanan Data dan Pengambilan Data 1 Data titik, garis, dan area digambar di
atas kertas dengan simbul-simbul
Data titik, garis, dan area disimpan dalam sel grid atau pasangan koordinat di komputer
2 Pengambilan data merupakan proses pembacaan peta
Tabel data atribut berhubungan dengan pasangan koordinat, dan pengambilan data menggunakan teknik pencarian yang efesien dalam komputer Analisis data
1 Memerlukan penggaris, planimeter, kompas, dan peralatan lain yang semuanya digunakan oleh manusia.
Menggunakan kemampuan komputer untuk mengukur, membandingkan, dan menggambarkan isi database.
2 Pemisahan hasil analisis untuk disajikan dalam peta.
Dapat menggunakan data mentah dan memungkinkan analisis lebih lanjut.
Pelaporan 1 Hasil olahan umunya dalam bentuk
peta dengan berbagai bentuk.
Peta merupakan salah satu dari output SIG, dapat memberikan hasil cetakan sama seperti penggambaran peta dengan tangan, hasil olahan lain berupa tabel, grafik, diagram, dll
Daftar Pustaka
Burrough, Peter A. 1986. Principles of Geographical Information System for Land Resources Assesment. Clarendon Press, Oxford.
Demers, Michael N. 1997. Fundamental of Geographic Information Systems. John Wiley
& Sons, Inc.
Martin, David. 1996. Geographic Information Systems, Sosioeconomic Applications.
Routledge, London and Newyork.Demers, Michael N. 1997. Fundamental of Geographic Information
Nuarsa. 2004. Mengolah Data Spasial dengan Mapinfo Professional. Edisi 1. Penerbit Andi Offset Yogyakarta.
Nuarsa. 2005. Belajar Sendiri Menganalisis Data Spasial dengan ArcView GIS 3.3. Edisi 1. Penerbit Elexmedia Komputindo Jakarta.
Bahan Diskusi Kelompok
Cari contoh kasus yang dapat ditangani dengan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan.
Latihan Terstruktur
1. Uraikan komponen dan subsistem contoh kasus yang diperoleh pada diskusi kelompok.
2. Bandingkan kasus tersebut bila ditangani secara manual dan dengan menggunakan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan.
Tugas Mandiri
Buatlah kalimat secara ringkas dan bebas tentang definisi Sistem Informasi Sumberdaya Lahan dan perbedaan antara pemetaan secara manual dan dengan SISL.
II. DATA SUMBERDAYA LAHAN
Data sumberdaya lahan yang dimaksud pada pokok bahasan ini bukanlah data fisik lahan seperti tanah, vegetasi ataupun air, melainkan jenis atau model data yang dapat disimpan pada Sistem Informasi Sumberdaya Lahan. Ada 2 (dua) macam data secara umum yang digunakan pada SISL, yaitu data grafis dan atau data tabular atau atribut.
Data grafis adalah data yang menggambarkan bentuk atau kenampakan obek dipermukaan bumi. Sedangkan data tabular adalah data diskriptif yang menyatakan nilai dari data grafis tersebut.
2.1. Data Grafis
Secara garis besar data grafis dibedakan menjadi 3 macam, yaitu data titik (point), garis (line/polyline), dan area (region/poligon). Data grafis titik biasanya digunakan untuk mewakili objek kota, stasiun curah hujan, alamat customer dll. Data Garis dapat dipakai untuk menggambarkan jalan, sungai, jaringan listrik dll. Sementara data Area digunakan untuk mewakili batas administrasi, penggunaan lahan, kemiringan lereng dll. Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi tentang macam-macam data grafis.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai pokok bahasan Data Sumberdaya Lahan, setiap mahasiswa mampu mengklasifikasikan macam-macam data yang ditemui di lapangan, dan mampu menjelaskan keterkaitan antara data grafis dan tabular.
Sasaran Belajar
1. Mahasiswa mampu mengklasifikasikan macam-macam data dalam SISL.
2. Mahasiswa mampu memperagakan dalam saftware ArcView GIS data grafis dan data tabular.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara data grafis dan data tabular.
a b c
Gambar 2.1. Contoh macam-macam data grafis, (a) data titik, (b) garis, dan (c) area.
Sementara struktur data GIS ada 2 macam, yaitu vektor dan raster. Pada struktur data vektor, posisi objek dicatat pada sistem koordinat, Di sisi lain, objek pada struktur data raster disimpan pada grid 2 dimensi yaitu baris dan kolom. Untuk memperjelas pemahaman tentang struktur data GIS, perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar 2.2. Contoh struktur data GIS, bagian atas struktur data vektor, bagian bawah raster.
0 X
x1,y1
x2,y2 x3,y3
0 X
x3,y3
x1,y2 x4,y4
x2,y2
0 X
x1,y1
Y
x4,y4
Y Y
2.2. Data Atribut
Data atribut atau tabular menyimpan informasi tentang nilai atau besaran dari data grafis. Untuk struktur data vektor, data atribut tersimpan secara terpisah dalam bentuk tabel. Sementara pada struktur data raster nilai data grafisnya tersimpan langsung pada nilai grid atau piksel tersebut. Cara penyimpanan data atribut dan koneksi antara data grafis dan atribut pada struktur data vektor dan raster disajikan pada gambar di bawah ini.
a b
Gambar 2.3. Cara penyimpanan data atribut pada struktur data vektor, (a) data grafis dan (b) data atribut.
