• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pakar, Dempster Shafer, Penyakit, Demam, Balita

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Sistem Pakar, Dempster Shafer, Penyakit, Demam, Balita "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Demam Pada Balita Menggunakan Metode Dempster ShaferBerbasis Android Ardi Ferry Elia Maloky

Universitas BSI Bandung e-mail: [email protected]

Abstrak

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan di Indonesia diakui relatif berhasil, namun

keberhasilan yang dicapai belum dapat menuntaskan problem kesehatan secara menyeluruh. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat, dan meminimalisir penanganan yang terlambat maka perlu dibuatkan sebuat alat bantu berupa sistem pakar. Salah satu metode yang digunakan dalam sistem pakar yaitu metode Dempster-Shafer. Dengan adanya aplikasi sistem pakar ini dapat membantu masyarakat atau pengguna sistem pakar yang ingin mendapatkan informasi penyakit demam pada anak.

Kata Kunci :

Sistem Pakar, Dempster Shafer, Penyakit, Demam, Balita

Abstract

Child health problems are one of the main problems in the health sector that currently occur in Indonesia. The degree of child health reflects the degree of health of the nation, because children as the next generation have the ability to be developed in continuing the development of the nation.

Health development in Indonesia is recognized as relatively successful, but the success achieved has not been able to solve the overall health problem. To provide information to the community, and minimize late handling it is necessary to make a tool in the form of an expert system. One method used in the expert system is the Dempster-Shafer method. With this expert system application can help people or expert system users who want to get information about fever in children.

KeyWords: Expert System, Dempster Shafer, Disease, Fever, Toddler

1. Pendahuluan

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2014).

Pembangunan kesehatan di Indonesia diakui relatif berhasil, namun keberhasilan yang dicapai belum dapat

menuntaskan problem kesehatan secara menyeluruh (Yovita, 2015). Demam (hipertermi) adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya, dan merupakan gejala dari suatu penyakit (Maryuani, 2010).

Hipertermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi titik tetap (set point) lebih dari 37oC, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal yang menciptakan lebih banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan oleh tubuh (Wong, 2008).

Demam merupakan respon normal tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi adalah keadaan masuknya mikroorganisme kedalam tubuh, dapat berupa virus,

(2)

bakteri, parasit, maupun jamur. Demam pada anak umumnya disebabkan oleh infeksi virus (Setiawati, 2009). Demam juga dapat disebabkan oleh paparan panas yang berlebihan (overhating), dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan gangguan sistem imun (Tjipta, 2009).

Salah satu masalah di dunia medis atau kedokteran adalah adanya ketidakseimbangan antara pasien dan dokter. Selain itu, sebagian besar dari masyarakat tidak terlatih secara medis sehingga apabila mengalami gejala penyakit yang diderita belum tentu dapat memahami cara- cara

penanggulangannya (Daniel dan Virginia, 2010) Sangat disayangkan apabila gejala-gejala yang sebenarnya dapat ditangani lebih awal menjadi penyakit yang lebih serius akibat kurangnya pengetahuan (Kusnadi, 2013)

Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Sistem pakar yang baik dirancang agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan tertentu dengan meniru kerja dari para ahli. (Russari, 2016) Sistem pakar juga dapat didefinisikan sebagai sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut.

Sistem pakar memberikan nilai tambah pada teknologi untuk membantu dalam menangani era informasi yang semakin canggih

(Daniel dan Virginia, 2010)

Teori Dempster-Shafer adalah representasi, kombinasi dan propogasi ketidakpastian, dimana teori ini memiliki beberapa karakteristik yang secara instutitif sesuai dengan cara berfikir seorang pakar, namun dasar matematika yang

kuat (Gusti, 2013). Metode ini digunakan untuk menggabungkan

potonganpotongan informasi yang terpisah atau bukti-bukti untuk mengkalkulasi kemungkinan dari suatu peristiwa (Lestari, 2017).

