• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Pengertian Pelaku Usaha

Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.32

Penjelasan Undang-Undang pelaku usaha yang termasuk dalam pengertian ini adalah perusahaan, korporasi, Badan Usaha Milik Negara, koperasi, importir, perdagangan, distributor, dan lain-lain.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, maka setiap pelaku usaha yang menjual barang dan jasa kepada konsumen secara langsung maupun melalui perantara, baik principal, agen, distributor, delaer, maupun produsen eceran, semuanya bertanggungjawab atas mutu dan kerugian tersebut dan kerugian yang diderita konsumen, selama barang tersebut tidak mengalami perubahan. Pasal 24 Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyatakan:

32 Nasution, AZ Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Diadit Media, 2001), hlm 17.

1) Pelaku usaha lain menjual barang dan jasa kepada pelaku usaha lain bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan atau gugatan konsumen apabila:

a) Pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa melakukan perubahan apapun atas barang/jasa tersebut.

b) Pelaku usaha lain, di dalam transaksi jual beli tidak mengetahui adanya perubahan barang dan atau jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak sesuai dengan contoh, mutu, dan komposisi

2) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebaskan dari tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi atau gugatan konsumen apabila pelaku usaha lain yang membeli barang dan jasa menjual kembali kepada konsumen dengan melakukan perubahan atas barang atau jasa tersebut.33

Pelaku usaha memiliki hak dan kewajiban yang sudah diatur dalam Undang-Undang Negara Indonesia. Hak dan Kewajiban pelaku usaha dibahas dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Hak pelaku usaha adalah hal- hak yang harus didapatkan oleh pelaku usaha. Sedangkan kewajiban pelaku usaha adalah hal-hal yang harus dilakukan oleh pelaku usaha. Hak dan

33 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm 52.

kewajiban pelaku usaha harus dilaksanakan secara seimbang. Berikut hak dan kewajiban pelaku usaha.

1) Hak pelaku usaha

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen telah disebutkan bahwa yang menjadi hak pelaku usaha adalah:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan sebelumnya mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang berperilaku tidak baik.

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum.

d. Hak untuk pemulihan nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya.

2) Kewajiban pelaku usaha

Adapun yang menjadi kewajiban pelaku usaha sebagaimana yang telah tercantum dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

a. Berperilaku baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan mengenai penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak memaksa dan diskriminatif.

d. Menjamin kualitas barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, mencoba barang dan jasa tertentu serta memberi jaminan atau garansi atas barang yang dibuat atau diperdagangkan.

f. Memberi kompensasi, ganti rugi atau penggantian atas kerugiaan akibat penggunaan pemakaian dan pemanfaatan barang dan jasa yang diperdagangkan.

g. Memberi kompensasi, ganti rugi atau penggantian apabila barang atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Pasal 24 Undang-Undang Tentang Perlindungan Hak dan Kepentingan Konsumen tersebut di atas mengatur tuntutan pelaku usaha atas ganti rugi dan tanggungjawab atas gugatan konsumen. Untuk melindungi konsumen dari ketidakadilan, Undang-undang perlindungan konsumen menetapkan larangan

bagi pelaku usaha untuk menjalankan kegiatan usahanya. Larangan-larangan tersebut ditujukan begi pelaku usaha yang berkaitan dengan barang atau jasa yang diperdagangkannya adalah sebagai berikut:34

a) Standar yang tidak memenuhi atau tidak memenuhi persyaratan Undang-Undang.

b) Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau neto, dan jumlah dalam hitungan yang tertera pada label produk atau sebagaimana dinyatakan dalam etiket barang tersebut.

c) Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan sesuai dengan ukuran yang sebenarnya.

d) Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau keefektifan yang tertera pada etiket, label atau deskripsi barang atau jasa. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu yang tercantum pada etiket, label atau keterangan barang dan/atau jasa.

e) Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, dan keterangan, iklan atau promosi barang dan jasa tersebut.

f) Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling baik berdasarkan barang tertentu.

Jangka waktu penggunaan/pemanfaatannya baik lainnya adalah

34 Abdul R Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm 106.

terjemahan dari kata “best before” yang sering digunakan pada label makanan.

g) Tidak mengikuti aturan berproduksi secara halal, sebagaimana dinyatakan “halal” yang dicantumkan dalam label.

h) Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat bersih atau neto, komposisi, aturan, penggunaan, tanggal produksi, efek samping, nama, dan alamat pelaku usaha, dan barang lain yang harus dipasang atau diproduksi untuk digunakan sesuai dengan peraturan.

i) Tidak mencantumkan informasi atau deskripsi produk dalam Bahasa Indonesia sebagaimana diwajibkan oleh peraturan perundang-udangan yang berlaku.

j) Memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan terkontaminasi tanpa memberikan informasi yang lengkap.

k) Memperdagangkan sediaan farmasi dan makanan yang rusak, cacat atau bekas, dan terkontaminasi dengan atau tanpa informasi yang lengkap.

Dokumen terkait