• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM KERJA PADA USAHA PENYULINGAN MINYAK NILAM DI NAGARI GANTIANG MUDIAK UTARA SURANTIH

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "SISTEM KERJA PADA USAHA PENYULINGAN MINYAK NILAM DI NAGARI GANTIANG MUDIAK UTARA SURANTIH "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM KERJA PADA USAHA PENYULINGAN MINYAK NILAM DI NAGARI GANTIANG MUDIAK UTARA SURANTIH

KABUPATEN PESISIR SELATAN

ARTIKEL

Andra 11070161

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2017

(2)
(3)

Andra, NPM: 11070161, Working System On Patchouli Oil Refineries Enterprises in Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan, Thesis, Department of Educational Sociology STKIP PGRI West Sumatra, Padang, 2017.

Oleh:

Andra1, Isnaini2,Ariesta3

*TheSociology Department Student of STKIP PGRI West Sumatera

**The Sosiology Staff of Sociology Department of STKIP PGRI West Sumatera

ABSTRACT

This study is based on a working system in patchouli oil refining business due to the division of labor in the business there are several kinds. The purpose of this study are: first, to describe the work system in patchouli oil refining business in Nagari Gantiang North Mudiak Surantih South Coastal District. Second, to describe the process of working on patchouli oil refining business in Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan.The theory used is the theory of mechanical solidarity expressed by Emille Dhurkeim. The method used a qualitative approach with descriptive type to illustrate the problems examined. Decision informants used by purposive sampling a total of 11 people. The type of data found in the form of primary and secondary data. Data collected by using interviews, observation, and documentation. Once the data is obtained, analyzed by data reduction, data display and conclusion.The results of this study reveal a working system in patchouli oil refining business in Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan is 1) a system of work done in groups each group consisting of 3-5 oranng. 2) the division of labor in the refining business, namely: cutting, cutting, drying and distilling patchouli leaves. 3) salaries once a week. 4) the amount of wages subject to the amount of distillation.

Keywors: works systems, patchoulis

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2Pembimbing I, staf Pengajar Program Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

3Pembimbing II, staf Pengajar Program Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

(4)

ABSTRAK

Andra, NPM: 11070161, Sistem Kerja Pada Usaha Penyulingan Minyak Nilam di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan, Skripsi, Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2017.

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya sistem kerja pada usaha penyulingan minyak nilam karena pembagian kerja pada usaha tersebut ada beberapa macam. Tujuan penelitian ini yaitu:

pertama, untuk mendeskripsikan sistem kerja pada usaha penyulingan minyak nilam di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan. Kedua, untuk mendeskripsikan proses kerja pada usaha penyulingan minyak nilam di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan.Teori yang digunakan adalah Teori solidaritas organik yang dikemukakan oleh Emille Dhurkeim. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Informan pada penelitian ini untuk menggambarkan masalah yang diteliti. Pengambilan informan digunakan dengan cara purposive sampling yang berjumlah 11 orang. Jenis data yang ditemukan berupa data primer dan sekunder. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumen. Setelah data diperoleh, dianalisis dengan cara reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian ini mengungkapkan sistem kerja pada usaha penyulingan minyak nilam di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan adalah 1) sistem kerja dilakukan secara berkelompok tiap kelompok terdiri dari 3-5 orang. 2) pembagian kerja pada usaha penyulingan yaitu: menggunting, memotong, menjemur dan menyuling daun nilam. penerimaan gaji sekali seminggu. 3) jumlah upah tergantung dengan jumlah penyulingan.

Kata Kunci: Sistem Kerja, nilam

(5)

PENDAHULUAN

Indonesia dikenal dengan negara agraris atau pertanian karena sebagian besar penduduknya bermukim di pedesaan dan hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam perekonomian nasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa masalah pertanian merupakan hal yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Karena arah dan kebijakan umum terutama dalam bidang pertanian ditujukan untuk meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena itu, kehadiran usaha-usaha kecil sangat diharapkan oleh masyarakat di Indonesia. Di perekonomian Indonesia, usaha kecil memegang peranan yang sangat penting karena dapat membantu perekonomian masyarakat.

