• Tidak ada hasil yang ditemukan

integrasi nilai-nilai islam dalam sistem pembelajaran

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "integrasi nilai-nilai islam dalam sistem pembelajaran"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh:

AHYA ULUMUDDIN NIM.180401002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2021

i

(2)

ii

(3)

Pembimbing:

Prof. Dr. Adi Fadli, M.Ag Dr. Muhammad Thohri, M.Pd

Oleh:

AHYA ULUMUDDIN NIM. 180401002

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk mendapat gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021

iii

(4)

Tesis Oleh: AHYA ULUMUDDIN NIM. 180401002, dengan judul, INTEGRASI NILAI-NILAI ISLAM DALAM SISTEM PEMBELAJARAN DI SMP ISLAM TERPADU TUNAS CENDIKIA MATARAM, telah

memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: Juli 2021

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Adi Fadli, M.Ag NIP. 1977122626055011004

Pembimbing II

Dr. Muhammad Thohri, M.Pd NIP.197211012000031002

iv

(5)

PENGESAHAN PENGUJI

Tesis Oleh: AHYA ULUMUDDIN, NIM. 180401002, dengan judul, INTEGRASI NILAI-NILAI ISLAM DALAM SISTEM PEMBELAJARAN DI SMP ISLAM TERPADU TUNAS CENDIKIA MATARAM, telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pascasarjana UIN Mataram pada tanggal

……….2020

Tim Penguji:

Dr. Emawati, M.Ag Ketua Sidang/Penguji

Dr. Fathurrahman Muhtar, M.Ag Pembimbing/Merangkap Penguji

Prof. Dr. H. Adi Fadli, M.Ag Pembimbing/Merangkap Penguji

Dr. Muhammad Thohri, M.Pd (… ... )

Penguji Tanggal,

Mengetahui,

Direktur Pascasarjana Universitas Islam Mataram

Prof. Dr. Suprapto, MA NIP. 197207202000031002

v

(………) Tanggal,

(………) Tanggal,

(………) Tanggal,

(6)

INTEGRASI NILAI-NILAI ISLAM DALAM SISTEM PEMBELAJARAN DI SMP ISLAM TERPADU TUNAS CENDIKIA MATARAM

Oleh

AHYA ULUMUDDIN NIM. 180401002

ABSTRAK

Penelitian ini mengelaborasi tentang integrasi nilai-nilai Islam dalam sistem pembelajaran di SMP IT Tunas Cendikia Mataram yang mengambil fokus pada aspek implementatif dan evaluatif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif analysis. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, dokumentasi dan wawancara. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) Integrasi nilai-nilai Islam dalam sistem pembelajaran di SMP IT Tunas Cendikia Mataram merupakan konsekwensi dari predikat sebagai sekolah Islam Terpadu. Integrasi nilai-nilai Islam diterapkan melalui kurikulum dengan memadukan kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan kurikulum JSIT yang memuat nilai-nilai Islam. Integrasi nilai-nilai Islam juga diterapkan melalui program keagamaan seperti penambahan mata pelajaran keagaman seperti PAI yang dijabarkan dalam beberapa disiplin keilmuan dan Bahasa Arab. Disamping itu, integrasi nilai-nilai Islam juga diterapkan melalui program- program pembentukan karakter keislaman seperti Tahsin dan Tahfidz al-Qur’an, Bina Pribadi Islam, pengamalan kegiatan keagamaan secara rutin. 2) Evaluasi intgrasi nilai-nilai Islam dalam sistem pembelajaran di SMP IT unas Cendikia di Mataram dilakukan melalui beberapa cara yitu: a) Mutabaah Yaumiyah; Buku kontrol kegiatan peserta didik baik disekolah maupun dirumah. b) Peningkatan Kompetensi Guru; yang meliputi kompdetensi keguruan standar nasional dan standar JSIT. c) Melibatkan partisifasi orang tua dalam pendidikan; dengan mengikutsertakan mereka dalam melakukan kontrok dan penilaian terhadap pesert didik melalui mutabaah yaumiyah, pengajian bulanan dan seminar parenting yang diadakan oleh SMP IT Tunas Cendikia Mataram secara periodik.

Kata Kunci: JSIT, Sekolah Islam Terpadu, Nilai-Nilai Islam.

vii

(7)

Motto:

ﺹﻮﺻﺮﻣ ّ◌ َ◌ ﻥ َ◌ ﻙ ﺃ ﻩ ﻡ ُ◌

ُ◌ﺏ ﻥ ﻱ ﺍ ﻥ

ﺹ ﻑ ً◌

ّ◌

ﺍ ﺱ ﺏ ﻱ

ِ◌ ﻝ ﻩ ِ◌

ﺏ ﺍ ّ◌ َ◌ ﻝ ﺫ

َ ﻱ ﻥ

ُ◌ﻱ ﻕ ﺍ ِ◌ﺕ ﻝ َ ﻭ ﻥ ﻑ ﻱ

ّ◌ َ◌

ﻥ ّ◌ َ◌ﺍ ﻞﻟ َ ُ◌ﻩ ﻱ ِ◌

Artinya:Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dalam dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (QS. Ash Shaff:04)

(8)

viii

(9)

Persembahan:

Untuk orang-orang tercinta:

Ayah Bundaku atas cinta, budi dan pengorbanan Istriku, atas cinta, kesetiaan dan pengorbanan Putra-putriku: atas cinta, dukungan dan semangat.

ix

(10)

Alhamdulillahirobbil Alamin, segala puji bagi Allah atas berkat rahmat Allah peneliti dapat merampungkan penulisan tesis yang sederhana ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah ke Baginda Nabi Muhammad saw.

Terselesaikannya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itulah dengan segala kerendahan hati saya menghaturkan ucapan terimakasih untuk semua pihak, mereka diantaranya:

1. Dr. Adi Fadli, M.Ag dan Dr. Muhammad Thohri, M.Pd yang telah dengan sabar membimbing penulisan tesis ini, berkat masukan dan koreksian beliau tesis hadir di hadapan pembaca

2. H. Mutawalli, MA selaku Rektor UIN Mataram.

3. Prof. Dr. Suprapto, MA Direktur Pascarasarjana UIN Mataram,

4. Dosen-dosen penguji, dosen-dosen PPs serta seluruh civitas akademika Program Pascasarjana UIN Mataram.

5. Istriku tercinta dan anak-anakku tersayang, yang telah mendukung dengan penuh cinta studi dan penulisan tesis ini.

6. Kepala SMP IT Tunas Cendikia Mataram beserta seluruh jajarannya yang telah melayani peneliti selama melakukan penelitian.

7. Rekan-rekan Pascasarjana UIN Matararam yang saling bahu membahu dalam menyelesaikan studi ini.

Dan semua yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan tesis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga jasa dan peran tercatat sebagai amal ibadah disisi Allah swt.

