• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI DAISTA GUSMARTI.pdf - Repository IAIN Bengkulu

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI DAISTA GUSMARTI.pdf - Repository IAIN Bengkulu"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Identifikasi masalah

Belum ada pengembangan modul berbasis etnosains sebagai bahan ajar materi ekosistem di SMP Negeri 11 Mukomuko. Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengembangan modul pembelajaran IPA berbasis etnosains pada materi ekosistem untuk mengembangkan jiwa konservasi siswa.

Rumusan Masalah

Tahap akhir merupakan tahapan terakhir dalam proses penulisan modul pembelajaran saintifik berbasis etnosains pada materi ekosistem. Modul pembelajaran etnosains pada materi ekosistem termasuk dalam kriteria sangat layak digunakan tanpa revisi.

Batasan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJUAN PUSTAKA

Pembelajaran IPA

Aliran koneksionisme yang diperkenalkan oleh Thorndike "menyarankan bahwa belajar adalah upaya untuk membangun hubungan antara stimulus dan reaktan." School of psycho-reflexology menyatakan bahwa “belajar dipahami sebagai upaya untuk membentuk refleks baru. Sekolah psikologi asosiasi mengklaim bahwa "belajar adalah proses aktif, di sini yang kami maksud adalah aktivitas aktif dan tidak terlihat".

Dari uraian di atas dapat dipahami dengan baik bahwa siklus pembelajaran komunikasi antara guru dan siswa berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan keadaan, sehingga mereka dapat melakukan latihan mental, misalnya selama waktu yang dihabiskan untuk inferensi, menghafal dan memahami. Ilmu alam (IPA) adalah kumpulan informasi yang disusun secara metodis, dan penerapan umumnya terbatas pada keajaiban biasa. Ilmu pengetahuan alam (IPA) sangat esensial untuk ilmu pengetahuan, atau ilmu pengetahuan, yang berasal dari kata bahasa Inggris "science", yang berarti tahu.

Innate knowledge (IPA) adalah knowledge atau ilmu pengetahuan yang asalnya berasal dari kata bahasa Inggris “science”. Kata science sendiri berasal dari kata latin “secientia” yang artinya saya tahu. Jadi pada hakekatnya jenis-jenis keterampilan dasar yang diperlukan dalam melewati IPA disebut juga sebagai “keterampilan proses”. 28Sri “Sulistyorini, Pembelajaran IPA Sekolah Dasar (Yogyakarta: Tiara Karya, 2017), hlm. Makna “sikap” dalam pelajaran IPA SD terbatas pada pengertian “sikap ilmiah terhadap lingkungan alam”.

Pendekatan Etnosains

Bidang kajian penelitian etnosains pada mulanya adalah penelitian etnosains yang memenuhi penghayatan budaya yang dicirikan sebagai bentuk-bentuk yang ada dalam pikiran manusia, model-model persepsinya yang dalam hal ini dimaknai sebagai model-model pengaturan iklim atau kondisi sosial yang dihadapinya. . Kedua pakar tersebut mencoba mengungkap rancangan yang digunakan untuk mengatur iklim, baik fisik maupun sosial. Berbagai informasi logis yang unik di bidang sains, agribisnis, kedokteran, dan tentang manfaat go green dan inovasi.

Lingkungan informasi logis unik yang diidentifikasi dengan mempertimbangkan etnosains ada di bidang sains, biologi, fisika, matematika, dan lain-lain. Sejalan dengan hal tersebut, tentu banyak pakar sosial yang secara metodis menggunakan kajian etnosains, istilahnya etnosains.

Jiwa Konservasi

Dampak dari korupsi ini memprihatinkan dan jika tidak diantisipasi akan merugikan umat manusia dan terutama mempengaruhi keberadaan manusia di masa depan. Perkembangan yang dimaksud bukanlah perubahan yang terjadi secara radikal dan seketika, melainkan perubahan yang biasa dipilih. Penanda pelindung jiwa juga berdasarkan penilaian Asriningrum yang menyatakan bahwa penanaman nilai-nilai karakter harus dilandasi oleh tujuan yang jujur ​​untuk benar-benar fokus, mengejar dan.

Materi Ekosistem

Pedoman masalah asesmen seperti aturan perseptual adalah: cadangan energi yang harus disediakan di ruang belajar, tanaman pendukung di sekitar sekolah. Mengevaluasi hasil kerja individu dan kelompok dalam kegiatan sehari-hari sebagai bentuk pelaksanaan pelaksanaan percobaan dan pelaporan hasil percobaan. Menjaga keseimbangan ekosistem (abiotik dan biotik) sebagai makhluk ciptaan Tuhan merupakan bentuk pengamalan agama yang dianutnya.