Gambar 2.4. Cara penyimpanan data atribut pada struktur data raster.
2.1. Tampilan Data Grafis dan Tabular pada Saftware ArcView GIS
Melihat kompetensi tertinggi yang diharapkan dari mata kuliah ini adalah mahasiswa dapat menganalisis data sumberdaya lahan dengan menggunakan saftware ArcView GIS, maka setiap pembahasan teori akan disertai dengan latihan langsung di hadapan komputer dengan menggunakan saftware tersebut.
Data grafis di ArcView ditampilkan pada View. View pada projek ArcView dipakai untuk mengelola data grafis baik vektor maupun grid atau raster. Seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan manajemen data grafis dapat dilakukan pada View, mulai dari input data, manipulasi tampilan data grafis, sampai analisis data. Di bawah ini ditampilkan contoh projek ArcView yang terdiri dari 3 view, yaitu Daerah Administrasi,
ID Negara Luas_km2 Jml_Penduduk
1 Bulgaria 110.801,500 8.943.258
2 Rumania 236.654,000 23.540.550
3 Serbia 88.201,758 9.979.116
1 2 3
3 2 2 2 2 2 2
3 3 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 2 2 1 2 2 1 1 2
3 3 3 3 1 1 1 1 1
3 3 1 1 1 1 1
1 1 1 1
Objek Wisata, dan Penggunaan Lahan. Bila View Daerah Administrasi dibuka maka akan tampil seperti gambar di bawah ini.
a b
Gambar 2.5. Tampilan (a) projek ArcView View dan (b) View Daerah Administrasi.
Fasilitas Tables (tabel) pada projek ArcView digunakan untuk memanajemen data atribut atau tabular. Membuat tabel baru, menambah field dan record, join antar tabel merupakan beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan pada Tables. Pada struktur data vektor, data yang tersimpan dalam tabel saling terkoneksi dengan data grafis pada view. Perubahan data pada tabel akan menyebabkan perubahan data grafis pada View, dan sebaliknya. Gambar di bawah ini menampilkan projek ArcView yang terdiri dari 3 tabel yaitu Tabel Daerah Administrasi, Tabel Objek Wisata, dan Tabel Penggunaan Lahan. Tampilan tabel Daerah Administrasi adalah sebagai berikut.
a b
Gambar 2.6. Tampilan (a) projek ArcView Tables dan (b) Tabel Daerah Administrasi.
Daftar Pustaka
Aronoff, Stan. 1989. Geographic Information System. A Management Perspective.
Ottawa. WDL Publication.
Burrough, Peter A. 1986. Principles of Geographical Information System for Land Resources Assesment. Clarendon Press, Oxford.
Demers, Michael N. 1997. Fundamental of Geographic Information Systems. John Wiley
& Sons, Inc.
Lillesand, Thomas M. dan R. W. Kiefer. 1994. Remote Sensing and Image Interpretation. Third Edition.John Wiley and Sons, New York.
Nuarsa. 2004. Mengolah Data Spasial dengan Mapinfo Professional. Edisi 1. Penerbit Andi Offset Yogyakarta.
Nuarsa. 2005. Belajar Sendiri Menganalisis Data Spasial dengan ArcView GIS 3.3. Edisi 1. Penerbit Elexmedia Komputindo Jakarta.
Weir, M.J. 1990a. Data Input and Output. In Remote Sensing and Geographical Information System for Resource Management in Developing Countries. Alan S.
Belward and Carlos R. Valenzuela (eds). Kluwer Academic Publishers.
Bahan Diskusi Kelompok
Cari objek yang ditemui di lapangan, termasuk ke dalam kategori jenis data apa?.
Latihan Terstruktur
1. Jalankan saftware ArcView GIS, dari data yang telah disediakan tampilkanlah data grafis dan data tabular.
2. Lihat secara visual keterkaitan antara data grafis dan data tabular.
Tugas Mandiri
Carilah pada literatur yang telah ditunjuk kelebihan dan kekurangan dari struktur data vektor dan raster.
III. SUMBER DATA DAN INPUT DATA GRAFIS
3.1. Sumber Data Sistem Informasi Sumberdaya Lahan
Input data merupakan proses memasukkan data ke dalam SISL yang berasal dari berbagai sumber. Dalam membangun sistem informasi sumberdaya lahan, input data merupakan pekerjaan yang paling banyak memakan waktu dan biaya. Bernhardsen (1992) dan Demers (1997) memperkirakan sekitar 60 – 80 % waktu dan biaya membangun SISL digunakan untuk mengumpulkan data dan input data. Weir (1991) menguraikan beberapa sumber data dan cara input data SIG sebagai berikut.
a. Peta
Peta-peta yang telah ada baik itu peta dasar ataupun peta tematik dapat digunakan sebagai sumber data dalam SIG. Peta dalam bentuk visual harus dikonversi ke dalam bentuk digital baik melalui proses digitasi ataupun scanning. Digitasi peta akan menghasilkan data grafis berformat vektor, sedangkan scanning peta menghasilkan data grafis berformat raster.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai pokok bahasan Sumber Data dan Input Data Grafis, setiap mahasiswa mampu menjelaskan sumber-sumber data yang dapat digunakan dalam SISL, dan mahasiswa mampu melakukan digitasi peta melalui layar manitor.
