PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran yang dilakukan di banyak lembaga masih mengandalkan cara penyampaian materi yang lama, seperti ceramah tanpa pendampingan metodologi lainnya. Salah satu upaya guru untuk menciptakan suasana kelas yang aktif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan metode demonstrasi. Keberhasilan penggunaan metode merupakan keberhasilan proses pembelajaran yang pada akhirnya berperan sebagai faktor penentu mutu pendidikan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan pembelajaran amalan salat adalah melalui metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode yang menunjukkan bagaimana sesuatu bekerja atau diolah sehingga anak dapat melihat dan terlibat langsung dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran amalan sholat. Maka peneliti memilih menggunakan metode demonstrasi agar siswa dapat menerima materi dengan baik, karena metode demonstrasi merupakan salah satu metode yang cocok untuk mengamalkan doa.
Selanjutnya strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajarkan praktik sholat cenderung menggunakan metode percakapan. Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas Penerapan Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Kemampuan Amalan Shalat di Pondok Pesantren Khozinatul Ulum Seputih Banyak, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan amalan shalat agar memperoleh hasil yang baik. sedang belajar. hasil.
Identifikasi Masalah
Dengan demikian guru dapat menilai sejauh mana hasil demonstrasi dan percobaan telah dipahami oleh siswa. 35. Peningkatan kemampuan mengamalkan shalat ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan siswa mengamalkan atau mendemonstrasikan dari siklus ke siklus. Dengan demikian guru dapat menilai sejauh mana hasil demonstrasi dan percobaan telah dipahami oleh siswa.
Dengan demikian guru dapat menilai sejauh mana hasil demonstrasi dan percobaan telah dipahami oleh siswa. Dari hasil pembelajaran siklus II terlihat bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengamalkan sholat.
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Masalah Penelitian
LANDASAN TEORI
Kemampuan Praktik Sholat
- Pengertian Praktik
- Pengertian Sholat
- Tuntunan Rosululloh dalam Masalah Sholat
- Perkembangan Fisik dan Psikis Pada Masa Remaja
- Perkembangan Agama Pada Masa Remaja
- Faktor-faktor yang Mengindikasi Perkembangan
Pada masa remaja pertumbuhan fisik terjadi dengan cepat, lebih cepat dari pada perkembangan jiwa, oleh karena itu anak lebih membutuhkan bantuan dan perhatian, dalam perkembangan fisik mengalami perkembangan yang pesat dibandingkan dengan masa kanak-kanak dan dewasa. Masa remaja dimulai pada usia 13 sampai dengan 21 tahun, berkaitan dengan tahapan perkembangan mental pada masa remaja, sehingga pada beberapa buku psikologi terdapat perbedaan pengelompokannya menjadi empat tahap. Hal ini karena perkembangan jasmani dan rohani yang terjadi pada masa remaja juga mempengaruhi perkembangan agama.
Selama periode ini, terjadi perubahan fisik yang cepat, memungkinkan munculnya gejolak emosi, kecemasan dan kekhawatiran. Pada masa remaja terakhir, dapat dikatakan bahwa anak pada masa itu mendekati kesempurnaan dalam hal jasmani dan kecerdasan. Pada masa remaja, antara usia 13 sampai 21 tahun, berkaitan dengan tahap perkembangan mental, remaja sering mengalami goncangan atau ketidakstabilan dalam beragama.
20 Zakiah Daradjat, Psikologi dan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), seiring perkembangan jasmani dan rohani yang terjadi pada masa remaja juga mempengaruhi perkembangan agama Faktor-faktor yang mengindikasikan perkembangan agama pada remaja. Faktor-faktor yang menunjukkan perkembangan iman pada remaja adalah pertumbuhan mental spiritual, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral, sikap dan minat.
Metode Demonstrasi
- Definisi Metode Demonstrasi
- Tujuan Metode Demonstrasi
- Kelebihan Metode Demonstrasi
- Kelemahan Metode Demonstrasi
- Langkah-langkah Metode Demonstrasi
Tujuan dari metode ini adalah untuk memperjelas informasi verbal, menghemat waktu jika dijelaskan, menghemat tenaga karena banyak bicara. Hal ini dikarenakan siswa dapat melihat secara langsung objek atau materi yang dijelaskan oleh guru. Tujuan dari metode demonstrasi adalah untuk mendemonstrasikan atau mendemonstrasikan suatu keterampilan yang akan dipelajari siswa sehingga dapat memperjelas makna konsep dan menunjukkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu.