Materi ekosistem dianggap sangat penting bagi siswa, seperti yang dikemukakan oleh Walther dan Mollmann bahwa pendekatan ekosistem bertujuan untuk mengelola sumber daya alam secara holistik dengan mempertimbangkan pengaruh interaksinya dengan komponen yang berbeda di lingkungan. Dikatakan abstrak karena memerlukan imajinasi untuk mempelajarinya dan tidak semua objek dapat dilihat secara langsung. Akan tetapi, materi ekosistem juga dikatakan sebagai materi kongkrit karena sering digunakan alat-alat tak kasat mata untuk memudahkan siswa dalam mempelajarinya.

Mengetahui konsep ekosistem lebih menekan siswa untuk berpikir divergen, tidak hanya berdasarkan penjelasan teori dari mata pelajaran, tetapi juga dalam mengatasi masalah yang muncul akhir-akhir ini. Melalui pemikiran divergen, siswa dapat membuat hubungan antara konsep ekosistem dan hal-hal yang berbeda, seperti menggunakan konsep ekosistem sebagai ilmu yang produktif.

Kajian Penelitian Yang Relevan

Metode penelitian ini adalah 10 siswa kelas VII A SMPN 2 Semarang untuk eksperimen kecil, 34 siswa kelas VII E untuk eksperimen besar dan 34 siswa kelas VII D untuk kelas implementasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang dikaji adalah menggunakan desain penelitian dan pengembangan dengan penelitian Clusterar Random. 41. Penelitian yang dilakukan oleh Muryanto, Widha Sunarno, Ashadi berjudul “Pengembangan modul sains terpadu bertema ekosistem dengan pendekatan eksplorasi ambien”.

Penelitian ini dilakukan sebagai bagian dari pengembangan modul pembelajaran IPA terpadu Perbedaan dari penelitian yang diteliti dalam penelitian ini adalah model 4-D dengan cluster random. Penelitian yang dilakukan oleh Niken Purnama Sari, Suhirman, Ahmad Walid berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Berbasis Etnosains untuk Menanamkan Jiwa Konservasi”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan modul pembelajaran berbasis etnosains yang dapat digunakan setelah validasi.

41Wiwin “Eka Rahayu, Pengembangan Modul Sains Terpadu Berbasis Etnosains Energi dalam Kehidupan untuk Menanamkan Jiwa Konservasi pada Mahasiswa, (Semarang: UNES, 2018)”. 42 Muryanto, Widha Sunarno, Ashadi “et al., Pengembangan Modul Sains Terintegrasi Ekosistem dengan Menjelajahi Pendekatan Lingkungan, (Yogyakarta: UMY, 2017)”. Penelitian ini merupakan tindakan kelompok untuk mengimplementasikan modul IPA berbasis etnosains masyarakat Bengkulu melalui pembelajaran penemuan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelompok (Classroom Action Reach).

Kerangka Berpikir

Penelitian yang dilakukan oleh Indra Sakti, Aprina Defianti, Nirwana berjudul “Implementasi Modul Sains Berbasis Etnosains Masyarakat Bengkulu Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”.

Gambar 2.1  Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Jenis Penelitian

Keluaran utama dari penelitian pengembangan ini adalah modul pembelajaran IPA berbasis etnosains pada materi ekosistem untuk meningkatkan jiwa konservasi siswa. Penyusunan draf 1 modul ajar IPA tentang pencemaran lingkungan mengacu pada GIBM yang telah disusun sebelumnya. Kegiatan ini diawali dengan pengenalan modul pembelajaran IPA berbasis etnosains pada materi ekosistem kepada 6 siswa.

Setelah membaca modul, siswa diberikan angket dengan jawaban modul pembelajaran IPA berbasis etnosains pada materi ekosistem. Setelah itu, angket dibagikan kepada siswa untuk melihat respon mereka terhadap modul pembelajaran IPA berbasis sains etnik pada materi ekosistem. Hasil akhir dari tahap ini adalah diperolehnya modul pembelajaran IPA berbasis etnosains pada materi ekosistem yang valid dan efektif untuk meningkatkan jiwa konservasi siswa.

Modul pembelajaran IPA berbasis etnosains dilengkapi dengan ilustrasi pada setiap materi untuk memudahkan siswa dalam memahami materi. Modul pembelajaran IPA berbasis etnosains yang dibuat full color memperkuat jiwa konservasi dan minat siswa dalam mempelajari IPA. Pengembangan modul pembelajaran IPA berbasis etnosains pada materi ekosistem menggunakan metode pengembangan Borg & Gall yang terdiri dari enam langkah.