Mataram, Juli 2021 Penulis

AHYA ULUMUDDIN

x

(11)

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

Kover ... i

Logo ... ii

Cover Dalam ... iii

Persetujuan Pembimbing ... iv

Pengesahan Penguji ... v

Pernyataan Keaslian ... vi

Abstrak ... vii

Motto ... viii

Persembahan ... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi... xi

Transliterasi ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Ruang Lingkup & Setting Peenelitian ... 8

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 8

F. Kerangka Teori... 14

G. Metode Penelitian... 29

H. Sistematika Pembahasan ... 35

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaram Umum Lokasi Penelitian ... 36

B. Pelaksanaan Integrasi Nilai-Nilai Islam Dalam Sistem Pembelajaran di SMP IT Tunas Cendikia Mataram ... 39

C. Evaluasi pelaksaan Integrasi Nilai-Nilai Islam dalam Sistem Pembelajaran di SMP IT Tunas Cendikia Mataram ... 65

xi

(12)

BAB III PEMBAHASAN

A. Analisis Pelaksanaan Integrasi Nilai-Nilai Islam dalam Sistem

Pembelajaran di SMP IT Tunas Cendikia Mataran ... 75 B. Analisis Evaluasi Integrasi Nilai-Nilai Islam dalam Sistem

Pembelajaran di SMP IT Tunas Cendikia Mataram ... 93

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ... 106 B. Saran – Saran... 107

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN

xii

(13)

HALAMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi: Arabic Romanization Table dengan Font Times New Arabic

B =

z =

f =

T =

s =

q =

Th =

sh =

k =

J =

s =

l =

H =

d =

m =

Kh =

t =

n =

D =

z =

h =

Dh =

‘ =

w =

R =

gh =

y =

Short : a =‘ i = . u=”

Long

Dipthong

: a = ﺍ

: ay = ﻱ

i =

aw =

u= ﻭ

xiii

(14)
(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah integrasi dalam dunia pendidikan pada umumnya berkaitan dengan kurikulum yang menyatukan masalah-masalah penting sebagai bagian dari kurikulum. Dengan kata lain membangun relasi antar persoalan satu dengan lainnya, dengan demikian akan terbangun sebuah sebuah kesatuan (unity) pengetahuan.1 Integrasi adalah sebuah pendekatan yang menyatukan nilai-nilai tertentu untuk memberikan pengayaan materi kepada peserta didik serta pengelaman belajar yang lebih komplek. Sehingga penerapan integrasi dalam pembelajaran akan mendorong terciptanya peluang yang lebih terbuka bagi peserta didik untuk melihat konsep-konsep yang saling berhubungan dalam satu kesatuan.2

Pendidikan agama Islam yang diberikan baik di sekolah-sekolah, madrasah-madrasah maupun di pesantren-pesantren, hendaknya terintegrasi dengan sistem pembelajaran. Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Sistem memiliki karakteristik sebagai suatu tujuan dan suatu proses Sistem bukan hanya merupakan cara, tetapi ia mencakup keterlibatan

1 Hartono, Pendidikan Integratif, Purwokerto : STAIN Press, 2011, 7.

2 Gagasan integrasi (nilai-nilai islami [agama] dan umum) ini bukanlah sebuah wacana untuk meraih simpatik akademik, melainkan sebuah kebutuhan mendesak yang harus dijalankan sebagai pedoman pendidikan yang ada, mengingat pendidikan selama ini dipengaruhi oleh dualisme yang kental antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum atau sekuler yang menyebabkan dikotomi ilmu, sebagaimana dipaparkan di atas. Bukti nyata dari kebutuhan adanya panduan dan model integrasi ilmu ini ditunjukan dengan diselenggarakannya berbagai seminar nasional berkenaan dengan reintegrasi ilmu, sampai pada kebijakan dari pemerintah, seperti kebijakan integrasi madrasah ke dalam sistem pendidikan nasional dalam UUSPN No. 2 tahun 1989, madrasah mengalami perubahan “sekolah agama” menjadi “sekolah umum bercirikan khas Islam”. Lihat Afiful Ikhwan, Integrasi Pendidikan Islam (Nilai-Nilai Islami dalam Pembelajaran). Ta’allum, Volume 02, Nomor 2, Nopember 2014: 179-194

(16)

seluruh komponen-komponen pembentuknya, yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Pembelajaran yang dilaksanakan seorang pendidik, pada dasarnya adalah sebuah sistem, karena pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan, yaitu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai berbagai komponen. Hal ini perlu dipahami, karena melalui pemahaman terhadap sistem pembelajaran, minimal guru akan memahami tentang tujuan pembelajaran atau hasil yang diharapkan, proses kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan, pemanfaatn setiap kmponen dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut.3

Terdapat dua landasan utama dalam memasukkan nilai-nilai agama ke dalam sistem pembelajaran. Pertama, UUD 1945 (versi Amendemen), Pasal

31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.” Kedua, pasal 31, ayat 5 yang menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.” Dua undang- undang tersebut mengisyaratkan tentang integrasi nilai-nilai agama dalam pembelajaran. Amanah konstitusi tersebut membuktikan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia tidak hanya mengembangkan potensi dan mencerdaskan saja tetapi juga membentuk manusia yang berkarakter agamis.4 Salah satu sekolah yang melakukan integrasi pembelajaran adalah

Sekolah Islam Terpadu. Sekolah Islam Terpadu merupakan konsep sekolah

3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta : Prenada Media Group, 2010), 24

4 Novianti Muspiroh, Integrasi Nilai Islam Dalam Pembelajaran IPA (Perspektif Pendidikan Islam), (Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. XXVIII No. 3 2013/1435), 485.

(17)

yang mengintegrasikan nilai-nilai Keislaman dalam operasional pembelajarannya, sekolah pada umumnya adalah yang berjaringan nasional dibawah naungan Jaringan Sekolah Islam Terpadu yang srukturnya terusun dari tingkat nasional, wilayah dan daerah.

Sekolah Islam Terpadu bukan sekedar nama, ia juga merupakan ciri khas sebagai sekolah yang mengintegrasikan berbagai kompetensi yang berbasis pada nilai-nilai Keislaman sebagai basis dari bangunan kurikulum yang diterapkan. Intinya Sekolah Islam Terpadu sesungguhnya menerapkan konsep pendidikan Islam berlandaskan Al-Qur’an dan As Sunnah. Dalam operasionalnya Sekolah Islam Terpadu diartikan sebgai sekolah yang menerapkan pendekatan penyelenggaraan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi suatu jalinan kurikulum.

Lebih dari itu, Sekolah Islam Terpadu juga menekankan keterpaduan dalam metode pembelajaran sehingga dapat mengoptilmalkan ranah kognitif, afektif dan konatif. Sekolah Islam Terpadu juga memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasaddiyah. Dalam penyelenggaraannya memadukan keterlibatan dan partisipasi aktif lingkungan belajar yaitu sekolah, rumah dan masyarakat. Sehingga mewujudkan pendidikan sebagai tanggung jawab bersama.

Kelahiran Sekolah Islam Terpadu dilatar belakangi oleh kondisi sekolah umum yang kering dari nilai-nilai keislaman. Sementara lembaga pendidikan Islam walaupun muatam Keislaman terlihat dominan namun belum mampu menjamin terwujudnya kompetensi yang diinginkan, disisi lain secara kualitas cenderung kalah dari sekolah umum dalam keilmuan sains. Sehingga muncullah Sekolah Islam Terpadu yang mengintegrasikan Nilai- Nilai Keislaman dalam operasional pembelajaran termasuk dalam pembelajaran Sains. Oreintasnya adalah bagaimana agar peserta didik memiliki kompetensi seimbang antara ilmu kauniayah dengan ilmu qauliyah, antara fikriyah, Ruhiyyah dan Jasadiyyah, sehingga mampu melahirkan

(18)

generasi muda muslim yang berilmu, berwawasan luas dan bermanfat bagi ummat.

Dalam aplikasinya Sekolah Islam Terpadu menerapkan pendekatan penyelenggaraan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi satu jalinan kurikulum. Dengan pendekatan ini, semua mata pelajaran dan semua kegiatan sekolah tidak lepas dari bingkai ajaran dan pesan nilai Islam. Tidak ada dikotomi, tidak ada keterpisahan, tidak ada “sekularisasi”

dimana pelajaran dan semua bahasan lepas dari nilai dan ajaran Islam, ataupun

“sakralisasi” dimana Islam diajarkan terlepas dari konteks kemaslahatan kehidupan masa kini dan masa deepan. Pelajaran umum, seperti matematika, IPA,IPS, bahasa, jasmani/kesehatan, keterampilan dibingkai dengan pijakan, pedoman dan panduan Islam. Sementara dipelajaran agama, kurikulum diperkaya dengan pendekatan konteks kekinian dan kemanfaatan, dan kemaslahatan.

