• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi ini menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1) pada program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bosowa, Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Skripsi ini menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1) pada program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bosowa, Makassar"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai bagian dari kelompok minoritas di Amerika, orang Amerika keturunan Asia telah menjadi sasaran tindakan rasis. Hal ini menjadikan isu rasisme terhadap keturunan Asia-Amerika menjadi isu global yang perlu segera diatasi. Amerika menyatakan dalam salah satu RUD-nya (Reservations, Understandings, and Declarations) bahwa perjanjian ICERD bersifat non-self-executing (Hadar Harris, 2012).

Selain itu, hingga periode pemerintahan Donald Trump, Amerika belum merumuskan kebijakan khusus untuk mengatasi tindakan rasis berdasarkan ketentuan pasal ICERD. Mengingat pada era Presiden Donald Trump, tingkat diskriminasi rasial terhadap orang Amerika keturunan Asia sangat tinggi. Salah satu cara untuk mengatasi adanya masalah ini adalah dengan mengakui adanya masalah tersebut.

Serta pernyataan langsung bahwa Amerika mengutuk segala bentuk tindakan diskriminatif terhadap orang Amerika keturunan Asia.

Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Kerangka Konseptual

Supremasi Kulit Putih (White-Dominated) yang berarti rasisme di kalangan sosial Barat, merupakan suatu bentuk dominasi kaum Kulit Putih terhadap kelompok lain yaitu non-Kulit Putih. Kesetaraan kepentingan (Interest Coverage) yang berarti suatu kelompok mayoritas hanya akan mendukung kepentingan kelompok minoritas apabila kepentingannya sama. Dalam perkembangannya, CRT membuat beberapa teori, termasuk membuat interpretasi lain terhadap konsep White Supremacy dalam memahami rasisme.

Berdasarkan Critical Race Theory (CRT) White Supremacy hadir untuk menjelaskan bagaimana keadaan di negara-negara Barat dimana kepentingan penduduk kulit putih (kulit putih) lebih diutamakan dibandingkan kepentingan kelompok lain dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya yang telah ada. untuk jangka waktu yang lama, baik disadari maupun tidak, dipertahankan oleh masing-masing aktor (Sean Walton, 2019). Aspek penting dari Teori Ras Kritis (CRT) adalah penekanannya pada keberadaan rasisme di dunia nyata. Untuk memahami rasisme dalam tatanan sosial, ini bukan sekedar tindakan rasis antar individu, tetapi harus dilihat.

CRT kemudian menyimpang dari satu prinsip yaitu interseksionalitas yang artinya tidak ada orang yang terikat pada satu identitas.

Metode Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri berbagai literatur offline (perpustakaan) dan online (internet) seperti buku teks, dokumen resmi, jurnal penelitian, artikel berita, website resmi dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Untuk menganalisis data penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif, dimana analisis datanya menekankan pada data non matematis yang diperoleh dari tinjauan pustaka.

Rancangan Sistematika Pembahasan

Pada bab ini kita akan membahas konsep yang akan penulis gunakan yaitu Critical Race Theory (CRT). Bab ini akan menjelaskan gambaran umum rasisme komunitas Asia-Amerika di era Trump dan bagaimana kebijakan-kebijakan Trump dikeluarkan saat ia menjabat sebagai presiden. Bab ini akan berisi pembahasan topik yang penulis teliti yaitu analisis mengapa isu rasisme masih ada di Amerika, khususnya di era Trump, dan memaparkan temuannya dengan menggunakan indikator konsep Critical Race Theory (CRT). .

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis penulis pada bab sebelumnya, serta saran untuk menyelesaikan penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN UMUM

Kondisi Masyarakat Keturunan Asia Amerika di Amerika

Hal ini kemudian dituangkan dalam Deklarasi Kemerdekaan bahwa hak untuk hidup, kebebasan dan hak atas kebahagiaan merupakan hak yang tidak dapat dicabut. Sedangkan non-kulit putih berarti tidak jelas hak, kebebasan dan harta bendanya (John Lewis, 2019). Sebagai bagian dari salah satu kelompok minoritas di Amerika, orang Amerika keturunan Asia telah menjadi sasaran tindakan rasis.

