Sehubungan dengan itu, disusunlah disertasi yang berjudul: Efektivitas Sanksi Pemulangan Orang Tua kepada Anak yang Berhadapan Hukum (Studi pada PPA Polrestabes Medan). Berdasarkan uraian di atas, maka skripsi ini disusun dengan judul: “Efektifitas Sanksi Pemulangan Orang Tua Bagi Anak Berhadapan Hukum (Studi Pada PPA Polrestabes Medan)”.
Rumusan Masalah
Faedah Penelitian
Secara teoritis, hal ini seharusnya menambah wawasan dan pengetahuan di bidang peradilan pidana, khususnya mengenai efektivitas sanksi pemulangan orang tua dari anak yang berkonflik dengan hukum. Praktisnya, sebagai sumbangan pemikiran untuk kepentingan negara, bangsa, masyarakat dan pembangunan, agar lebih mengetahui efektifitas sanksi pemulangan orang tua terhadap anak yang berkonflik dengan hukum.
Tujuan Penelitian
Definisi operasional
Sanksi pengembalian kepada orang tua merupakan upaya untuk memberikan sanksi kepada anak yang melakukan tindak pidana dalam keadaan tertentu. Anak yang berkonflik dengan hukum adalah anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik berdasarkan peraturan perundang-undangan maupun peraturan hukum lain yang ada dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Keaslian Penelitian
Skripsi Ida Yani, NPM 11140067, Hasanuddin Syiah Kuala Mahasiswa Hukum Tahun 2018 yang berjudul “Pengawasan Anak yang Dikenai Sanksi Tindakan (Penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Banda Aceh)”, skripsi ini merupakan penelitian hukum empiris yang melibatkan analisis data. di bidang pengawasan anak yang dikenakan sanksi. Dalam penelitian, topik yang dibahas dalam bentuk disertasi ini berfokus pada aspek kajian terkait efektivitas sanksi pemulangan orang tua bagi anak yang berhadapan dengan hukum (studi pada PPA Polrestabes Medan).
Metode Penelitian
Dalam penelitian, topik yang dibahas dalam bentuk disertasi ini berfokus pada aspek kajian terkait efektivitas sanksi pemulangan orang tua bagi anak yang berhadapan dengan hukum (studi pada PPA Polrestabes Medan). dan bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara dan studi dokumentasi atau studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dan informasi dengan menggunakan studi dokumentasi dan melalui wawancara kepada PPA Polrestabes Medan sesuai dengan bahan penelitian.
Efektivitas
Dengan demikian dapat diartikan bahwa indikator efektivitas dalam arti tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan adalah suatu ukuran dimana suatu tujuan telah tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan. Misalnya, jika seseorang melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu dan apa yang sebenarnya diinginkannya, maka tindakan orang tersebut efektif jika hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang diinginkan dan direncanakan sebelumnya.
Pengertian Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berumur 18 tahun bahkan masih dalam kandungan, sedangkan UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak mengatur bahwa: Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak beserta hak-haknya, agar mereka dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta terlindungi dari kekerasan dan diskriminasi.
Sanksi Pengembalian Kepada Orang Tua
Penangkapan, penahanan, atau pidana penjara terhadap anak hanya akan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir. Setiap anak yang dirampas kebebasannya mempunyai hak atas perlakuan yang manusiawi dan pemisahan dari orang dewasa, atas penasihat hukum yang efektif atau bantuan lainnya pada semua tahap proses hukum yang sesuai, dan untuk membela diri serta memperoleh keadilan bagi anak di bawah umur secara obyektif dan tidak memihak. pengadilan. Sidangnya tertutup untuk umum. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau berkonflik dengan hukum berhak atas kerahasiaan.
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kejahatan berhak atas bantuan hukum dan bantuan lainnya. Oleh karena itu, perbuatan walaupun merampas dan menghina kemerdekaan seseorang, apabila tidak tercantum dalam Pasal 10 KUHP, bukanlah suatu kejahatan, melainkan perbuatan. Sedangkan menurut KUHP kita, tindak pidana dibedakan menjadi tindak pidana pokok dan tindak pidana tambahan.
Pertimbangan Hakim dalam Menetapkan Pengembalian Anak kepada Orang Tua atau Wali bagi Anak yang Melakukan Tindak Pidana.”
Tindak Pidana
Misalnya keadaan pejabat publik dalam tindak pidana kedinasan berdasarkan Pasal 415 KUHP, atau keadaan sebagai pengurus atau komisaris perseroan terbatas dalam tindak pidana berdasarkan Pasal 398 KUHP. Unsur Subjektif, unsur yang ada atau melekat pada pelaku, atau yang melekat pada pelaku dan mencakup segala sesuatu yang terkandung dalam hatinya. Unsur subyektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri pelaku atau berkaitan dengan pelaku, dan mencakup segala sesuatu yang terkandung dalam hatinya.
Sedangkan unsur obyektif adalah unsur yang berkaitan dengan keadaan, yaitu keadaan di mana tindakan pelaku akan dilakukan. Berbagai tujuan atau merek dagang, seperti yang terdapat pada misalnya kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain; Perencanaan terlebih dahulu atau voorbedachte raad sebagaimana tercantum dalam tindak pidana pembunuhan berdasarkan Pasal 340 KUHP;
Kausalitas bagi pelaku, Kausalitas adalah hubungan antara suatu tindak pidana sebagai sebab dan suatu kenyataan sebagai akibat.