2. Metode Penelitian

Untuk membangun sistem pakar berbasis mobile yang dapat membantu dalam mengidentifikasi penyakit demam pada anak usia dini dengan efektif dan efisien maka diperlukan beberapa meode penelitian antara lain : Cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian skripsi ini adalah :

a. Observasi

Pada tahap ini penulis melakukan observasi ke klinik Pratama Sehati guna mendapatkan informasi tentang gejala yang sering terjadi pada pasien gizi buruk pada anak.

b. Wawancara

Penulis melakukan wawancara kepada para ahli serta dokter yang pernah menemui pasien yang menderita penyakit anak.

c. Studi pustaka

Untuk mendukung pembuatan skripsi ini, dilakukan studi pustaka dengan mengumpulkan bahan dari beberapa sumber, seperti media internet, jurnal, dan beberapa buku referensi.

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode SDLC Prototyping Prototype didefinisikan sebagai alat yang memberikan ide bagi pembuat maupun pemakai potensial tentang cara system berfungsi dalam bentuk lengkapnya, dan proses untuk menghasilkan sebuah prototype disebut prototyping (Raymond McLeod, 2014). Prototipe adalah satu versi dari sebuah sistem potensial yang memberikan ide bagi para pengembang dan calon pengguna, bagaimana sistem akan berfungsi dalam bentuk yang telah selesai (Dermawan, 2013) Prototyping merupakan salah satu metode pengembangan perangat lunak yang banyak digunakan. Untuk memodelkan sebuah perangkat

(3)

lunak, metode prototyping memiliki tahapan-tahapan di dalam proses pengembangannya. Dan tahapan- tahapan dalam prototyping tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan kebutuhan

Pelanggan dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format dan kebutuhan kesseluruhan perangkat lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.

2. Membangun prototyping

Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berpusat pada penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan contoh outputnya).

3. Evaluasi protoptyping

Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah prototyping yang sudah dibangun sudah sesuai dengan keinginan pelanggan. Jika sudah sesuai maka langkah keempat akan diambil. Jika tidak, maka prototyping diperbaiki dengan mengulang langkah 1, 2 , dan 3.

4. Mengkodekan system

Dalam tahap ini prototyping yang sudah disepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman yang sesuai.

5. Menguji system

Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, harus dites dahulu sebelum digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan White Box,

Black Box, Basis Path, pengujian arsitektur dan lain- lain.

6. Evaluasi Sistem

Pelanggan mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang diharapkan. Jika sudah, maka langkah ketujuh dilakukan, jika belum maka mengulangi langkah 4 dan 5.

7. Menggunakan system

Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima pelanggan siap untuk digunakan

Algoritma adalah logika, metode dan tahapan (urutan) sistematis yang digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan. Dalam beberapa konteks, algoritma adalah spesifikasi urutan langkah untuk melakukan pekerjaan tertentu (Sukrisno, 2005).. Dempster-Shafer.

Dempster-Shafer adalah suatu teori matematika untuk pembuktian berdasarkan belief functions and plausible reasoning (fungsi kepercayaan dan pemikiran yang masuk akal), yang digunakan untuk mengkombinasikan potongan informasi yang terpisah (bukti) untuk mengkalkulasi kemungkinan dari suatu peristiwa. Teori ini dikembangkan oleh Arthur P. Dempster dan Glenn Shafer.

Secara umum teori Dempster-Shafer ditulis dalam suatu interval :

1. Belief

(Bel) adalah ukuran kekuatan evidence dalam mendukung suatu himpunan proposisi. Jika bernilai 0 maka mengindikasikan bahwa tidak ada evidence, dan jika bernilai 1 menunjukkan adanya kepastian. Dimana nilai bel yaitu (0-0.9).