Diskriminasi terhadap orang Amerika keturunan Asia dimulai segera setelah mereka memasuki Amerika pada pertengahan abad ke-18. Adanya perasaan tersebut kemudian disebut dengan “Yellow peril” yang artinya kurang murni dan tidak layak menjadi penduduk AS. Adanya wabah penyakit di Amerika kemudian menyebabkan para imigran tersebut dianggap sebagai pembawa penyakit yang berbahaya bagi penduduk Amerika.

Gelar ini lebih ditujukan kepada para imigran asal Jepang yang dianggap sebagai teladan meski termasuk salah satu kelompok minoritas di Amerika, namun bisa meraih kesuksesan di berbagai bidang pekerjaan di Amerika. Dengan sejarah panjang diskriminasi, tindakan rasisme terhadap orang Amerika keturunan Asia kembali meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pandemi Covid-19 adalah salah satu alasan terbesar mengapa kasus rasisme terhadap orang Amerika keturunan Asia di Amerika meningkat dengan sangat cepat.

Selain itu, terjadi penembakan massal di Atlanta, tepatnya di tiga lokasi Spa berbeda yang korbannya delapan orang dan enam wanita keturunan Asia-Amerika. Menurut data Stop Asian American Pacific Islander (AAPI) Hate, terdapat sekitar 10.000 kasus antara Maret 2020 hingga September 2021. Presiden Donald Trump yang saat itu masih berkuasa menyebut virus corona sebagai virus Tiongkok. Virus di salah satu platform media sosialnya yaitu Twitter.

Undang-Undang Kejahatan Kebencian akibat Covid-19 dibuat untuk memfasilitasi akses terhadap pelaporan insiden kekerasan yang dialami oleh warga Amerika keturunan Asia di tingkat lokal dan negara bagian. Selain itu, kebijakan ini juga bertujuan agar Departemen Kehakiman menunjuk satu orang untuk mempercepat peninjauan kejahatan rasial terhadap orang Amerika keturunan Asia sejak awal pandemi.

Amerika di Era Presiden Trump

PEMBAHASAN

White Dominated (Dominasi Kulit Putih)

Hal ini menjadikan 40% penduduk asli Amerika bukan orang kulit putih (kulit hitam, Hispanik, Latin, Asia, dan lainnya). Menurut data yang dirilis forum berita The Avenue, orang kulit putih akan menjadi minoritas di Amerika pada tahun 2045 (William Frey, 2018). Beberapa kelompok kulit putih berasumsi bahwa kelompok non-kulit putih telah mengambil alih berbagai bagian sosial di Amerika.

Trump menilai sudah waktunya bagi penduduk asli Amerika, yaitu orang kulit putih, untuk mengambil alih kekuasaan kembali seperti sebelum Amerika menjadi negara multikultural. Trump menjanjikan kekuasaan penuh bagi orang kulit putih di semua bidang sosial jika ia nanti terpilih sebagai presiden. Trump menjalankan pemerintahannya berdasarkan prinsip nasionalisme yang mengutamakan warga kulit putih dibandingkan non-kulit putih.

Hal ini termasuk pemilihan kabinet Presiden Trump yang didominasi oleh orang kulit putih, yang salah satunya memilih aktor kulit putih untuk menduduki beberapa posisi tertinggi di kabinetnya (Gregory Krieg, 2017). Contoh sederhananya adalah masyarakat kulit putih mempunyai akses yang lebih mudah terhadap layanan sosial dibandingkan masyarakat non-kulit putih. Dengan Trump sebagai presiden yang berupaya mengembalikan kekuasaan kepada warga kulit putih, hal ini berdampak pada kembalinya supremasi kulit putih.

Dengan tetap mempertahankan Trump sebagai presiden, fenomena Supremasi Kulit Putih dan Hak Istimewa Kulit Putih kembali muncul di Amerika. Ada fenomena dimana keturunan kulit putih mendapat keuntungan atau peluang lebih dibandingkan kelompok lainnya. Kebijakan Trump yang mengutamakan kepentingan kaum kulit putih dibandingkan kelompok lain kemudian menjadi salah satu alasan mengapa diskriminasi rasial terhadap sebagian kelompok minoritas masih terjadi di Amerika.