Masyarakat pedesaan pada umumnya bekerja di sektor pertanian untuk melanjutkan hidupnya baik itu dalam sektor pertanian kering maupun dalam sektor pertanian basah.

Petani di sektor pertanian kering yaitu seperti kebun cokelat, kebun gambir, kebun karet, kebun nilam dan lain-lain. Sedangkan petani di sektor pertanian basah yaitu seperti kolam ikan, sawah dan lain-lain (Koetjarangningrat, 1970:339).

Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan merupakan penghasil minyak nilam di Kabupaten Pesisir Selatan. Kehadiran usaha penyulingan minyak nilam dalam bentuk usaha kecil tersebut sangat berarti bagi masyarakat sekitar sehingga banyak dari mereka yang menggantungkan hidupnya pada usaha tersebut. Usaha kecil ini selain memiliki arti yang strategis bagi usaha penyulingan nilam, juga mempunyai sistem kerja pada pengolahan (mauwok) nilam. Nilam adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan sama (minyak nilam). Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli (dari bahasa tamil patchai (hijau) dan ellai (daun), karena minyaknya disuling dari daun) Daniel (2012:1).

Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran usaha kecil dalam perekonomian ternyata begitu berarti. Usaha semacam ini memiliki peluang dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sekitar karena dapat bekerja sebagai penyuling (mauwok) nilam.

Penyulingan minyak merupakan salah satu rangkaian proses dalam aktivitas budi daya tanaman. Oleh sebab itu, hasil minyak yang akan diperoleh dari proses penyulingan merupakan output yang akan dijual dan dinilai serta dijadikan standar keberhasilan usaha ini, Mangun (2012:60). Jadi, penyulingan minyak nilam adalah kegiatan untuk menghasilkan minyak nilam yang sebagian besar menggunakan bahan baku berupa daun nilam, ban bekas, dan kayu bakar sebagai bahan bakar. Untuk memudahkan pekerjaan pada saat melakukan penyulingan (mauwok) masyarakat menerapkan sistem kerja pada usaha penyulingan (mauwok) tersebut agar tidak kewalahan dalam menyelesaikan proses penyuligan. Sistem kerja ditetapkan oleh kelompok penyuling itu sendiri agar tidak terjadi masalah dalam melakukan penyulingan (mauwok). Sistem kerja yang ada di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan membantu masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan dan menghindari konflik antar pekerja sebab mereka sudah mendapatkan bagian pekerjaan masing-masing yang harus dikerjakannya dengan baik dan teliti agar mendapatkan penghasilan dari menyuling nilam.

Sistem kerja ialah serangkaian dari beberapa pekerjaan yang berbeda kemudian dipadukan untuk menghasilkan suatu benda atau jasa yang menghasilkan pelanggan atau keuntungan perusahaan atau organisasi. Sistem kerja merupakan prosedur kerja untuk membentuk suatu pola yang dapat menyelesaikan sebuah pekerjaan. Jenis pekerjaan dari proses penanaman sampai dengan penyulingan (mauwok) yaitu:

menanam bibit, dan menyiangi lahan nilam, sedangkan jenis pekerjaan pada proses penyulingan minyak nilam ini terdiri dari:

menggunting, memotong, menjemur, dan merebus atau menyuling (mauwok) daun.