2. Plausibility

(Pl) dinotasikan sebagai : Pl(s) = 1 – Bel(-s) Plausibility juga bernilai 0 sampai 1. Jika yakin akan -s, maka dapat dikatakan bahwa Bel(s) = 1, dan Pl(- s) = 0.

Pada teori Dempster-Shafer dikenal adanya frame of discrement yang dinotasikan dengan θ. Frame ini merupakan semesta pembicaraan dari sekumpulan hipotesis. Tujuannya adalah mengaitkan ukuran kepercayaan elemenelemen θ. Tidak semua evidence

(4)

secara langsung mendukung tiap-tiap elemen. Untuk itu perlu adanya probabilitas fungsi densitas (m). Nilai m tidak hanya mendefinisikan elemen-elemen θ saja, namun juga semua subsetnya. Sehingga jika θ berisi n elemen, maka subset θ adalah 2n. Jumlah semua m dalam subset θ sama dengan 1. Apabila tidak ada informasi apapun untuk memilih hipotesis, maka nilai : m{θ} = 1,0. Apabila diketahui X adalah subset dari θ, dengan m1 sebagai fungsi densitasnya, dan Y juga merupakan subset dari θ dengan m2 sebagai fungsi idensitasnya, Metode Dempster-Shafer pertama kali diperkenalkan oleh Dempster, yang melakukan percobaan model ketidakpastian dengan range probabilities dari pada sebagai probabilitastunggal. Kemudian pada tahun 1976 Shafer mempublikasikan teori Dempster itu pada sebuah buku yang berjudul Mathematical Theory of Evident.

Dempster-Shafer Theory of Evidence, menunjukkan suatu cara untuk memberikan bobot kenyakinan sesuai fakta yang dikumpulkan. Pada teori ini dapat membedakan ketidakpastian dan ketidaktahuan.

Dempster-Shafer adalah representasi, kombinasi dan propogasi ketidakpastian, dimana teori ini memiliki beberapa karakteristik yang secara instutitif sesuai dengan cara berfikir seorang pakar, namun dasar matematika yang kuat (Prijodiprojo, 2013)

Secara umum metode Dempster-Shafer ditulis dalam suatu interval [Belief, Plausibility]. Belief (Bel) adalah ukuran kekuatan evidence dalam mendukung suatu himpunan proposisi. Jika bernilai 0 (nol) maka

mengindikasikan bahwa tidak ada evidence, dan jika bernilai 1 menunjukkan adanya kepastian.Menurut

Giarratano dan Riley fungsi belief dapat diformulasikan sebagai persamaan (Sulistyohati, 2008).

𝐵𝑒𝑙 𝑌 𝑋

Dan Plausibility dinotasikan pada persamaan : 𝑃𝑙𝑠 (𝑋) = 1 − 𝐵𝑒𝑙

𝑌 𝑋 Dimana :

Bel (X) = Belief (X) Pls (X) = Plausability (X) m (X) =

mass function dari (X) m (Y) = mass function dari (Y)

Dempster-Shafer menyatakan adanya frame of discrement yang dinotasikan dengansimbol (Θ). Frame of discrement merupakan semesta pembicaraan dari sekumpulan hipotesis sehingga sering disebut dengan environment yang ditunjukkan pada persamaan.

Θ = { 01, 02, . . . 0N }

Dimana :

Θ = frame of discrament atau environment.

01 . . .. 0N = element/unsur bagian dalam environment.

Environment mengandung elemen-elemen yang menggambarkan kemungkinan sebagai jawaban, dan hanya ada satu yang akan sesuai dengan jawaban yang dibutuhkan. Kemungkinan ini dalam teori Dempster-

(5)

Shafer disebut dengan power set dan dinotasikan dengan P (Θ), setiap elemen dalam power set ini memiliki nilai interval antara 0 sampai 1.

m : P (Θ) [0, 1]

Sehinga dapat dirumuskan pada persamaan :

𝑚 (𝑋) = 1 𝑋

Dengan : P (Θ) = Power Set m (X) = mass function (X)