Aktor negara dengan menggunakan kekuasaan yang dimilikinya kemudian membuat kebijakan yang menguntungkan kelompok lain, dalam hal ini masyarakat kulit putih, secara sadar atau tidak, menunjukkan betapa suatu kelompok lebih berkuasa dibandingkan kelompok lainnya. Fenomena White Supremacy kemudian menjadi sesuatu yang dianggap wajar dalam lingkungan sosial di Amerika.

Interest Covergence (Kesamaan Kepentingan)

Dari perumpamaan di atas dapat disimpulkan bahwa kelompok kulit putih di Amerika cenderung lebih memperoleh kekuasaan untuk memimpin dan menjadi aktor politik, dibandingkan kelompok minoritas yang ada. Hal ini bisa kita lihat dari kebijakan luar negeri Presiden Trump yang mengutamakan kepentingan kulit putih. Jadi hal ini sangat berpengaruh dalam penerapan perjanjian internasional pada sistem AS.

Dilihat dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Presiden Trump, dapat ditarik benang merah bahwa kebijakan Amerika di era Trump lebih mengedepankan kepentingan kulit putih. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (ICERD) merupakan konvensi yang tujuan utamanya adalah penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial yang ada. Konvensi ini ingin memperjuangkan hak asasi manusia bagi kelompok minoritas yang sudah lama mengalami tindakan diskriminasi rasial di Amerika.

Konsep cakupan kepentingan telah menjelaskan bahwa kesetaraan ras hanya dapat dicapai jika kepentingan kulit putih dilibatkan. Hal ini kemudian menjadi salah satu tantangan besar penerapan standar ICERD dalam sistem AS, khususnya di era Trump. ICERD tidak mempunyai kekuasaan besar untuk menerapkan standar konvensi pada negara-negara anggotanya.

Lebih lanjut, konsep interest coverage kemudian menjawab bagaimana kelompok kulit putih di Amerika masih memegang keyakinan tersebut. Keyakinan bahwa kelompok mayoritas, dalam hal ini orang kulit putih, hanya akan mendukung kepentingan dan keinginan kelompok minoritas terhadap kesetaraan ras hanya akan terpenuhi jika ada kepentingan kulit putih dalam pelaksanaannya. Teori ras kritis juga secara umum menjelaskan konsep Realisme Rasial yang berasumsi bahwa kelompok minoritas cenderung menganggap kesetaraan ras adalah sesuatu yang mustahil dicapai di Amerika.

Dari sini terlihat bagaimana isu diskriminasi rasial masih bertahan hingga saat ini di Amerika.

Voice of Color

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian ini, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dari beberapa indikator pada bab sebelumnya yang telah menjelaskan mengapa tindakan rasisme ini masih terjadi bahkan cenderung diabadikan di Amerika, khususnya di era Presiden Trump. , disebabkan oleh dominasi kekuasaan yang dimiliki oleh aktor kulit putih. Selain itu, sistem yang ada di Amerika juga bekerja dengan prinsip mengutamakan kepentingan kelompok kulit putih. Hal ini terlihat dari kebijakan luar negeri Presiden Trump yang mengutamakan kepentingan kulit putih.

Adanya White Supremacy yang selama ini dianggap sebagai hal yang lumrah dalam lingkungan sosial Amerika kemudian menjadi salah satu alasannya. Selain itu, sebagai aktor politik yang berkuasa, Trump juga secara sadar atau tidak telah melanggengkan supremasi kulit putih melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Konsep Interest Coverage juga telah menjelaskan bahwa kesetaraan ras akan tercapai jika ada kepentingan kulit putih dalam pelaksanaannya.

Apalagi sistem yang berjalan di Amerika menjadi salah satu tantangan besar bagi sebuah perjanjian internasional, dalam hal ini ICERD.

Saran

The US will become the "Minority White" in 2045 a census Projects.https://www.brookings.edu/blog/the-. Divide, Divert, & Conquer” Deconstructing the presidential framework of white supremacy in the Covid-19 era. Why the critical race theory concept of white supremacy should not be rejected by Neo-Marxists: lessons.

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu alasan abu Hanifah dalam pendapatnya adalah sama dengan disebabkan oleh zina, namun tidak boleh menggaulinya sampai ia melahirkan, dan sama dengam

Sedangkan dari pihak Indonesia dipimpin oleh Kementerian Perdagangan dan perwakilan dari kementerian maupun agensi bagian lainnya seperti luar negeri, pertanian, keuangan, BKPM, BPOM,