PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Berapa jumlah persediaan bahan baku tebu pada setiap hari produksi pada musim giling di PTPN? Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku agar intensitas bahan baku tebu untuk proses produksi dapat merata pada musim giling.
Tujuan Penelitian
Pengendalian pasokan tebu mentah di PG Takalar pada musim giling diduga belum efektif. Areal tanam tebu yang memasok kebutuhan bahan baku tebu di Pabrik Gula Takalar tersebar di Kabupaten Takalar. Jumlah bahan baku tebu pada setiap produksi di PG Takalar belum ekonomis.
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pengendalian Persediaan
Pengertian pengendalian persediaan menurut Assauri adalah sebagai berikut : “Pengendalian persediaan dapat dikatakan suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi persediaan, bahan baku dan barang produksi sehingga dapat dilindungi oleh perusahaan. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan agar produksi berjalan lancar dan biaya persediaan dapat diminimalkan. Pengendalian persediaan bahan baku merupakan suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi persediaan, suku cadang, bahan baku dan barang produksi sehingga perusahaan dapat menjamin kelancaran produksi secara efektif dan efisien.
Pengertian Persediaan
Hendra Kusuma, Manajemen Produksi menyatakan persediaan adalah barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode berikutnya. Persediaan dapat berupa bahan mentah yang disimpan untuk diolah, barang dalam proses dalam proses pembuatan, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual. Kusuma menyatakan bahwa: “Persediaan diartikan sebagai barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode yang akan datang.
Sistem Pengendalian Persediaan
Namun persediaan bahan baku yang terlalu banyak akan merugikan perusahaan, sedangkan persediaan bahan baku yang terlalu sedikit juga tidak menguntungkan. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai persediaan bahan baku akan beresiko mempunyai persediaan yang terlalu sedikit atau persediaan yang terlalu banyak. Untuk menghindari hal diatas maka perlu adanya sistem pengendalian bahan baku yang bertujuan untuk pengawasan.
Pengertian Bahan Baku
Sistem order point merupakan suatu sistem atau cara pemesanan bahan, pemesanan bahan dilakukan pada saat stok yang ada mencapai jumlah tertentu. Perusahaan khususnya perusahaan manufaktur memerlukan bahan baku dan bahan baku yang perlu diolah dalam proses produksinya. Konsekuensi dari kepemilikan stok bahan baku adalah adanya biaya-biaya yang terkait dengan perolehan stok bahan baku itu sendiri.
Pengertian Reorder Point
Sistem persediaan bahan baku yang diterapkan Pabrik Gula Takalar adalah sistem FIFO (First In First Out), dimana tebu yang masuk terlebih dahulu harus digiling terlebih dahulu. Berdasarkan perhitungan EPQ produksi harian keekonomian, Pabrik Gula Takalar sebaiknya menambah jumlah pengiriman harian untuk memenuhi kebutuhan bahan baku keekonomian. Disarankan kepada Pabrik Gula Takalar untuk menerapkan metode EPQ dalam pengadaan bahan baku tebu agar jumlah produksinya ekonomis dan.
Safety stock
Lead Time
Pengertian Economic Production Quantity
Dengan demikian, Pabrik Gula Takalar gagal menentukan bahan baku ekonomis yang akan diproduksi pada musim giling, sehingga kuantitas produksi yang ekonomis tidak dapat tercapai. Banyaknya bahan baku tebu pada dasarnya menentukan seberapa efisien dan efektif Pabrik Gula Takalar dalam mengolah tebu menjadi gula pasir sesuai rencana. Pengendalian bahan baku dapat dilakukan secara efektif dan ekonomis, serta diperoleh bahan baku yang bermutu tinggi sesuai standar Pabrik Gula Takalar.
KERANGAKA PIKIR
HIPOTESIS
METODE PENELITIAN
- Metode Pengumpulan Data
- Jenis dan Sumber Data
- Definisi Operasional
- Metode Analisis
Luas tanam yang dimiliki Pabrik Gula Takalar menunjang pasokan bahan baku tebu, namun Pabrik Gula Takalar masih mengalami kekurangan pasokan bahan baku pada awal musim giling dan kelebihan bahan baku pada pertengahan musim giling. musim. Perbandingan Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Kebijakan Pabrik Gula Takalar Menggunakan Metode EPQ Takalar Menggunakan Metode EPQ. Saat ini Pabrik Gula Takalar mengolah 80% beban harian tebu per hari, sedangkan 20% digiling keesokan harinya dengan mempertimbangkan kemungkinan bahan baku tebu tidak tiba tepat waktu.