Sasaran Belajar
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dari mana saja kita mendapatkan data untuk dianalisis di SISL.
5. Mahasiswa mampu melakukan sendiri cara mendigitasi peta melalui layar monitor (screen digitizing).
6. Mahasiswa mampu melakukan sendiri cara konversi data dari software lain ke ArcView GIS.
Gambar 3.1. Peta Rupabumi merupakan salah satu sumber data SIG.
b. Data Penginderaan Jauh
Produk penginderaan jauh baik berupa foto udara ataupun citra satelit merupakan sumber data yang penting dalam SIG. Citra satelit dengan perekaman ulang daerah yang sama (resolusi temporal) yang tinggi sangat baik digunakan untuk monitoring perubahan kondisi permukaan bumi seperti kebakaran hutan, banjir, penebangan hutan, pencemaran, pembuangan limbah ke laut dan sebagainya. Contoh beberapa citra satelit untuk mendeteksi kebakaran dan banjir disajikan pada gambar 3.2.
a b c
Gambar 3.2.Contoh beberapa citra satelit a. kebakaran di Portugal, b. kebakaran di Kalimantan, dan c. banjir di Belanda.
c. Survey lapang
Data hasil survei lapang yang dilengkapi dengan koordinat geografis dapat digunakan sebagai inputan data SIG. Misalnya dengan menggunakan GPS (Global Position System) dapat diketahui posisi geografis dari berbagai objek seperti stasiun curah hujan, lokasi pengambilan sampel (air, tanah, tanaman, dll.) di lapangan, dan sebagainya. Berikut ini adalah contoh data hasil survei lapang yang diinputkan ke dalam SIG kemudian ditampilkan pada peta.
Gambar 3.3. Data hasil survei yang diinputkan ke SIG.
d. Computer Aided Design (CAD)
Data yang dibuat pada program grafis lain seperti Autocad dapat diimport untuk menjadi bagian dari data SIG. Penambahan koordinat geografis pada data yang bersumber dari CAD dilakukan melalui proses regestrasi data.
e. Data tabular lainnya (Data statistik, hasil penelitian, dll.)
Data tabular dari berbagai sumber dapat digabungkan ke dalam data SIG yang lain melalui manajemen database relasional seperti pada gambar 3.4.
Gambar 3.4. Contoh data tabular yang diambil dari data statistik
3.2. Input Data grafis ArcView GIS 3.3
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat dipakai pada ArcView, diataranya :
1. Kita dapat menggunakan data dalam bentuk Shapefile (format data ArcView) yang disertakan saat kita meng-install ArcView. Anda juga dapat mencari di internet atau membeli dari perusahaan yang bergerak di bidang GIS.
2. Menggunakan data ARC/INFO. Apabila anda mempunyai Coverage ARC/INFO anda dapat membuka, mengedit, dan menganalisisnya di ArcView.
3. Data yang berasal dari MapInfo Professional dapat digunakan di ArcView. Prosedur input data MapInfo Professional akan dibahas secara detail pada sesi lain di Bab ini.
4. Gambar CAD, misalnya yang dibuat di AutoCAD dapat dibuka dan digunakan bersama-sama dengan data ArcView.
5. Citra satelit penginderaan jauh, gambar hasil scanner, dan foto digital juga dapat digunakan pada ArcView sebagai data grid raster.
6. Data tabular seperti data statistik, data hasil survei, penelitian, dll yang mengandung informasi geografis (X,Y) dapat digunakan sebagai sumber data ArcView.
7. Konversi data visual ke digital melalui digitasi peta atau screen digitizing merupakan cara yang umum dilakukan untuk input data ArcView.
Mengingat materi input data sangat penting dalam Sistem Informasi Sumberdaya Lahan, maka latihan secara detail dengan Software ArcView GIS 3.3 akan dijelaskan di bawah ini.
3.2.1. Menggunakan data ARC/INFO
Mengingat ArcView dan ARC/INFO dibuat oleh perusahaan pembuat software yang sama, yaitu ESRI (Environmental Systems Research Instutute), maka data yang dibuat di ARC/INFO dengan mudah dapat dibuka dan digunakan di ArcView. Hampir semua jenis data ARC/INFO support di ArcView, kecuali Symbol lookup tables, Plot file, komposisi peta (Map compositions), AML (ARC Macro Language), dan SML (Simple Macro Language).
Berikut ini adalah contoh data daerah Jembrana yang simpan dengan format ARC/INFO akan dibuka di ArcView. Perlu diingat bahwa satu coverage data ARC/INFO
disimpan dalam satu folder atau direktori. Data ARC/INFO yang digunakan pada contoh ini disimpan pada folder Arcinfo.
Langkah-langkah membuka data ARC/INFO di ArcView adalah sebagai berikut : 1. Aktifkan salah satu View bila belum ada yang aktif.
2. Klik menu View Add Theme atau tekan Ctrl + T, atau klik toolbar . Kotak dialog berikut akan muncul.
Gambar 3.5. Kotak dialog Add Theme.
Walaupun tersimpan dalam folder yang terpisah, ArcView dapat mengenali folder data ARC/INFO. Perhatikan kotak dialog di atas di bagian kiri, pada baris paling atas icon arcinfo mempunyai bentuk yang berbeda dengan file ArcView lainnya.
