• Tidak ada hasil yang ditemukan

sistem nilai budaya minangkabau dalam novel

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "sistem nilai budaya minangkabau dalam novel"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NOVEL AKU TIDAK MEMBELI CINTAMU KARYA DESNI INTAN SURI

ARTIKEL ILMIAH

RUMIANA NPM: 10080008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)
(3)
(4)

SISTEM NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NOVEL AKU TIDAK MEMBELI CINTAMU KARYA DESNI INTAN SURI

Oleh

Rumiana 1, Upit Yulianti DN2, Titiek Fujita Yusandra3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kebudaya Minangkabau yang kental tetapi salah kaprah. Novel ini memadukan kisah cinta, ekonomi, sosial dan budaya Minangkabau. Novel ATMC dilatar belakangi oleh budaya Minangkabau khususnya budaya Minangkabau daerah Pariaman yang membicarakan sistem perkawinan yang berbeda dengan budaya Minangkabau daerah-daerah lain yang ada di Minangkabau, yaitu adanya uang hilang dan uang jemputan. Novel ini menggambarkan adat Minangkabau yang diperkenalkan keluarganya membuat Suci tidak menyukai sistem adat daerah asalnya sendiri. Pengertian sistem matriarkat terletak di tangan kaum wanita Minangkabau. Padahal adat Minangkabau yang sesungguhnya bertujuan melahirkan watak Bundo Kanduang bagi wanita Minangkabau. Sebuah watak kepemimpinan yang terampil, cermat dan bijak. Di dalam novel ini, pengarang menampilkan nilai budaya yang mencakup ide-ide atau gagasan yang menuntun tentang apa yang benar, baik dan indah yang mendasari pola-pola budaya dan memandu masyarakat dalam menanggapi unsur jasmani dan lingkungan sosial. penelitian ini difokuskan pada Sistem Nilai Budaya Minangkabau dalam Novel Aku Tidak Membeli Cintamu Karya Desni Intan Suri, ditinjau dari: (1) kepercayaan (2) nilai (3) norma dan sanksi (4) dan simbol.

Kata kunci: sistem, nilai, budaya, Minangkabau, novel

(5)

SYSTEM OF CULTURAL VALUES IN THE NOVEL AKU TIDAK MEMBELI CINTAMU WORK DESNI INTAN SURI

By

Rumiana 1, Upit Yulianti DN2, Titiek Fujita Yusandra3 1)A College of teachar training and education STKIP PGRI West Sumatera

1) and 3) all the lectures of sastra language STKIP PGRI West Sumatera

ABSTRACT

This research was motivated by a thick Minangkabau to culture but misguided. This novel combines a love story, economic, social and cultural Minangkabau. Novel ATMC motivated by the Minangkabau culture especially Minangkabau culture Pariaman area that discuss different mating systems with Minangkabau culture of other regions in Minangkabau, namely the missing money and money pickup. This novel depicts introduced Minangkabau family made Holy dislike traditional homelands system itself. Understanding the matriarchal system lies in the hands of women Minangkabau. Whereas traditional Minangkabau real aim spawned character Bundo Kanduang Minangkabau women. A character skilled leadership, careful and wise. In this novel, the author displays the cultural values that include ideas or ideas that lead to what is true, good and beautiful underlying cultural patterns and guide the community in response to the physical and social environment elements. This study focused on the System Value Minangkabau culture in novel I Do not Buy Love of work Desni Diamond Suri, in terms of: (1) trust (2) value (3) norms and sanctions (4) and symbols.

Keywords: system, volues, culture, Minangkabau, novel.

(6)

PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan suatu keindahan yang terdapat dalam setiap pengungkapkannya.

Pengarang menciptakan nilai karya seindah mungkin agar pembaca bisa menikmati karyanya dan memahaminya dengan baik. Karya sastra selalu menceritakan kehidupan manusia yang terjadi di lingkungan masyarakat. Kehadiran sastra di lingkungan manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu realitas. Sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang memiliki imajinasi dan emosi, tetapi telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual. Karya sastra juga menceritakan nilai-nilai religi, nilai-nilai sosial, dan nilai-nilai moral. Salah satu permasalahan yang sering diceritakan dalam karya sastra adalah masalah nilai dan moral, karena kedua hal ini merupakan sikap baik dan buruk perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Semi (1988:32), novel mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan pada suatu saat yang tegang, dan pemusatan kehidupan yang tegas. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.