Mass function (m) dalam teori Dempster-shafer adalah tingkat

kepercayaan dari suatu evidence (gejala), sering disebut dengan evidence measure sehingga dinotasikan dengan (m). Tujuannya adalah mengaitkan ukuran kepercayaan elemen-elemen 0. Tidak semua evidence secara langsung mendukung tiap-tiap elemen. Untuk itu perlu adanya probabilitas fungsi densitas (m). Nilai m tidak hanya mendefinisikan elemen-elemen θ saja, namun juga semua subsetnya. Sehingga jika θ berisi n elemen, maka subset θ adalah 2n. Jumlah semua m dalam subset θ sama dengan 1. Apabila tidak ada informasi apapun untuk memilih hipotesis, maka nilai : m { Θ} = 1, 0 (Sinaga, 2017)

Apabila diketahui X adalah subset dari 0, dengan m1 sebagai fungsi densitasnya, dan Y juga merupakan subset dari 0 dengan m2 sebagai fungsi densitasnya, maka dapat dibentuk fungsi kombinasi m1 dan m2 sebagai m3, yaitu ditunjukkan pada persamaan :

m

Dimana :

m3(Z) = mass function dari evidence (Z).

m1(X) = mass function dari evidence (X), yang diperoleh dari nilai keyakinan

suatu evidence dikalikan dengan nilai disbelief dari evidence tersebut.

m2(Y) = mass function dari evidence (Y), yang diperoleh dari nilai keyakinan

suatu evidence dikalikan dengan nilai disbelief dari evidence tersebut.

∑ 𝑚1(𝑋). 𝑚2(𝑌) = Merupakan nilai kekuiatan dari evidance Z yang

𝑋∩𝑌=𝑧

diperoleh dari kombinasi nilai keyakinan kumpulan evidance.

3. Hasil Pembahasan

Agar mempermudah penelitian ini, maka penulis melakukan perancangan sistem dengan tahapan sebagai berikut:

3.1. Analisa Masalah

Pada permasalahan yang akan diteliti dalam sistem pakar adalah:

1.

Bagaimana membangun sebuah aplikasi sistem pakar yang mampu memberikan pengetahuan akan bahaya penyakit demam pada balita.

(6)

2.

Bagaimana membangun sebuah aplikasi sistem pakar yang bisa diakses dan dipakai oleh semua lapisan masyarakat.

3.

Bagaimana membangun sebuah aplikasi sistem pakar yang dapat membantu masyarakat dalam mendiagnosis awal penyakit demam pada balita

4.

Kebutuhan perangkat keras (Hardware) merupakan analisa kebutuhan sistem yang digunakan untuk mengetahui secara jelas perangkat yang dibutuhkan untuk mendukung proses pengembangan dan penggunaan dari sistem aplikasi yang akan dibuat. Adapun spesifikasinya adalah sebagai berikut :

Kebutuhan Perangkat Keras Pengembangan

a.

Microsoft® Windows® 7/8/10 (32- or 64-bit).

b.

Minimal 3 GB RAM, rekomendasi 8 GB RAM; tambahan 1 GB untuk Android Emulator.

c.

Ruang penyimpanan minimal 2 GB.

d.

Minimal 4 GB (500 MB for IDE + 1.5 GB untuk Android SDK dan emulator system image).

e.

Minimal resolusi layar 1280 x 800.

Kebutuhan Perangkat Keras Penggunaan Sistem Operasi Platform Android.

Ram minimal 512 mb.

Resolusi layar 4 inchi.

Sistem Operasi Android 4.0 IceCream Sandwicth.

Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak (Software)

Kebutuhan perangkat lunak (software) yaitu program yang diperlukan untuk melakukan proses intruksi atau menjalankan perangkat keras. Agar aplikasi dapat dibuat dan diimplementasikan sesuai perancangan, maka diperlukan suatu perangkat lunak. Adapun spesifikasi software yang dibutuhkan sistem adalah :

Kebutuhan Perangkat Lunak Pengembangan

f.