3. Klik pada arcinfo untuk membuka data ARC/INFO, kemudian klik OK. Tampilan data ARC/INFO akan tampak sebagai berikut.
a b
Gambar 3.6. Tampilan data ARC/INFO, (a) data grafis/theme, dan (b) data tabular/tabel.
Data ARC/INFO mempunyai tampilan yang sama dengan Shapefile ArcView. Hanya saja, anda tidak dapat melaukkan editing data ARC/INFO pada ArcView. Perhatikan
potongan menu Theme dibawah ini pada saat data ARC/INFO ditampilkan. Submenu Start Editing tidak aktif yang berarti kita tidak bisa melakukan editing.
Gambar 3.7. Potongan Submenu theme.
Agar data ARC/INFO dapat digunakan secara leluasa di ArcView seperti editing, analisis dll, maka data ARC/INFO perlu dikonversi ke format shapefile. Untuk tujuan itu, gunakan menu Theme Convert to Shapefile. Bila kotak dialog berikut muncul, isikan dengan nama shapefile-nya dan tentukan pula lokasi tempat penyimpanan file tersebut.
Gambar 3.8. Kotak dialog konversi data ke format shapefile.
3.2.2. Konversi Data MapInfo Professional
MapInfo Professional adalah sofware GIS yang juga mengalami perkembangan pesat dewasa ini. Oleh sebab itu ArcView menyediakan fasilitas konversi data dari MapInfo ke ArcView, sehingga pengguna GIS yang berkerja di MapInfo dapat menggunakan datanya di ArcView.
Perlu diketahui bahwa satu layer atau theme MapInfo terdiri dari 4 sampai 5 file, misalnya layer customer akan terdiri dari file customer.dat, customer.tab, customer.map, customer.id, dan customer.ind bila layer tersebut diindeks. Dalam peroses konversi data MapInfo ke ArcView, kita tidak menggunakan file-file tersebut di atas, melainkan kita harus mengekspor data MapInfo tersebut ke format MIF (Mapinfo Interchange).
Berikut ini akan disajikan cara mengekspor file Mapinfo ke format MIF. Proses ini dilakukan di software MapInfo.
Tampilkan layer yang akan diekspor. Layer yang akan diekspor seperti pada gambar berikut.
Gambar 3.9. Layer MapInfo yang akan diekspor ke format MIF.
Dari menu Table pilih Export. Kotak dialog berikut akan muncul.
Gambar 3.10. Kotak dialog konversi data ke format MIF di MapInfo.
Lengkapi kotak dialog tersebut di atas. Pada contoh ini kita akan mengekspor layer tabanan. Untuk memudahkan, output file-nya juga akan diberi nama tabanan (Tabanan.mif). Klik Save untuk melakukan memulai proses ekspor.
Ada dua file yang dibuat oleh MapInfo pada proses ini, yaitu TABANAN.MIF dan TABANAN.MID. Sekarang file tersebut sudah siap dikonversi ke format ArcView.
Untuk melakukan konversi dari data MIF MapInfo, ArcView menyediakan satu modul atau program yang terpisah. Program tersebut adalah MIFSHAPE.EXE terletak di folder BIN32 di bawah folder ARCVIEW. Ini berarti kita tidak dapat menggunakan menu atau men-load ekstensi ArcView untuk melakukan konversi, melainkan harus menggunakan salah satu dari 2 cara berikut ini.
1. Gunakan DOS prompt untuk menjalankan program tersebut. Format perintah dari MIFSHAPE adalah sebagai berikut :
MIFSHAPE [LINE/POINT/POLY/TEXT] [mif_file] [shape_file]
LINE/POINT/POLY/TEXT adalah tipe data yang akan dikonversi, mif_file adalah nama file MIF (input) dan shape_file adalah nama file shapefile ArcView (output).
Contoh penggunaan : Ketik perintah berikut di DOS Prompt. Default folder atau direktori harus berada pada BIN32 dimana MIFSHAPE disimpan.
MIFSHAPE POLY C:\MIDATA\TABANAN C:\ESRIDATA\TABANAN
Bila anda berhasil akan muncul pesan seperti ini.
MIFSHAPE (02/05/99) Ver 4.0 Copyright (C) 1999 by
Environmental Systems Research Institute 380 New York Street
Redlands, CA 92373
All Rights Reserved Worldwide.
9 POLY features converted.
Ada dua file yang ditambahkan
2. Anda dapat men-double klik icon MIFSHAPE di Window Exporer. Bila kotak dialog berikut muncul, isikan parameter yang diminta, dalam hal ini yang perlu dilengkapi hanyalah tipe data, input file MIF dan output file shapefile. Sebaiknya digunakan alamat file lengkap (full path).
Gambar 3.11. Kotak dialog konversi data dari MIF ke Shapefile.
File yang telah dikonversi tersebut sekarang sudah dapat digunakan di ArcView.
Tampilan theme yang baru konversi adalah sebagai berikut.
a b
Gambar 3.12. Tampilan data yang baru dikonversi dari MapInfo, (a) theme, dan (b) tabel.