Sistem kerja pada usaha penyulingan minyak nilam ini menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar. Minyak nilam adalah salah satu dari beberapa jenis minyak atsiri yang diperjualbelikan di Indonesia. Namun di antara

1

(6)

minyak atsiri lainnya, minyak nilam memiliki peluang pasar yang paling luas. Keberhasilan bisnis nilam ini juga tidak lepas dari perencanaan dan pengelolaan yang baik (Mangun, 2012:89)

Sistem kerja pada usaha penyulingan minyak nilam mempengaruhi penyediaan kesempatan kerja. Semakin meningkat kegiatan penyulingan minyak nilam semakin meningkat pula kesempatan kerja yang tersedia. Kegiatan pada usaha penyulingan minyak nilam sangat berarti bagi masyarakat Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan. Sistem kerja semacam ini memiliki peluang kerja karena dapat menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat dan memudahkan dalam menghasilkan minyak nilam khususnya bagi masyarakat Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan serta cukup berperan dalam menciptakan lapangan kerja.

Hal ini dapat dibuktikan bahwa sebagian besar masyarakat Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan bermukim, bekerja, dan menggantungkan hidupnya di daerah pedesaan tersebut. Jumlah masyarakat yang mempunyai lahan nilam berjumlah sebelas orang tetapi tidak semuanya yang memiliki alat penyulingan minyak nilam. Ada empat orang masyarakat yang tidak memiliki alat penyulingan, namun untuk mengolah ladang nilam miliknya, mereka menyewa alat penyulingan orang lain agar tetap dapat menghasilkan minyak nilam.

Setiap orang yang memiliki lahan nilam mempunyai pekerja untuk mengolah (mauwok) nilamnya dari proses penanaman sampai dengan penyulingan (mauwok) namun pekerjanya tidak menetap. Setiap pekerja berhak untuk bekerja ditempat lain apabila pekerjaannya sudah selesai pada suatu lahan tempatnya bekerja.

Keberadaan sistem kerja pada usaha penyulingan (mauwok) minyak nilam di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan dapat menghindari konflik antar pekerja dan membantu dalam mengurangi tenaga kerja yang tidak tertampung, sehingga akan dapat mengurangi

jumlah pengangguran serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Sekarang ini, Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan terkenal dengan usaha penyulingan minyak nilam.

Kehadiran usaha penyulingan minyak nilam di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan ini sudah ada sejak tahun 1990 dan sangat membantu perekonomian masyarakat. Masyarakat yang melakukan penyulingan (mauwok), membutuhkan sekitar 50 kg daun untuk mendapatkan 1 kg minyak. Harga 1 kg minyak nilam adalah Rp 750.000/kg. Untuk mendapatkan 1 kg minyak nilam membutuhkan 2 hari dengan 2x penyulingan dalam sehari. Namun upah mereka tidak diberikan perhari melainkan perminggu karena menjual minyak nilam sekali dalam seminggu dan uang yang mereka dapatkan dalam seminggu yaitu RP 280.000 sampai dengan RP 385.000.

Dengan adanya sistem kerja pada usaha penyulingan (mauwok) minyak nilam ini maka akan menghindari terjadinya permasalahan yang bersifat negatif dan permasalahan yang memicu konflik diantara pengolah nilam. Dari uraian latar belakang masalah yang ditemukan peneliti di atas, maka peneliti memfokuskan penelitiannya pada

”Sistem Kerja Pada Usaha Penyulingan Minyak Nilam di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan”.

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari informan dan perilakunya yang diamati. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial (Gunawan, 2013:85).

Pendekatan kualitatif ini dipilih penulis karena pendekatan ini mampu mendeskripsikan sistem kerja pada usaha penyulingan minyak nilam di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir

(7)

Selatan. Dengan demikian data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam dan bermakna, sehingga tujuan dapat dicapai (Moleong, 2005:4).

Tipe penelitian yang dipakai dalam penelitian ini ialah tipe penelitian deskriptif, dimana tipe penelitian ini mendeskripsikan suatu fenomena atau kenyataan sosial yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Menurut Arikunto (1989:921) penelitian dengan metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi suatu gejala yang ada yaitu keadaan menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

Informan adalah orang yang memberikan informasi baik tentang dirinya atau orang lain atau suatu kejadian atau suatu hal kepada peneliti atau pewawancara mendalam (Afrizal, 2014:13). Dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu penetapan sampel berdasarkan kriteria tertentu (Sangadji, 2010:188).

