SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI BPSDM PROVINSI PAPUA
Oleh :
Finansia Emilia Watungadha Widyaiswara BPSDM, Papua
E-mail:
ABSTRACT
The“quality assurance system is a series of interrelated processes and systems in the activities of collecting, processing, analyzing, and reporting data related to the quality of teachers and other human resources in schools, programs and institutions.”“The education quality assurance process is an identification activity related to aspects of achievement, improvement, and the availability of data to plan and make decisions to help grow and develop a culture of improving the quality of education. LPMP was formed in order to assist local governments in the Papua region in terms of providing supervision, guidance, guidance, and technical services to education units at the Papua Province BPSDM as an effort to provide quality assurance for education units in the context of achieving national education goals. Widyaiswara BPSDM Papua Province carries out tasks and functions in improving the quality of education at BPSDM Papua Province through training, mapping the quality of education, mentoring, implementing, and evaluating the quality of education in the regions within the scope of BPSDM Papua Province
Keywords: Education Quality Assurance System; Quality of Education; Education Quality Assurance Institute
1. PENDAHULUAN
Problematika terkait rendahnya kualitas pendidikan pada jenjang serta satuan pendidikan saat ini telah menjadi isu yang sedang marak dalam pendidikan nasional.
Dalam hal ini, Pemerintah telah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Adapun berbagai upaya tersebut, dirasa masih belum menunjukkan hasil memuaskan, serta peningkatan yang diharapkan.”
Berdasarkan kebijakan yang beracuan pada sisi kebutuhan pengguna jasa pendidikan, maka dipertegasnya tata kelola pendidikan melalui UU No 20 Tahun 2003
terkait Sisdiknas yang dijabarkan melalui sejumlah peraturan, yaitu PP Nomor 19 Tahun 2005 diganti dengan PP Nomor 32 Tahun 2013 tentang SNP yang pada prinsipnya memberikan arahan untuk menyusun dan melaksanakan 8 SNP yaitu:
standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Standar tersebut adalah kriteria minimal sistem pendidikan di Indonesia sebagai dasar untuk merencanakan, upaya peningkatan kualitas yang telah menjadi isu penting dalam persaingan global.”
773
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 772 - 785
Otonomi sekolah memiliki dampak positif dalam perkembangan sekolah berbasis pemenuhan kebutuhan serta tantangan di masyarakat. Banyaknya potensi sumberdaya pendidikan yang beragam di setiap daerah menyebabkan capaian lulusan setiap satuan pendidikannya menjadi sangat variatif.
Keberadaan satuan pendidikan di seluruh daerah Indonesia memiliki keragaman dalam pelayanan, sarana, guru, maupun kualitasnya. Maka diperlukan sebuah standarisasi kualitas regional maupun nasional sebagai upaya sistem penjaminan dalam peningkatan kualitas pendidikan.”
Upaya tersebut dipertegas dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 terkait Sistem Penjamin Kualitas Pendidikan. Penjaminan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan berkaitan erat dengan manajemen kualitas, sehingga fungsi manajemen harus diperhatikan dan dilaksanakan semaksimal mungkin untuk memberikan fasilitas layanan sesuai bahkan melebihi standar nasional pendidikan. Selain itu, diperlukan juga quality control. Pengendalian mutu tersebut berkaitan dengan pengelolaan pendidikan terhadap keterbatasan sumber daya yang menjadi hambatan dalam peningkatan kualitas pendidikan yang dikenal dengan istilah Quality Assurance.”
Kualitas pendidikan daerah Papua masih relatif rendah, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi antara lain: tata kelola sekolah yang belum mencerminkan harapan berdasarkan regulasi serta rambu- rambu standar nasional pendidikan. Dalam Permendikbud No 28 Tahun 2016 disebutkan bahwa sekolah memiliki kewajiban dalam pembentukan TPMPS.
Dalam pasal 11 ayat 1 (e) serta 5, TPMPS terdiri dari beberapa perwakilan pimpinan sekolah, guru, staf sekolah, serta perwakilan komite sekolah.”
Sistem tersebut adalah tanggungjawab setiap sekolah dengan support dari pemerintah dan masyarakat. Monitoring sekolah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten/Kota adalah bagian dari SPMP berlandaskan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Pelaksanaan SPMP disusun dalam rangka mendukung komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.”