Novel diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih tegas. Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:6), novel adalah sebuah cerita yang memuat beberapa kesatuan permasalahan yang membentuk rantai permasalahan. Permasalahan dalam novel diikuti faktor penyebab dan akibatnya, yakni dengan mengungkapkannya kembali permasalahan atau akibat tersebut menjadi faktor penyebab untuk permasalahan lainnya. Rangkaiannya dapat terjadi atas berpuluh-puluh permasalahan.

Desni Intan Suri, lahir di Padang, Sumatera Barat. Sudah menyukai dunia tulis-menulis sejak masih di sekolah dasar. Tulisan pertamanya, berupa karangan pendek, dimuat di Majalah Bobo ketika ia duduk di kelas 5 SD. Saat remaja aktif menulis cerpen, cerbung, puisi, dan artikel di Harian Haluan dan Harian Singgalang, dua surat kabar terkenal di Sumbar. Pernah mengasuh sebuah rubrik remaja dan menjadi wartawati lepas di Harian Haluan. Tahun 1990-an ia pindah ke Jakarta. Bekerja di Majalah Sarina dan kemudian pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, sebelum memutuskan untuk kembali fokus menulis.

Salah satu novel yang menceritakan nilai kebudaya Minangkabau adalah novel ATMC Karya Desni Intan Suri. Novel ini memadukan kisah cinta, ekonomi, sosial dan budaya Minangkabau. Novel ATMC dilatarbelakangi oleh budaya Minangkabau khususnya budaya Minangkabau Pariaman yang membicarakan sistem perkawinan yang berbeda dengan budaya Minangkabau daerah-daerah lain yang ada di Minangkabau, yaitu adanya uang hilang dan uang jemputan. Novel ini menggambarkan adat Minangkabau yang diperkenalkan keluarganya membuat Suci tidak menyukai sistem adat daerah asalnya sendiri. Pengertian sistem matriarkat terletak di tangan kaum wanita Minangkabau. Padahal adat Minangkabau yang sesungguhnya bertujuan melahirkan watak Bundo Kanduang bagi wanita Minangkabau. Sebuah watak kepemimpinan yang terampil, cermat dan bijak.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan metode deskriptif. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Semi (1993:23) mengemukakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak mengutamakan angka-angka tapi pada kata-kata yang mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap objek yang diteliti dan dikaji secara empiris. Menurut Ratna (2010:93), metode deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama menggambarkan secara sistematis fakta dan karekteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Data yang telah diinventarisasi dan diklasifikasikan sesuai dengan format pencatatan, selanjutnya di analisis berdasarkan teori nilai budaya Minangkabau sebagaimana telah dipaparkan pada BAB II.

Sistem nilai budaya Minangkabau tersebut diantaranya adalah: Kepercayaan, nilai, norma dan sanksi, dan simbol. Tahap yang digunakan dalam penelitian dengan menganalisis data sebagai berikut: (1) membaca dan memahami novel ATMC Karya Desni Intan Suri, (2) menandai sistem nilai budaya Minangkabauyang terdapat dalam novel ATMC Karya Desni Intan Suri, (3)

(7)

mengklasifikasikan data yang berhubungan dengan sistem nilai budaya Minangkabau dalam novel ATMC Karya Desni Intan Suri.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sistem nilai budaya Minangkabau dalam novel ATMC karya Desi Intan Suri berhubungan dengan kepercayaan, nilai, norma dan sanksi, simbol. Pertama, kepercayaan dapat dilihat dari sikap Suci yang menentang adat Minangkabau terutama Pariaman seperti kepercayaan masyarakat orang Pariaman tentang umur 28 tahun seorang wanita belum menikah dianggap perawan tua. Orang Minangkabau sangat mantap dalam berdagang, orang Minangkabau memiliki wajah yang sangat khas, dan orang Minangkabau bila diberi tanggung jawab ia akan memegang teguh wewenang itu.

