PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Penegakan Hukum
Walaupun penegakan hukum pidana dalam rangka penanggulangan kejahatan bukan satu-satunya harapan, namun harapan keberhasilannya tinggi, karena dalam bidang penegakan hukumlah makna Negara hukum itu sendiri dipertaruhkan.11. Berhasil atau tidaknya penegakan hukum bergantung pada Substansi Hukum, Struktur Hukum/Pranata Hukum dan Budaya. Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya Norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Penegakan Hukum (law enforcement) dalam arti luas mencakup kegiatan untuk melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap setiap perbuatan melawan hukum atau melawan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum melalui proses pengadilan atau melalui prosedur arbitrase. Bahkan dalam arti yang lebih luas, kegiatan penegakan hukum mencakup segala tindakan yang bertujuan menjadikan hukum sebagai subjek hukum yang normative dan mengikat untuk benar- benar ditaati dan benar-benar dilaksanakan dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Penegakan hukum sebagai bagian dari legal sistem, tidak dapat dipisahkan dengan substansi hukum (legal substance) dan budaya hukum (legal culture).
14 Muhammad Zulfadli dkk “Penegakan Hukum Responsif Berkeadilan Sebagai Instrumen Perubahan Sosial Untuk Membentuk Karakter Bangsa”, Makalah disampaikan dalam seminar nasional 29 Oktober 2016. Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum dapat dipahami sebagai perilaku penegakan hukum dalam arti yang terbatas atau. Penegakan Hukum Di Indonesia”, dalam jurnal Dinamika Hukum, website dinamikahukum.fh.umsoed.ac.id/index.php/JDH/article/view/74.
Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Dalam arti sempit sejauh menyangkut subjeknya, penegakan hukum hanya diartikan sebagai upaya-upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum tertentu untuk menjamin dan menjamin berjalannya suatu aturan hukum secara normal. Peraturan perundang-undangan menetralkan pembentukan pemikiran pembuat Undang-Undang dan juga menentukan bagaimana penegakan hukum pada gilirannya berpuncak pada aparat penegak hukum itu sendiri yang menegakkan peraturan perundang- undangan.
19 Satjipto Rahardjo, Sistem Peradilan Pidana Terpadu dan Sistem Penegakan Hukum di Indonesia, (Jakarta:PrenadaMedia Group,2017), hlm 140.
Pengertian Pelaku Usaha
33 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm 52. . kewajiban pelaku usaha harus dilaksanakan secara seimbang. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan sebelumnya mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. Hak untuk pemulihan nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. e.
Adapun yang menjadi kewajiban pelaku usaha sebagaimana yang telah tercantum dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan mengenai penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. Menjamin kualitas barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku. e.
Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, mencoba barang dan jasa tertentu serta memberi jaminan atau garansi atas barang yang dibuat atau diperdagangkan. f. Memberi kompensasi, ganti rugi atau penggantian atas kerugiaan akibat penggunaan pemakaian dan pemanfaatan barang dan jasa yang diperdagangkan. g. Memberi kompensasi, ganti rugi atau penggantian apabila barang atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Untuk melindungi konsumen dari ketidakadilan, Undang-undang perlindungan konsumen menetapkan larangan . bagi pelaku usaha untuk menjalankan kegiatan usahanya.. larangan tersebut ditujukan begi pelaku usaha yang berkaitan dengan barang atau jasa yang diperdagangkannya adalah sebagai berikut:34. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu yang tercantum pada etiket, label atau keterangan barang dan/atau jasa.