Sekolah Islam Terpadu juga menekankan keterpaduan dalam sistem dan metode pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan capaian pembelajaran yang lebih komplek meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang liniers dengan nilai-nilai Islam. Implikasi dari keterpaduan ini menuntut pengembangan pendekatan proses pembelajaran yang kaya, variatif dan menggunakan media serta sumber belajar yang luas dan luwes.

Metode pembelajaran menekankan penggunaan dan pendekatan yang memicu dan memacu optimalisasi pemberdayaan otak kiri dan otak kanan. Dengan pengertian ini, seharusnya pembelajaran di Sekolah Islam Terpadu dilaksanakan dengan pendekatan berbasis (a) problem solving yang melatih peserta didik berfikir kritis, sistematis, logis dan solutif (b) berbasis kreativitas yang melatih peserta didik untuk berfikir orsinal, luwes (fleksibel) dan lancer fan imajinatif. Keterampilan melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat dan penuh maslahat bagi diri dan lingkungannya.

(19)

Sekolah Islam Terpadu juga memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah, dan jasadiyah. Artinya, Sekolah Islam Terpadu berupaya mendidik peserta didik menjadi anak yang berkembang kemampuan akal dan intelektualnya,meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT, terbina akhlak mulia, dan juga memiliki kesehatan, kebugaran dan keterampilan dalam kehidupannya sehari – hari.

Sekolah Islam Terpadu memadukan keterlibatan dan partisipasi aktif lingkungan belajar yaitu: sekolah, rumah dan masyarakat. Sekolah Islam Terpadu berupaya untuk mengoptimalkan dan sinkronisasi peran guru, orang tua dan masyarakat dalam proses pengelolaan sekolah dan pembelajaran sehingga terjadi sinergi yang konstruktif dalam membangun kompetensi dan karakter peserta didik . orang tua dilibatkan secara aktif untuk memperkaya dan memberi perhatian yang memadai dalam proses pendidikan putra – putri mereka. Sementara itu, kegiatan kunjungan ataupun interaksi keluar sekolah merupakan upaya untuk mendekatkan peserta didik terhadap dunia nyata yang ada ditengah masyarakat.

Dengan sejumlah pengertian di atas, dapatlah ditarik suatu pengertian umum yang komprehensif bahwa Sekolah Islam Terpadu adalah sekolah Islam yang diselenggarakan dengan memadukan secara integratif nilai dan ajaran Islam dalam bangunan kurikulum dengan pendekatan pembelajaran yang efektif dan pelibatan yang optimal dan koperatif antara guru dan orangtua, serta masyarakat untuk membina karakter dan kompetensi peserta didik.

Sekolah Islam Terpadu kini hampir merata di seluruh provinsi di Indonesia dan jumlahnya semakin bertambah seiring dengan respon masyarakat yang positif terhadap Sekolah Islam Terpaduif sehubungan dengan konsep integrasi yang menjadi karakteristik khususnya. Sehigga hal itu menjadi semacam “brand” dan “trend” yang meningkatkan nilai jual sekolah ini. Sehingga banyak sekolah-sekolah lain yang kemudian

(20)

memberikan label “Islam Terpadu” hanya sebagai label penarik minat. Padahal sesungguhnya Islam Terpadu bukan sekedar nama, tapi ia adalah ciri dari pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai Keislaman dengan konsep tertentu dengan perangkat dan instrumen yang telah dirumuskan secara kolektif.

Maka, yang peneliti maksud dengan Sekolah Islam Terpadu dalam penelitian ini adalah Sekolah Islam Terpadu yang tergabung dalam Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) yang mempunyai jaringan di seluruh Indonesia, karena merekalah sesungguhnya punya konsep awal tentang integrasi nilai- nilai keislaman dalam sistem pembelajarannya. Adapun Sekolah Islam Terpadu yang tidak tergabung dalam Jaringan Sekolah Islam Terpadu, bukan merupakan bagian Sekolah Islam Terpadu karena hanya sekedar label, bukan mencerminkan konsep operasional pendidikan yang sudah dirumuskan secara terpusat.

Berdasarkan observasi awal, Di Kota Mataram sendiri telah beroperasi beberapa Sekolah Islam Terpadu dari tingkat PAUD sampai SMA. Salah satu Sekolah Islam Terpadu yang cukup berkembang di Kota Mataram adalah SMP Islam Terpadu Tunas Cendikia. Sejak berdirinya pada tahun 2011, sekolah ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam waktu yang relatif singkat. Dari awalnya gedung menyewa, kini sudah memiliki gedung yang cukup refresentatif. Hal ini didukung oleh respon masyarakat yang selalu meningkat dari tahun ke tahun.

Antusiasme masyarakat terhadap SMP Islam Terpadu Tunas Cendikia Mataram tak lepas dari konsep integrasi yang diterapkannya sebagaimana telah menjadi kebijakan Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. Sehingga sekolah ini menjadi role model dalam penerapan integrasi nilai-nilai Keislaman dalam pembelajaran sebagaimana yang menjadi visi utama dari Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia.

(21)

Penelitian ini akan mencoba menelusuri lebih jauh tentang konsep integrasi nilai-nilai Keislaman dalam sistem pembelajaran di Sekolah Islam Terpadu dengan mengambil sampel di SMP Islam Terpadu Tunas Cendikia.

Penelitian ini dirasa penting untuk menemukan pola integrasi nilai-nilai keislaman yang ideal dalam dunia pendidikan sehingga dapat menjadi rujukan dalam pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana model integrasi nilai-nilai Islam dalam sistem pembelajaran di SMP Islam Terpadu Tunas Cendikia Mataram?

2. Bagaimana bentuk evaluasi pelaksanaan integrasi nilai-nilai Islam dalam sistem pembelajaran terhadap siswa di SMP Islam Terpadu Tunas Cendikia Mataram?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui model integrasi nilai-nilai Islam dalam sistem pembelajaran di SMP Islam Terpadu Tunas Cendikia Mataram.

b. Mengetahui bentuk evaluasi pelaksanaan integrasi nilai-nilai Islam dalam sistem pembelajaran terhadap siswa di SMP Islam Terpadu Tunas Cendikia Mataram.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teori

1) Memperkaya teori pembelajaran sebagai bahan acuan dalam mengembangakn metode pembelajaran.

(22)

2) Sebagai bahan rujukan dalam kebijakan pengembangan operasional pembelajaran bagi pihak terkait.

3) Menambah koleksi pustaka sebagai referensi yang kalangan praktisi dalam mengembangkan metode pembelajaran di kelas.

b. Secara Praktis

1) Memperdalam pengetahuan peneliti tentang metode pembelajaran dan penerapannya dalam satuan pendidikan.

2) Mempertajam daya analisa peneliti terhadap permasalahan pembelajaran dalam satuan pendidikan.

3) Sebagai model dalam praktik pengembangan pembelajaran dalam satuan pendidikan.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah implementasi integrasi nilai-nilai Keislaman dalam sistem pembelajaran di SMP Islam Terpadu Tunas Cendikia Mataram dengan ruang lingkup pada tiga bidang yaitu: orientasi, pelaksanaan dan evaluasi.

Adapun setting penelitian dilakukan di SMP Islam Terpadu Tunas Cendikia Mataram. Penentuan lokasi ini didasarkan pada realitas bahwa sekolah ini menerapkan integrasi nilai-nilai Islam dalam sistem pembelajarannya.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Banyak terdapat kajian dan penelitian yang terkait dengan integrasi sebuah nilai dalam pendidikan. Kajian-kajian tersebut diantaranya sebagai berikut:

(23)

1. Faizin dan Farhah, meneliti tentang Pola Integrasi Nilai-Nilai Kepesantrenan Dalam Mengimplementasikan Budaya Religi Di Universitas Nurul Jadid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola integrasi nilai-nilai kepesantrenan di Universitas Nurul Jadid Adapun Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Subjek penelitian Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

pola integrasi nilai kepesantrenan yang dibangun oleh Universitas Nurul Jadid diwujudkan dengan berbagai cara mulai dari kurikulum, kegiatan lembaga kendali mutu keagamaan dalam LIK (Lembaga Integrasi Kokurikuler) dan penerapan peraturan. Semuanya di susun khusus sebagai bentuk untuk mewujudkan nilai-nilai kepesantrenan pondok pesantren Nurul Jadid.

