UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.)
TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus DAN
Staphylococcus aureus
SKRIPSI
Oleh:
NUZULIA RAHMAH NIM :1701012126
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN
2019
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.)
TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus DAN
Staphylococcus aureus
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Pada Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia
Oleh:
NUZULIA RAHMAH NIM :1701012126
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN
2019
Telah di Uji pada Tanggal : 18 Oktober 2019
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Ihsanul Hafiz, S.Farm., M.Si., Apt.
Anggota : 1. Dr. Jefri Naldi, M.Si.
2. Dini Permata Sari, S.Farm., M.Si., Apt.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Nuzulia Rahmah
Tempat dan tanggal lahir : Mns Bueng, 23 Desember 1995 Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
Status perkawinan : Belum kawin
Alamat : Desa Meunasah Bueng, Kec. Ulim, Kab. Pidie Jaya, Prov. Aceh
E-mail : [email protected]
IDENTITAS ORANG TUA
Nama ayah : Rusli, S.Pd.
Pekerjaan : PNS
Nama ibu : Maryani
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2000-2001 : TK Raudhatul Athfal Pidie Jaya Tahun 2001-2007 : MIN 12 Pidie Jaya
Tahun 2007-2010 : MTsN 4 Pidie Jaya Tahun 2010-2013 : MAN 2 Pidie Jaya
Tahun 2013-2016 : Diploma III Akademi Farmasi Pemerintah Aceh Tahun 2017-2019 : Sarjana Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan
i
ABSTRAK
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.)TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus DAN
Staphylococcus aureus NUZULIA RAHMAH
NIM: 1701012126
Daun sirih merupakan salah satu tanaman dari famili piperaceae, Masyarakat Indonesia mengenal daun sirih sebagai bahan untuk menyirih dengan keyakinan bahwa daun sirih dapat menguatkan gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau memiliki aktivitas terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Staphylococcus aureus.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu ekstrak diperoleh dengan menggunakan metode maserasi selanjutnya dibuat sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15%, kemudian sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betle L.) dievaluasi dengan uji organoleptis, homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji tinggi busa dan uji aktivitas antibakteri.
Hasil uji aktivitas antibakteri pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau konsentrasi 5% 10% dan 15% terhadap bakteri Streptococcus mutans dengan zona hambat 18,2 mm, 18,4 mm dan 18,5 mm. Bakteri Lactobacillus acidophilus memiliki zona hambat 19,8 mm, 19,9 mm dan 20,2 mm dan bakteri Staphylococcus aureus memiliki zona hambat sebesar 17,4 mm, 17,4 mm dan 17,5 mm.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau dengan konsentrasi 5% 10% dan 15% mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Staphylococcus aureus.
Kata kunci : Daun Sirih Hijau, Pasta gigi, Bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Staphylococcus aureus.
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Staphylococcus aureus”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Institut Kesehatan Helvetia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., selaku Pembina Yayasan Helvetia Medan.
2. Bapak Imam Muhammad, SE., S.Kom, M.M., M.Kes., selaku Ketua Yayasan Helvetia Medan
3. Bapak Dr. H. Ismail Effendy, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia Medan.
4. Bapak H. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si.Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan Kesehatan Umum Institut Kesehatan Helvetia.
5. Ibu Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan.
6. Bapak Ihsanul Hafiz, S.Farm., M.Si.,Apt., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan mencurahkan waktu, perhatian, ide dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Jefri Naldi, dr. M.si., selaku dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.
8. Ibu Dini Permata Sari, S.Farm., M.Si., Apt selaku dosen penguji III
9. Seluruh Dosen Program Studi S1 Farmasi yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
10. Teristimewa penulis ucapkan untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta,serta keluarga besar yang tak pernah henti-hentinya mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis baik secara moril maupun materil.
11. Seluruh Mahasiswa Farmasi dan Kepada semua pihak atas segala bantuan dan motivasinya.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga Allah SWT selalu memberikaan rahmat dan hidayah-Nya atas segala kebaikan yang telah diberikan.