Penentuan sampel secara purposive sampling dilandasi tujuan atau pertimbangan- pertimbangan tertentu terlebih dahulu (Sugiono, 2011:124). Dalam teknik purposive sampling, peneliti terlebih dahulu menentukan informan dengan anggapan bahwa informan tersebut mempunyai karakteristik sesuai dengan tujuan penelitian. Informan dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau dia sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti (Sugiono, 2011:300). Adapun kriteria informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemilik ladang nilam, pengolah (mauwok) nilam di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan. Petani nilam dianggap bisa memberikan informasi tentang sistem kerja pada usaha penyulingan minyak nilam.

Menggunakan purposive sampling, peneliti menetapkan kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh orang yang dijadikan sumber informasi lapangan. Teknik purposive sampling digunakan untuk mencari data awal mengenai informasi masyarakat penyuling minyak nilam. Alasan peneliti memilih

purposive sampling karena penelitian yang dilakukan terlebih dahulu menentukan kriteria tertentu. Adapun kriteria tertentu dalam penelitian ini yaitu:

1. Pemilikusahapenyulingan minyaknilam 2. Pekerja di usahapenyulingan minyaknilam.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 11 orang, yaitu pemilik lahan sebanyak 6 orang dan pekerja sebanyak 5 orang.

Analisis data yang

dilakukandenganpengumpulan data, reduksi

data, penyajian data,

danpenarikankesimpulan.Penelitiandilakukan di NagariGantiangMudiak Utara SurantihSurantihKabupatenKabupatenPesisir Selatan alasanpenulismemilihlokasiinikarena di NagariGantiangMudiak Utara Surantihterdapatsistemkerjapadasaatmelakuka n proses penyulingan.

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Sejarah Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu nagari pemekaran dari Nagari Surantih di Kecamatan SuteraKabupaten Pesisir Selatan. Terdiri dari 2 kampung yaitu:

 Kampung batu bala

 Kampung langgai

Asal nama kampung batu bala diambil dari peristiwa pertengkaran antara dua bersaudara. Perpecahan mereka ini ditandai dengan terbelahnya batu menjadi dua. Batu belah ini kemudian dijadikan sebagai asal nama batu bala. Hingga sekarang batu belah tersebut masih ada dikampung batu bala.

Asal nama kampung langgai diambil dari peristiwa ketika dalam perjalanan, raja memerintahkan pada bawahannya untuk berhenti, ucapan raja “langgan iko awak bajalan dulu, lah ganok awak bajalan”. Kata langgan adalah asal kata nama kampung langgai. Langgai berasal dari kata “inggam”

(bahasa asli penduduk dahulu), yang pada masyarakat sekarang berarti “inggo iko awak lai”. Lama kelamaan kata “inggam” berubah menjagi langgai seperti yang disebut sekarang ini. Sekarang ini Kampung Batu Bala dan Kampung Langgai dijadikan satu Nagari oleh

(8)

Pemerintahan setempat menjadi Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Petani pemilik lahan nilam adalah petani yang memiliki tanah garapan, pengolahannya dilakukan oleh orang lain dan mereka sendiri. Luas lahan yang mereka miliki terdiri dari berbagai macam luasnya, dari yang paling sedikit yaitu 1/5 ha sampai dengan yang luasnya mencapai 1,5 ha per orang. Untuk megolah ladang nilam pemilik lahan membutuhkan pekerja untuk membantu dalam melakukan proses penyulingan (mauwok) karena pada saat melakukan proses penyulingan terdapat beberapa macam kegiatan yaitu menggunting, memotong, menjemur dan menyuling (mauwok). Satu macam bagian pekerjaan dalam proses penyulingan membutuhkan 1 orang untuk melakukannya tetapi mereka tidak terfokus pada 1 bagian pekerjaan yang diterimanya tersebut namun mereka bisa berganti posisi dengan teman yang lainnya dengan pekerjaan yang berbeda asalkan tetap menekuni 1 bagian pekerjaan yang harus diselesaikannya.