Sedangkan penyediaan bahan baku jangka pendek dapat dilakukan dengan mendatangkan bahan baku tebu dari daerah lain yaitu Sragen, Madiun dan Blora seperti yang selama ini dilakukan PG Takalar. Setelah melihat perbandingan antara kuantitas produksi pada kebijakan Pabrik Gula Takalar dengan kuantitas produksi ekonomis pada metode EPQ, maka perlu diperhatikan biaya-biaya yang terkait dengan penyediaan bahan baku tebu, antara lain biaya pemotongan, biaya transportasi, dan lain-lain. biaya, diharapkan pabrik gula dapat menghemat biaya, sehingga biaya pembelian bahan baku tidak menjadi terlalu tinggi.
Apabila perencanaan penanaman dan pemanenan tebu dilakukan dengan benar dan dilakukan pengelolaan gula yang baik, maka keadaan seperti kekurangan atau kelebihan bahan baku dapat dihindari, tentunya dengan dukungan manajemen dari Pabrik Gula Takalar. Bahan baku yang baik dan bermutu menurut standar PG adalah tebu yang sudah tua (matang optimal), manis, bersih (bebas pucuk dan rebung) dan segar. Pengendalian kondisi teknis pada saat pembelian bahan baku diharapkan dapat menunjang terwujudnya produksi yang ekonomis, sehingga biaya-biaya di Pabrik Gula Takalar juga akan ekonomis.
Untuk merencanakan bahan baku tebu di Pabrik Gula Takalar agar intensitas bahan baku tebu untuk proses produksi merata pada musim giling, dapat direncanakan masa tanam dan panen berdasarkan data curah hujan.
HASIL PENILITAN DAN PEMBAHASAN
Struktur Organisasi dan Tugas Pokok
Dalam upaya mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, perlu diketahui batasan wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian atau staf perusahaan. Dalam suatu organisasi, baik itu perusahaan maupun organisasi lain, harus diluruskan kewenangan masing-masing bagian atau staf dalam organisasi tersebut, begitu pula dengan bentuk kerjasama atau struktur organisasinya, selain untuk memudahkan pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya hal tersebut. penipuan di dalam Perusahaan. Organisasi merupakan suatu wadah tempat ditempatkannya pekerjaan-pekerjaan pada suatu bagian yang ditetapkan untuk bekerja dan bertanggung jawab terhadap tugasnya.
Oleh karena itu, bentuk organisasi yang dimiliki suatu perusahaan dapat mempengaruhi atau mewarnai kegiatan, cara kerja dan tanggung jawab para pekerjanya. Kepala Bagian Tanaman yaitu: Penyusunan rencana kebutuhan, perolehan dan penentuan sumber benih termasuk kebun induk dan bahan tanaman lainnya, Pembudidayaan, pembinaan dan pengawasan penanam benih, serta pelaksanaan pendaftaran usaha benih, Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pedoman perbenihan perkebunan, Identifikasi dan pengembangan varietas unggul lokal, Menyusun petunjuk teknis kegiatan perbenihan perkebunan. Kepala Bagian Instalasi, yang menjaga peralatan atau perlengkapan teknis di perusahaan tetap terpasang pada posisinya sampai siap digunakan.
Menyusun rencana pelaksanaan program sektor jasa berdasarkan rencana kerja dan kebijakan yang ada sehingga tugas pokok dan fungsi dapat dilaksanakan secara efektif. Membagi tugas kepada kepala departemen berdasarkan tugas pokok dan fungsinya sehingga pekerjaan dapat terselesaikan. Kepala Bagian Pengolahan yaitu Mengarahkan penyusunan rencana program Bidang Produksi dengan mengarahkan dan memberikan petunjuk susunan rencana kerja, Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana kerja Bidang Produksi menurut tugas pokok dan fungsinya, sehingga hal ini dapat dilaksanakan secara efisien.
Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan yaitu, menyusun rencana dan program kerja subbagian Keuangan, memberikan instruksi kepada bawahan, menilai prestasi kerja bawahan, melakukan administrasi keuangan, mengelola gaji dan tunjangan pegawai lainnya, melakukan pengendalian keuangan, menjaga keseimbangan antara pertumbuhan bisnis dan profitabilitas.
Aktivitas Usaha
Bahan baku merupakan unsur yang sangat penting dalam menentukan kelancaran kegiatan produksi pada setiap perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan, seperti Pabrik Gula Takalar yang mengolah bahan baku dari tebu menjadi gula pasir. Kuantitas produksi harian ditetapkan sebesar 80% dari biaya pemotongan dan pengangkutan, dengan pengiriman bahan baku keesokan harinya dipertimbangkan untuk mengantisipasi keterlambatan bahan baku tebu. Apabila terjadi keterlambatan bahan baku tebu karena sisa bahan baku tebu dari panen hari sebelumnya sebesar 20%, maka diharapkan pabrik dapat terus melakukan penggilingan.