Medan, Oktober 2019 Penulis,
Nuzulia Rahmah
iv DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 LatarBelakang ... 1
1.2 RumusanMasalah ... 4
1.3 Hipotesis Penelitian ... 4
1.4 TujuanPenelitian ... 4
1.5 ManfaatPenelitian ... 5
1.6 KerangkaPikirPenelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Uraian Tanaman Daun Sirih Hijau... 6
2.1.1 Deskripsi Tanaman ... 6
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Daun Sirih Hijau ... 7
2.1.3 Kandungan Kimia ... 7
2.1.4 Manfaat Daun Sirih Hijau ... 7
2.2 Simplisia ... 8
2.2.1 Pengeritian Simplisia ... 8
2.2.2 pengolahan simplisia ... 8
2.2.3 Proses Pembuatan Simplisia ... 8
2.2.4 Ekstrak ... 10
2.2.5 Ekstraksi... 10
2.3 Pasta Gigi ... 13
2.3.1 Pengertian Pasta Gigi... 13
2.3.2 Fungsi Pasta Gigi... 14
2.3.3 Komponen Pasta Gigi ... 14
2.4 Gigi ... 18
2.4.1 Pengertian Gigi ... 18
2.5 Bakteri ... 19
2.5.1 Streptococcus mutans ... 20
2.5.2 Klasifikasi bakteri S mutans ... 20
2.5.3 Lactobacillus acidophilus ... 21
2.5.4 Klasifikasi Bakteri L acidophilus ... 22
2.5.5 Staphylococcus aureus... 22
v
2.5.6 Klasifikasi Bakteri S aureus ... 23
2.6 Evaluasi Sediaan Pasta Gigi ... 24
2.6.1 Uji Organoleptis ... 24
2.6.2 Uji Homogenitas... 24
2.6.3 Uji Keasaman pH ... 25
2.6.4 Uji Daya Sebar ... 25
2.6.5 Uji Pembentukan Busa ... 25
2.6.6 Metode Pengujian Antibakteri ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1 Jenis Penelitian... 28
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ... 28
3.2.1 Tempat ... 28
3.2.2 Waktu ... 28
3.3 Sampel ... 28
3.4 InstrumenPenelitian... 28
3.4.1 Alat ... 28
3.4.2 Bahan ... 29
3.5 Prosedur Penelitian... 29
3.5.1 Prosedur Pembuatan Simplisia ... 29
3.5.2 Prosedur Pembuatan Ekstrak ... 29
3.6 Formula Dasar Pasta Gigi ... 30
3.6.1 Prosedur Pembuatan Sediaan Pasta Gigi ... 31
3.7 Evaluasi Sediaan Pasta Gigi ... 31
3.7.1 Uji Organoleptis ... 31
3.7.2 Uji Homogenitas... 31
3.7.3 Uji Keasaman pH ... 32
3.7.4 Uji Daya Sebar ... 32
3.7.4 Uji Pembentukan Busa ... 32
3.8 Pengujian Aktivitas Antibakteri ... 32
3.8.1 Sterilisasi Alat Dan Bahan ... 32
3.8.2 Pembuatan Media Nutrien Agar ... 33
3.8.3PembiakanBakteri Uji... 33
3.8.4 Pembuatan Suspensi Bakteri ... 33
3.8.5 Pembuatan standar kekeruhan Mc. Farland ... 34
3.8.6 Uji Aktivitas Antibakteri ... 34
3.9 Teknik Analiasa Data ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
4.1 Hasil Penelitian ... 35
4.1.1 Uji Organoleptis ... 36
4.1.2 Uji Homogenitas ... 36
4.1.3 Uji pH ... 37
4.1.4 Uji Daya Sebar ... 37
4.1.5 Uji Tinggi Busa ... 37
4.1.6 Uji Aktivitas Antibakteri ... 38
vi
4.2 Pembahasan ... 39
4.2.1 Uji Organoleptis ... 39
4.2.2 Uji Homogenitas ... 40
4.2.3 Uji pH... 40
4..2.4 Uji Daya Sebar ... 40
4.2.5 Uji Tinggi Busa ... 41
4.2.6 Uji Aktivitas Antibakteri ... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
5.1 Kesimpulan ... 46
5.2 Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Gambar Kerangka Konsep... 5
Gambar 2.1. Gambar Tanaman Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) ... 6
Gambar 2.2. Gambar Struktur Anatomi Gigi ... 18
Gambar 2.3. Gambar Bakteri Streptococcus mutans ... 21
Gambar 2.4. Gambar Bakteri Lactobacillus acidophilus ... 22
Gambar 2.5. Gambar Bakteri Staphylococcus aureus... 24
Gambar 4.1 Grafik Zona Hambat... 39
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Respon Daya Hambat Bakteri ... 24
Tabel 3.1 Rancangan Formula Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau ... 30