Pengertian Penimbunan Barang
Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat bersih atau neto, komposisi, aturan, penggunaan, tanggal produksi, efek samping, nama, dan alamat pelaku usaha, dan barang lain yang harus dipasang atau diproduksi untuk digunakan sesuai dengan peraturan. i) Tidak mencantumkan informasi atau deskripsi produk dalam Bahasa Indonesia sebagaimana diwajibkan oleh peraturan perundang-udangan yang berlaku. j) Memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan terkontaminasi tanpa memberikan informasi yang lengkap. k) Memperdagangkan sediaan farmasi dan makanan yang rusak, cacat atau bekas, dan terkontaminasi dengan atau tanpa informasi yang lengkap. Menurut Undang-Undang penimbunan adalah Tindakan menimbun sejumlah barang pokok dan barang penting dalam jangka waktu tertentu.35. Al- Ihtikar adalah Bahasa arab yang didefinisikan secara etimologis sebagai penimbunan, Tindakan pengumpulan (barang), atau tempat penimbunan.
Al-Ihtikar adalah istilah untuk menahan (menimbun) barang-barang pokok untuk mendapatkan keuntungan dengan menaikkan harganya.36. Imam Asy Syaukani ahli hadist dan ushul fiqh, pengertian Ihtikar adalah penimbunan barang dagangan dari peredarannya. Imam Al Ghazali, Mendefinisikan Ihtikar sebagai penjual barang dagangan took kelontong dan dijual setelah harga naik.
Ulama Madzhab Maliki, Mendefinisikan Ihtikar sebagai produsen menyimpan barang dalam bentuk makanan, pakaian, dan segala sesuatu yang dapat menganggu pasar. 36 Asy’ari, “Monopoli Dan Ihtikar Dalam Hukum Ekonomi Islam”, diakses dari http://asyarihasanpas.blogspot.com/2009/02/monopoli-dan-ihtikar-dalam-hukum.html?m=1 pada tanggal 02 Juni 2022 pukul 23.24. Fathi Ad-Dhuraini (Guru besar fiqh di Universitas Damaskus Suriah), Mendefinisikan Ihtikar dengan tindakan menyimpan harta, manfaat atau jasa, dan tidak mau menjual dan memberikannya kepada orang lain yang mengakibatkan melonjaknya harga pasar secara drastic disebabkan persediaan barang terbatas atas stok barang hilang sama sekali dari pasar, sementara rakyat, Negara, ataupun hewan (peternakan) sangat membutuhkan produk, manfaat, atau jasa tersebut.
Menurut Ad-Duraini, Ihtikar tidak hanya menyangkut komoditas, tetapi manfaat suatu komoditas dan bahkan jasa dari pembeli jasa dengan syarat, “embargo” yang dilakukan para pedagang dan pemberi jasa ini bisa memuat harga pasar tidak stabil, padahal komoditas, manfaat, atau jasa tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat, Negara, dan lain-lain. Dari beberapa definisi disimpulkan bahwa Ihtikar adalah perbuatan menyimpan atau menimbun barang, tidak menjual dan memberikannya kepada orang lain, dan hasilnya harga pasar naik tajam karena pasokan komoditas terbatas (habis), dan kemudian ketika pasokan barang habis, barang yang ditimbun sebelumnya dijual Kembali dengan harga lebih tinggi.
Peraturan yang Melarang Penimbunan Barang
Kelangkaan minyak goreng di Indonesia juga tidak terlepas dari mekanisme penawaran (supply) dan permintaan (demand) di pasaran. Salah satu factor penyebab fenomena tersebut adalah penimbunan minyak goreng bersubsidi oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Penegakan hukum pidana yang dalam hal ini merupakan penimbunan minyak goreng mewajibkan turut sertanya penegak hukum.
Penimbunan Minyak Goreng dilakukan dengan cara menimbun minyak goreng di rumah pelaku dalam jumlah yang banyak. Petugas memindahkan barang bukti penimbunan minyak goreng di atas pick up ke dalam kantor Polsek Biringkanaya. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Penimbunan Minyak Goreng di Kota Makassar Goreng di Kota Makassar.