3.2.3. Penggunaan Data CAD
Apabila anda bekerja dengan AutoCad, anda dapat menggunakan data tersebut di ArcView. Aktifkan terlebih dahulu ekstensi Cad Reader melalui menu File Extention seperti pada kotak dialog berikut.
Gambar 3.13. Kotak dialog Extention pilihan Cad Reader.
Apabila ekstensi Cad Reader telah di-load, bukalah satu view kosong dan tambahkan satu theme melalui menu View Add Theme, kotak dialog berikut akan muncul.
Gambar 3.14. Kotak dialog Add Theme.
pilih file AutoCad (*.dwg) yang akan dibuka, dalam contoh ini, parcels.dwg, klik OK. Gambar berikut akan tampil.
Gambar 8.15. Tampilan gambar AutoCad pada View.
Anda perlu mengatur beberapa properti pada gambar AutoCad ini. Gunakan menu Theme Properties, kemudian pilih Drawing. Kotak dialog akan tampak seperti gambar berikut.
Gambar 3.16. Kotak dialog Theme Properties.
Beberapa hal penting yang perlu diatur adalah :
Layer mana saja yang akan diaktifkan. Defaultnya semua diaktifkan. Anda dapat memilih beberapa layer saja dengan mengklik satu layer dan menekan tombol Shift melalui keyboard sambil mengklik layer yang lain.
Gambar yang dibuat di AutoCad tidak mempunyai koordinat geografis, hanya memiliki koordinat lokal. Anda dapat menambahkan koordinat geografis dengan membuat teks file kemudian simpan dengan ekstensi WDL (World file). Isi file tersebut adalah satu atau dua pasang koordinat lokal dan geografis. Format isi file WDL adalah :
<koordinat lokal X,Y pada AutoCad> <spasi> <koordinat geografis X,Y>
Contoh :
25.0,60.0 25000.0,60000.0
Contoh di atas berarti koordinat (25.0,60.0) di AutoCad akan diubah ke koordinat geografis (25000.0,60000.0).
Cara mengisi koordinat setelah file WDL dibuat, klik pilihan Word File kemudian klik Browse. Cari file WDL yang telah dibuat.
Enable Block bila diaktifkan semua entiti blok akan diperlakukan sebagai satu objek dengan satu record pada data atribut. Bila tidak diaktifkan ArcView akan memperlakukan blok sebagai objek titik.
All layer, memilih semua layer.
Default Layers, hanya mengaktifkan layer yang nampak/visible pada data sumber (AutoCad).
3.2.4. Input data XY
Apabila kita melakukan survei lapangan, pengambilan sampel, atau pencatatan data lainnya pada suatu lokasi tertentu, kita dapat memetakan data tersebut pada ArcView asalkan ada informasi koordinat geografis pada tempat pengambilan data tersebut. Para peneliti atau surveyor biasanya menggunakan GPS (Global Position System) untuk mencatat koordinat tersebut.
Di bawah ini akan ditampilkan satu contoh pendataan objek-objek wisata penting di Bali. Pada pendataan tersebut dicatat, nama objek wisata, jenis objek wisata (Alam atau Budaya), dan koordinat geografis objek wisata tersebut dengan GPS. Salah satu
Untuk melakukan pemetaan objek wisata tersebut, ikutilah prosedur berikut ini.
1. Buat tabel untuk mencatat informasi objek wisata tersebut di lapangan. Pada praktek yang sebenarnya, kita dapat mencatat data sebanyak-banyak yang nantinya akan dibuatkan database objek wisata. Akan tetapi dalam contoh ini, kita akan memcatat beberapa data saja seperti yang diuraikan di atas. Yang terpenting adalah mencatat koordinat geografis lokasi objek wisata tersebut.
2. Tampilan sebagian data tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar3.17. Tampilan sebagian data objek wisata hasil survei.
3. Data yang telah terkumpul dapat dimasukkan langsung ke Tabel ArcView atau dientry di software lain seperti Microsoft Excel. Bila anda memasukkan data langsung ke tabel ArcView, gunakan prosedur ‘Membuat Tabel Baru’ pada Bab
‘Mengelola Tabel’ untuk penjelasan lebih detail. Akan tetapi bila anda membuat di Microsoft Excel misalnya, anda harus menyimpan data objek wisata tersebut dengan format dBASE atau Text (MS-DOS).
4. Pada contoh data yang kita gunakan ini, data objek wisata dibuat di Microsoft Excel, kemudian disimpan dengan format dBASE IV. Untuk membuka data tersebut di ArcView, pilih Add pada Window Projek Tabel. Kotak dialog berikut akan muncul.
a b
Gambar 8.18. Kotak dialog Window Projek Tables (a) dan menambahkan tabel (b).
5. Pilih wisata.dbf, kemudian klik OK. Tampilan data tersebut tampak seperti gambar di bawah ini.
Gambar 3.19. Tampilan sebagian data objek wisata di tabel ArcView.
6. Langkah selanjutnya, buat satu View untuk menampilkan data tersebut berdasarkan koordinat yang telah dicatat di lapangan. Pada poisi Vew sedang aktif, klik menu View Add Event Theme. Isikan nama tabel yang akan dipetakan dan tentukan pula field mana yang mengandung informasi koordinat X dan Y.
Gambar 3.20. Kotak dialog Add Event Theme.