Tabel 4.1 Hasil Uji Organoleptis ... 36
Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas ... 36
Tabel 4.3 Hasil Uji pH ... 37
Tabel 4.4 Hasil Uji Daya Sebar ... 37
Tabel 4.5 HasilUji Tinggi Busa ... 37
Tabel 4.6 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri ... 38
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1. Skema Prosedur Kerja Pembuatan Ekstrak Daun Sirih
Hijau dengan Metode Maserasi ... 49
Lampiran 2. Skema Prosedur Kerja Pembuatan Pasta Gigi Ekstrak Daun Sirih Hijau ... 50
Lampiran 3 Pembuatan Media Agar ... 51
Lampiran 4 Prosedur Uji Aktivitas Antibakteri ... 52
Lampiran 5 Proses Pembuatan Simplisia ... 53
Lampiran 6 Proses Pembuatan Ekstrak ... 54
Lampiran 7 Proses Pembuatan Pasta Gigi ... 55
Lampiran 8 Proses Pengujian Aktivitas Antibakteri ... 56
Lampiran 9 Hasil Uji Homogenitas Sediaan Pasta Gigi ... 59
Lampiran 10 Hasil Uji pH Sediaan Pasta Gigi ... 60
Lampiran 11 Hasil Uji Daya Sebar Pasta Gigi ... 62
Lampiran 12 Hasil Uji Tinggi Busa Sediaan Pasta Gigi ... 64
Lampiran 13 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Pasta Gigi Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau Terhadap Bakteri Streptococcus mutans ... 66
Lampiran 14 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Pasta Gigi Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau Terhadap Bakteri Lactobacillus acidophilus ... 67
Lampiran 15 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Pasta Gigi Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau Terhadap Staphylococcus aureus ... 68
Lampiran 16 Kontrol Positif dan Negatif Bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Staphylococcus aureus ... 69
Lampiran 17 Hasil Output Penelitian SPSS ... 70
Lampiran 18 Permohonan Pengajuan Judul Skripsi ... 80
Lampiran 19 Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing 1 ... 81
Lampiran 20 Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing 2 ... 82
Lampiran 18 Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Proposal ... 83
Lampiran 19 Permohonan Ijin Penelitian ke Laboratorium Semi Solid Institut Kesehatan Helvetia Medan ... 84
Lampiran 20 Surat Selesai Penelitian ... 85
x
Lampiran 24 Permohonan Ijin Penelitian ke Laboratorium
Mikrobiologi Farmasi Universtias Sumatera Utara ... 86
Lampiran 25 Surat Keterangan Bebas Biaya Universitas Sumatera Utara ... 87
Lampiran 26 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Universitas Sumatera Utara ... 88
Lampiran 27 Surat Izin Pemakaian Fasilitas Laboratorium ... 89
Lampiran 28 Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing 1 ... 90
Lampiran 29 Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing 2 ... 91
Lampiran 30 Lembar Persetujuan Perbaika (Revisi) Skripsi ... 92
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan mulut merupakan suatu hal penting bagi manusia terutama dalam pergaulan sehari-hari masalah kesehatan mulut yang sering dihadapi adalah sakit gigi yang disebabkan karies gigi. Penyakit ini akan menimbulkan plak pada permukaan gigi sehingga gigi berlubang. Karies gigi atau gigi berlubang merupakan penyakit gigi terlokalisir yang merusak jaringan keras gigi yang terjadi karena adanya interaksi dari beberapa faktor, yaitu host (gigi), substrat (diet), dan waktu. Karies disebabkan karena terabaikannya kebersihan rongga mulut sehingga terjadi penumpukan plak. Plak ialah lapisan tipis yang melekat erat dipermukaan gigi serta mengandung kumpulan bakteri (1).
Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak adalah bakteri yang mampu membentuk polisakarida ekstraseluler, yaitu bakteri dari genus Streptococcus. Bakteri yang ditemukan dalam jumlah besar pada plak penderita karies adalah Streptococcus mutans (2).
Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri berbentuk batang yang bersifat gram positif. Lactobacillus acidophilus merupakan bagian terbesar dari kelompok bakteri asam laktat yang dapat mengubah laktose dan gula lainnya menjadi asam laktat. Umumnya bakteri ini tidak ganas, kecuali yang hidup didalam mulut karena menyebabkan karies gigi (3).
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri gram positif berbentuk bulat yang merupakan bakteri patogen bagi manusia. Hampir tiap orang akan mengalami beberapa tipe infeksi Staphylococcus aureus sepanjang hidupnya. Setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat terinfeksi dan menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses (4).
Salah satu cara pencegahan karies gigi adalah mengusahakan agar pembentukan plak pada permukaan gigi dapat diatasi baik dengan cara mencegah pembentukannya atau dengan cara pembersihan plak secara teratur. Menyikat gigi menggunakan pasta gigi membantu mengontrol plak dan merupakan langkah awal untuk mengontrol karies gigi. Saat ini pasta gigi dilengkapi dengan penambahan jenis bahan aktif yang mengandung bahan dasar alami ataupun bahan sintetik sebagai bahan anti kuman. Namun, dewasa ini pasta gigi yang mengandung bahan dasar alami lebih dipilih daripada pasta gigi yang mengandung bahan aktif. Hal ini disebabkan karena pasta gigi dengan bahan dasar alami selain bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan plak, juga lebih aman karena berasal dari tanaman.
Sirih (piper betle L.) merupakan salah satu jenis tanaman dari famili piperaceae yang telah dikenal luas. Masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal daun sirih sebagai bahan untuk “menyirih” dengan keyakinan bahwa daun sirih dapat menguatkan gigi, menyembuhkan luka-luka kecil di mulut, menghilangkan bau mulut, menghentikan pendarahan gusi, dan sebagai obat kumur. Daun sirih dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit
diantaranya obat sakit gigi dan mulut, sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut (5).
Berbagai komponen utama dari daun sirih menunjukkan adanya efek antiseptik, bakterisidal, dan antioksidan. Kandungan kimianya bersifat antiseptik karena daun sirih mengandung minyak atsiri. Daya antibakteri minyak atsiri daun sirih disebabkan kandungan senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Heyne menyebutkan, komponen utama minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya, salah satunya adalah kavikol yang memiliki daya bakterisidal lima kali lebih kuat dibandingkan fenol (1).
Berdasarkan Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suwondo (2007) menunjukkan bahwa ekstrak air dan alkohol (1 : 1) daun sirih memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans pada konsentrasi sebesar 1 % dengan menggunakan metode difusi agar dengan cakram kertas (metode Kirby-Bauer) Penelitian lain yang dilakukan oleh Suliantari (2008), ekstrak daun sirih hijau dengan pelarut etanol menggunakan metode dilusi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan katagori sedang (6) Juga dibuktikan oleh penelitian Anang Hermawan (2007) bahwa ekstrak daun sirih hijau dengan pelarut DMSO (Dimethil Sulfoxide) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan kategori kuat (7).
Berdasarkan urain diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Uji aktivitas antibakteri sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Staphylococcus aureus’’.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ekstrak etanol daun sirih hijau dapat dibuat dalam sediaan pasta
gigi?
2. Apakah sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau memiliki aktivitas terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Staphylococcus aureus.
1.3 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah 1. Ekstrak etanol daun sirih hijau dapat dibuat dalam sediaan pasta gigi.