Adapun Teknik pembinaan yang dilakukan melalui internalisasi di Universitas Nurul jadid adalah pembinaan yang mendalam dan menghayati nilai-nilai agama yang dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh yang sasarannya menyatu dengan kepribadian peserta didik, sehingga akan menjadi karakter perilaku peserta didik. Dengan demikian internalisasi merupakan suatu proses penanaman pola pikir, sikap dan perilaku ke dalam diri pribadi seseorang melalui pembinaan, bimbingan dan sebagainya agar menguasai secara mendalam suatu nilai sesuai dengan standaryang diharapkan dalam oleh Pondok pesantren Nurul Jadid.5

Membandingkan antara penelitian Farhan dan Faizin dengan penelitian peneliti, terdapat kesamaan yaiut sama-sama meneliti tentang internalisasi nilai dalam sebuah lembaga pendidikan. Namun terdapat perbedaan yang cukup signifikan yaitu penelitian ini Faizin dan Farhan lebih mengarah ke internalisasi budaya-budaya pesantren yang merupakan

5 Faizin dan Farhah, meneliti tentang Pola Integrasi Nilai-Nilai Kepesantrenan Dalam Mengimplementasikan Budaya Religi Di Universitas Nurul Jadid, Edureligia; Jurnal Pendidikan Agama Islam; Vol. 2, No. 2, Juli – Desember 2018, 118.

(24)

bagian dari nilai-nilai Islam sebagai bagian dari kultur akademis dari Universitas Nurul Jadid. Jadi penelitian yang peneliti lakukan lebih universal pada nilai-nilai Islam sebagai sebagian cover dalam sistem pembelajaran di SMPIT Tunas Cendikia Mataram.

2. Abdullah Aly melakukan penelitian tentang “Studi deskriptif tentang nilai- nilai multikultural Dalam Pendidikan Di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptip.

Kesimpulannya: Pertama, bahwa dalam pendidikan multikultural ditemukan ada 3 (tiga) nilai-nilai inti multikultural. Ketiga nilai inti tersebut adalah: (1) nilai demokrasi, kesetaraan, dan keadilan; (2) nilai kemanusiaan, kebersamaan, dan kedamaian; serta (3) sikap sosial, yaitu: pengakuan, penerimaan, dan penghargaan kepada orang lain.

Kedua, di dunia pesantren ditemukan ada 6 (enam) istilah teknis yang kompatibel dengan nilai-nilai inti multikultural. Keenam nilai inti tersebut adalah: at-tanawwu’iyyah, al-musawah wal-’adl, attasamuh, al- musyawarah, al-ukhuwwah, dan as-salam. Kedua poin di atas menegaskan bahwa dugaan tentang terjadinya praktik eksklusivisme pendidikan Islam di lingkungan pesantren ternyata tidak terbukti. Secara internal, pendidikan di pesantren selama ini terbukti telah memperkenalkan nilai- nilai multikultural kepada para santrinya—baik dari segi doktrin ajaran, kitab kuning yang dijadikan referensi, metode pembelajaran, variasi madzhab yang diikuti, maupun dari segi pengalaman hidup sehari-hari antar santri di pesantren.

Secara eksternal, nilai-nilai multikultural tersebut juga disosialisasikan dan dijadikan prinsip dalam membangun hubungan sosial dengan luar pesantren. Implementasi prinsip ini dapat dilihat dari cara pesantren menyikapi gejala-gejala kemaksiatan yang ada di lingkungan sekitar pesantren dengan cara damai. Bagi para kyai dakwah secara damai jauh lebih signifikan hasilnya dari pada dengan kekerasan. Cara pandang

(25)

kyai tentang dakwah secara damai ini diperoleh dari praktik dakwah Nabi saw. yang bijak dan penuh kasih sayang sebagai implementasi dari petunjuk al-Qur’an surat al-Nahl (16) ayat 125 dan al-Balad (90): 17.6

Abdullah Aly melakukan penelitian tentang internalisasi nilai-nilai kulutral dalam lembaga pondok pesantren yang kemudian dalam kesimpulannya, nilai-nilai kultural tersebut linier dengan prinsip-prinisp Islam sehingga penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan, perbedaannya, penelitian yang peneliti lakukan lebih pada nilai yang lebih luas dan komplit.

3. Cahyatri Hernawati, meneliti tentang “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam al-Qur’an Surat Luqman ayat 12-19; Studi Tafsir Azhar” (Tesis pada fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2002).

Hasil Penelitian ini mencakup beberapa point tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam QS. Lukman ayat 12-19,yaitu:

a) Teladan kepribadian Luqman sebagai pendidik yang menampakkan kasih sayang dalam segala prilaku.

b) Pendidikan melalui nasehat merupakan teknik/metode untuk menggugah perasaan anak didik.

c) Pendidikan nilai keimanan dan ketakwaan yang mencakup “pendidikan aqidah” meliputi larangan menyekutukan Allah, meyakini Allah sebagai tempat kembali, dan mewaspadai setiap perbuatan, “pendidikan syari’ah” meliputi perintah mendirikan shalat, dan “pendidikan karakter” meliputi karakter tarhadap Allah (mensyukuri nikmat Allah), karakter tarhadap orang tua dan diri sendiri (bersabar dalam menghadapi persoalan) dan karakter tarhadap masyarakat (amar ma’ruf-nahi munkar, dan larangan sombong. Tawaddu’ dalam hidup dan menyederhanakan suara dalam berbicara merupakan sifat yang

6 Abdullah Aly, Studi deskriptif tentang nilai-nilai multikultural Dalam Pendidikan Di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam, Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume I, Nomer 1, Januari- Juni 2015, 21.

(26)

mencerminkan watak seseorang atau karakter seseorang. Tidak memalingkan wajah ketika bicara dengan orang lain adalah sikap menghormati orang lain, ketika seseorang menghargai orang lain berarti dia sudah menghargai dirinya sendiri.7

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan ada pada tema penelitian yaitu nilai-nilai pendidikan, akan tetapi ada perbedaan yang cukup signiikan yaitu: jenis penelitian, penelitian ini menggunakan pendekatan literatur/kajian pustaka, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah kajian lapangan.

4. Nur Jam’iyyah “Factor-Faktor Pendidikan Menurut Imam Al-Ghazali Dalam Kitab Ihya’ulumuddin “ (Tesis pada fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2002).

Hasil dari penelitian ini adalah menyimpulkan faktor-faktor pendidikan menurut Imam Al-Ghazali dalam Kitabnya Ihya Ulumuddin, meliputi : ada lima faktor pendidikan menurut Al-Ghazali dalam Ihya’ulumuddin yaitu:

a) Faktor Tujuan, b) Faktor Pendidik, c) Faktor Anak Didik, d) Faktor alat dan metode e) Faktor Lingkungan.

Kelima faktor tersebut tidak bisa dipisah satu sama lain, didalam proses dia selalu berkaitan erat sehingga membentuk satu system yang saling mempengaruhi.8

Penelitian Jam’iyah memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu sama-sama terkait tentang nilai-nilai pendidikan.

7 Cahyatri Hermawati, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam al-Qur’an Surat Luqman ayat 12-19; Studi Tafsir Azhar” (Tesis pada fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2002),106.