Namun, jumlah pekerja yang dimiliki oleh pemilik lahan juga ditentukan dari luas ladang nilam yang dimilikinya, semakin luas ladang nilam yang dimilikinya semakin banyak pula pekerja yang dibutuhkan untuk 1 macam bagian pekerjaan.

Bertani nilam ini ditekuni oleh masyarakat sudah sejak tahun 1990. Namun, pada saat itu belum banyak yang menekuni pekerjaan sebagai petani nilam disebabkan faktor harga nilam yang masih rendah tetapi sekarang ini sudah banyak dari masyarakat yang tertarik dengan bertani nilam karena harga minyak nilam sudah bisa untuk mencukupi kehidupan mereka sehari-hari.

Harga minyak nilam sekarang ini adalah Rp 750.000, dengan harga Rp 750.000 tersebut sudah bisa untuk mencukupi kehidupan sehari- hari bagi masyarakat di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kanupaten Pesisir Selatan.

5.1.1 Profil Petani Pemilik Nilam

Masyarakat pemilik ladang nilam di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan yang menjadi informan dalam penelitian ini memiliki pendidikan dan umur yang berbeda-beda. Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa umur petani pemilik nilam yang terendah adalah 35 tahun dan yang tertinggi adalah 54 tahun. Luas lahan yang dimiliki oleh petanipun juga berbeda-beda yaitu mulai dari ½ ha sampai dengan 1,5 ha.

5.1.2 Profil Informan Pengolah Nilam Masyarakat pengolah ladang nilam di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan yang menjadi informan dalam penelitian ini memiliki pendidikan dan umur yang berbeda-beda. Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa umur petani pekerja nilam yang terendah adalah 29 tahun dan yang tertinggi adalah 42 tahun.

Pendapatan yang diperoleh Rp 280.000 sampai dengan Rp 385.000 per minggu dengan waktu bekerja mulai dari jam 8 sampai dengan 5 sore setiap hari terkecuali pada hari jum’at.

5.2 Sistem Kerja Pada Usaha Penyulingan Minyak Nilam

Masyarakat di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani.

Salah satunya yaitu petani nilam. Bertani nilam adalah salah satu upaya masyarakat untuk mendapatkan penghasilan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga. Dalam mengolah hasil tani masyarakat menggunakan sistem kerja agar hasil yang didapatkan lebih mudah dan cepat. Sistem kerja merupakan serangkaian dari beberapa pekerjaan yang berbeda kemudian dipadukan untuk menghasilkan suatu benda atau jasa yang menghasilkan nilai bagi pelanggan atau yang nyata dalam peningkatan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.

(9)

Kegiatan mengolah nilam mulai dari menggunting daun sampai dengan menyuling (mauwok) daun nilam tersebut. Pengolah mengerjakan semua kegiatan pada proses penyulingan dengan membagi pekerjaan dengan anggota kelompoknya. Setiap anggota kelompok mendapatkan satu bagian pekerjaan yang harus dilakukannya. Bagian pekerjaan yang didapatkan menjadi tanggung jawab individu tersendiri untuk menyelesaikannya dengan maksimal karena semua kegiatan saling keterkaitan. Kegiatan penyulingan dimulai dari jam 8 pagi sampai dengan jam 5 sore WIB. Kegiatan penyulingan ini membutuhkan 3-5 orang anggota setiap kelompok agar dapat melakukan proses penyulingan. Namun, jumlah anggota dalam melakukan penyulingan juga ditentukan oleh luas lahan yang akan dilakukan penyulingan, apabila lahan yang akan dilakukan penyulingan luas maka anggota yang dibutuhkan juga akan lebih banyak dan apabila sebaliknya, lahannya sedikit maka anggota yang dibutuhkan juga akan sedikit. Jenis pekerjaan yang mereka lakukan ada beberapa macam yaitu: menggunting, memotong, menjemur, dan menyuling daun nilam.