SPMP adalah sistem pengelolaan kualitas yang di dalamnya memiliki prosedur pengelolaan bersifat sistematis, serta komprehensif. Tujuan dari sistem tersebut antara lain sebagai upaya dalam mencegah terjadinya kesalahan dalam dunia pendidikan serta berusaha untuk selalu menjalankan kegiatan selaras dengan standar pendidikan yang telah ditentukan.
Dengan demikian, sistem tersebut diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang mampu memberikan kepuasan terhadap stakeholder.”
SPMP disusun pada saat review terhadap LPMP dan P4TK telah selesai dilaksanakan. SPMP digunakan untuk membantu tim yang bertugas menilai kualitas sekolah serta tenaga kependidikan sekolah, dengan harapan dapat memberikan bantuan pada sekolah maupun daerah dalam upaya peningkatan kualitas hasil belajar peserta didik. Adapun strategi penjaminan mutu dalam SPMP meliputi MSPK, EDS, serta PSI.”
SPMP dibedakan dalam dua bagian antara lain SPME serta SPMI.
Permendikbud No 28 Tahun 2016 menjelaskan SPMI sebagai suatu kesatuan unsur, terdiri dari kebijakan serta proses berkaitan dengan SPMP yang diimplementasikan oleh semua sekolah dalam rangka memberikan jaminan terselenggaranya pendidikan berkualitas yang mampu memenuhi SNP. SPMP dievaluasi serta dikembangkan secara bertahap dan berkelanjutan berkelanjutan oleh sekolah yang dijadikan sebagai pedoman dalam pengelolaan sekolah dan disosialisasikan kepada pimpinan sekolah yang bersinergi dengan pengawas bina.
Agar pelaksanaannya dapat optimal, maka diperlukan sebuah pengembangan satuan
pendidikan yang harapannya dapat menjadi contoh sekolah dengan penerapan SPMP secara mandiri. Inilah yang dinamakan sekolah model, untuk gambaran bagi sekolah lain dalam menerapkan SPMP yang membuat terbentuknya pola pengimbasan pelaksanaan penjaminan mutu ke semua satuan pendidikan di Indonesia serta Provinsi Papua. Sekolah model tersebut dinaungi secara langsung oleh LPMP Provinsi Papua.”
Pelaksanaan SPMP untuk meningkatkan kualitas pendidikan masih mengalami berbagai kendala sebagai berikut: (1) SNP belum tersosialisasikan secara baik; (2) implementasi SPMP untuk meningkatkan kualitas pendidikan masih berorientasi terhadap pemantauan komponen- komponen kualitas di sekolah; (3) pemetaan kualitas hanya berbentuk data terkait ketercapaian kualitas pendidikan;
dan (4) tindak lanjut pelaksanaan SPMP masih belum terkordinir dengan baik di berbagai jenjang.
2. KAJIAN PUSTAKAK
Sekolah dan madrasah adalah instansi yang telah banyak berkontribusi dalam proses serta hasil penjaminan mutu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Provinsi Papua. Adapun masyarakat, penyelenggara pendidikan, serta pemerintah daerah merupakan fasilitator pada kegiatan implementasi penjaminan
775
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 772 - 785
mutu pendidikan. Dengan demikian, sekolah dan madrasah merupakan instansi pendidikan yang perlu mendapatkan dukungan dan pemberdayaan yang baik untuk menciptakan budaya mutu pendidikan. Dalam hal ini, masyarakat secara aktif harus mampu mendukung setiap program sekolah dan madrasah.
Adapun pemerintah daerah harus lebih baik dalam berkoordinasi untuk menyusun program-program serta penganggaran penjaminan mutu untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di Provinsi Papua.”
Dalam rangka mencapai kualitas pendidikan yang diharapkan, masih terdapat kendala dalam pelaksanaan SPMP khususnya di Sekolah Dasar yang berada dalam naungan BPSDM Provinsi Papua.
Ada beberapa faktor yang menghambat pengimplementasian SPMP sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan yang dipengaruhi oleh lemahnya budaya PMP di sekolah. Dengan demikian, dirasa perlu untuk memberikan panduan dan bimbingan terkait pencapaian mutu pendidikan secara mendetail sesuai dengan pencapaian yang diharapkan dari setiap komponen yang ada pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).”