Dengan mengamati secara langsung, siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan teori dan kenyataan. Saat melakukan pembelajaran dengan metode demonstrasi, Anda harus memahami kelemahannya, dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan agar pembelajaran berjalan dengan lancar. Setelah demonstrasi dan percobaan selesai, guru harus memberikan tugas kepada siswa, baik tertulis maupun lisan, seperti membuat laporan dan sebagainya.
Alat ditempatkan pada posisi yang baik sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas. Diskusi perlu diadakan terlebih dahulu dan siswa mencoba demonstrasi dan eksperimen lagi untuk mendapatkan keterampilan yang lebih baik.
Metode Demonstrasi dan Penerapannya dalam Peningkatan
Metode demonstrasi dilakukan dengan pertimbangan adanya perbedaan tingkat perkembangan berpikir, dari konkrit ke abstrak. Selain itu metode demonstrasi ini didasarkan pada anggapan bahwa melakukan dan melihat secara langsung lebih baik daripada mendengar saja, adanya perbedaan sifat pelajaran termasuk pelajaran yang memerlukan demonstrasi, dan terdapat perbedaan jenis belajar siswa yaitu pengetikan visual, auditori dan visual motorik dan campuran Dengan metode demonstrasi ini pengajaran menjadi lebih jelas, lebih mudah diingat dan dipahami, proses pembelajaran menjadi lebih menarik, mendorong kreatifitas siswa, dan sebagainya.
Metode demonstrasi dapat digunakan dalam pembelajaran sholat, karena dengan metode demonstrasi siswa dapat langsung melihat materi yang dipraktikkan guru, kemudian siswa menirukan materi yang diajarkan. Dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran sholat, kemampuan siswa dalam bergerak dan membaca doa siswa meningkat.
METODOLOGI PENELITIAN
Operasional Variabel
Guru membagi jumlah siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian siswa mendemonstrasikan secara bergantian dan berkelompok. Variabel dependen adalah faktor utama yang ingin dijelaskan atau diprediksi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, biasanya dilambangkan dengan Y.31 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan praktik sholat di kelas ibtidaiyah. Kemampuan mengamalkan shalat yang relevan adalah kemampuan mengamalkan shalat yang diperoleh setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi yang ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh setelah mengikuti ujian siklus I dan siklus II.
Setting Penelitian
Subjek Penelitian
Prosedur Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kemmis (niat) dan keterikatan (kemauan). Setelah demonstrasi dan percobaan selesai, guru memberikan tugas kepada siswa, baik tertulis maupun lisan. Hasil tersebut digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan atau tidak untuk dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya a) Pengamatan yang dilakukan oleh tiem (pengamat) terhadap guru dan siswa pada saat penerapan metode demonstrasi.
Jadi dalam penelitian ini guru mata pelajaran adalah pengamat, sedangkan objek pengamatan adalah guru peneliti dan siswa.
Teknik Pengumpulan Data
Instrumen Penelitian
Penulis menggunakan dokumentasi untuk memperoleh data hasil belajar amalan sholat di kelas ibtidaiyah, jumlah pengajar dan jumlah siswa. Instrumen yang digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam menjawab soal dan memberikan bukti adalah penggunaan lembar soal dan latihan di akhir siklus.
Teknik Analisis Data
Indikator Keberhasilan
Data aktivitas siswa diamati dengan lembar observasi pada proses pembelajaran yang berlangsung dan hasil kemampuan mengamalkan doa diperoleh dari tes yang dilakukan pada akhir siklus. Kegiatan awal guru memulai dengan salam, guru mengajak semua siswa berdoa, siswa hadir. Kemudian guru melakukan aperepsis dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang akan dipelajari, kemudian guru memotivasi siswa untuk membangkitkan semangat dan minat siswa serta menyadarkan mereka untuk menguasai materi tentang bacaan sholat wajib.