8 Nur Jam’iyyah “Factor-Faktor Pendidikan Menurut Imam Al-Ghazali Dalam Kitab Ihya’ulumuddin“, (Tesis Universitas Muhamadiyah Surakarta 2002), ix

(27)

Perbedaannya pada jenis penelitian dan objek kajian, Penelitian Jam’iyah adalah kajian literature yang fokus pada pemikiran tokoh tentang nila-nilai pendidikan sedangkan penelitian peneliti adalah kajian lapangan terkait internalisasi nilai-nilai Islam dalam sebuah lembaga pendidikan.

5. Darmayanti Zuchdi, mengadakan penelitian dengan judul “pengembangan model pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran bidang studi di sekolah dasar”, (Diterbitkan dalam judul cakrawala pendidikan).

Adapun hasil penelitian bahwa model pendidikan karakter yang efektif adalah yang menggunakan pendekatan komperehensif.

Pembelajarannya tidak hanya melalui bidang studi tertentu, tetapi diintegrasikan kedalam berbagai bidang studi. Metode dan strategi yang digunakan bervariasi yang sedapat mungkin mencakup inkulkasi (lawan indoktrinasi), keteladanan fasilitas nilai, dan perkembangan soft skills (antara lain berpikir kritis, kreatif berkomunikasi efektif, dan dapat mengatasi masalah).

Tujuan penelitian ini meningkatkan sikap positif siswa sebagai warga negara yang baik melalui pendidikan karakter yang terintegrasi.

Dalam upaya penelitian ini untuk memecahkan masalah pembelajaran pendidikan karakter di Sekolah Dasar dalam penyimpulan penelitian ini meningkatkan sikap positif siswa yang baik melalui integrasi terhadap pendidikan karakter. Model pendidikan karakter yang efektif adalah menggunakan pendekatan komperehensif.9

Penelitian ini meneliti tentang integrasi nilai-nilai karakter dalam lembaga penelitian, hal ini memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu integrasi sebuah nilai dan nilai-nilai Islam cukup dominan berbicara soal karakter. Perbedaannya penelitian ini lebih spesifik

9 Darmayati Zuhcdi “Pengembangan Model Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran bidang Studi Di Sekolah”, (Tesis Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009), ix.

(28)

pada karakter, sedangkan penelitian peneliti lebih fokus pada nilai-nilai Islam.

F. Kerangka Teori

1. Nilai–Nilai Islam a. Pengertian Nilai

Nilai berasal dari kata value (bahasa inggris) atau dalam istilah latinnyavalerememiliki maknaberhasil berguna, mampu akan, dan berdaya, berlaku, dan juga kuat. nilai dibedakan dalam dua bagian yaitu nilai instrinsik yang di anggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain, melainkan di dalam dirinya sendiri) dan nilai instrumental (nilai yang di anggap baik karena bernilai untuk yang lain. Nilai adalah suatu seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan, maupun perilaku.Nilai atau value termasuk bidang kajian tentang filsafat. Istilah nilai dalam bidang filsafat di pakai untuk menunjukkan kata benda abstrak yang artinya “keberhargaan”

atau kebaikan, dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.10 Nilai adalah suatu kualitas yang bisa dijadikan sebagai penghargaan kemudian menjadi hal yang disukaidiinginkan, dapat dihargai danmenjadi objek kepentingan.11

Nilai dapat dianggap sebagai “keharusan” suatu cita yang menjadi dasar bagi sebuah keputusan yang akan diambil oleh seseorang.

Nilai-nilai ini merupakan bagian kenyataan yang tidak

10 Bekti Taufiq Ari Nugroho dan Mustaidah, Identifikasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pada Pnpm Mandiri, (Jurnal Penelitian,Vol. 11, No. 1, Februari 2017), hlm. 17

11Ibid., 29

(29)

dapat dipisahkan atau di abaikan. Setiap orang pasti bertingkah laku sesuai dengan seperangkat nilai, baik nilai yang sudah merupakan hasil pemikiran yang tertulis maupun belum. Oleh karena itu guru tidak mungkin berada pada kedudukan yang netral atau tidak memihak pada kaitannya dengan nilai - nilai tertentu.12

Nilai adalah prinsip atau hakikat yang menentukan harga atau nilai dan makna bagi sesuatu”. Dalam kehidupan, akhlak manusia yang menentukan nilai manusia, harga diri, dan amal serta sikapnya ialah prinsip-prinsip tertentu seperti kebenaran, kebaikan, kesetiaan, keadilan, persaudaraan, keprihatinan dan kerahiman.13

Nilai-nilai sering digunakan secara sempit dalam kehidupan sehari-hari. Dari sini dapat diketahui bahwa istilah nilai mempunyai pegertian yang sangat sama dengan kebaikan. Dalam masalah ini yang terpenting adalah relasi antara yang baik dengan kewajiban. Misalnya, guru dalam berhubungan atau berkomunikasi dengan murid harus mempunyai tatanan nilai yang baik, sehubungan dengan tugas dan wewenang dia sebagai seorang guru. Seorang anak atau peserta didik akan memperhatikan dan menirunya. Pada hakekatnya, nilai tersebut tidak selalu disadari oleh manusia karena nilai mempunyai sifat yang abstrak dan merupakan landasan dan dasar bagi perubahan.14

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat di pahami bahwa nilai adalah merupakan sesuatu yang bersifat abstrak yakni berupa sifat- sifat atau suatu hal yang penting dan berguna sebagai acuan dasar tingkah laku manusia. Bukan hanya persoalan menentukan benar dan salah yang membutuhkan pembuktian secara nyata, melainkan

12Ibid., 29

13Abdul Aziz, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam, (Surabaya: eLKAF,2006), 102.

14 Raden Ahmad Muhajir Ansori. Strategi Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam Pada Peserta Didik, Jurnal Pusaka 2016, 60.

(30)

berdasarkan panghayatan yang di yakini oleh hati manusia yang melembaga secara obyektif di dalam masyarakat.

Menurut Chabib Thoha dalam bukunya kapita Selekta Pendidikan Islam, Penanaman nilai adalah suatu tindakan, perilaku atau proses menanamkan suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.15

Jadi Penanaman nilai adalah usaha seorang pendidik untuk menanmkan nilai-nilai yang berdasarkan ajaran agama Islam, meliputi nilai aqidah , ibadah, akhlak ke dalam diri anak.

b. Nilai-Nilai Keislaman dalam Pendidikan Agama Islam Secara garis besar, nilai-nilai keislaman dalam Pendidikan Agama Islam ada tiga, yaitu: Nilai aqidah, syariah dan akhlak, penjelasannya diuraikan berikut ini.

a. Nilai Aqidah

Aqidah merupakan keyakinan yang termanifestasikan secara total dalam kehidupan pemiliknya. Para ulama kita mendefinisikan iman dengan, Iqrârun bi al-lisân, wa I’tiqâdun bi al-jinân, wa’âmalun bi al- arkân” (pengakuan dengan lisan, keyakinan dalam hati, dan amal dengan anggota tubuh). Lazimnya, kaum muslim memahami Iqrâr bi al- lisân dengan ucapan dua kalimat syahadat. Dengan pemahaman seperti itu, maka seseorang yang sudah mengucapkan dua kalimat syahadat dinyatakan sebagai Mukmin dan sekaligus Muslim. Tekanan yang kuat aspek formal ini, kadang-kadang terasa berlebihan, dalam

15Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000), 60.