Ditinjau dari urgensinya, penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan gambaran terkait pengimplementasian SPMP yang diharapkan mampu memberikan peningkatan kualitas sekolah baik secara
tata kelola dalam rangka mengakomodir SNP untuk merealisasikan seluruh program yang telah direncanakan pada dokumen perencanaan pemenuhan mutu satuan pendidikan yang harus dikerjakan oleh seluruh pemangku kepentingan
3. METODE PELAKSANAAN
Metode digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Adapun teknik pengumpulannya melalui wawancara, observasi serta dokumentasi.”“Objek penelitiannya kepala sekolah, ketua penjamin mutu sekolah, para koordinator mutu (pemetaan mutu, rencana pemenuhan mutu, monev dan audit mutu) dan ketua komite sekolah.” Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memberikan workshop dan pendampingan kepada satuan pendidikan untuk melakukan simulasi SPMP sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan di BPSDM Provinsi Papua, melalui tahapan sebagai berikut:”gjtfgytytydfrerett
Tahapan persiapan, yaitu kegiatan Widyaiswara BPSDM Provinsi Papua berkoordinasi dengan UPTD Dinas Pendidikan Provinsi, Kota/Kabupaten Papua, penyusunan rencana kerja, pengumpulan peserta sasaran workshop, dan pemberian pengarahan.”
Tahap pelaksanaan, yaitu kegiatan Widyaiswara BPSDM Provinsi Papua
memberikan bahan workshop kepada para peserta dalam bentuk materi serta jadwal pelaksanaan workshop, dan memaparkan penjelasan terkait materi sistem penjaminan mutu pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan serta pendampingan selama workshop.”
Tahap Evaluasi yaitu kegiatan Widyaiswara BPSDM Provinsi Papua mengevaluasi proses pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan selama proses workshop, melakukan evaluasi pendampingan terkait pencapaian hasil kerja peserta dari keseluruhan program.”
Uji keabsahan data yang digunakan yaitu teknik kredibilitas data. Adapun untuk menganalisis data, peneliti menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data, kegiatan Widyaiswara BPSDM Provinsi Papua terkait
SPMP dalam meningkatkan mutu pendidikan di BPSDM Provinsi Papua dilakukan dalam bentuk workshop.
Workshop tersebut dilakukan dengan tujuan, antara lain: 1) Hasil sistem penjaminan mutu pendidikan dimanfaatkan sebagai panduan untuk mengidentifikasi keadaan serta hubungannya dengan dimensi maupun aspek pada fokus penilaian. 2) Hasil sistem penjaminan mutu pendidikan dijadikan landasan dalam pengembangan kualitas pembelajaran di sekolah. 3) Hasil sistem penjaminan mutu pendidikan dijadikan landasan terkait kepentingan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah.”
Manajemen pendidikan dalam paradigma baru berorientasi pada 4 (empat) prinsip mutu, antara lain: prinsip otonomi, akuntabilitas, evaluasi serta akreditasi. Paradigma tersebut dilakukan oleh lapisan otoritas sekolah, misalnya wewenang akan regulasi yang biasa digunakan dalam lapisan organisasi satuan sekolah maupun kelas.”
Pemecahan masalah terkait implementasi SPMP sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan, terlihat pada gambar berikut:
777
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 772 - 785
Gambar 1.“Pemecahan Masalah SPMP
Paradigma SPMP digunakan pada semua lapis otoritas sekolah, seperti wewenang akan regulasi yang biasa digunakan dalam lapisan organisasi satuan sekolah maupun kelas. Dalam hal ini, otonomi berkaitan dengan akuntabilitas serta penilaian kualitas berbentuk akreditasi. Akuntabilitas berkaitan dengan tugas untuk selalu membuat dan melakukan perencanaan dengan matang untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara berkelanjutan.”
Bentuk akuntabilitas tersebut dikenal internal quality assurance, yaitu suatu usaha-usaha penjaminan mutu berbentuk pemberdayaan lapis unit akademik yang digunakan dalam rangka peningkatan kualitas berkelanjutan sesuai dengan perencanaan berbasis fakta. SPMI bidang akademik mengupayakan peningkatan mutu berkelanjutan pada setiap unit civitas akademik meliputi unsur operasional serta peningkatan kualitas. Pada tingkat unit tersebut, perencanaan untuk meningkatkan
kualitas berdasarkan visi misi yang merupakan gambaran harapan yang hendak diwujudkan dengan menganalisis kondisi lingkungan dalam cakrawala waktu 5-10 tahun ke depan untuk melihat kesempatan serta tantangan yang akan dihadapi.”