7. Klik OK, data spasial yang dibuatkan oleh ArcView adalah data tipe titik. Di bawah ini disajikan sebaran titik objek wisata tersebut sesuai dengan koordinatnya.
Gambar 3.21. Sebaran titik-titik objek wisata pada view.
8. Kita dapat menggabungkan data tersebut dengan data ArcView yang lain seperti pada pada tampilan gambar berikut.
Gambar 3.22. Data sebaran objek wisata digabungkan dengan data Pro_bali.shp.
3.2.5. Digitasi Peta
Dalam membangun SIG, tidak sedikit data yang terlibat di dalamnya bersumber dari data visual atau peta yang sudah ada. Agar data tersebut dapat digunakan bersama-sama dengan data lain dalam bentuk digital, maka peta-peta tersebut perlu dikonversi dari bentuk visual ke digital. Proses konversi inilah disebut dengan digitasi.
Data yang dihasilkan dari proses digitasi ini adalah data grafis berbasis vektor.
Digitasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan menggunakan meja digitizer atau melalui digitasi di layar monitor (screen digitizing). Pada umumnya digitasi dengan meja digitizer menghasilkan tingkat ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan digitasi layar.
Langkah-langkah yang perlu dilalui dalam digitasi peta dengan menggunakan meja digitizer adalah :
1. Setup digitizer dan install driver.
Agar meja digitizer dapat dikenali dan digunakan oleh ArcView, kita harus mempunyai software driver digitizer Win Tab compliant. Untuk mengetahui apakah driver Win Tab compliant tersedia untuk digitizer yang digunakan, lihatlah user manual digitizer tersebut.
Install-lah driver sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh perusahaan digitizer tersebut, kemudian gunakan control panel driver untuk mengatur penggunaan tombol pendigit.
2. Persiapkan peta yang akan didigitasi.
Peta yang akan didigitasi harus mempunyai validitas dan akurasi yang tinggi artinya informasi yang terkandung di dalamnya harus dapat dipercaya kebenarannya.
Disamping itu peta tersebut harus up-to-date atau informasinya mutakhir dan tidak kadaluwarsa. Permukaan kertas peta harus datar, tidak terlipat, dan tidak basah.
Letakkan peta di atas meja digitizer dengan baik, dan tentukan minimal 4 titik kontrol pada peta. Titik kontrol adalah titik yang kita tentukan koordinat geografisnya atau koordinat sebenarnya di bumi. Melalui titik kontrol inilah dibuat pasangan koordinat meja digitizer dan koordinat geografis yang selanjutnya dipakai untuk membangun persamaan matematis hubungan antara koordinat geografis dengan koordinat meja digitizer sehingga dengan demikian semua objek pada peta dapat dicatat koordinat geografisnya. Grid peta, Persimpangan jalan, perpotongan sungai merupakan tanda alam yang biasa dipakai sebagai titik kontrol.
3. Jalankan ArcView dan aktifkan ekstensi Digitizer.
Bila peta telah dipasang pada meja digitizer, titik kontrol telah ditentukan dan dicatat, aktifkan ArcView dan jangan lupa men-load exstention digitizer melalui menu File Extention.
4. Lakukan regestrasi peta.
Memasukkan titik-titik kontrol yang telah ditentukan, dan identfikasi RMS errornya.
Penjelasan secara detail tentang cara regestrasi peta akan dibahas secara detail pada digitasi layar.
5. Mulailah melakukan digitasi peta.
3.2.6. Digitasi Layar
Di samping digitasi peta dengan menggunakan meja digitizer, kita juga dapat melakukan proses konversi data visual ke digital melalui digitasi layar (screen digitizing). Pada digitasi peta dengan meja digitizer kita memerlukan tambahan alat, yaitu meja digitizer dan alat pendigit (digitizer puck). Tetapi dengan digitasi layar kita tidak memerlukan peralatan tambahan. Oleh karena itu, untuk menghindari duplikasi penjelasan yang berlebihan dan pembaca dapat mempraktekkan cara digitasi, pada buku ini dipaparkan cara digitasi layar. Karena pada prinsipnya mempunyai prosedur yang hampir sama.
Apabila digitasi dengan meja digitizer digunakan peta visual dalam bentuk hardcopy. Dalam digitasi layar diperlukan peta dalam bentuk softcopy, yaitu peta yang telah discan menjadi gambar digital. Ada 2 proses yang mesti dilalui dalam digitasi layar, yaitu regestrasi peta dan digitasi.
3.2.6.1. Regestrasi Peta
Secara detail prosedur regestrai peta diuraikan sebagai berikut.
1. Siapkan peta yang akan didigitasi. Tentukan, tandai dan catat koordinat geografis beberapa titik di peta yang nantinya akan digunakan sebagai titik kontrol dalam proses regestrasi peta.
2. Scan peta tersebut, jangan menggunakan format BMP atau TIF, sebaiknya gunakan format JPG agar tidak bermasalah kemudian.
3. Sebenarnya ada 2 cara untuk melakukan registrasi peta. Pertama dengan menggunakan theme yang telah ada pada daerah yang sama. Dengan cara ini kita tidak perlu mencatat koordinat geografis peta yang akan didigitasi untuk titik kontrol, melainkan menghubungkan 2 lokasi titik yang sama antara peta yang akan diregestrasi dengan theme yang telah memilik koordinat geografis. Cara kedua adalah dengan memasukkan koordinat geografis titik kontrol yang telah dicatat sebelumnya tanpa memerlukan theme untuk daerah tersebut. Pada contoh di bawah ini kita akan menggunakan cara yang kedua.