(31)

arti kita cenderung mengakui kemukminan dan keislaman seseorang dari syahadatnya.16

Menurut Muhaimin "Akidah adalah bentuk masdar dari kata 'aqada, ya'qidu, aqdan-aqidatan, artinya simpulan, perjanjian. Sedang secara teknis akidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan."17 Sedangkan Jamil Shaliba, sebagaimana yang dikutip Muhammad Alim,

"mengartikan akidah (secara bahasa) adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh."18

Secara terminologis, pengertian aqidah menurut Muhammad Alim, "berarti credo, creed, keyakinan hidup iman dalam arti yang khas, yakni pengikraran yang bertolak dari hati".19 Sedangkan Ibn Taimiyah, sebagaimana yang dikutip Muhaimin, menerangkan, "Suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap tidak dipengaruhi oleh keraguan dan juga tidak dipengaruhi oleh swasangka".20 Jadi aqidah secara istilah adalah keyakinan atau kepercayaan terhadap sesuatu yang ada dalam hati seseorang yang dapat membuat hatinya tenang.

Sedangkan iman menurut al Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Hamdani Ihsan dan A.Fuad Ihsan, "Iman adalah mengucapkan dengan lidah, mengakui benarnya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota.21

16 Dadan Ridwan, Model Alternatif Pendidikan islam transformatif (Studi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Ambengan Pada Peringatan Hari Besar Islam di Desa Brunorejo Purworejo), (Millah Vol. XIV, No. 2, Februari 2015),465.

17 Muhaimin et.al. Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), 259.

18 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 124.

19 Ibid.

20 Muhaimin et.al. Kawasan dan Wawasan , 259.

21 Hamdani Ihsan, A.Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), 235.

(32)

Terkait penanaman nilai-nilai akidah pada peserta didik diperdalam melalui pembelajaran di dalam kelas. Pendalaman nilai- nilai keimanan tersebut dapat bercabang menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Tauhid Rububiyah artinya mnengesakan Allah dalam perbuatan Nya, menicptakan, memberi rizki, menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.22

2) Tauhid Uluhiyah ialah mentauhidkan Allah dengan perbuatan hamba-Nya yang dikerjakan untuk taqarrub kepada Allah melalui ibadah yang disyariatkan dalam Islam seperti shalat, puasa, berhaji dan lain sebagainya.23

3) Tauhid al-Asma' wa al-Shifat, merupakan keyakinan kepada Allah bahwa ia mempunyai nama-nama dan sifat yang merujuk pada kesempurnaannya dan serupa dengan mahluk.24

b. Nilai Syariah

Manifestasi syaraiah adalah ibadah, namun tidak berarti ibadah secara sempit, ibadah yang dimaksud disini adalah ibada secara luas.

Syariah dapat bermakna sebagai pedoman dalam kehidupan sehari- hari baik dalam hubungannya antara hamba dengan Allah maupun hubungan antara manusia dan semesta.

Ibadah tidak semata-mata terbatas pada kewajiban mendirikan sholat, membayar zakat, menunaikan ibadah tetapi juga mencakup segala aspek yang melingkupi kehidupan manusia. Bahwa segala bentuk kehidupan manusia disandarkan kepada Allah swt.

22 Al-Maghribi bin As-Said al-Maghribi, Kaifa Turabbi Waladan Shalihan (Begini Seharusnya Mendidik Anak: Panduan Mendidik Anak Sejak Masa Kandungan Hingga Dewasa), terj. Zainal Abidin, dkk, (Jakarta: Darul Haq, 2004), 141.

23 Ibid, 142

24 Ibid.

(33)

c. Nilai akhlak

Akhlak juga disebut dengan budi pekerti atau prilaku atau tabiat.

Dalam bahasa Arab disebut dengan khuluq yang bermakna perangai, tabiat, kepribadian atau kebiasaan25 Menurut Quraish Shihab, "Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai, kebiasaan bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam al Qur'an. 26". Yang terdapat dalam al Qur'an adalah kata khuluq, yang merupakan bentuk mufrad dari kata akhlak.

Sebagaimana ayat dibawah ini:

ﻉ ﻅ ٍ◌ﻱ ﻡ 4(

) ﺥﻝ

ُ◌

ﻕ َ◌ﻙ ﻝ

ﻉ ﻝَ ﻯ َ◌

ِ◌ ﻭ ّ◌ َ◌ ﺇﻥ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.27 Bertolak dari pemahaman ayat di atas, dapat diketahui bahwa akhlak adalah kelakuan yang ada pada diri manusia dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu ayat di atas ditunjukkan kepada Nabi Muhammad yang mempunyai kelakuan yang baik dalam kehidupan yang dijalaninya sehari-hari.

Sementara itu dari tinjauan terminologis, terdapat berbagai pengertian antara lain sebagaimana Al Ghazali, yang dikutip oleh Abidin Ibn Rusn, menyatakan: "Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan"28. Ibn Maskawaih, sebagaimana yang dikutip oleh Zahruddin AR dan

25 Sahilun A.Nasir, Tinjauan Akhlak, (Surabaya: Al Akhlas, tt), 14.

26 Quraish Shihab, Wawasan Al Qur'an: Tafsir Maudhu'I atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2003), 253.

27 QS Al Qalam, 68:4.

28 Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 99.

(34)

Hasanuddin Sinaga, memberikan arti akhlak adalah "keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dulu)"29. Bachtiar Afandie, sebagaimana yang dikutip oleh Isngadi, menyatakan bahwa "akhlak adalah ukuran segala perbuatan manusia untuk membedakan antara yang baik dan yang tidak baik, benar dan tidak benar, halal dan haram."30 Sementara itu Akhyak dalam bukunya Meretas Pendidikan Islam Berbasis Etika, mengatakan, bahwa "akhlak adalah sistem perilaku sehari-hari yang dicerminkan dalam ucapan, sikap dan perbuatan"31.

Dalam upaya menanmkan nilai-nilai akhlak bagi peserta didik, harus mengutamakan penanaman akhlakul karimah atau akhlak yang terpuji, agar nilai-nilai tersebut menjadi kebiasaan bagi peserta didik.

Bentuk-bentuk akhlakul karimah yang menjadi nilai utama dalam kepribadaian peserta didik adalah diantaranya sebagai berikut:32

1) Rendah hati; yaitu tidak suka menonjolkan diri, tidak sombong dan selalu bersikap toleran terhadap sesamanya,menghormati dan menghargai pendapat orang lain.

2) Cermat; yaitu teliti dan hati-hati serta penuh kewaspadaan. Pikiran yang cermat dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara yang menguntungkan dengan yang merugikan, antara yang bermanfaat dengan yang mudlarat dan sebagainya. Cermat dalam perbuatan berarti hati-hati baik dalam berbicara ataupun dalam bertindak. Setiap ucapan dan tindakannya selalu dipertimbangkan

29 Zahruddin AR, Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), 4.

30 Isngadi, Islamologi Populer, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984), 106.

31 Akhyak, Meretas Pendidikan Islam Berbasis Etika, (Surabaya: eLKAF, 2006), 175.

32 Ibid, 178

(35)

lebih dahulu. Sifat ini merupakan modal utama dalam mencapai sukses.

3) Kepeloporan; yaitumemperbanyak amal sholeh dengan mulai dari diri sendiri. Sifat mendorong manusia untuk berbuat yang sama. Melalui perbuatan yang baik yang berguna bagi kepentingan diri sendiri khususnya dan kepentingan masyarakat pada umumnya adalah sangat dianjurkan oleh agama Islam. Hidup dengan penuh jiwa optimis dengan berusaha untuk mengambil inisiatif dalam melakukan suatu kebaikan menghasilkan dampak poSekolah Islam Terpaduif terhadap kepribadian pelakunya dan memberikan motivasi kepada orang lain.

4) Sabar; yaitu tahan menderita demi rasa tidak senang karena mendaoat musibah. Dalam mengandung usaha dengan sungguh- sungguh menghilangkan segala rintangan dengan berdoa dan bertawakal/berserah diri kepada Allah SWT tanpa putus asa.

5) Jujur; yaitu benar dalam perkataan sesuai dengan kata hati yang sesungguhnya. Tidak menutup-nutupi kebenaran ataupun kesalahan.