Adanya dugaan penimbunan minyak goreng yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab pun beredar di kalangan masyarakat. Kondisi yang aman, dimana masyarakat dan pihak kepolisian kesulitan dalam mengawasi pelaku penimbunan minyak goreng. Penimbunan Minyak Goreng merupakan tindak pidana (kejahatan) dan terhadap pelakunya dapat dikenakan sanksi pidana berdasarkan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan yang dimana pelaku usaha yang menyimpan barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting dalam jumlah dan waktu tertentu pada saat terjadi kelangkaan barang, gejolak harga, dan/atau hambatan lalu linta perdagangan barang sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama.
Walaupun sebenarnya dampak dari penimbunan minyak goreng yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tak bertangungjawab. Faktor yang menyebabkan terjadinya penimbunan minyak goreng adalah (1) pelaku yang termotivasi, (2) target atau sasaran yang menarik dan (3) kondisi yang aman.
Kasus Penimbunan Minyak Goreng
Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan di dalam penelitian ini diambil dari data primer dan data sekunder. Sumber data diperoleh dari lapangan secara langsung yaitu observasi dan wawancara kepada pihak yang berwenang. Sumber data sekunder penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dengan melakuan kajian pustaka seperti berita dan jurnal ilmiah dan sebagainya.48 Adapun berita dan jurnal yang menjadi data sekunder adalah berita dan jurnal tentang kasus penimbunan minyak goreng yang marak diberitakan saat ini.
Teknik Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Faktor-faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Penimbunan Minyak Goreng
Asumsi ini tidak bisa dipungkiri, mengingat susahnya masyarakat menemukan ketersediaan minyak goreng di pasar dan toko bahan pangan. Hal lain yang diduga menjadi faktor penyebab kelangkaan minyak goreng adalah karena fenomena panic buying. Berdasarkan hasil observasi yang saya temukan ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penimbunan minyak goreng yaitu:54.
Selain adanya niat untuk mendapatkan keuntungan yang cepat, kejahatan penimbunan minyak goreng ini juga terjadi karena adanya kerjasama antara pelaku. Target atau sasaran yang menarik, hal ini diketahui dari kemudahan untuk melakukan penimbunan minyak goreng tanpa dicurigai oleh masyarakat ataupun pihak kepolisian. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan tempat dan waktu berbeda sehingga minyak goreng dapat ditimbun dengan banyak.
Bentuk tindak pidana penimbunan minyak goreng yang dilakukan oleh pelaku dengan cara membeli minyak goreng di berbagai toko kemudian menjualnya kepada masyarakat dengan harga yang lebih tinggi. Tri Hary Mulyono Bintara Satuan Reskrim Polrestabes Makassar juga menyatakan bahwa terdapat banyak hambatan yang dialami oleh aparat penegak hukum dalam menindak para pelaku penimbunan minyak goreng. Kurang aktifnya masyarakat untuk terlibat dalam memberikan informasi kepada penegak hukum terkait dengan adanya penimbunan minyak goreng yang terjadi disekitaran wilayah atau lingkungan mereka.
Akibat dari tidak ikut berperannya masyarakat, maka penimbunan minyak goreng di Kota Makassar menjadi suatu hal yang biasa dan jarang ditindak oleh aparat penegak hukum. Alasan tersebut merupakan hambatan yang mengakibatkan aparat kepolisian tidak melakukan tindakan sesuai dengan Undang-Undang nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan kepada para pelaku tindak pidana penimbunan minyak goreng yang terjadi di Kota Makassar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
Sebaiknya pelaku usaha mengikuti prosedur yang telah tercantum dalam Undang-Undang maupun peraturan terkait lainnya, agar terhindar dari sanksi yang akan memberatkan diri mereka sendiri akibat perbuatannya dalam hal penimbunan minyak goreng. Sebaiknya pihak kepolisian menindak secara tegas pelaku penimbun minyak goreng sehingga tidak ada lagi oknum-oknum yang mengambil kepentingan di tengah kesulitan masyarakat mendapatkan minyak goreng. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial Prudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence.
Peran Pembimbing Kemasyarakatan Sebagai Penegak Hukum Dalam Pencegahan Pengulangan Tindak Pidana Pada Balai Pemasyarakatan Kelas 1 Makassar. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.