Beban harian ini jumlahnya tidak sama setiap harinya karena disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku dan kapasitas pabrik. Kebijakan yang ditetapkan Pabrik Gula Takalar berkaitan dengan produksi dan biaya produksi, baik ekonomis atau tidak, diperlukan perbandingan antara penyediaan bahan baku sesuai kebijakan Pabrik Gula Takalar dengan penyediaan bahan baku sesuai kebijakan. perhitungan EPQ. Dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku ekonomis jangka panjang, Pabrik Gula Takalar dapat melakukan perluasan lahan dengan memperluas areal tanam tebu dan meningkatkan hubungan kerjasama dengan petani tebu, sehingga para petani menggiling tebu di Pabrik Gula Takalar.
Intensifikasi produksi tebu diharapkan dapat menghasilkan tebu yang bermutu dan berdaya hasil tinggi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan bahan baku yang ekonomis, dan kapasitas mesin dapat dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan perhitungan EPQ, Pabrik Gula Takalar dapat meningkatkan kapasitas gilingnya bahkan harus mampu berproduksi melebihi kapasitas mesin giling, dan ketersediaan fasilitas penyimpanan tebu mentah sebelum giling sebanyak 2500 ton per hari yang cukup untuk pengadaan. Pengelolaan tebu yang baik akan mendukung ketersediaan bahan baku yang berkualitas, mencegah hama dan penyakit, serta mengurangi kemungkinan terbakarnya tanaman tebu.
Untuk itu Pabrik Gula Takalar sebaiknya memperbanyak jumlah stek dan melakukan intensifikasi tanaman tebu yaitu dengan menanam varietas awal dan menengah, sehingga bahan baku tersedia pada musim giling, pengairan yang baik, pemupukan. dan pencegahan hama dan penyakit.
Analisis Penegendalian Persediaan Bahan Baku Menurut Metode
Perbandingan Persediaan Bahan Baku Menurut Kebijakan Pabrik
Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat perbedaan produksi kebijakan Pabrik Gula Takalar dengan produksi menurut perhitungan EPQ. Total biaya yang dikeluarkan juga harus diperhatikan untuk mengetahui apakah biaya yang dikeluarkan Pabrik Gula Takalar sudah mencapai tingkat keekonomian atau belum. Sebagaimana pada perhitungan EPQ yang telah dilakukan di Pabrik Gula Takalar, produksi tebu berdasarkan perhitungan EPQ lebih banyak dibandingkan dengan perhitungan kebijakan Pabrik Gula Takalar.
Ketika musim giling tiba, diharapkan pada saat tersebut bahan baku sudah tersedia baik pada awal, pertengahan, maupun menjelang akhir musim giling. Keamanan bahan baku berkaitan dengan kegiatan penebangan kayu di darat dan pengangkutan bahan baku dari darat ke pabrik. Keamanan bahan baku juga berkaitan dengan keamanan tebu sebelum dipotong, seperti mengamankan perkebunan tebu agar perkebunan tidak terbakar.
Kebakaran tebu akan merusak bahan baku dan menyebabkan rusaknya kandungan getah batang tebu, sehingga rendemen gula yang dihasilkan akan rendah. Pengangkutan bahan baku juga harus diperhatikan mengingat jalannya yang sulit sehingga dapat terjadi kerusakan pada saat pengangkutan. Jadwal pengangkutan keluar masuk pabrik harus rinci dengan memperhatikan kondisi jalan rusak dan jarak yang jauh, sehingga tidak terjadi keterlambatan kedatangan bahan baku untuk digiling pada hari itu.
Kemungkinan kekurangan dan kelebihan bahan baku juga bisa diantisipasi agar produksi berjalan lancar.
PENUTUP
Saran – Saran
Sebaiknya Pabrik Gula Takalar memberikan insentif kepada petani tebu dengan meningkatkan bagi hasil bagi petani sehingga petani bersedia menggiling tebunya di Pabrik Gula Takalar dengan bagi hasil sebesar 67% untuk petani dan 33% untuk Pabrik Gula Takalar jika hasilnya di bawah tujuh. Munawaroh, Munjiati, dkk, 2013, Manajemen Operasional, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Yogyakarta, Penerbit: Unit Penerbitan Fakultas Ekonomi (UPFE UMY). Rangkuti, Freddy, 2011, Aplikasi Manajemen Inventaris di Bidang Bisnis, Edisi Keenam, Jakarta, Penerbit: Raja Grafindo Persada.
Pengantar Akuntansi Adaptasi IFRS, Jakarta, Penerbit: Erlangga Siregar, Balric dan Suripto, 2013, Akuntansi Manajemen, Jakarta, Penerbit. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi di Madrasah Tsanawiyah (MTS) Muhammadiyah Salaka Kabupaten Takalar dan lulus pada tahun 2009.
Pada tahun 2013, penulis kemudian melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) yaitu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen pada program sarjana (S1).