Visi sekolah harus dijabarkan melalui misi yang jelas sebagai tindakan yang dilakukan, untuk mewujudkan visi tersebut. Pernyataan misi berada dalam program kerja, dimana pernyataan tersebut menunjukkan komitmen program kerja sekolah tersebut untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kemudian, pernyataan misi diturunkan kembali dalam bentuk pernyataan tujuan. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperjelas situasi yang harus dilaksanakan dan dicapai oleh civitas akademik satuan sekolah sebagai indikator terlaksananya sebuah misi untuk mewujudkan visi yang diharapkan.”
Secara umum kerangka kerja SPMP sebagai upaya peningkatan kualitas di BPSDM Provinsi Papua meliputi hal-hal
antara lain: 1) Indikator dalam SPMP bersifat terbuka serta objektif, sebagai alat untuk menilai mutu pendidikan pada satuan pendidikan. 2) SPMP dilaksanakan secara terbuka serta dua arah meliputi inspeksi PMP. 3) SPMP mengidentifikasi sesuatu yang kuat dari aktivitas siswa selama SPMP berlangsung sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan. 4) SPMP digunakan untuk memelihara keseimbangan terkait dukungan kemitraan dan tantangan monitoring terhadap satuan pendidikan. 5) Tujuan dari sistem penjaminan mutu yaitu mewujudkan serta meningkatkan mutu pendidikan sekolah dengan cara pengembangan serta akuntabilitas sekolah.”
Kerangka kerja sistem penjaminan mutu pendidikan memperhatikan indikator- indikator kinerja yang merupakan landasan atau panduan penilaian dalam proses penjaminan mutu antara lain: 1) Manajemen merupakan semua aspek terkait perencanaan, pengelolaan, pengadministrasian, beserta kegiatan evaluasi. 2) Pembelajaran merupakan segala aspek yang terdapat dalam kurikulum. 3) Apresiasi terhadap peserta didik terkait aspek dukungan, arahan bagi siswa yang berkebutuhan khusus. 4) Prestasi belajar, yaitu segala aspek potensi baik secara akademik maupun non akademis.”
Indikator-indikator yang dapat dikembangkan dalam rangka peningkatan SPMP di BPSDM Provinsi Papua seperti halnya pada kurikulum, fasilitas serta kegiatan belajar mengajar. Adapun indikator-indikator tersebut, antara lain:
penyiapan silabus, bahan ajar, rencana pelaksanaan pembelajaran, media pembelajaran, serta pedoman evaluasi.”
Kegiatan workshop yang dilaksanakan Widyaiswara BPSDM Provinsi Papua berlangsung dengan baik, lancar serta dengan hasil yang baik. Hal ini terlihat dari bertambahnya pengalaman, pengetahuan, serta keterampilan para peserta workshop terkait SPMP untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu, workshop tersebut mendapatkan respon yang sangat positif dari awal penjajakan hingga pelaksanaan workshop. Pada saat workshop, terlihat kesungguhan para peserta workshop dalam mengikuti kegiatan tersebut yang dapat terlihat dari antusias dan keaktifan peserta workhsop yang tampak tinggi, banyaknya peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan, serta banyaknya pertanyaan permasalahan yang disampaikan saat workshop.
Kesungguhan peserta terlihat juga saat workshop penyusunan indikator serta program sekolah yang bermutu. Dalam hal ini, Peserta workshop berharap kegiatan tersebut dapat terus dilaksanakan dimasa mendatang. Adapun faktor yang mendukung keberhasilan kegiatan tersebut
779
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 772 - 785
antara lain: kemauan para peserta dalam rangka peningkatan pengetahuan serta keterampilan yang cukup tinggi. Dengan kegiatan tersebut, diharapkan para peserta dapat menerapkannya pada satuan pendidikan masing-masing dengan karakteristik dan keunikannya sendiri.”
Secara umum langkah-langkah dalam SPMP sudah sesuai dengan petunjuk dari Dikdasmen. Adapun berbagai bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dalam SPMP antara lain: Pertama, memimpin proses pemetaan mutu, memastikan tanggungjawab pemetaan, serta menjadi bagian dalam pengelolaan sekolah agar civitas sekolah dapat bekerja dengan baik.