Sifat ini dalam agama Islam dikenal dengan sebutan sifat amanah artinya dapat dipercaya. Sifat jujur ini menjadi salah satu sifat rasul- rasul Allah SWT. Mereka telah memberi contoh dan teladan dalam hal kejujuran terhadap umatnya.

6) Pemaaf; yaitu membebaskan orang lain dari kesalahan yang pernah diperbuat. Dalam diri manusia terdapat 2 unsur yaitu akal dan nafsu.

Dalam keadaan dipengaruhi oleh nafsu akan timbul emosi yang tak terkendali yaitu marah yang biasanya disebabkan oleh kesalahan pihak lain. Islam memberi pelajaran agar kita menjauhkan diri dari sifat marah dan hendaklah senantiasa memaafkan orang lain.36

7) Penyantun; yaitu pandai bergaul dalam masyarakat. Pandai menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda,

(36)

memperhatikan nasib orang lemah dan tidak mampu dan bersedia berkorban untuk kepentingan mereka, baik berupa moril maupun materiil.

8) Kreatif; yaitu sifat yang menggambarkan seseorang yang cukup dinamis tidak pasif pada masyarakat, mempunyai gagasan dalam menghadapi kesulitan dan pandai m encari jalan keluar.

2. Konsep Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran

Ada banyak pengertaian pembelajaran yang dirumuskan oleh ahli pembelajaran. Secara terminologi kata pembelajaran berassa dari kata belajar, secara terminologi Purwanto mengutip beberapa pengertian dari pembelajaran yang dikutip dari beberapa pakar:33 a. Menurut Hilgard dan Bower, dalam bukunya Theoris of Learning

mengemukakan “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu Sekolah Islam Terpaduuasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam Sekolah Islam Terpaduuasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)”.

b. Menurut Gagne, dalam bukunya The Conditions of Learning menmyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu sekolah memberikan stimulus dalam meningkatkan memori pesera didik.

c. Menurut Morgan dalam bukunya Introduction to Psychology mengemukakan bahwa “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.

33 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung: Remaja Karya, 1986), 85

(37)

d. Menurut Witherington34, dalam bukunya Education Psychology mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian".

e. Menurut Hamalik,35 seperti dikutip Wijayanti, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara dan tingkau laku yang terkait pengalaman dan latihan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan proses belajar dan melakukan kegiatan belajara yang berkorelasi terhadap perubahan tingkah laku yang lebih baik dari sebelumnya.

Secara sederhana istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. ”Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”36

2. Teori-Teori Pembelajaran

Terkait dengan pembelajaran ada beberapa teori yang berkembang diantaranya, antara lain:

34 Ibid., 86

35 Harini Wijayanti, Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Pengukuran Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 3 Jombok, Pule, Trenggalek, (Skripsi tidak diterbitkan. Tulungagung: Program Strata I STKIP PGRI Tulungagung, 2007), 8.

36 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2012), 10.

(38)

a. Teori Behaviorisme

Dalam teori behaviorisme, pembelajaran diartikan sebagai proses pembentukan hubungan antara rangsangan stimulus dan rangsangan. Pembelajaran merupakan proses kebiasaan. Hasil dari pembelajaran yang diharapkan adalah perubahan perilaku dan kebiasaan karena behaviorisme lebih menitikberatkan pada bagaimana peserta didik membuat relasi antara pengalaman belajar dan perubahan perilaku.37

b. Teori belajar kognitif

Teori Belajar Kognitif menekankan bahwa pembelajaran adalah peristiwa mental bukan bersifat behaviior mesikupun hal-hal bersifat berhavior nampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Teori kognitif lebih menekankan belajar sebagai proses internal yang melibatkan proses berfikir yang komplek.38

c. Teori konstruktivisme

Teori Kontruktivisme menyatakan bahwa peserta didik harus menemukan, mentransformasikan informasi komplek, mengecek informasi baru dan melakukan revisi apabila aturan- aturan tersebut sudah tidak relevan lagi.39

3. Komponen-Komponen Pembelajaran

Untuk mengoptimalkan kualitas pembelajaran, maka perlu diperhatikan komponen-komponen pembelajaran yang harus dipenuhi, yaitu:40

37 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009), 16- 30

38 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 28.

39 Ibid 28.

40 Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa,(Jakarta : Gaung Persada Press, 2009), 22

(39)

a. Tujuan

Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan merupakan kompoinen yang utama dan pertama kali harus ditentukan oleh guru, penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru.karena tujuan pembelajaran merupakan target yang harus dicapai dalam kegiatan pembelajaran41

Berdasarkan tingkatannya, tujuan pendidikan dirumuskan memiliki empar tingkat, yaitu:42

1) Tujuan pendidikan umum; merupakan tujuan umum yang ingin dicapai oleh satuan pendidikan yang dirumuska oleh negara. Tujuan umum adalah prasyarat kualifikasi terbentuknya setaiap warga negara yang dicita-citakan bersama.

2) Tujuan Institusional merupakan tujuan yang diharapkan tercapai oleh lembaga atau institusi sabagau tujuan pengantar untuk sampai pada tujuan umum.

3) Tujuan Kurikuler, merupakan penjabaran dari tujuan institusional yang memuat program-program pendidikan dalam kurikulum lembaga pendidikan. Tujuan ini menggambarkan peserta didik yang sudah memperoleh pendidikan dalam bidang studi yang diajarkan dalam satuan pendidikan tertentu.

4) Tujuan Instruksioonal merupakan tujuan yang hendak dicapai pasca program pembelajaran yang merupakan penjabaran dari tujuan kurikuler yang berorientasi pada pembentukan skill dan keterampilan

41 Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani, tt), 12

42Nana Sudjana, Dasar-dasar Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1995), 58

(40)

b. Materi

Materi merupakan medium pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang tersusun secara ststematis dan dinamis sesuai dengan arah dan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat.43

Untuk menetapkan krriteria materi pelajaran yang akan dikembangan, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Materi harus sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.

2) Materi pembelajaran hendak terjabarkan secara sistematis 3) Materi harus relevan dengan kebutuhan siswa

4) Materi harus relevan dengan kondisi masyarakat 5) Materi mengandung kode etik

6) Materi pembelajaran tersusun dalam ruang lingkup yamg logis dan teratur.

7) Materi pembelajaran bersumber dari buku yang baku.

c. Metode

Metode merupakan tehnik yang digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.

Metode merupakan kreasi guru untuk menghidupkan proses pembelajaran sehingga akan terasa lebih hidup dan aktif.44

d. Media

Media menempati peran yang strategis dalam pembelajaran, media atau yang digunakan dalam pembelajaran merupakan medium untuk mencapai target pembelajaran yang lebih efektif, walaupun

43Ibid

44 Ibid

(41)

kedudukannya sebagai pelengkap namun keberadaan media menjadi penting dan perannya cukup signifikan dalam proses pembelajaran.45

e. Tenaga Pendidik

Teanag pendidik atau lebih populer disebut dengan guru merupakan penggerak pembelajaran, ia merupakan lokomotif yang menggerakkan seluruh komponen pembelajaran yang terangkum dalam satu sistem. Guru dalam proses pembelajaran ada;ahj subjek utama karen ditangan pendidiklah kemungkinan berhasil atau tidanya proses pembelajaran.46

Selanjutnya, dalam menjalankan kewaenanganya melakukan kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk memiliki komptensi yang bervariasi. Adapun jenis-jenis kompetensi yang harus dipenuhi oleh seorang guru adalah sebagai beriktut:

1) Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan guru dalam melibatkan aspek kepribadian dalam proses pendidikan. Pendidik yang memiliki kompetensi kepribadian yang baik adalah pendidik yang mengembangkan kepribadiannya secara positif didasarkan pada nilai-nilai agama dan nilai-nilai moral.