Tabel 3.2  Kriteria Kelayakan
Tabel 3.2 Kriteria Kelayakan

Setting Penelitian

Prosedur Penleitin

Teknik Pengumpulan Data

Angket ini akan berisi tanggapan siswa mengenai kemudahan penggunaan, efisiensi waktu pembelajaran, serta daya tarik dan manfaat Modul Pembelajaran IPA Berbasis Etnosains. Setelah melakukan analisis kebutuhan dan mengetahui permasalahan yang ada di lapangan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan produk awal modul pembelajaran IPA berbasis etnosains pada materi ekosistem yang dapat menjawab permasalahan tersebut. Validasi dilakukan untuk memberikan penilaian kelayakan modul pembelajaran IPA berdasarkan etos ekosistem materi yang dikembangkan, meliputi kelayakan materi/isi, kelayakan bahasa dan kelayakan desain/media.

Sumber yang dimaksud adalah sumber yang terinci agar siswa atau pengguna modul pembelajaran berbasis IPA dapat mengakses materi secara tepat. Hasil tahap produk akhir adalah modul pembelajaran IPA berbasis etnosains yang valid dan efektif.Pemanfaatan etnosains sebagai dasar pengembangan pada modul ini menghasilkan peningkatan literasi sains siswa. Dilihat lebih luas, modul pembelajaran IPA yang dikembangkan memiliki banyak kelebihan dan kekurangan.

Modul pembelajaran IPA berbasis etnosains dikembangkan dengan pengaturan tata letak yang baik, untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada siswa. Modul pembelajaran IPA berbasis etnosains dilengkapi dengan kegiatan hands-on sederhana yang membimbing siswa dalam menemukan konsep dari suatu materi dan melatih siswa untuk bereksperimen dan berperilaku ilmiah. Diperlukan alat berupa komputer/laptop dan koneksi internet, sehingga penggunaan modul pembelajaran IPA berbasis etnosains dapat lebih maksimal.”

Teknik Analisis Data

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan Hasil Penelitian

Tahap perencanaan ini meliputi penentuan komponen modul, seperti tujuan pembelajaran, keterampilan dasar dan indikator ketercapaian materi, serta media yang digunakan dalam Modul Pembelajaran IPA yang akan dikembangkan dalam garis besar isi modul (MBIM). Penulisan modul pembelajaran IPA mengacu pada GBIM dan sketsa yang selalu di bawah bimbingan dosen pembimbing sehingga dihasilkan produk awal yang baik. Berbagai sumber gambar dan materi dicantumkan dalam modul untuk memudahkan menelusuri hal-hal terkait.

Komponen yang digunakan sebagai bahan penilaian validator terhadap modul pembelajaran IPA berbasis etmos adalah komponen isi, komponen bahasa dan komponen media/desain. Pada tahap validasi modul terdapat beberapa saran perbaikan yang diberikan oleh validator yaitu penggunaan ilustrasi pada modul. Banyak pengetahuan tentang informasi ilmiah dan nilai-nilai etnosains yang menjadi materi dalam kehidupan sehari-hari siswa, yang diambil dari dalam modul dan tidak terdapat dalam buku teks.

Pemberian ilustrasi/gambar untuk setiap komponen serta kesinambungan setiap komponen dalam modul memudahkan siswa untuk lebih memahami informasi yang disampaikan. Berdasarkan angket respon siswa terhadap modul yang dikembangkan dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran IPA yang dikembangkan memiliki kategori sangat menarik. Terdapat nilai-nilai etnosains yang melekat pada materi dalam modul untuk memperluas wawasan siswa.

Temuan Lapangan

Kelayakan modul diuji oleh 3 trainer yaitu: 1 trainer sebagai ahli bahasa, 1 trainer sebagai ahli materi dan 1 trainer sebagai ahli media/desain. Modul pembelajaran praktikal berdasarkan hasil respon siswa yang dilaksanakan di Uji coba lapangan terbatas/uji coba skala kecil menunjukkan, bahwa modul pembelajaran IPA berbasis materi etnosains ekosistem termasuk dalam kriteria sangat menarik/sangat baik untuk digunakan tanpa revisi. dengan persiapan yang matang dan penyiapan sarana pendukung seperti alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai rencana.

Pengembangan modul IPA terpadu dengan tema ekosistem dengan pendekatan eksplorasi alam sekitar untuk meningkatkan kesadaran lingkungan. Pengembangan modul IPA terpadu berbasis etnosains dengan tema energy in life untuk menanamkan jiwa konservasi pada siswa. Pengembangan modul IPA terpadu berbasis etnosains dengan tema energy in life untuk menanamkan jiwa konservasi pada siswa.

Keterbatasan Penelitin

PENUTUP

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Berpikir
Tabel 3.3  Penskoran Angket  Pilihan Jawaban  Skor
Tabel 3.2  Kriteria Kelayakan
Tabel 3.2  Kriteria Kepraktisan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil observasi awal yang penulis dapatkan bahwa sekolah tersebut sudah melaksanakan profil pelajar Pancasila kurang lebih 1 tahun, yang menjadi kelas uji coba masih 2 kelas,