Hal tersebut selaras dengan Permendikbud 28 Tahun 2016 pada pasal 5 ayat 1 bahwa langkah-langkah pemetaan mutu SPMP”
yaitu: “Penetapan indikator mutu berdasarkan SNP Penyusunan instrumen, Pengumpulan data EDS melibatkan semua civitas sekolah, Analisis data EDS dan penetapan masalah.”
Beberapa alasan mendasar terkait pentingnya sekolah dalam melaksanakan pemetaan mutu, antara lain: (1) memperjelas, serta menerangkan aspek yang penting. (2) menonjolkan batasan dalam pembicaraan. (3) Menjadi sumber data untuk yang berkepentingan. dan (4) Menjadi alat komunikasi untuk memudahkan menyampaikan informasi.”
Kegiatan pemetaan dapat dilaksanakan melalui kegiatan EDS. Dalam hal ini, semua stakeholder sekolah harus Kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, komite, orang tua, peserta didik, wakil yayasan, pengawas, dan pemangku kepentingan di luar satuan pendidikan ikut serta dalam proses pemetaan mutu yang masing-masing memiliki perannya masing- masing.
Kedua, dalam menyusun rencana pemenuhan mutu, sekolah menyiapkan dokumen RKS-RKAS, mempertimbangkan berbagai hal seperti menyesuaikan visi, misi, tujuan, sasaran dan indikator, melibatkan pemangku kepentingan pendidikan, dan menggunakan perangkat manajemen (analisis SWOT berdasarkan data EDS analisis ), keunggulan analisis domain, analisis pohon strategi). Baseline yang digunakan sebagai acuan dalam merencanakan pemenuhan mutu adalah Rapor Mutu Sekolah berdasarkan 8 SNP.”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudah sesuai dengan Permendikbud 28 Tahun 2016 pada pasal 5 ayat 1 Langkah- langkah perencanaan untuk mencapai kualitas SPMP adalah (1) Menetapkan visi bersama atau menerapkan visi untuk membangun komitmen bersama di antara semua pemangku kepentingan untuk kondisi masa depan yang diharapkan. (2) Menyusun rencana kerja jangka menengah untuk pemenuhan kualitas. Penyusunan
rencana dilakukan dengan menyempurnakan RKJM dalam RKS yang meliputi: arah kebijakan dan rencana kerja sekolah, strategi dan kegiatan untuk mencapai mutu sekolah, indikator dan sasaran kinerja sekolah, anggaran, sumber daya. (3) Mentransformasikan rencana kerja jangka menengah ke dalam rencana kerja dan anggaran tahunan sekolah.
Ketiga, dalam sistem penjaminan mutu internal, sekolah menetapkan penanggung jawab kegiatan, mengusulkan tim pelaksana dan peserta, menetapkan jadwal kegiatan, dan menetapkan bukti fisik untuk mendukung pelaksanaan kegiatan.
Berbagai program dilakukan dan laporan disusun dan didokumentasikan dalam kabinet 8 SNP dengan baik. Sekolah telah membentuk tim kendali mutu internal, yaitu Ketua Tim Penjaminan Mutu Sekolah, Koordinator Mutu (Pemetaan Mutu, Program Kepatuhan Mutu, Monitoring Evaluasi dan Audit Mutu) dan Ketua Dewan Sekolah. Sekolah akan lebih terorganisir dengan partisipasi banyak orang yang mampu memenuhi tugasnya.
“Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa penerapan standar mutu dilaksanakan dengan menyusun rencana kerja di awal tahun kemudian menyusun standar operasional prosedur (SOP) untuk setiap kegiatan.
Keempat, dalam kegiatan evaluasi sistem penjaminan mutu/audit internal, perlu diperhatikan penentuan indikator evaluasi, penyiapan alat, pengumpulan data, analisis dan penyusunan rekomendasi. Sekolah memiliki berkas hasil pemetaan mutu yang digunakan sebagai bahan refleksi perbaikan mutu ke depan. Temuan penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian bahwa penilaian/audit mutu madrasah untuk meningkatkan kinerja madrasah telah dilakukan dengan baik.. Hal ini ditunjukan dengan adanya pelaksanaan Evaluasi formatif yang mengacu pada indikator proses, evaluasi sumatif yang mengacu pada indikator output, outcome dan dampaknya dan melakukan audit terhadap proses pemenuhan SNP sesuai rencana yang telah dtetapkan sebelumnya.”
