PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Penggunaan metode yang guru gunakan dalam pembelajaran kurang menarik bagi siswa, sehingga umpan balik dari siswa tidak maksimal.
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Mengenai peningkatan hasil belajar siswa pada pertemuan pertama siklus I dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Peningkatan hasil belajar siswa dapat kita lihat pada pertemuan kedua dengan gambar grafik di bawah ini.
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat setelah penerapan model pembelajaran tipe STAD sebesar 5,5%. Pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CITY dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Tulusrejo pada materi globalisasi.
Penelitian Relevan
LANDASAN TEORI
Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kolaboratif kecil beranggotakan 4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi kesulitan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak . mengurus orang lain.14. STAD, atau Student Team Achievement Division, adalah model pembelajaran kolaboratif yang paling sederhana dan model yang bagus untuk guru yang baru mengenal pendekatan kolaboratif.
Murid dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 orang, setiap kelompok harus heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari suku yang berbeda, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah 17 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa untuk bekerja sama memecahkan masalah yang dihadapi saat ini, saling menghargai dan melatih kedewasaan untuk melanjutkan hidup dengan baik di masa yang akan datang. Setiap model pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Konsep Teori Variabel Penelitian
- Hasil Belajar
- Hakikat Pembelajaran Pkn di SD/MI
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, indikator itu sendiri merupakan perilaku yang dapat diukur atau diamati untuk menunjukkan pencapaian beberapa kompetensi dasar yang dijadikan acuan dalam penilaian mata pelajaran. Pendidikan Kewarganegaraan (PKK) merupakan mata pelajaran yang lebih menitikberatkan pada pembentukan warga negara yang dapat memahami dan mampu menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Secara epistemologi mata pelajaran ini merupakan program pembangunan individu dan secara aksiologis. Subjek ini.
22 Tahun 2006 menyatakan bahwa “Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang menitikberatkan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, cakap, dan berkarakter sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS akan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Tulusrejo Semester Genap tahun pelajaran 2017/2018.
METODOLOGI PENELITIAN
- Setting Penelitian
- Subjek Penelitian
- Prosedur Penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
- Instrumen Penelitian
- Teknik Analisis Data
- Indikator Keberhasilan
Dari pembelajaran yang dilakukan pada siklus I pada pertemuan kedua dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa melalui pemberian post test adalah sebagai berikut. Dari pembelajaran yang dilakukan pada siklus II pada pertemuan pertama dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa melalui pemberian post test adalah sebagai berikut. Mengenai peningkatan hasil belajar siswa pada pertemuan pertama dengan pertemuan kedua pada siklus I dapat dilihat dengan gambar grafik di bawah ini.
Namun hasil belajar siswa pada pertemuan ini belum mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan yaitu 60%. Dari pembelajaran yang dilakukan pada siklus II pada pertemuan kedua dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa melalui pemberian post test adalah sebagai berikut.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Lokasi Penelitian
Sejak berdirinya SDN 1 Tulusrejo pada tahun 1974 hingga saat ini telah terjadi beberapa kali pergantian kepala sekolah sampai dengan kepala sekolah saat ini yaitu Ny. ES.Yudaningsih.
Deskripsi Data Hasil Penelitian
Dari pembelajaran yang dilakukan pada siklus satu pertemuan pertama dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa melalui penyampaian soal pre-test dan post-test adalah sebagai berikut. Hasil belajar siswa siklus I pertemuan I. Berdasarkan tabel 11 dan gambar 4 dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan hasil belajar siswa siklus I pertemuan I adalah dengan rata-rata pretest sebesar 47,8%. dengan tingkat ketuntasan 16,7% dan nilai rata-rata posttest 53,9% dengan tingkat ketuntasan 33,33%. Dan tabel hasil belajar terlampir Tabel 13. Hasil belajar siswa pada siklus I sesi II. Nilai rata-rata dihitung dengan:.
Berdasarkan tabel 13 dapat dijelaskan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari hasil post test yang diberikan pada pertemuan pertama mengalami peningkatan pada pertemuan kedua yaitu jika pada pertemuan pertama nilai rata-rata posttest 53,9 dengan tingkat ketuntasan mencapai 33,33% mengalami peningkatan pada pertemuan kedua dengan rata-rata nilai posttest 61,11 dengan tingkat ketuntasan 50%. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I pertemuan kedua. Berdasarkan Tabel 13 dan Gambar 5 dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada Siklus I pertemuan pertama yaitu nilai rata-rata post test sebesar 53,9 dengan tingkat ketuntasan 33,33%, mengalami peningkatan pada pertemuan kedua yaitu dengan rata-rata skor postes 61,11 dengan tingkat ketuntasan 50%. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada pertemuan kedua mengalami peningkatan dibandingkan pertemuan pertama, meskipun belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan sebesar 60%.