Kegiatan penyulingan ini dilakukan terus menerus sampai selesai mengolah (mauwok) ladang nilam tersebut. Sedangkan waktu istirahat bagi mereka ialah pada waktu sholat zhuhur dan ashar. Setelah selesai makan dan sholat mereka kembali melanjutkan pekerjaannya masing-masing.

5.2.1 Mengolah Lahan

Mengolah lahan adalah kegiatan membersihkan lahan nilam sebelum ditanami tanaman nilam. Pengolahan lahan adalah tanggung awab pemilik lahan nilam. Pemilik mengolah lahan dengan menggajikan (maupahkan) orang untuk mengolah lahan nilam miliknya. Orang-orang yang terlibat dalam mengolah lahan adalah pemilik lahan dan orang yang digajikannya. Jumlah orang yang bekerja pada saat pengolahan tidak ditentukan jumlahnya.

5.2.2 Penanaman

Penanaman adalah kegiatan menanam bibit pada tanah untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penanaman biasanya dilakukan selama 1 minggu. Jumlah pekerja pada saat menanam nilam tidak ditentukan, namun jumlah anggotanya yang paling sedikit adalah 2 orang tetapi paling banyak pekerja menanam nilam hanya sampai 8 orang untuk satu lahan nilam. Pekerja mendapatkan bibit nilam dengan membeli kepada orang lain dan ada juga yang menanam bibit sendiri. Setelah bibit didapatkan barulah ditanam pada lahan yang telah diolah. Pada saat melakukan penanaman bibit nilam pada lahan, gaji yang diperoleh oleh pengolah adalah harian, gaji mereka dapatkan setelah pulang dari ladang sebanyak Rp 50.000.

5.3.2 Menyiangi

Setelah proses penanaman selesai maka selanjutnya adalah proses menyiangi ladang nilam. Menyiangi ladang nilam harus dilakukan dengan baik supaya hasil yang diperoleh akan maksimal karena jika tidak dilakukan dengan baik maka hasil yang diperoleh tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Menyiangi adalah menghilangkan tanaman pengganggu terhadap tanaman nilam.

Hal ini dilakukan karena jika nilam banyak ditumbuhi semak maka minyaknya akan berkurang, oleh karena itu dalam pemeliharaan nilam harus disiangi agar nilam bisa tumbuh dengan bagus dan baik.

Menyiangi ladang nilam adalah tanggung jawab pemilik ladang nilam tersebut.

Kegiatan menyiangi ladang nilam ini dilakukan pada siang hari mulai dari jam 8 sampai dengan jam 5 sore. Kegiatan menyiangi ladang nilam ini dilakukan oleh perempuan. Dari 11 informan yang peneliti dapatkan terdapat 2 orang yang sering bekerja menyiangi dan mengolah daun nilam ladang nilam.

5.3.3 Pengolahan atau Panen

Panen adalah pemungutan (pemetikan) hasil ladang. Panen dilakukan oleh pemilik

(10)

dan pekerja ladang nilam tersebut. Pemanenan dilakukan di ladang nilam didekat tempat penyulingan berada. Nilam bisa di panen apabila nilam sudah berumur 4-5 bulan.

Apabila sudah cukup waktunya maka selanjutnya petani akan melakukan pemanenan atau penyulingan nilam yang menurut masyarakat setempat disebut dengan

mauwok”. Dalam mauwok digunakan sistem kerja yang sudah ada di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan tersebut.

5.3.3.1 Penyuling

Penyuling yaitu julukan kepada petani nilam dalam mengolah (mauwok) yang bertugas menyelesaikan pekerjaan ditempat penyulingan. Penyuling dalam melakukan pengolahan nilam hanya satu orang saja.

rincian pekerjaan yang dilakukan oleh penyuling yaitu: menghidupkan api di tungku, memasak daun nilam, memasak nilam dengan sempurna, melihat nilam yang sudah mengeluarkan minyak, membuang ampas, mengambil minyak yang sudah keluar ditempat penampungan.