Kedua, nilai dapat dilihat dari sikap Suci yang memperlihatkan dan menentang nilai- nilai Minangkabau yangterdapat di adat Pariaman Sumatera Barat. Nilai itu berupa adat Minangkabau yang selalu mengikuti perkembangan zaman tidak harus adat Minangkabau terdahulu, wanita Minangkabau mewarisi sifat kepemimpinan Bundo Kanduang limpapeh rumah nan gadang dan sekaligus pemimpin di Minangkabau yaitu menguasai harta pusaka keluarga, Mamak memegang peran penting dalam keluarga Mamaklah yang memegang penting dalam keluarga, dan perhitungan orang Minangkabau sangat matang terutama dalam berdagang.

Ketiga, norma dan sanksi yang dapat dilihat dari sikap tokoh Suci terhadap norma di Minangkabau adat Pariaman seperti tidak boleh membedakan anak, orang Minangkabau tidak suka bertele-tele apalagi urusan adat, uang jemputan di Minangkabau yang banyak salah kaprah, laki- laki harus membeo kepada istrinya yaitu menuruti semua perkataan dari istrinya, dan wanita Minangkabau selalu hidup mandiri dari dahulu hingga sekarang karena sering kali ditinggal pergi oleh suami untuk merantau.

Keempat, Simbol yang dapat dilihat dari sikap-sikap tokoh Suci yang di nampakkan melalui tokoh Aluk yaitu wanita Minangkabau cenderung melihat penampilan dari laki-laki, wanita Minangkabau lebih melihat dari sisi luar dari pria, masalah uang jemputan sebagai simbol di Minangkabau yaitu adat Pariaman, dan genggaman tangan melambangkan suka.

PEMBAHASAN

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data dalam penelitian ini yaitu berupa kutipan teks, yaitu berbentuk kalimat atau dialog yang berkaitan dengan sistem nilai budaya Minangkabau seperti, kepercayaan, nilai, norma dan saksi, dan simbol yang terdapat dalam novel ATMC Karya Desni Intan Suri. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel ATMC Karya Desni Intan Suri yang diterbitkan oleh Jendela. Novel ATMC karya Desni Intan Suri adalah novel kedua yang ditulisnya pada tahun 2012 di Jakarta. Novel ini ditulis dalam bahasa Indonesia yang terdiri atas 256 halaman.

Penelitian diperlukan untuk mendukung langkah-langkah operasional penelitian. Instrumen penelitian akan sangat mempermudah peneliti dalam mengumpulkan dan mengolah data.

Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan metode pengumpulan data (Arikunto, 2009:101). Instrumen peneliti ini adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik deskripsi dan studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu: (1) membaca dan memahami novel ATMC karya Desni Intan Suri, (2) menandai sistem nilai budaya Minangkabau yang terdapat dalam novel ATMC karya Desni Intan Suri, (3) mengklasifikasikan data yang berhubungan dengan sistem nilai budaya Minangkabau dalam novel ATMC karya Desni Intan Suri.

(8)

Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uraian rinci. Moleong (2005:338) menyatakan bahwa teknik uraian rinci, peneliti dituntut untuk melaporkan hasil penelitiannya melalui uraian yang diteliti dan secermat mungkin dalam menggambarkan konteks penelitian. Uraian ini harus mampu mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh dari hasil penelitian.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sangat baik implementasinya di dunia pendidikan. Dan hendanya dengan membaca novel ATMC Karya Desni Intan Suri menamba kecintaan siswa-siawi terhadap dunia sastra Indonesia.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang sistem nilai budaya Minangkabau dalam penggalan novel ATMC karya Desni Intan Suri dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Peneliti sendiri, dapat meneliti tentang karya sastra dengan lebih baik,

2. Masyarakat/pecinta sastra, dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang novel dan karya sastra lainnya

3. Mahasiswa, dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang karya sastra .

4. Pembaca, dapat meningkatkan pemahaman dan memberikan penilaian terhadap sebuah karya sastra.

KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Muhardi dan Hasanuddin WS.1992. Prosedur Analisis Fiksi. Padang: IKIP Padang Press.

Maran, Rafael Raga,2007.Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Semi. M Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Suri, Desni Intan.2012. Aku Tidak Membeli Cintamu.J akarta: Jendela.

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan nilai budaya, terdapat beberapa sistem nilai budaya yang dapat disimpulkan bahwa nilai budaya dapat dibagi ke dalam lima pilar utama yaitu: (1)