Android Studio

g.

Java Development Kit (JDK)

h.

Emulator Android Studio

Kebutuhan Perangkat Lunak Penggunaan

Perangkat lunak yang digunakan untuk menjalankan Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit Pada Kucing Menggunakan Metode Breadth First Search Berbasis Android Android dengan versi minimal 4.0 IceCream Sandwich.

Analisis Kebutuhan Pengguna

Kebutuhan sumber daya manusia atau pengguna adalah orang yang akan terlibat dalam pembuatan dan implementasi aplikas Android ini.

Diantaranya adalah :

(7)

Sistem Analis : orang yang bertugas untuk menganalisis sistem dengan mempelajari masalah-masalah yang timbul dan menentukan kebutuhan- kebutuhan.

Programmer : Orang yang bertanggung jawab atas penelitian, perencanaan, pengkoordinasian, dan perekomendasian pemilihan perangkat lunak.

Pengguna : Pihak yang menggunakan sistem atau aplikasi ini adalah pelajar dan masyarakat umum yang memiliki perangkat smartphone berbasis android.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap pakar yang merupakan dokter anak dr. Stanza Uga Peryoga, SpA, M.Kes dan dr. Dewi Anggraeni diperoleh daftar gejala dan nilai densitas dari penyakit demam pada balita yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.Tabel Daftar Penyakit Demam Balita Kode

Penya kit

Nama Penyakit Demam Balita P1 Campak P2 Malaria

P3 Demam Berdarah P4 Meningitis

Tabel 2.Tabel Daftar Gejala Penyakit Demam Balita

Kode Gejala

G1 Demam Tinggi G2 Demam Tinggi Secara

Mendadak 2-7 hari G3 Munculnya bintik-bintik

merah di kulit G4 Mual

G5 Muntah G6 Sakit kepala G7 Berkeringat dingin G8 Diare

G9 Nyeri otot G10 Tinja berdarah G11 Timbulnya ruam dari

belakang Telinga hingga menyebar sampai badan G12 Mata Merah dan Sensitif

Terhadap Cahaya

G13 Bercak kecil berwarna putih keabu-abuan di mulut dan tenggorokan.

G14 Lemas dan letih.

G15 Nafsu Makan Menurun G16 Bibir terlihat biru G17 Nyeri pada otot dan

persendian, misalnya pada tangan dan kaki

G18 Bernapas cepat

Tabel 3.Tabel Daftar Gejala Campak Kode Daftar Gejala

G1 Demam Tinggi G8 Diare

G11

Timbulnya ruam dari belakang Telinga hingga menyebar sampai badan G12 Mata Merah dan Sensitif

Terhadap Cahaya

G13 Bercak kecil berwarna putih keabu-abuan di mulut dan tenggorokan.

G14 Lemas dan letih.

Table 4.Tabel Daftar Gejala Malaria Kode Daftar Gejala

G1 Demam Tinggi G4 Mual

G5 Muntah

(8)

G6 Sakit kepala G7 Berkeringat dingin G8 Diare

G9 Nyeri otot G10 Tinja berdarah

Tabel 5.Tabel Daftar Gejala DBD Kod

e Daftar Gejala DBD G1 Demam Tinggi G2 Demam Tinggi Secara

Mendadak 2-7 hari G3 Munculnya bintik-bintik

merah di kulit G4 Mual

G5 Muntah G6 Sakit kepala

Tabel 6.Tabel Daftar Gejala Meningitis Kod

e

Daftar Gejala Gondok G1 Demam Tinggi G4 Mual

G5 Muntah G6 Sakit kepala G16 Bibir terlihat biru G17 Nyeri pada otot dan

persendian, misalnya pada tangan dan kaki G18 Bernapas cepat

Berikut ini adalah penyebab permasalahan pada permasalahan yang timbul. Untuk memudahkan pencarian dan pemahaman maka diberikan symbol X pada setiap hubungannya.