2. Ekstrak etanol daun sirih hijau memiliki aktivitas terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Staphylococcus aureus.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan hipotesis diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun sirih hijau dapat dibuat dalam sediaan pasta gigi.
2. Untuk mengetahui apakah sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau memiliki aktivitas terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Staphylococcus aureus.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Dapat mengetahui aktivitas formulasi sediaan pasta gigi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Staphylococcus aureus.
2. Menambah pengetahuan tentang manfaat daun sirih hijau dalam dunia kesehatan, diantaranya sebagai pengobatan alternatif untuk menyembuhkan sakit gigi.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan, maka kerangka pikir penelitian adalah sebagai berikut :
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Gambar 1.1: Kerangka Konsep Penelitian Ekstrak Etanol Daun
Sirih Hijau (Piper betle L.) Konsentrasi 5%, 10% dan 15%.
Formulasi Sediaan Pasta
• Uji organoleptis
• Uji homogenitas
• Uji pH
• Uji daya sebar
• Uji pembentukan busa
• Uji daya hambat
Evaluasi Sediaan :
• Bentuk, warna, bau dan rasa
• Tidak ada partikel kasar
• Harus sesuai dengan pH yaitu 4,5-11,0
• Daya sebar 5-7
• cm. Busa 15 mm
Aktivitas Antibakteri
• Terbentuk zona jernih (mm) Kontrol( + ) :
Pepsodent herbal Kontrol( - ) : Formula tanpa ekstrak.
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman Sirih Hijau 2.1.1 Deskripsi Tanaman
Sirih termasuk dalam famili piperaceae, merupakan jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain, yang tingginya 5-15 meter. Sirih memiliki daun tunggal letaknya berseling dengan bentuk bervariasi mulai dari bundar telur atau bundar telur lonjong. Pangkal berbentuk jantung atau agak bundar berlekuk sedikit, ujung daun runcing, pinggir daun rata agak menggulung ke bawah, panjang 5-18 cm, lebar 3-12 cm. Daun berwarna hijau, permukaan atas rata, licin agak mengkilat, tulang daun agak tenggelam, permukaan bawah agak kasar, kusam, tulang daun menonjol, bau aromatiknya khas, rasanya pedas.
Sedangkan batang tanaman berbentuk bulat dan lunak berwarna hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut (8).
Gambar2.1 :Tanaman daun sirih hijau (Piper betle L.)
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Daun Sirih Hijau ( Piper betle L. )
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
2.1.3 Kandungan Kimia
Daun sirih mengandung minyak atsiri 0,8-1,8 % yang terdiri atas kavikol, kavibetol (betel fenol), alilpirokatekol (hidroksikavikol). Kandungan senyawa lain adalah alilpirokatekol mono dan diasetat, karvakrol, eugenol, eugenol metil eter, p-simen, sineol, kariefilen, kadinen, estragol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan, tanin, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotionat, vitamin c, gula, pati, dan asam amino. Kavikol menyebabkan sirih berbau khas dan memiliki khasiat antibakteri lima kali lebih kuat daripada fenol serta imunomodulator (9).
2.1.4 Manfaat Daun Sirih Hijau
Masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal daun sirih sebagai bahan untuk “menyirih” dengan keyakinan bahwa daun sirih dapat menguatkan gigi, menyembuhkan luka-luka kecil di mulut, menghilangkan bau mulut, menghentikan pendarahan gusi, dan sebagai obat kumur. Daun sirih dapat
digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit diantaranya obat sakit gigi dan mulut, sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut (5).
2.2 Simplisia
2.2.1 Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Ada tiga macam simplisia yaitu simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral (10).
2.2.2 Pengolahan Simplisia
Hasil panen tanaman obat untuk dibuat simplisia umumnya perlu segera dikeringkan. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air untuk penyimpanan dan pencegahan pertumbuhan jamur serta mencegah terjadinya reaksi yang dapat menurunkan mutu. Dalam pengeringan faktor yang penting adalah suhu, kelembaban, dan aliran udara. Sumber suhu dapar berasal dari matahari atau dapat pula dari suhu buatan. Umumnya pengeringan bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri atau komponen yang termolabil, hendaknya dilakukan pada suhu yang tidak tinggi dengan aliran udara rendah secara teratur.