Apabila menggunakan cara yang pertama, kita perlu membuka theme daerah yang sama dengan peta yang akan didigitasi. Akan tetapi karena kita menggunakan cara yang kedua, maka kita cukup menyiapkan satu view kosong.
4. Perlu dicatat bahwa untuk dapat melakukan digitasi layar, maka peta perlu diregestrasi. Untuk dapat melakukan regestrasi kita memerlukan esktensi ArcView
Image Analysis. Load atau aktifkan esktensi Image Analysis melalui menu File Extensions seperti kotak dialog berikut.
Gambar 3.23. Kotak dialog Extension.
5. Buka peta yang telah discan dalam format JPG yang akan didigitasi dengan menu View Add Theme. Ingat memilih Image Analysis Data Source pada daftar pilihan Data Source Type, lihat kotak dialog berikut.
Gambar 3.24. Kotak dialog Add Theme.
6. Pada contoh ini kita akan menggunakan peta rupabumi yang telah di-scan dan hasilnya disimpan dalam bentuk citra dengan format JPG. Pilih rupabumi.jpg pada kotak dialog di atas kemudian klik OK. Pesan berikut akan muncul.
Gambar 3.25. Konformasi yang muncul saat citra dibuka.
7. Untuk mempercepat ArcView menampilkan citra dalam berbagai zooming atau skala, sebaiknya dipilih Yes. Tampilan peta rupabumi pada view adalah sebagai berikut.
Gambar 3.26. Tampilan peta rupabumi dalam bentuk citra di View.
8. Agar tampilan peta tersebut sesuai dengan warna aslinya, double klik pada daftar isi yang ada di kiri atau gunakan menu Theme Edit Legend. Bila kotak dialog Legend Editor muncul klik tombol Natural kemudian klik tanda silang pada pokok kanan atas untuk keluar.
Gambar 3.27. Kotak dialog Legend Editor.
9. Untuk memulai regestrasi peta, perbesar tampilan peta dengan toolbar atau . Titik-titik kontrol yang akan digunakan untuk regestrai sudah ditandai dengan bulatan merah dan nilai koordinatnyapun telah disertakan. Ada 4 titik kontrol yang telah dibuat. Perhatikan contoh tampilan titik kontrol pada potongan gambar peta di bawah ini.
Gambar 3.28. Titik kontrol dan koordinat geografisnya.
10. Cari lokasi titik kontrol pada peta. Apabila titik kontrol telah ditemukan, klik toolbar Align tool ( ) dan klik pada titik kontrol tersebut. ArcView akan membuat garis yang terhubung dengan titik kontrol tersebut, Bila anda
menggunakan cara yang pertama dalam regestrasi peta, sekarang tentukan titik pada lokasi/koordinat yang sama pada theme. Akan tetapi karena kita akan menggunakan cara yang kedua, klik tombol mouse yang dikanan dan tahan, shorcut menu akan muncul seperti gambar di bawah ini.
Gambar 3.29. Shortcut menu untuk entri koordinat geografis.
11. Sambil tetap menekan tombol mouse yang dikanan, pilih menu Enter 'To' Coordinate. Kotak dialog yang siap diisi koordinat geografis akan muncul seperti berikut.
Gambar 3.30. Kotak dialog pengisian koordinat geografis titik kontrol.
12. Isikan nilai koordinat geografis sesuai dengan angka yang telah ada pada peta. Ingat menggunakan titik (.) sebagai pemisah desimal. Milsanya pada contoh peta dicantumkan '115,36454' berarti dientri '115.36454'
Pada contoh ini digunakan sistem koordinat derajat desimal. Cara mengkonvresi lintang bujur ke derajat desimal, lihat kembali pembahasan ‘Mengatur Properti View’ pada bab ‘Bekerja dengan View’. Klik OK bila angka telah dilengkapi. Bila peta tidak tampil di layar, klik toolbar .
13. Ulangi prosedur 10 sampai 12 untuk membuat 3 titik kontrol lagi. Apabila kita telah memasukkan minimal 4 titik kontrol, maka RMS (Root Mean Square) error akan ditampilkan pada baris status. Semakin besar nilainya semakin kurang teliti dalam penentuan titik kontrol dan koordinat geografisnya. ArcView mensyaratkan, nilai RMS yang bagus bila kurang dari 1.
Gambar 3.31. Tampilan nilai RMS error pada baris status.
Transformation order artinya dalam transformasi ini kita menggunakan metode transformasi ordo 1. Link 4 menunjukkan titik kontrol nomor 4 yang aktif, dan RMS Error menyatakan tingkat kesalahan.
Ada beberapa menu yang dapat digunakan sehubungan dengan registrasi peta ini.
Pada saat Align tool aktif, klik kanan pada sembarang peta. Beberapa menu tersebut adalah :
Pan to Next Link digunakan untuk mencari dan menandai titik kontrol berikutnya.
Pan to Previous Link berarti mencari dan menandai titik kontrol sebelumnya.