Data evaluasi kinerja mutu diperoleh melalui evaluasi diri sekolah, evaluasi tujuan, tahapan evaluasi dan evaluasi lainnya. Sekolah melakukan self- assessment untuk menentukan bagaimana kinerja sekolah terhadap program tersebut.
Fokus evaluasi evaluasi diri sekolah adalah pelaksanaan 8 proyek dan kegiatan standar nasional pendidikan dalam rencana kerja tahunan, dan indikator keberhasilan dalam rencana kerja tahunan digunakan sebagai indikator evaluasi.
Kelima, menerapkan SPMP dalam penyusunan standar mutu baru, melakukan
781
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 772 - 785
kegiatan seperti benchmarking, konsultasi aturan terkait SNP, merumuskan indikator dan standar mutu sesuai penelitian SNP, dan mensosialisasikan SNP. Spesifikasi dan pengembangan indikator-indikator tersebut diberikan kepada pemangku kepentingan dan bersama pemangku kepentingan lainnya hasil perumusan ditetapkan sebagai acuan kualitas awal penyelenggaraan pendidikan.
Kedua sekolah tersebut sering menganalisa kebutuhan, kelebihan dan kekurangan sekolahnya masing-masing untuk mempersiapkan peningkatan mutu ke depan. Strategi sangat penting untuk pelaksanaan kedua sekolah karena melalui perencanaan dan strategi yang terarah, sistematis dan prosedural, kualitas sekolah akan meningkat dengan kedisiplinan setiap warga sekolah untuk menciptakan sekolah yang berkualitas dan luaran yang Unggul.
Temuan penelitian ini, bersama dengan penelitian sebelumnya yang dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa sekolah perlu memahami dan menegakkan standar kualitas yang dibutuhkan pengguna layanan, bahkan di luar standar SNP.
Untuk mencapai sekolah yang bermutu, sekolah tidak berdiri sendiri, melainkan memerlukan upaya multi pihak dan peran serta semua pihak terkait, terutama lembaga yang memiliki visi dan misi yang sama.
5. SIMPULAN
Berdasarkan paparan hasil, maka dapat disimpulkan: 1) Sistem penjaminan mutu pendidikan merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan dalam rangka pembangunan budaya perbaikan kualitas pendidikan berkelanjutan pada setiap satuan pendidikan. Seluruh kepala sekolah, guru serta tenaga kependidikan dijadikan sebagai fokus dari usaha penjaminan mutu untuk melakukan perbaikan serta peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. 2) SPMP dilakukan oleh pengawas, maupun dari Widyaiswara BPSDM. Perencanaan, pengelolaan, serta menyajikan data sistem penjaminan mutu pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang efektif serta efisien adalah bagian terpenting dalam rangka penjaminan validitas serta aksesibilitas data yang bertujuan sebagai penjaminan serta peningkatan mutu pendidikan. 3) Kepala sekolah, guru, serta pengawas saling bersinergi bertanggung jawab dalam program PMP, serta EDS sebagai upaya mendorong peningkatan kualitas kinerja satuan pendidikan, PPG serta upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik yang lebih baik.
Secara umum, pengimplementasi SPMP harus sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan SPMP-Dikdasmen dalam berbagai bentuk kegiatan. Pertama
melaksanakan kegiatan survei dan pemetaan mutu, memimpin pelaksanaan pekerjaan survei dan pemetaan mutu, serta memasukkan pembagian tanggung jawab pekerjaan survei dan pemetaan mutu ke dalam manajemen sekolah Kepatuhan, memperhatikan dan menyelaraskan visi, misi, tujuan , tujuan dan indikator, melibatkan mendidik pemangku kepentingan, berdasarkan analisis data EDS, menggunakan alat manajemen (analisis SWOT, analisis medan kekuatan, analisis pohon). strategi); 3. Pelaksanaan pemenuhan mutu selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu menentukan penanggung jawab kegiatan, mengusulkan tim organisasi pelaksana dan pihak-pihak yang berpartisipasi, menentukan jadwal kegiatan, dan menetapkan bukti fisik kegiatan kepada mendukung implementasi; Keempat, evaluasi/audit internal selalu fokus pada hal-hal berikut:
menetapkan indikator evaluasi, menyiapkan alat, mengumpulkan data, menganalisis dan menyusun rekomendasi;
kelima, telah dilakukan penyusunan standar mutu baru untuk SPMI yaitu benchmarking, mendapatkan aturan terkait SNP, Berdasarkan penelitian SNP, merumuskan indikator mutu dan standarnya, mensosialisasikan peraturan perundang-undangan, merumuskan indikator dan menetapkannya dengan
pemangku kepentingan sebagai acuan awal pelaksanaan pendidikan bermutu.