Tabel 10.Tabel Hubungan Permasalahan Dengan Penyebab Permasalahan

Kode K 0 1

K 0 2

K 0 3

K 0 4

K 0 5

K 0 6

K 0 7

G01 X

G02 X

G03 X

G04 X

G05 X

G06 X

G07 X

G08 X

G09 X

G10 X

G11 X

G12 X

G13 X

G14 X

G15 X

G16 X

G17 X

G18 X X

G19 X

G20 X

G21 X

G22 X

G23 X

G24 X

G25 X

G26 X

G27 X

G28 X

G29 X X

G30 X

G31 X

G32 X

G33 X

(9)

B. Pohon Pakar

Pohon pakar adalah prediksi menggunakan struktur pohon atau struktur hirarki. Berikut adalah strukture hirarki dari penulisan skripsi ini.

Gambar 1. Pohon Pakar

Software Architecture

Software Architecture merupakan gambaran dari sistem yang diterapkan pada sistem pakar ini. Berikut adalah gambaran dari sistem pakar diagnosa penyakit kulit pada kucing menggunakan permodelan UML (Unified Modeling Language). Proses dan data model dari sistem pakar dimodelkan dengan Use Case Diagram, Activity Diagram, Sequence Diagram, Class Diagram, Component Diagram, Deployment Diagram.

A.

Use Case Diagram

Berikut ini merupakan use case diagram yang menggambarkan interaksi user dengan sistem.

Gambar 2. Use Case Diagram

Pada tabel III.11 menunjukan use case informasi diagnosis penyakit demam pada anak yang menjelaskan bagaimana aktifitas yang terjadi pada saat pengguna menggunakan aplikasi.

Sequence Diagram Survey Diagnosis

Gambar 3 Sequence Diagram Survey Diagnosis

3.2. Perancangan Antar Muka

Aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit demam pada anak sudah diujikan secara langsung pada beberapa user. Pengujian secara implementatif ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kebenaran dari aplikasi ini. Pengujian

(10)

dilakukan pada beberapa penyakit yang diambil dari gejala umum.

A. Tampilan Menu Utama

Tampilan ini berisi 4 menu utama yang terdapat pada Aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit demam pada balita ini.

Gambar 4 Tampilan Menu Utama

B. Tampilan Menu Diagnosis

Tampilan ini berisikan tentang gejala gejala penyakit demam pada balita.

Gambar 5 Tampilan Menu Diagnosis C. Tampilan Daftar Penyakit

Tampilan ini berisikan tentang daftar penyakit demam pada balita.

Gambar 6 Tampilan Daftar Penyakit

(11)

D. Tampilan Penjelasan Penyakit dan Penanganan Tampilan ini berisikan tentang penjelasan penyakit dan cara pencegahan penyakit demam pada anak.

Gambar 7 Tampilan Penjelasan Penyakit dan Pencegahan

E. Tampilan Tentang

Form ini berisikan deskripsi tentang pembuat dan aplikasi penyakit demam pada balita.

Gambar 8 Tampilan Petunjuk Penggunaan Aplikasi

F. Tampilan Keluar

Tampilan ini berisikan tentang pertanyaan untuk berhenti atau keluar dari aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit demam pada anak.

(12)

Gambar 9 Tampilan Keluar

3.3. Support

Menjelaskan tentang spesifikasi hardaware dan software yang digunakan penulis untuk menjalankan sistem pakar yang dibuat.