2.2.3 Proses Pembuatan Simplisia 1. Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar.
Sortasi dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bahan
tanaman lain yang tidak digunakan, dan bagian tanaman yang rusak (dimakan ulat dan sebagainya).
2. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lain yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih misalnya dari mata air, air sumur atau air PAM. Simplisia yang mengandung zat mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978 dalam depkes,1985), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga jumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba.
3. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajanganbahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur lebih dalam keadaan utuh selama satu hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin
perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki. Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air sehingga mempengaruhi waktu pengeringan.
4. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan alat dari plastik (10).
2.2.4 Ekstrak
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (11).
2.2.5 Ekstraksi
Ekstraksi atau penyaringan merupakan perpindahan massa zat aktif semula berada dalam sel, ditarik oleh cairan penyari tertentu sehingga terdapat zat aktif dalam cairan penyari (12).
Tujuan ekstraksi adalah menarik atau memisahkan senyawa dari campurannya atau simplisia. Ada berbagai cara ekstraksi yang telah diketahui.
Masing-masing cara tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya. Pemilihan metode dilakukan dengan memperhatikan antara lain sifat senyawa, pelarut yang digunakan dan alat yang tersedia. Beberapa metode ekstraksi yang umum digunakan antara lain maserasi, perkolasi, refluks, soxhletasi, infusa, dekok, destilasi (13).
1) Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus menerus).
Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
2) Perkolasi
Perkolasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia hingga senyawa tersari sempurna. Cara ini memerlukan waktu lebih lama dan pelarut yang lebih banyak. Perkolasi adalah cara penyaringan yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah di basahi. Perkolasi kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara basahi 10 bagian simplisia dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, masukkan kedalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3
jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali di tekan hati-hati. Tuangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan satu 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyaridiatas simplisia, hingga diperoleh 80 bagian perkolat. Peras massa, campurkan cairan perasan kedalamperkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana tutup, biarkan selama 2 hari ditempat sejuk terlindung dari cahaya, endapan disaring.
3) Refluks
Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Agar hasil penyarian lebih baik atau sempurna, refluks umumnya dilakukan berulang-ulang (3-6kali) terhadap residu pertama. Cara ini memungkinkan terjadinya penguraian senyawa yang tidak tahan panas.
4) Sokhletasi
Sokhletasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut organik pada suhu didih dengan alat sokhlet. Pada sokhletasi, simplisia dan ekstrak berada pada labu berbeda. Pemanasan mengakibatkan pelarut menguap, uap masuk dalam labu pendingin. Hasil kondensasi jatuh bagian simplisia sehingga ekstraksi berlangsung terus-menerus dengan jumlah pelarut relatif konstan. Ekstraksi ini dikenal sebagai ekstraksi sinambung.
5) Infusa
Infusa adalah cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut air, pada suhu 96-98o C selama 15-20 menit (dihitung suhu 96o C tercapai). Bejana infusa tercelup dalam tangas air. Cara ini sesuai untuk simplisia yang bersifat lunak, seperti bunga dan daun.
6) Dekok
Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan infusa, hanya saja waktu ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan suhunya mencapai titik didih air.
7) Destilasi (penyulingan)
Destilasi merupakan cara ekstraksi untuk menarik atau menyari senyawa yang ikut menguap dengan air sebagai pelarut. Pada proses pendinginan, senyawa dan uap air akan terkondensasi dan terpisah menjadi destilat air dan senyawa yang diekstraksi. Cara ini umum digunakan untuk menyari minyak atsiri dari tumbuhan (13).
2.3 Pasta Gigi
2.3.1 Pengertian Pasta Gigi
Pasta adalah sediaan berupa masa lembek yang dimaksudkan untuk pemakain luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago, atau sabun.
Digunakan sebagai antiseptik, atau pelindung kulit (12).
2.3.2 Fungsi Pasta Gigi
Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak atau stain, memperkuat perlindungan gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi, menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta memelihara kebersihan gingiva (14).