Begitu pentingnya kompetensi kepribadian bagi pendidik karena guru dituntut untuk sabar dan tahan banting terhadap berbagai tantangan dan hambatan dalam pembelajaran termasuk banyaknya kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan ekspektasi pendidik.

45 Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani, tt), 12

46 Ibid

(42)

2) Kompetensi profesional

Profesionalitas diindikasikan dari penguasaan landasan pendidikan, penguasaan materi secara mendalam, penguasan metode pembelajaran yang bervariasi dan mampu mentransformasikan ilmu dalam secara cepat dan tepat.

Termasuk dalam hal ini mengenal dan memahami secara baik psikologi pembelajaran yaitu mengkaji jenis prilaku untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap serta menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan pembelajaran.

3) Kompetensi Sosial

Dalam kompetensi sosial hal-hal yang perlu dikembangkan kemampuan dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Bagaiman seseorang menempatkan diri dalam pergaulan masyarakat, mengambil peran dalam kegiatan sosial, bagaimana menyampaikan visi misi pendidikan, melaksanakan pengabdian, bimbingan, penyuluhan dan adminitrasi sekolah.

f. Peserta didik

Peserta didik berstatus sebagai subyek didik, peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar unruk mengembangkan potensi dan kemampuan menjadi nyata guna mencapai tujuan belajar.47

Peserta didik merupakan pokok pokok persoalan dalam semua kegiatan pembelajaran, ia memiliki kedudukan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Faktor internal peserta didik mencakup intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan.

Masing-masing peseta didik memiliki problematikanya masing-masing guru dituntut untuk mengenal sifat dan karakteristik anak didik melalui kecakapan dalam membimbing.

47 Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani, tt), 12

(43)

g. Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud adalah lokasi sekolah yang, kondisi fisiknya misalnya, iklim letak geografis dan sebagainya.

Hubungan antar penduduk dan masyarakat sekolah, hubungan antar guru dan murid, hubungan antar siswa, hubungan dengan lingkungan.48

Lingkungan memiliki peran yang kuat dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah yang mengasuh dan mebessarkan anak, sekolah tempat mendidik., masyarakat tempat bergaul dab berinteraksi sehari-hari dengan keadaan alam dan iklimnya, floran da faunanya sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungandan pertumbuhan peserta didik baik dari segi kognitif, apektif dan psikomotoriknya.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian atau metode riset ini memiliki makna asal dari bahasa Inggris. Metode sendiri berasal dari kata method, yang berarti ilmu yang menerangkan cara-cara yang ditempuh untuk mencapai sebuah tujuan.

Sedangkan kata penelitian sendiri juga berasal dari terjemahan bahasa Inggris research yang terdiri dari kata memengulang, dan search pencarian, penelusuran dan penyelidikan, maka research berarti melakukan pencarian, sehingga langkah logis dan sistematis tentang pencarian yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisa, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan solusinya49.

Adapun Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

48 Ibid

49 Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Dakwah, (Jakarta : Logos Wacana, 1999), 1.

(44)

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitative dengan jenis field research/penelitian lapangan dengan pendekatan deskriprif analisis.50 Yaitu mendeskripsikan segala hal yang berkaitan dengan pokok permasalahan, melacak dan mensistematisir sedemikian rupa. Selanjutnya dengan keyakinan tertentu diambillah kesimpulan umum dari bahan-bahan tentang obyek permasalahannya.51 Penelitian ini mendiskripsikan dan menganalisis tentang formulasi, implementasi dan evaluasi integrasi nilai- nilai Islam dalam pembelajaran di Sekolah Islam Terpadu Tunas Cendikia Mataram.

2. Kehadiran Peneliti

Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan pada hasil pengamatan peneliti. Sehingga peran manusia sebagai instrumen penelitian menjadi suatu keharusan. Bahkan, dalam penelitian kualitatif, posisi peneliti menjadi instrumen kunci the key instrument. Untuk itu, validitas dan reliabilitas data kualitatif banyak tergantung pada ketrampilan metodologis, kepekaan, dan integritas peneliti sendiri.

Maka. kehadiran peneliti sangat penting dalam penelitian untuk menggali data secara lebih detail dan mendalam. Dalam penelitian ini posisi peneliti adalah sebagai observatoris partisipan yang ikut terlibat dalam objek yang diteliti.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Terpadu Tunas Cendikia, salah satu sekolah Islam Terpadu dibawah koordinasi Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) NTB yang memang melakukan integrasi nilai-nilai Islam dan sistem pembelajarannya dan karena itulah perkembangan SMP

50 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial Yogyakarta: Gajah Mada UniverSekolah Islam Terpaduy Press, 1985), 63.

51 Sutrisno Hadi, Metodologi Researc I, (Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM, 1987), 3

(45)

Islam Terpadu Tunas Cendikia Mataram mendapat respon yang positif dari masyarakat.

SMPIT Tunas Cendikia Mataram beralamat di Jalan Sandat Nomor 8 Mataram Barat, Kecamatan Selaparang Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sekolah berdiri beroperasi sejak tahun 2013 dengan izin operasional No. 188.4/1650/B3/DIKPORA/2013.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah bersumber dokumen- dokumen, hasil wawancara dengan pihak yang terkait dengan objek penelitian terhadap informan yang mempunyai kapasitas dan otoritas dalam hal ini Kepala Sekolah Islam Terpadu Tunas Cendikia Mataram, Wakil Kepala Sekolah Islam Terpadu Tunas Cendikia Mataram dan juga beberapa tenaga pendidik yang dipandang relevan dalam memperoleh data yang memadai. Di samping itu juga sumber data didapatkan melalui pengamatan yang peneliti lakukan terhadap objek penelitian.

5. Prosedur Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah meliputi kegiatan pemusatan terhadap sesuatu objek yang menggunakan seluruh alat indra 52. Pentingnya penggunaan metode observasi dalam penelitian ini adalah untuk melihat/mengamati pelaksanaan pendidikan, dalam hal ini peneliti mengamati berbagai aspek yang terkait dengan fokus penelitian.

Dengan penerapan metode observasi ini, yang menjadi objek observasi adalah:

1) Kondisi Sekolah Islam Terpadu Tunas Cendikia Mataram 2) Proses kepemimpinan di SMPIT Tunas Cendikia Mataram

52. Lihat, Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Dasar-Dasar dan Aplikasi (Jakarta: Raja Garafindo Persada, 1989), 51.

(46)

3) Proses Pembelajaran di SMPIT Islam Terpadu Tunas Cendikia Mataram.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.28 Percakapan dilakukan oleh dua orang yaitu pewawancara dan yang diwawancarai yang mengajukan pertanyaan (Interviewer) dan yang diwawancarai (Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaaan.

Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan metode wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terstruktur sehingga proses wawancara menjadi terarah atas apa yang di teliti.29 Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas yang digunakan untuk mungkinkan mendapatkan data tambahan.

Narasumber dalam metode wawancara ini adalah kepala Sekolah Islam Terpadu Tunas Cendikia Mataram, wakasek, guru-guru dan juga siswa. Sumber ini, penulis anggap representatif dalam rangka mendapatkan data terkait fokus penelitian.

Adapun Data-data yang ingin digali melalui metode wawancara ini adalah, diantaranya:

1) Landasan perumusan pendidikan terpadu di SMPIT Islam Terpadu Tunas Cendikia Mataram.

2) Implemementasi integrasi nilai-nilai dalam sistem pendidikan di SMP Islam Terpadu Tunas Cendikia Matraram.

28 Ibid, 186

29 Ibid, 190

Referensi

Dokumen terkait

In addition to be able to display the results of splitting of data on a program interface in the form of GPS variable values, the resulting data can be

Inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam dalam era globalisasi dapat dilakukan dengan pembelajaran berbasis ICT Selain itu, model pendidikan Islam/studi Islam berupa,