Peralatan yang dibutuhkan oleh seorang penyuling dalam mengolah (mauwok) nilam yaitu: air, kayu, parang, gunting, tikar, wadah tempat menampung minyak, daun nilam yang sudah kering, pandasan untuk memotong daun.

Pekerjaan dalam mengolah (mauwok) nilam sangatlah banyak dan oleh sebab itu perlu adanya sistem kerja dalam melakukan pengolahan (mauwok) nilam tersebut.

5.3.3.2 Penggunting

Penggunting yaitu julukan kepada petani nilam yang melakukan pekerjaan ditengah kebun atau ditengah ladang nilam tersebut. Penggunting yang dibutuhkan dalam satu bidang ladang yaitu: satu atau dua orang.

Jumlah penggunting tergantung dari luas lahan ladang nilam tersebut. Apabila lahan nilam yang akan diolah luas maka akan membutuhkan 2-3 orang penggunting. Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh penggunting ialah menggunting daun dan mengangkat daun ke tempat pemotongan daun tersebut. Menjadi seorang penggunting daun nilam harus siap

berhujan dan berpanas-panasan untuk mendapatkan daun.

Peralatan yang digunakan oleh seorang penggunting ialah sebuah gunting dan karung. Apabila daun sudah terkumpul maka akan dimasukkan ke dalam karung dan langsung diantar ketempat pemotongan daun nilam tersebut.

5.3.3.3 Pemotong

Pemotong yaitu julukan kepada petani nilam yang melakukan pekerjaan tempat pemotongan nilam tersebut. Pemotong yang dibutuhkan dalam satu bidang ladang adalah satu atau dua orang tergantung dari luas lahan ladang nilam tersebut. Adapun pekerjaan yang dilakukan oleh pemotong yaitu memotong daun secepat mungkin. Pemotong daun harus siap tangannya terluka karena harus memotong daun nilam secepat mungkin karena harus segera dijemur sampai kering karena jika lalai memotong daun maka pekerjaan penyulingan (mauwok) juga akan terganggu. Namun, mereka bisa berganti tugas dengan yang lainnya apabila salah satunya telah merasa lelah mengerjakan tugasnya yang utama, mereka bisa berganti tugas asalkan tiap anggota tetap mengerjakan satu macam pekerjaan agar proses penyulingan tidak terganggu. Peralatan yang digunakan oleh seorang pemotong yaitu parang dan sebuah tikar untuk menampung daun nilam yang sudah selesai di potong agar tidak berserakan kemana-mana.

5.3.3.4 Penjemur

Penjemur adalah orang yang bertugas untuk menjemur daun nilam yang telah selesai dipotong. Pekerjaan yang dilakukan oleh penjemur yaitu menjemur dan mengangkat daun nilam yang sudah kering dan langsung dimasukkan ke dalam karung serta mengangkatnya ketempat penyulingan (mauwok) nilam tersebut. Pekerja yang bertugas menjemur daun nilam tidak menetap melakukan tugas menjemur daun, namun dia juga membantu temannya menggunting, memotong ataupun menyuling daun nilam.

Alat yang digunakan oleh penjemur hanyalah tikar untuk menjemur daun nilam.

(11)

5.3.3.5 Penghasilan dari Mengolah Ladang Nilam

Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh yang dapat digunakan untuk konsumsi dan menambah kekayaan.

