TUGAS ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
MAKALAH SISTEM TATA SURYA DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN
NAMA : Firgi Kurniadi
NIM : 11220980000002
KELAS : A
ANGKATAN : 22
DOSEN PENGAMPU : Ir. Agus Sulaiman Djamil, M.Sc
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2024
Sistem tata surya adalah susunan benda-benda langit seperti planet, asteroid dan satelit yang bergerak mengelilingi matahari. Sistem tata surya termasuk dalam bagian alam semesta yang sangat luas. Tata surya terletak dalam salah satu galaksi yang ada di alam semesta yang bernama galaksi bimasakti (Milky Way). Galaksi bimasakti terdiri dari miliaran bintang dan sistem tata surya terletak disalah satu sabuk minor nya yang bernama orion. Dalam sabuk orion inilah sistem tata surya terdiri dari matahari, planet-planet dan benda-benda langit lainnya membentuk susunan yang teratur (Ananda, 2015).
Tata surya terdiri dari matahari, panet-planet dan satelit-satelit nya. Al-Qur’an menggambarkan bagaimana sistem ini akan berakhir. Banyak sekali ayat yang membuat fakta berkaitan dengan kehancuran sistem ini. Ayat-ayat tersebut memberitahukan kepada kita bagimana tata surya itu akan berakhir tetapi tidak memberitahukan waktu pasti kejadiannya.
Studi-studi ilmiah modern telah membuktikan bahwa pergerakan benda-benda langit tidak mungkin dalam lintasan lurus, melainkan pasti bengkok dan melengkung, sesuai dengan perbesaran materi dan energi di alam semesta. Jadi, setiap benda yang memiliki materi, sebesar apa pun massanya, tidak mungkin bisa bergerak di alam semesta selain dalam garis melengkung (Nurjanah, 2013).
Beberapa ayat al-Qur’an menjelaskan tentang sistem tata surya dan pergerakan atau sistem kerjanya. Seperti dalam al-Qur’an surah yasin ayat 38, Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman sebagai berikut:
Artinya : ”Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (QS. Yasin [36]: 38).
Dapat diketahui bahwa maksud dari ayat ini adalah bukti ke-Esaan Allah, pada matahari yang beredar dalam orbit yang Allah ketahui kadarnya, tanpa bisa dilampauinya. Penentuan itu adalah penentuan Allah yang Maha Perkasa yang tidak dikalahkan oleh siapa pun, Maha Mengetahui yang tidak ada sesuatu pun yang samar bagi-Nya terkait urusan-urusan makhluk- Nya.
Tata surya merupakan salah satu materi yang tercakup dalam ilmu fisika. Matahari dan semua benda yang tarikan gravitasinya mengikat mereka membentuk tata surya, dan kumpulan benda langit (Tantriyadi, 2013).
Al Qu’ran memuat sejumlah ayat yang mengajak kita untuk memperhatikan ciptaan-Nya, termasuk alam semesta. Alam semesta mencakup lingkungan abiotik dan biotik kehidupan serta semua fenomena alam yang diketahui. Apalagi itu tidak bisa diungkapkan oleh manusia.
Orang-orang tidak menyadari sejumlah besar misteri di seluruh alam semesta. Sistem alam semesta, yang mencakup proses terciptanya alam semesta, rotasi benda-benda di alam semesta, dan lintasan (atau orbitnya), adalah salah satu misteri yang belum terpecahkan ini.
Yang dimaksud dengan “alam semesta” adalah setiap entitas yang terdapat pada tubuh manusia dan tubuh bagian luar yang merupakan entitas sistemik yang unik dan khas. Alam semesta juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ada di dunia ini atau yang diyakini manusia ada selain Allah Subhaanahu wa Ta'ala dan sifat-Nya. Masih banyak persoalan lainnya, antara lain syahadat dan dunia ghaib.
