Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan Islam menurut Az Zarnuji, dan untuk mengetahui konsep ilmu dan keutamaannya menurut Az Zarnuji dalam Kitab Ta'lim Muta'Alim. Sifat penelitian yang dilakukan penulis mengenai konsep pendidikan Islam menurut pandangan Az Zarnuji dalam kitab Ta'lim Muta'alim adalah bersifat deskriptif kualitatif. 1 Lirboyo Pres, Kajian dan Analisis Ta'lim Muta'alim dan Lengkap dengan Tanya Jawab, (Kediri: Santri Salaf Press, 2015), hlm.
23 Lirboyo Pres, Kajian dan Analisis Ta'lim Muta'alim dan Lengkap dengan Tanya Jawab, (Kediri: Santri Salaf Press, 2015), hlm.31Aliy As'ad, Terjemah Ta'lim Muta'alim: Panduan bagi Ilmuwan Kejaksaan, (Kudus: Menara Kudus, 2007), hal 48 Ma'ruf Asrori, Belajar Etika Kejaksaan: Terjemahan Ta'lim Muta'alim, (Surabaya: Al Miftah, 2012), hal.
50 Aliy As'Ad, Terjemahan Ta'lim Muta'alim: Bimbingan Penuntut Ilmu, (Kudus: Menara Kudus, 2007), hlm. Al Qudsi, dari judul asal Ta‟lim al Muta‟alim Thariqat At Thaalum, (Surabaja: Al-Hidayah, No tahun), h. Jika apa yang dikemukakan oleh Az Zarnuji dalam kitab Ta‟lim Muta‟alim, maka yang berlaku adalah ketaatan mutlak kepada guru.
PENDIDIKAN ISLAM MENURUT AZ ZARNUJI (KAJIAN TERHADAP ANALISIS KONSEP ILMU DAN PRIVASINYA DALAM KITABU TA'LIM MUTA'ALIM).
PENDAHULUAN
Pertanyaan Penelitian
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian Relevan
Metode Penelitian
- Jenis dan Sifat Penelitian
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
Biografi Syekh Az Zarnuji
Pengertian Pendidikan Islam
- Pengertian Pendidikan Islam
- Dasar Dasar Pendidikan Islam
- Tujuan Pendidikan Islam
Konsep Az Zarnuji tentang Pendidikan Islam dalam
- Pendidikan Islam Menurut Az Zarnuji
Konsep Ilmu dan keutamannya dalam Kitab Ta‟lim
- Kewajiban Belajar
- Kemuliaan Ilmu
- Belajar Ilmu Akhlak
- Ilmu yang Fardlu Kifayah dan Yang Haram dipelajari
- Memilih Ilmu
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Niat dalam Menuntut Ilmu
Dalam Ta'lim Muta'alim dijelaskan bahwa wajib dialamatkan pada saat menuntut ilmu karena aniat adalah prinsip dasar dalam segala hal. Banyak sekali amal-amal yang bentuknya seperti amal dunia, tetapi sebenarnya adalah amal di akhirat karena niat yang baik. Dan tidak sedikit amal yang bentuknya seperti amal akhirat, yang kemudian berubah menjadi amal dunia karena niat buruk.
Dari uraian kitab Ta'lim Muta'alim di atas dapat dipahami bahwa niat menuntut ilmu adalah suatu keharusan bagi peserta didik karena setiap perbuatan akan dinilai sesuai dengan niatnya. Ibarat suatu perbuatan baik, jika dilakukan dengan niat baik, di sisi Allah SWT perbuatan tersebut menjadi amal tersendiri bagi siswa. Akan tetapi jika suatu perbuatan dianggap baik, jika dilakukan dengan niat buruk, maka perbuatan itu tidak ada nilainya di sisi Allah.
Az Zarnuji mengecam keras para penuntut ilmu yang hanya membidik dunia, ia lebih menekankan pada target ukhrawi. Namun, Az mengizinkan Zarnuji untuk mencari pekerjaan dengan pendidikannya, hanya dengan syarat dia memohon kebaikan dan mencegah kejahatan, menjunjung tinggi kebenaran agama. Pendapat Az Zarnuji ini senada dengan pendapat pakar pendidikan Islam lainnya, misalnya Muhammad Athiyyah al-Abrasy, bahwa mencari ilmu hendaknya ditujukan untuk belajar memperbaiki dan menghiasi jiwanya dengan sifat-sifat yang mulia, dekat dengan Allah dan tidak belajar untuk bangga pada dirinya sendiri.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia yang sempurna, yaitu manusia yang matang jasmani dan rohani, intelektual, moral, sosial dan sebagainya. Guru dalam pendidikan Islam yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didiknya harus mampu mengusahakan perkembangan seutuhnya. Dalam memilih guru sebaiknya memilih guru yang lebih alim, artinya guru yang banyak ilmunya dan juga memilih yang lebih vera, yaitu guru yang lebih berwatak wara, tujuan wara adalah untuk melindungi dari kehormatan, dan pilihlah usia yang paling dewasa (tua) sekalipun.”14.