Pan to Worst Link dipakai untuk mencari dan menandai titik kontrol yang mempunyai kesalahan tertinggi. Dengan menemukan titik kontrol yang tingkat kesalahannya paling tinggi, anda dapat menghapus titik kontrol tersebut dan mengulangi memasukkannya pada posisi dan nilai yang benar, atau menggunakan titik kontrol lain, atau membiarkan terhapus apabila titik kontrol yang tersisi sudah cukup.
Display Link Error digunakan untuk menampilkan nilai RMS error pada baris status.
Delete Selected Range dipakai untuk menghapus titik kontrol yang ditandai.
14. Apabila jumlah titik kontrol yang dimasukkan sudah cukup dan nilai RMS error sudah di bawah batas toleransi, proses registrasi peta sudah selesai.
Gambar 3.32. Tampilan peta sehabis registrasi.
3.2.6.2. Digitasi
Apabila proses regestrasi peta telah selesai, sekarang peta tersebut telah siap didigitasi. Langkah-langkah melakukan digitasi layar adalah sebabai berikut :
1. Buka 1 view kosomg, tambahkan citra yang telah diregestrasi yang disimpan dengan format IMAGINE seperti gambar berikut.
Gambar 3.33. Tampilan citra yang telah diregestrasi dengan format IMAGINE (img).
2. Buatlah satu theme baru dengan menu Theme New Theme, kotak dialog berikut akan muncul.
Gambar 3.34. Kotak dialog pembuatan theme baru.
3. Tergantung dari jenis data yang akan akan digitasi. Ada 3 pilihan objek/feature, yaitu point, line, dan polygon. Misalnya anda akan mendigitasi titik-titk lokasi kota, maka anda pilih Point. Bila jalan atau garis kontur yang akan didigitasi, maka pilih Line. Sementara kalau batas-batas administrasi seperti batas kecamatan, kabupaten dll berarti pilihan kita adalah Polygon. Anda tidak dapat mendigitasi beberapa jenis objek sekaligus dalam satu theme. Misalnya anda akan mendigitasi batas administrasi dan kota, maka anda harus melakukan 2 kali digitasi pada dua theme yang berbeda.
Kelompok toolbar yang dapat digunakan untuk digitasi adalah seperti gambar berikut.
Gambar 3.35. Toolbar untuk digitasi.
Pada contoh ini kita akan mendigitasi data titik, pilih Point pada kotak dialog New Theme. Tentukan nama flle dan lokasi penyimpanan theme tersebut seperti kotak dialog berikut.
Gambar 3.36. Kotak dialog Penyimpanan theme yang baru dibuat.
Theme baru tersebut sekarang dalam posisi Editable dan siap untuk input data.
Apabila kita memilih jenis data Point, maka toolbar yang aktif dan dapat digunakan untuk digitasi adalah toolbar Draw Point ( ). Klik toolbar tersebut dan posisikan pada objek titik di peta, kemudian klik sekali untuk didigitasi.
Pada saat kita input data grafis lewat digitasi, data atribut akan dibuat secara automatis oleh ArcView. Begitu kita input satu titik, maka data atribut pada tabel akan ditambahkan satu record. Kita dapat melakukan input data grafis dan atribut secara bersama-sama. Membuat tampilan view dan tabel dalam satu window sangat memudahkan dalam input data grafis dan atribut secara bersamaan, seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.37. Data grafis dan atribut ditampilkan secara bersama dalam input data.
Apabila kita akan mendigitasi objek garis seperti sungai, jalan, garis kontur dll.
maka toolbar yang dapat dimanfaatkan adalah Draw Line ( ) dan Draw Line to Split Feature ( ). Cara menggunakan adalah klik pada ujung garis yang akan didigitasi, kemudian ikuti objek garis tersebut sambil mengklik bagian-bagiannya. Untuk mengakhiri klik dua kali.
Toolbar Draw line digunakan untuk digitasi garis tunggal. Penambahan satu garis pada data grafis dengan menggunakan draw line akan menambah satu record pada data atribut tabel. Sedangkan toolbar draw line to split feacture dipakai jika garis yang akan didigitasi memotong garis yang lainnya. Dengan demikian, penambahan satu garis yang memotong satu garis lainnya dengan memakai draw line to split feacture akan menambah tiga record pada data atribut tabel sehingga total record menjadi 4.
Hal ini disebabkan karena setiap segmen garis menjadi satu record. Pemotongan satu garis dengan garis yang lainnya akan menjadikan 4 segmen, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.38. Penggunaan toolbar draw line to split feacture.
Sementara untuk mendigitasi data area/polygon, toolbar yang dapat dimanfaatkan adalah
Draw Rectangle ( ), Draw Cicle ( ), Draw Poligon ( ), Draw Line to Split Polygon ( ), dan Draw Line to Append Poligon ( ). Dalam aplikasinya 2 toolbar pertama agak jarang digunakan dibandingkan dengan yang lainnya.
Penggunaan toolbar Draw Rectangle dan Draw Cicle adalah dengan cara klik dan grad untuk membuat segi empat atau lingkaran. Toolbar Draw Polygon dipakai dengan cara mengklik untuk memulai, kemudian ikuti dan klik keliling polygon yang didigitasi.
Untuk mengakhiri klik dua kali. Sementara toolbar Draw Line to Split Polygon dan Draw Line to Append Poligon tidak menggambar polygon melainkan garis untuk membagi atau menambah poligon. Klik unt