Alam semesta misterius, yang mencakup bintang, planet, nebula, komet, meteor, dan luar angkasa, berukuran begitu luas sehingga hanya dapat dijelaskan dengan istilah yang membingungkan imajinasi kita dan bahkan kemudian, tanpa benar-benar dapat mengungkapkannya. Luasnya Al-Qur'an menggambarkan kehebatan langit yang paling rendah. Bima Sakti adalah titik tertinggi di langit dengan banyak nya bintang. Penciptaan bumi disebutkan dalam Kitab Suci Ibrani dan Al-Qur'an. Keduanya mengklaim bahwa penciptaan memakan waktu enam hari. Istilah "Yaum" dalam bahasa Arab mengacu pada periode waktu yang tidak terbatas, bukan hanya 24 jam. Demikian pula, hari jangka panjang dirujuk dalam Kitab Suci dan Alquran.
Oleh karena itu, ayat-ayat tentang alam semesta tidak memenuhi persyaratan data ilmiah.
Metode yang terlibat dalam pencarian informasi harus dibantu melalui persepsi yang gigih, eksplorasi mendalam, dan coba-coba karena hambatan kemampuan manusia dan kumpulan ide informasi. Ternyata, ayat-ayat Alquran mengandung sejumlah fakta ilmiah tentang alam semesta yang tidak dapat dibantah karena merupakan wahyu dari Tuhan dan, sebagai hasilnya, merupakan kebenaran mutlak.
Karena manusia tidak dapat mengamati atau mengumpulkan sampel secara langsung dari setiap lapisan bumi, mereka hanya dapat memperkirakan jumlah lapisan menggunakan data seismik. Berdasarkan uraian tersebut, Al-Quran menyimpulkan bahwa lapisan bumi cukup luas, Seperti dalam al-Qur’an surah Ath-Thalaq ayat 12, Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman sebagai berikut:
Artinya : “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi, perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 12).
Dilihat dari penggambaran jumlah lapisan bumi pada surat Ath-Thalaq ayat 12 Keadaan bumi yang memiliki lapisan-lapisan dengan ciri-ciri yang berbeda-beda memiliki sepenggal pengetahuan tersendiri bagi kehidupan di planet ini. Manusia juga dapat menggunakan energi panas dari bumi untuk menghasilkan listrik (Sani, 2014).
Dalam firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala pada Qur’an Surah al-An’am ayat 1
Artinya : ”Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka” (QS. Al-An’am [6]: 1).
Ayat diatas mengisyaratkan bahwa langit sangat gelap. Adapun para pakar astronomi dan kemukzizatan al-Qur’an mengatakan bahwa gelap dalam ayat diatas ialah kegelapan alam semesta yang baru belakangan ini ditemukan. Pendapat terakhir ini menegaskan adanya kemukzizatan al-Qur’an di bidang astronomi dan adanya kegelapan-kegelapan lainnya.
Kegelapan-kegelapan itu di antaranya:
1. Kegelapan awal semesta, yaitu pada masa setelah masa terjadinya ledakan besar hingga awal proses peleburan inti atom, kira-kira selama 30 juta tahun. Masa ini bercirikan kegelapan yang sangat kelam.
2. Kegelapan lokal dibagian tertentu semesta, yaitu pada masa setelah dimulainya proses peleburan inti atom hingga masa kita sekarang. Pada masa inilah bintang-bintang diciptakan dan mulai memancarkan sinarnya ke luar angkasa. Sinarnya terdiri atas sinar inframerah, gelombang elektromagnetik, spektrum-spektrum cahaya yang terlihat, sinar ultraviolet, sinar X, dan sinar gamma.
Sinar matahari apabila sampai di atmosfer, ia akan terurai dan tercerai-berai diantara partikel-partikel udara dan debu. Inilah yang oleh para pakar fisika dinamakan penguraian cahaya. Sinar matahari tersebut lalu dipantulkan oleh partikel-partikel udara dan debu sehingga partikel-partikel itu tampak bercahaya. Itulah yang dalam istilah kita di dunia dinamakan daerah yang terkena cahaya matahari atau daerah yang bercahaya tanpa kehadiran matahari (Nadiah, 2013).
Dalam al-Qur’an surah Al Anbiya ayat 33, Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman sebagai berikut,
Artinya : ”Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya” (QS. Al Anbiya [21]: 33).