Penerapan Sanksi Terhadap Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Penerapan sanksi terhadap anak yang berkonflik dengan undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana. Lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak antara lain telah memantapkan apa yang dimaksud dengan anak yang berhadapan dengan hukum. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyebutkan bahwa anak yang berhadapan dengan hukum, yang selanjutnya disebut anak, adalah anak yang berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun, yang menjadi tersangka. melakukan tindak pidana, Apa yang dimaksud dengan anak yang berhadapan dengan hukum?
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak yang melakukan pelanggaran hukum, yaitu pidana mati dan pidana atau perbuatan tambahan. Ketentuan dalam Pasal 71 ayat 1 dan par. 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak antara lain mengatur tentang pidana pokok dan pidana tambahan bagi anak yang melakukan pelanggaran hukum. Selain sanksi pokok menurut ayat 2, dapat juga dikenakan pidana tambahan terhadap anak yang melakukan pelanggaran hukum berupa:
Kasus yang melibatkan anak yang berhadapan dengan hukum yang ancamannya lebih dari tujuh tahun tidak dapat ditangani dengan diversi. Bagi anak yang berumur di atas 12 (dua belas) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun dikenakan sanksi pidana. Jenis tindakan yang dapat dikenakan terhadap anak yang melakukan pelanggaran hukum berdasarkan Pasal 82 ayat .
Efektivitas Sanksi Pengembalian Kepada Orang Tua Bagi Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum
Demikian pula dalam melaksanakan hak dan kewajiban anak yang melakukan tindak pidana harus mendapat bantuan dan perlindungan hukum untuk mencapai keadilan yang diinginkan. Namun apabila tindak pidana yang dilakukan tersangka melebihi tujuh tahun penjara, maka proses diversi hanya disarankan karena diversi wajib untuk hukuman di bawah tujuh tahun penjara.30. Dalam menetapkan pengembalian seorang anak kepada orang tua atau walinya, penetapan itu harus mengikuti proses dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2016. 11 Tahun 2012 menyusul.
Dasar pertimbangan dalam memutuskan layak atau tidaknya seorang anak dikembalikan kepada orang tuanya adalah kepentingan anak itu sendiri. Namun ada pendapat lain mengenai penerapan sistem peradilan anak (Juvenile Justice), tidak hanya sekedar menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana anak, namun lebih terfokus pada pemikiran bahwa penjatuhan sanksi merupakan sarana penunjang. kesejahteraan anak yang melakukan tindak pidana. Apabila tindak pidana yang dijatuhkan kepada anak tersebut bukan hanya sekedar hukuman saja, tetapi juga harus dilihat apakah jenis tindak pidana yang dilakukan oleh anak tersebut termasuk berat atau tidak dan diancam dengan pidana di bawah 7 tahun serta bukan merupakan pengulangan tindak pidana tersebut maka akan dikenakan sanksi pidana. agar anak tersebut dapat dikembalikan kepada orang tua atau walinya dengan lebih efektif agar dapat memperoleh bimbingan, bimbingan dan pendidikan yang lebih tepat, tentunya dengan peningkatan pengawasan dari orang tua, agar anaknya tidak mengulangi perbuatan pidana lagi.
Dan dari data yang ada, tidak ditemukan adanya kasus tindak pidana berulang yang dilakukan oleh anak yang dikembalikan kepada orang tuanya (tidak ada residivisme).32.
Kendala Dalam Penerapan Sanksi Pengembalian Kepada Orang Tua Bagi Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum
Tercapainya penegakan hukum berarti diperolehnya kepastian hukum, keadilan dan manfaat dari penegakan hukum. Namun pada kenyataannya penegakan hukum mengalami berbagai hambatan atau hambatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Upaya penegakan hukum yang sistematis hendaknya memperhatikan ketiga aspek tersebut secara bersamaan, sehingga proses penegakan hukum internal dan keadilan dapat terwujud secara nyata.
Faktor ketiga adalah faktor fasilitasi yang membantu penegakan hukum.Menurut Soerjono, Soekanto sendiri menyatakan tidak mungkin penegakan hukum dapat berjalan lancar tanpa sarana atau fasilitas yang memadai. Kejahatan merupakan suatu proses sosial (crime as a social process), sehingga dalam pelaksanaan penegakan hukum juga harus dipandang secara represif dalam konteks kebijakan kriminal preventif (pencegahan kejahatan), termasuk dengan penegakan hukum pidana dan penjatuhan pidana. pada pelaku. Proses penegakan hukum pada hakikatnya adalah upaya untuk menegakkan keadilan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat.
Penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam sistem peradilan pidana merupakan salah satu upaya yang dapat melindungi masyarakat dan perlakuan jahat terhadap pelaku kejahatan. Penegakan hukum dilakukan melalui penyidikan pidana mulai dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan (apabila berupa lembaga pemasyarakatan). Penegakan hukum diharapkan dapat memberikan efek jera bagi pelakunya agar tidak melakukan kejahatan lagi.
Kesimpulan
Dan menurut data yang ada, tidak terdapat kasus residivisme pada anak yang dikembalikan kepada orang tuanya (tidak ada residivisme). Hambatan efektifitas sanksi pengembalian orang tua terhadap anak pelanggar hukum adalah: adanya penyatuan pemikiran antara korban dan anak pelanggar hukum untuk mencapai kesepakatan, kemudian perbedaan pemahaman dalam menghadapi anak dalam pelanggaran hukum. pelanggaran hukum. pemahaman antara aparat penegak hukum dan masyarakat serta orang tua mengenai diversi.
Saran
Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
Laporan Penelitian
Internet