6. DAFTAR PUSTAKA
Adha, M. A., Benyamin, C., Octaviarnis, I., & Thalib, D. (2019). Peran Akreditasi Dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Di Sekolah Dasar. Media Manajemen Pendidikan, 2(2), 270–
278.
Akbar, M. T., Sabil, H., & Junita, R.
(2021). Desain Modul Matematika Bilingual [Indonesia-Inggris]
Berbasis Contextual Teaching Learning (CTL) pada materi Limit Fungsi Aljabar Kelas XI SMA.
Universitas Jambi.
Antariksa, W. F. (2019). Analisis Sistem Penjaminan Mutu di Sekolah Dasar Berbasis Islamic Fullday School.
Madrasah: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 11(2), 75–84.
Asyari, H. (2019). Pemetaan Dan Peningkatan Mutu Pendidikan Pada SMP Bilingual Terpadu Junwangi Krian Sidoarjo. Jurnal Kependidikan, 7(1), 111–126.
Calam, A., Marhamah, A., & Nazaruddin, I. (2020). Reformulasi Visi, Misi dan Tujuan Sekolah. AL-IRSYAD, 10(2).
Fadhli, M. (2020). Sistem Penjaminan Mutu Internal Dan Ekstenal Pada Lembaga Pendidikan Tinggi. Al-
783
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 772 - 785
Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 4(2), 171–183.
Fadillah, A. (2019). Analisis kemampuan penalaran deduktif matematis siswa.
JTAM (Jurnal Teori Dan Aplikasi Matematika), 3(1), 15–21.
Firdaus, E., Purba, R. A., Kato, I., Purba, S., Aswan, N., Karwanto, K., &
Chamidah, D. (2021). Manajemen Mutu Pendidikan. Yayasan Kita Menulis.
Hadi, S. (2020). Model pengembangan mutu di lembaga pendidikan. PENSA, 2(3), 321–347.
Hanafie Das, W., & Halik, A. (2020).
Pendidikan Islam di Pondok Pesantren: Problematika dan Solusinya. Uwais Inspirasi Indonesia.
Handayani, N. N. L., & Muliastrini, N. K.
E. (2021). DETERMINASI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL
TERHADAP PENINGKATAN
MUTU PERGURUAN TINGGI.
PINTU: Jurnal Penjaminan Mutu, 2(2).
Harahap, W. S. A. R. (2019).
Implementasi Kebijakan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di MTS Madinatussalam Tembung. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Harianja, Y., & Findi, M. (2018). Tingkat Kemiskinan Di Pulau Papua Tahun 20011-2017. Jurnal Ekonomi Dan
Kebijakan Pembangunan, 7(2), 189–
200.
Idrus, S. H., Si, M., Wahid Hidayat, M. B.
A., Masluchah, A., & yanti Wahyuli, D. (2022). B. IMPLEMENTASI
PERMENDIKBUD NOMOR 28
TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DALAM MASA PANDEMI COVID- 19 DI SMA NEGERI 1 PURWOASRI KEDIRI. Jurnal Studi Bisnis Dan Administrasi, 5(1), 18.
Inkiriwang, R. R. (2020). Kewajiban negara dalam penyediaan fasilitas pendidikan kepada masyarakat menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidkan nasional. Lex Privatum, 8(2).
Karno, E. (2019). Mutu Pendidikan dan Inovasi Pembelajaran. UHO EduPress.
Kurniasari, D. M. (2021). Kebijakan Pemerintah dalam Penjaminan Mutu Pendidikan. Intizam, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 5(1), 1–14.
Majir, A. (2020). Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Abad 21.
Deepublish.
Maranting, H. S., Arif, M., & Mala, A. R.
(2020). Implementasi Standar Nasional Pendidikan dalam Meningkatkan Daya Saing Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Gorontalo.
Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 8(2), 188–206.
Mekarisce, A. A. (2020). Teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian kualitatif di bidang kesehatan masyarakat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat: Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat, 12(3), 145–151.
Mubarok, R. (2019). Pelaksanaan Fungsi- Fungsi Manajemen Dalam Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam. Al-Rabwah, 13(01), 27–44.
Nurmaini, M. Y. (2019). Meraih Mutu Sekolah Melalui Data Mutu: Suatu Tinjauan. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(2), 347–352.
Prasetya, D. B., Radiana, U., Junanto, T.,
& Mening, H. (2022). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP Kristen Bukit Pengharapan Kabupaten Sanggau.
Multiverse: Open Multidisciplinary Journal, 1(2), 51–58.
Puspa, E. M., Sutanto, A., & Aminin, S.
(2021). Evaluasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pada Sekolah Model Lampung Timur. POACE:
Jurnal Program Studi Adminitrasi Pendidikan, 1(1), 20–32.
Putri, A. P., Rahhayu, R. S., Suswandari, M., & Ningsih, P. A. R. (2021).
Strategi pembelajaran melalui daring dan luring selama pandemi covid-19 di SD Negeri Sugihan 03 Bendosari.
Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 2(1), 1–8.
Raharjo, S. B., Yuliana, L., & Yudha, Y.
H. (2018). Capaian standar nasional pendidikan sebagai prediktor mutu sekolah. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 3(2), 129–140.
Ru’ung, D. (2021). Penguatan Tenaga Pendidik: Upaya Meminimalisir Problematika Pendidikan Nasional.
JURNAL LENTERA: Kajian Keagamaan, Keilmuan Dan Teknologi, 20(01), 130–145.
Saifulloh, A. M., & Darwis, M. (2020).
Manajemen Pembelajaran dalam Meningkatkan Efektivitas Proses Belajar Mengajar di Masa Pandemi Covid-19. Bidayatuna Jurnal Pendidikan Guru Mandrasah Ibtidaiyah, 3(2), 285–312.
Sauri, R. S., Hidayat, A. N., & Rostini, D.
(2019). Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam Peningkatan Mutu Hasil Pendidikan Di Universitas Islam Nusantara Bandung. Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 5(02), 131–144.
Suardipa, I. P., & Pitriani, K. (2020).
Urgensi Sistem Penjaminan Mutu Dan Akreditasi Dalam Pemetaan Mutu Satuan Pendidikan. PINTU: Jurnal
785
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 772 - 785
Penjaminan Mutu, 1(2).
Sudrajat, A. M. (2022). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) dalam Rangka Meningkatkan Mutu Sekolah. JIECO: Journal of Islamic Education Counseling, 2(1), 30–43.
Sumarna, S., Mutaqinah, R., Verianti, G., Syamsinar, N., Rosdianawati, S., Apandi, I., Tohir, D., & Yanuarti, R.
(2019). Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi SPMI di Satuan Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Suradnya, I. N. (2021). Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di SMP Negeri 1 Banjarangkan.
MANAJERIAL: Jurnal Inovasi Manajemen Dan Supervisi Pendidikan, 1(1), 8–17.
Utami, D. A. P. (2020). Tinjauan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam Penelitian Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMP NEGERI 9 YOGYAKARTA.
Jurnal Filsafat Indonesia, 3(2), 63–
71.
Wasliman, I., & Handayani, S. (2022).
Implikasi Kebijakan Otonomi Daerah terhadap Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam. JURNAL
KRIDATAMA SAINS DAN
TEKNOLOGI, 4(01), 74–86.
Widiansyah, A. (2019). Pengendalian mutu: Implementasi manajemen sumber daya manusia, optimalisasi fungsi pengendalian dalam dunia pendidikan. Cakrawala-Jurnal Humaniora, 19(1), 21–26.
Widodo, H. (2018). Revitalisasi Sekolah Berbasis Budaya Mutu. Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, 7(2), 473–486.
Wulogening, H. I., & Timan, A. (2020).
Implementasi Total Quality Management (TQM) dalam sistem manajemen perencanaan kepala sekolah. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 8(2), 137–
146.
Zellatifanny, C. M., & Mudjiyanto, B.
(2018). Tipe penelitian deskripsi dalam ilmu komunikasi. Diakom:
Jurnal Media Dan Komunikasi, 1(2), 83–90.