Menurut tafsir kemenag RI (2017), dalam ayat ini Allah mengarahkan perhatian manusia kepada kekuasaan-Nya dalam menciptakan waktu malam dan siang, serta matahari yang bersinar di waktu siang, dan bulan bercahaya di waktu malam. Masing-masing beredar pada garis edarnya dalam ruang cakrawala yang amat luas yang hanya Allah-lah yang mengetahui batas-batasnya. Seperti yang kita tahu, matahari merupakan bintang pusat tata surya. Suhu permukaan matahari bisa mencapai 6000 C yang dipancarkan langsung ke luar angkasa hingga sampai ke permukaan bumi. Bulan tidak memiliki atmosfer, sehingga menyebabkan:
1) suhu di permukaan bulan dapat berubah dengan sangat cepat, 2) bunyi tidak dapat merambat di bulan,
3) langit di bulan tampak hitam kelam, 4) tidak ada kehidupan di bulan.
Lebih lanjut tafsir Kemenag RI menyebutkan, adanya waktu siang dan malam disebabkan karena perputaran bumi pada sumbunya, di samping peredarannya mengelilingi matahari.
Bumi berputar terhadap porosnya (rotasi) dengan arah berlawanan jarum jam dilihat dari luar angkasa (“arah timur”). Ayat ini menegaskan kembali apa yang telah Allah firmankan dalam Surah Ibrahim ayat 33:
Artinya : ”Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang” (QS. Ibrahim [14]: 33).
Secara luas telah diketahui bahwa matahari dan bulan memiliki "garis edar". Akan tetapi untuk kalimat "masing-masing dari keduanya (siang dan malam) beredar pada garis edarnya", merupakan sesuatu yang baru dipahami. Mengapa siang dan malam harus beredar pada garis edar (orbit/manzilah), dan apa bentuk garis orbitnya? Setelah dipelajari, ternyata yang dimaksud dengan "garis edar" ialah tempat kedudukan dari tempat-tempat di bumi yang mengalami pergantian siang ke malam, atau mengalami terbenamnya matahari (gurub).
Sepanjang garis khatulistiwa, garis ini bergeser dari Timur ke Barat seiring dengan urutan tempat-tempat terbenamnya matahari atau pergantian siang ke malam.
Sudah menjadi kebenaran ilmiah setiap benda angkasa yang bergerak di angkasa, berapa pun massanya, dikontrol oleh kekuatan gravitasi dan kekuatan kontra gravitasi. Kalau manusia tidak mengerti pergerakan benda-benda di angkasa, tentu manusia tidak bisa meluncurkan satelit dan tidak pula menjelajahi antariksa. Adapun masuk ke langit tidak mungkin dilakukan kecuali melalui suatu pintu yang dibukakan. Sedangkan pergerakan benda-benda angkasa hanya dalam lintasan berupa garis melengkung, tidak lurus.
Dengan adanya klarifikasi dari Al-Qur'an tentang kelompok planet dan gerakan- gerakannya sebelum adanya hipotesis logis, teori tata surya juga mendukung penjelasan dalam Al-Qur'an. Sebagai kitab suci yang diturunkan langsung dari Allah SWT dan dimaksudkan sebagai pedoman hidup, kebenaran Al-Qur'an tidak dapat diragukan lagi.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an dan terjemahan. (2017). Kementrian Agama Republik Indonesia.
Ananda, T. A, Safriadi, N., & Sukamto, A. S (2015). Penerapan Augmented Reality Sebagai Media Pembelajaran Mengenal Planet-Planet di Tata Surya. JUSTIN (Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi), vol. 4, no. 1, Art. no. 1.
Nurjanah, S. (2013). “Kosmologi dan Sains Dalam Islam,”. AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam, vol. 18, no. 1, Art. no. 1, Maret 2013.
Sani, R. A. (2014). Sains Berbasis Al-Qur'an. Jakarta: Bumi Aksara.
Tantriadi, Y. (2013). Pembuatan ensiklopedia interaktif tata surya untuk anak SMP. Calyptra, : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, vol 2, no. 1, hlm. 1-7.
Nadiah, Tharayyarah. (2013). “Sains dalam Al-Qur’an,” . Jakarta: Dar al-Yamama.