Kemudian beri kesempatan kepada setiap siswa untuk mencoba mempraktekkan gerakan sholat agar siswa merasa yakin dengan prosesnya. Pada kegiatan awal guru memulai dengan salam, guru mengajak semua siswa untuk berdoa, mengikuti siswa. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari dan akan dipelajari, kemudian guru memotivasi siswa untuk membangkitkan semangat dan minat siswa. serta kesadaran perolehan materi tata cara sholat.
Kemudian memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mencoba mempraktekkan gerakan sholat agar siswa merasa nyaman dengan prosesnya. Pada pertemuan kedua masih ada siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas, ada 13 anak yang menjawab pertanyaan atau bertanya, guru memberikan kesempatan walaupun hanya ingin tahu, 3 orang berbicara saat guru menjelaskan materi. materi pembelajaran. Pada tabel di atas terlihat bahwa aktivitas siswa yang menjawab pertanyaan dan bertanya saat guru memberikan kesempatan pada pertemuan pertama adalah 78%, pertemuan kedua adalah 78% dengan rata-rata 78%.
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada pertemuan pertama siswa menjawab soal yang mudah yaitu 50%, dan pada pertemuan kedua 55% dengan rata-rata 77,5. Kemudian terdapat siswa yang menjawab soal sedang pada pertemuan pertama 55%, pada pertemuan kedua 60% dengan rata-rata 85%. Evaluasi hasil tes didasarkan pada kemampuan mengamalkan sholat, ditunjukkan dengan hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus sebanyak 26 siswa.
Kemudian guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari, kemudian guru memotivasi siswa untuk membangkitkan semangat dan minat siswa serta menyadarkan mereka untuk menguasai materi tentang tata cara shalat wajib. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari, kemudian guru memotivasi siswa untuk membangkitkan semangat dan minat siswa serta menyadarkan mereka untuk menguasai materi tentang tata cara shalat wajib. Pada tabel di atas terlihat bahwa aktivitas siswa menjawab pertanyaan dan bertanya pada saat guru memberikan kesempatan pada pertemuan pertama sebesar 86%, pertemuan kedua sebesar 90%, dengan rata-rata 88%.
Data hasil kemampuan berdoa diwakili oleh hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus yang diikuti oleh 26 siswa. Metode demonstrasi membantu siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru dan melihat secara langsung gerak-gerik yang dipraktekkan oleh guru.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Temuan Umum
- Deskripsi Lokasi Penelitian
Temuan Khusus
Pembahasan
PENUTUP
Kesimpulan
Pelaksanaan metode demonstrasi dalam latihan sholat sudah cukup baik, hal ini ditunjukkan oleh beberapa siswa yang belum bisa mempraktekkan gerakan dan tajwid sholat serta sudah bisa berlatih sholat dengan baik setelah diadakan pelajaran sholat dengan menggunakan metode demonstrasi.
Saran
- Indikator keberhasilan mengajar
- Keadaan santri dari tahun ketahun
- Data rata-rata aktivitas peserta didik pada siklus I
- Rata-rata hasil tes kogniitif siklus I
- Data perubahan kemampuan praktik sholat pada siklus I
- Hasil tes peserta didik siklus I
- Data rata-rata aktivitas peserta didik pada siklus II
- Data siklus II
- Hasil tes siklus II
- Peningkatan aktivitas belajar peserta didik
- Peningkatan kemampuan praktik sholat
- Hasil tes siklus I dan siklus II
- Ketuntasan siklus I dan siklus II
Mencatat informasi tentang penggunaan metode demonstrasi v. meningkatkan kemampuan salat di pondok pesantren Khozinatul Ulum Seputih Banyak. Bagian bawah diletakkan di atas sajadah, kaki kiri dimasukkan ke kanan, jari-jari kaki masih menghadap kiblat, begitulah posisi ketika. Salam pertama melihat dua kali ke kanan lalu ke kiri b. Salam pertama kali diputar ke kanan lalu ke kiri.
Ucapan pertama dipusing ke kiri dan kemudian ke kanan d. Tabik pertama berpaling ke kiri, kemudian senyap yang ke-10.