A. Perangkat Keras (Hardware)

Berikut adalah spesifikasi dari perangkat keras pada pembuatan aplikasi sistem pakar ini yaitu:

Tabel III.16. Spesifikasi Perangkat Keras No Jenis Perangkat Keras Spesifikasi

1 Proccessor Intel Core I7

2 Ram 4GB

3 Harddisk 1 TB

4 Monitor Digital 14inchi

5 Mouse Standard

6 Keyboard 86 key germany

B. Perangkat Lunak (Software)

Berikut adalah spesifikasi dari perangkat lunak pada pembuatan aplikasi sistem pakar ini yaitu:

Tabel III.17. Spesifikasi Perangkat Lunak

No Jenis Perangkat Lunak Spesifikasi 1 Operating system Windows 7 64 bit

2 Script Java dan XML

3 Emulator Emulator Android Studio

4 Editing Google Drawing

4. Kesimpulan

Dalam bab ini penulis mengambil kesimpulan dari keseluruhan pembahasan bab-bab sebelumnya yang ada dalam penelitian ini. Penulis menarik kesimpulan dari pembuatan sistem pakar mendiagnosis penyakit demam pada balita sebagai berikut :

1. Dengan sistem pakar ini dapat membantu masyarakat atau pengguna dalam mendapatkan informasi penyakit demam yang terjadi pada balita 2. Penerapan sistem pakar untuk pemberian informasi

penyakit demam balita lebih mudah diakses oleh masyarakat karena berbasis android.

3. Penerapan metode Dempster-Shafer ke dalam android merupakan metode yang baik dalam aplikasi sistem pakar dan sudah sesuai dengan rancangan.

4. Penerapan aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit demam pada balita yang dihasilkan bisa diakses oleh masyarakat luas dan tentunya tanpa harus

(13)

mengeluarkan biaya yang mahal karena aplikasi ini bersifat offline.

Referensi

Android, D. (2018, April 25).

https://developer.android.com/studio/intro/.

Retrieved from Android Developers:

https://developer.android.com/studio/intro/

Anggraini, A. F. (2016). Prosiding SENTIA 2016 - Politeknik Negeri Malang. Aplikasi Game Edukasi Petualanga Nusantara, A-168.

Daniel dan Virginia, G. (2010). mplementasi Sistem.

Jurnal Informatika, 6, 35.

Dermawan, D. (2013). Sistem Informasi Manajemen.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Fahmi, R. M. (2017, juni 16). Apa itu IDE (Integrated Development Environment). Retrieved from www.renotekno.com: https://renotekno.com/apa- itu-ide-integrated-development-environment/

Fatta, H. A. (2007). Anaalisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulanmn Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern.

Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Gusti, W. P. (2013). Prototype System Pakar untuk Mendiagnosa Tingkat Resiko Penyakit Jantung Koroner dengan Metode Demster Shafer. IJCCS, Vol.7, No.2.

Hariyanto, D. B. (2017). Esensi-esensi Bahasa Pemprograman Java. Bandung: INFORMATIKA BANDUNG.

Hayadi, B. H. (2016). Sistem Pakar. Yogyakarta:

deepublish.

Hidayat, A. A. (2014). METODE PENELITIAN KEBIDANAN DAN TEKNIK ANALISIS DATA.

Indonesia: Salemba Medika.

Hidayati, P. I. (2017). PENERAPAN METODE CF (CERTAINTY FACTOR) PADA DIAGNOSA PENYAKIT IKAN NILA. Jurnal Teknologi Informasi | ISSN 2086-2989 | Vol. 8 No. 2 , 127.

Istiqomah, A. F. (2013). SISTEM PAKAR UNTUK

MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN

PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE.

Jurnal Sarjana Teknik Informatika, 32-41.

Kasman, A. D. (2015). Trik Kolaborasi Android Dengan PHP dan MySQL. Yogyakarta: CV. Lokomedia.

Kemenkes. (2011). PEDOMAN PELAYANAN ANAK GIZI BURUK. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kursini. (2006). Sistem Pakar, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Kusnadi, A. (2013). Perancangan Aplikasi Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Manusia. 1-8.

Lestari, E. U. (2017). Sistem Pakar Dengan MEtode Dempster Shafer Untuk Diagnosis Gangguan Layanan Indihome Di PT Telkom Magelang.