Beberapa hal yang diamati dari kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran. a) hasil belajar siswa kelas IV. Setelah pelaksanaan siklus I, hasil belajar siswa meningkat dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua dengan pencapaian nilai rata-rata pada Siklus I dari pertemuan pertama sebesar 53,9, sedangkan pada pertemuan kedua nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 61.11. Berdasarkan Tabel 15 dan Gambar 6 dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan I yaitu rata-rata skor postes 53,9 dengan tingkat ketuntasan 33,33% mengalami peningkatan. pada pertemuan kedua yaitu dengan rata-rata skor postes 61,11 dengan ketuntasan 50%.
Berdasarkan tabel 16 dapat dijelaskan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari hasil post test yang diberikan pada pertemuan pertama siklus II dengan rata-rata nilai post test 75,55 dengan tingkat kelengkapan 55,55% mengalami pertumbuhan. dibandingkan pertemuan kedua pada siklus I yaitu dengan rata-rata skor postes 61,11 dengan tingkat ketuntasan 50%. Berdasarkan tabel 16 dan gambar 7 dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan pertama dengan rata-rata postes 75,55 dengan tingkat ketuntasan 55,55% mengalami peningkatan pada perbandingan dengan siswa. Hasil belajar pada pertemuan kedua pada siklus I dengan skor rata-rata setelah tes sebesar 61,11 dengan tingkat ketuntasan 50%. Berdasarkan tabel 18 dan gambar 8 terlihat bahwa tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan pertama yaitu rata-rata skor setelah tes sebesar 75,55 dengan tingkat ketuntasan 55,55% mengalami peningkatan di urutan kedua. pertemuan, masing-masing dengan rata-rata skor postes 78,9 dengan tingkat ketuntasan 72,22%. yang berarti hasil belajar siswa mampu mencapai lebih dari 60% indikator keberhasilan.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus II dari pertemuan pertama dengan rata-rata 67,8% dan pada pertemuan kedua menjadi 77,34%. Setelah pelaksanaan siklus II hasil belajar siswa meningkat dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua dengan pencapaian nilai rata-rata pada siklus II pertemuan pertama sebesar 75,55%, sedangkan nilai rata-rata siswa pada pertemuan kedua meningkat menjadi 78,9%. .
Pembahasan
- Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Pada penelitian pada siklus II ini terlihat bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari siklus sebelumnya, sehingga tidak perlu banyak revisi, namun yang diperlukan untuk tindakan selanjutnya adalah pemaksimalan. dan memaksimalkan serta mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dengan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Hal lain terjadi pada rekannya yang bernama Auliya, Auliya merupakan siswa yang sangat aktif bertanya dalam proses pembelajaran, Auliya juga merupakan salah satu siswa yang berprestasi di kelasnya, hal ini terlihat dari hasil belajar yang diperolehnya pada siklus Saya mendapat nilai posttest yaitu 90 dan meningkat menjadi 100 pada posttest siklus II setelah diterapkan model pembelajaran STAD, hasil yang diperoleh Auliya cukup sesuai dengan hasil yang diselesaikan. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat, hal ini terlihat dari jumlah siswa yang telah menyelesaikan hasil belajarnya yang juga dapat dilihat pada lampiran.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada setiap siklusnya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data tentang hasil belajar siswa pada siklus I dan II selama proses pendidikan yang dilaksanakan. Mengenai peningkatan hasil belajar dari siklus I dan II dapat kita lihat dengan gambar grafik di bawah ini.
Berdasarkan Tabel 21 dan Gambar 11 diketahui derajat ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dengan rata-rata postes pertemuan pertama sebesar 53,9 dengan tingkat ketuntasan sebesar 33,33%. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran tipe STAD berpengaruh positif terhadap aktivitas siswa dalam merespon pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi karena penggunaan model pembelajaran STAD yang benar, dimana siswa belajar dalam kelompok yang heterogen dan bekerja sama.Penggunaan model pembelajaran STAD dapat mendorong semangat kerjasama dalam mencari pengetahuan baru dan dapat memudahkan hafalan untuk memahami materi.
Dengan demikian, penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN 1 Tulusrejo Kabupaten Pekalongan khususnya materi Globalisasi. Diharapkan sekolah dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga selain dapat memberikan variasi dalam belajar mengajar, juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Nofiyanti “Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas V Madrasah Negeri Ibtidaiyah Negeri Gumukmas Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012”.
PENUTUP
Saran
Upaya untuk dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pelaksanaan PKn di kelas, karena. Kompetensi Dasar: 4.2 Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang telah ditampilkan dalam misi budaya Alokasi waktu: 2 x 35 menit (1 x pertemuan). Tanyakan kepada siswa tentang pemahaman mereka tentang materi dan biarkan mereka mengajukan pertanyaan tentang apa yang mereka tidak mengerti.
Tanyakan kepada siswa tentang pemahaman mereka tentang materi dan biarkan mereka mengajukan pertanyaan tentang apa yang mereka tidak mengerti.