Syarat-syarat yang dikemukakan oleh Az Zarnuji dimaksudkan agar seseorang memperoleh ilmu yang luas karena seorang guru yang berwawasan luas dan memahami suatu bidang ilmu akan dapat mengajarkan ilmu yang dimilikinya, baik, bisa menjadi teladan bagi murid-muridnya, dan lebih lagi. mampu mengendalikan emosinya setelah dewasa. Dengan melihat kedudukan baik guru maupun siswa serta syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika menjadi seorang guru.
Metode Pembelajaran
Pilih ilmu apa yang dibutuhkan dalam urusan agama saat ini, kemudian apa yang dibutuhkan di kemudian hari.15 Berkaitan dengan memilih ilmu, Az Zarnuji menyarankan mempelajari tauhid terlebih dahulu, kemudian menghindari ilmu lama dan ilmu baru. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Az Zarnuji sebaiknya memilih teman yang rajin belajar, bersifat wara' dan memiliki sifat itiqamah serta mudah dipahami. Hal ini dinilai sangat penting oleh Az Zarnuji karena banyak orang baik menjadi jahat karena kesalahannya dalam memilih teman.
Az Zarnuji memberikan wawasan tentang menuntut ilmu, yaitu peserta didik harus memiliki adab yang baik, antara lain musyawarah, menghargai ilmu, dan menghormati orang yang berilmu. Di Indonesia kitab Ta'limul Muta'alim dipelajari dan dipelajari hampir di setiap lembaga pendidikan tradisional klasik seperti pesantren, bahkan di pesantren modern. Pendidikan menurut Az Zarnuji dalam kitab Ta'limul Muta'alim mengutamakan akhlak seseorang terutama murid terhadap guru, akhlak terhadap orang lain dan akhlak terhadap ilmu.
Jika melihat masa dan tempat tinggal Az Zarnuji, akan terlihat jarak dan waktu yang cukup jauh antara masa lalu dan masa kini.Persoalannya sekarang, instrumen yang digunakan untuk mengembangkan pendidikan tidak bisa begitu saja digunakan untuk masa kini. ..Penulis dapat menyimpulkan bahwa kelemahan yang dapat muncul dari pemikiran Az Zarnuji adalah bahwa pemahaman tekstual yang terkandung dalam kitab Ta'lim Muta'alim akan membuka kemungkinan berkembangnya sikap ketergantungan kepada guru. Az Zarnuji sangat menekankan pendidikan akhlak, menurutnya pendidikan yang paling utama adalah berangkat dari hal-hal yang hakiki yaitu persoalan akhlak.
Tidak hanya itu, dalam bukunya Az Zarnuji menjelaskan: “Sungguh pantas baginya pahala seribu dirham, sebagai bentuk pengagungan, karena dia mengajarkan satu huruf”, menurutnya, bukan hanya ilmu yang memiliki kedudukan tinggi, tetapi juga orang yang berilmu. Penempatan ilmu dalam kitab Ta'lim Muta'alim bab pertama ternyata juga dilakukan oleh Al-Ghazali yang diawali dengan pembahasan ilmu dalam kitabnya yaitu Ihya Ulumuddin yang terdiri dari empat puluh pembahasan tentang ilmu-ilmu. memuja. , muamalah, hal-hal yang merusak dan hal-hal yang menyelamatkan. Mengenai Fardlu Kifayah dan Fardlu Ain dalam kajiannya memiliki kemiripan dengan Az Zarnuji.
Az Zarnuji menjelaskan dalam bukunya bahwa tidak semua ilmu wajib dimiliki setiap muslim, namun yang wajib baginya adalah mempelajari hal-hal (ilmu yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari seperti tauhid, akhlak dan fikih. 20 Az Zarnuji, Kitab Ta'lim Muta' alim, h.16. Guru dapat menghafal, mengingat dan memahami segala sesuatu dengan cepat Selain syarat di atas, guru ideal dalam kitab Ta'lim Muta'alim menyatakan bahwa seorang guru harus lebih saleh (bijaksana), wara (menjaga harga diri) dan lanjut usia.
Tujuan pendidikan menurut Az-Zarnuji bertujuan untuk mencari ridha Allah, mencapai kebahagiaan di akhirat, memerangi kebodohan pada diri sendiri dan orang lain, mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam, serta mensyukuri nikmat Allah. Konsep ilmu dan keutamaannya dalam kitab Ta'lim Muta'alim Kata ilmu berasal dari bahasa arab “ilm yang artinya ilmu, kebalikan dari kata jahl yang artinya kebodohan atau kebodohan. dalam kitab Ta'lim Muta'alim terbagi menjadi enam yaitu cerdas, rasa ingin tahu tinggi, sabar, punya biaya, ada bimbingan dari guru dan lama.
Kelebihan dan Kekurangan Az Zarnuji dalam
Analisis terhadap Konsep Ilmu dalam Kitab Ta‟lim
- Ilmu
- Kewajiban Menuntut Ilmu
- Persyaratan Menuntut Ilmu
- Tujuan Menuntut Ilmu
Study Analisis terhadap Keutamaan Ilmu dalam Kitab
PENUTUP
Saran
Kita harus mendalami pengajaran ilmu dan keutamaannya baik dari Hadits Al-Qur'an, dari kitab-kitab ulama maupun dari ulama lainnya. Al Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Ikhtisar Ihya Ulumuddin, terjemahan Bahrun Abi Bakkar, dari judul asli Ihya Ulumuddin, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011.