Jurnal Ilmu Komputer Dan Informatika, 16-24.

Maryuani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.

Maturidi, A. D. (2012). Metode Penelitian Teknik Informatika. Yogyakarta: Deepublish.

Prijodiprojo, W. E. (2013). Prototype Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Tingkat Resiko Penyakit Jantung Koroner dengan Metode Dempster Shafer. IJCSS, Vol. 7, No. 2.

Raymond McLeod, J. (2014). Sistem informasi manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Rikhiana, A. F. (2013). IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER. Jurnal Sarjana Teknik Informatika, 1-10.

Rosnelly. (2012). Sistem Pakar Konsep dan Teori.

Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Russari, I. (2016). SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT BATU GINJAL MENGGUNAKAN TEOREMA BAYES . Jurnal Riset Komputer (JURIKOM), 18.

Safaat, H. N. (2012). Pemograman Aplikasi Mobile Smartphone dan Tablet PC Berbasis Android.

Bandung: Informatika Bandung.

Sahyar, H. (2016). Algoritma & Pemrograman Menggunakan Matlab (Matrix Laboratory).

Jakarta: KENCANA.

Sanjaya, D. A. (2016). Lontar Komputer Vol. 7, NO.3.

Pengenalan Tradisi Budaya Bali melalui Aplikasi Game Explore Bali Berbasis Android, 838-839.

Sari, N. A. (2013). Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Demam Berdarah menggunakan metode Certainty Factor. Pelita Informatika Budi Darma, 100-103.

Setiawati, T. (2009). Pengaruh Tepid Sponge. Jakarta:

Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia.

Simarmata, J. (2010). Rekayasa Perangkat Lunak.

Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Sinaga, N. S. (2017). Penerapan Metode Dempster Shafer Untuk Mendiagnosa Penyakit Dari Akibat Bakteri Treponema Pallidum. CSRID Journal, Vol.9 No.3 Oktober, 180-189.

(14)

Sukrisno, E. U. (2005). 10 Langkah Belajar Logika dan Algoritma Menggunakan Bahasa C dan C++ di GNU/Linux. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Sulistyohati, T. H. (2008). Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Ginjal Dengan Metode Dempster Shafer. SNATI.

Suryana. (2017). Sistem Pakar Pendeteksi Gizi Balita dan Alternatif Pencegahan Menggunakan Metode Certainty Factor. Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI), 51.

Tjipta, G. D. (2009). Demam Pada Bayi Beru Lahir.

Medan: USU Press.

Tohari, H. (2014). Astah-Analisis Serta Perancangan Sistem Informasi Melalui Pendekatan UML.

Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

Utami, S. R. (2004). Teori, Analisa dan Implementasi Jaringan Tanpa Disk pada GNU/Linux.

Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Wahyuni, W. P. (2013). Prototype Sistem Pakae untuk Mendeteksi Tingkat Resiko Penyakit Jantung Koroner dengan Metode Dempster Shafer.

Bekala MIPA, 162-171.

Wicaksana, I. A. (2017). KARMAPATI.

PENGEMBANGAN GAME BANTEN BERBASIS ANDROID.

Wijayanto, Y. Y. (2017). Mudah Membuat dan Berbisnis Aplikasi Android dengan Android Studio. Jakarta:

PT. Elex Media Komputindo.

Wong, D. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.

Jakarta: EGC.

Yovita, Y. d. (2015). Therapy Herbal Berbagai Penyakit.

Jakarta: ESKA Media.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun perumusan permasalahan yang akan diselesaikan pada penelitian ini adalah bagaimana merancang suatu sistem pakar yang dapat digunakan untuk mendiagnosa suatu jenis

Berdasarkan dari studi literature, dalam penelitian ini peneliti akan merancang sistem pakar berbasis android untuk diagnosis penyakit hepatitis menggunakan metode Certainty Factor