Penghasilan ini didapatkan dari hubungan kerja dengan pekerjaan baik dalam bentuk gaji maupun upah. Penghasilan yang diterima oleh masyarakat pengolah ladang nilam adalah dalam bentuk uang yang diterima dalam sekali seminggu karena penjualan minyak nilam dilakukan sekali dalam seminggu.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan telah diuraikan pada pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa sistem kerja pada petani nilam di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari beberapa bagian yaitu sebagai berikut ini.

a. Penanaman adalah kegiatan menanam bibit tanah untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penanaman dilakukan selama satu minngu. Bibit nilam dibeli atau dibibitkan sendiri. Penanaman nilam dilakukan adalah tanggung jawab pemiliki lahan, penanaman nilam diupahkan kepada pekerja nilam per hari Rp 50.000.

b. Menyiangi adalah menghilangkan tanaman pengganggu terhadap tanaman nilam. Hal ini dilakukanagar tanaman nilam tidak rusak akibat tanaman pengganggu karena jika banyak semaknya minyak nilam akan menjadi sedikit. Kegiatan menyiangi ladang nilam dilakukan pada siang hari mulai dari jam 8 sampai dengan jam 5 sore dan dilakukan oleh perempuan.

c. Pengolahan atau Panen (mauwok) dilakukan apabila nilam sudah berumur 4-5 bulan.

1. Penggunting julukan kepada petani nilam yang melakukan pekerjaan menggunting daun nilam diladang.

Pekerjaan yang dilakukan seorang penggunting yaitu menggunting dan mengangkat daun ketempat pemotongan daun.

2. Pemotong julukan kepada petani yang memotong daun nilam. Pekerjaannya adalah memotong daun secepat mungkin. Jika lalai pekerjaan lain juga akan jadi terlantar.

3. Menjemur adalah orang yang bertugas menjemur daun nilam yang siap dipotong. Pekerjaanya adalah menjemur dan mengangkat daun daun nilam yang sudah kering ketempat penyulingan.

4. Penyuling adalah julukan kepada petani menyuling(mauwok) nilam.

Penyulingan dilakukan oleh 1 orang.

Pekerjaan yang dilakukan oleh penyuling yaitu: menghidupkan api ditungku, memasak nilam dengan sempurna, mengambil minyak nilam yang sudah keluar, dan membuang ampas.

d. Penghasilan dari Mengolah Ladang Nilam Penghasilan atau gaji yang didapatkan dari mengolah ladang nilam diperoleh sekali seminggu dan jumlah gaji yang didapatkan sesuai dengan banyak jumlah penyulingan yang telah dilakukan selama seminggu. Jika penyulingan berjumlah banyak maka minyak nilam yang didapatkan juga akan banyak pula.

Namun jika penyulingan sedikat maka gaji yang didapatkan juga akan sedikit.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi petani pengolah nilam, Untuk meningkatkan kesejahteraan dalam mengolah nilam di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan, diharapkan kepada kelompok pengolah nilam lebih meningkatkan keterampilan mengolah nilam.

2. Bagi peneliti, setelah mengetahui gambaran tentang sistem kerja pada petani nilam di Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih Kabupaten Pesisir Selatan, maka bagi peneliti yang berminat penelitian ini perlu diadakan penelitian yang lanjut untuk lebih dapat mengetahui manfaat dari adanya sistem kerja pada petani nilam.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.

Jakarta : Rajawali Pres.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: PT Rineka Cipta.

2010.Prosedur penelitian.

Yogyakarta: PT Rineka Cipta.

Emzir. 2012. Metode Penelitian Kualitatif (Analisis Data). Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktek. Jakarta : Bumi Aksara.

Martono, Nanang. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Nanalisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta : Rajawali Press.

Moleong & J, Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Kuncoro, Haryo. 2002. “Upah sistem hasil dan penyerapan tenaga kerja”, jurnal ekonomi pembangunan, vol 7, no. 1, hal, 45-46.

Sangadji, dkk. 2010. Metode Penelitian.

Yogyakarta: CV. Andi.

Sitorus, Felix. 1998. Penelitian Kualitatif.

Bogor : Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial.

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Usman, Purnomo. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta :Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data dalam penelitian ini mencakup reduksi data, display data, kesimpulan dan verifikasi digunakan untuk menganalisis data berdasarkan teori-teori manajemen