2.3.3 Komponen Pasta Gigi
Pasta gigi biasanya mengandung bahan abrasif, pembersih, bahan penambah rasa dan warna, serta pemanis, selain itu dapat juga ditambahkan bahan pengikat, pelembab, pengawet, fluor, dan air (14).
1) Bahan abrasif
Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk bubuk pembersih yang dapat memolis dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigimembantu untuk menambah kekentalan pasta gigi. Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi tidak sekeras email, tapi sekeras atau lebih keras dari dentin. Kandungan bahan abrasif yang terdapat di dalam pasta gigi sebanyak 30-40%. Contoh bahan abrasif ini antara lain natrium bikarbonat, kalsium karbonat, kalsium sulfat, natrium klorida, partikel silika, dikalsium fosfat. Efek yang diberikan oleh bahan ini antara lain membersihkan dan memoles permukaan gigi tanpa merusak email, mempertahankan pelikel mencegah akumulasi stain.
2) Bahan pelembab atau humektan sebanyak 10-30%
Bahan pelembab atau humectants ini dapat mencegah penguapan air dan mempertahankan kelembaban pasta. Contoh bahan pelembab ini antara lain gliserin, sorbitol, dan air.
3) Bahan pengikat
Bahan pengikat ini memberikan efek untuk mengikat semua bahan dan membantu memberi tekstur pasta gigi, terdapat sebanyak 1-5% dalam pasta gigi. Contoh bahan pengikat ini antara lain karboksimetilsellulose, hidroksimetilsellulose,carragaenan, dan cellulose gum.
4) Deterjen atau surfaktan
Deterjen dalam pasta gigi berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan melonggarkan ikatan debris dengan gigi yang akan membantu gerakan pembersihan sikat gigi. Persentasideterjen dalam pasta gigi sebanyak 1- 2%. Contoh deterjen yang terdapat dalam pasta gigi antara lain Sodium Laurly Sulfat (SLS) dan Sodium Nlaurly Sarcosinate.
5) Bahan pengawet
Bahan pengawet dalam pasta gigi berfungsi mencegah kontaminasi bakteri dan mempertahankan keaslian produk. Jumlah bahan pengawet dalam pasta gigi diatas 7 dari 1%. Contoh bahan pengawet yang digunakan dalam pasta gigi antara lain formalin, alkohol, dan natrium benzoat.
6) Bahan pewarna atau bahan pemberi rasa
Persentase bahan ini dalam pasta gigi sebanyak 1-5%. Bahan pewarna dan bahan pemberi rasa ini berfungsi untuk menutupi rasa bahan-bahan lain yang kurang enak, terutama Sodium Laurly Sulfat, dan juga memenuhi
selera pengguna seperti rasa mint, stroberi, dan rasa permen karet pada pasta gigi anak-anak. Contoh bahan ini antara lain peppermint atau speartmint, menthol, eucalyptus,aniseed, dan sakharin .
7) Air
Kandungan air dalam pasta gigi sebanyak 20-40% dan berfungsi sebagai bahan pelarut bagi sebagian bahan dan mempertahankan konsistensi.
8) Bahan terapeutik
Bahan terapeutik yang terdapat dalam pasta gigi, antara lain:
1. Fluoride
Penambahan Fluoride dalam pasta gigi dapat memperkuat enamel dengan cara membuatnya resisteb terhadap asam dan menghambat bakteri untuk memproduksi asam.
Adapun macam-macam fluoride yang terdapat dalam pasta gigi yang digunakan adalah sebagai berikut
a.) Stannous fluoride
Tin fluor merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam pasta gigi yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif (kalsium fosfat). Fluor ini bersifat antibakterial, namun kelemahannya dapat membuat stain abu-abu pada gigi.
b.) Sodium fluoride
Naf merupakan Fluor yang paling sering ditambahkan dalam pasta gigi, tapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan abrasif.
c.) Sodium monofluora fosfat.
2. Bahan desensitasi
Bahan desensitasi memberikan efek dengan cara mengurangi atau menghilangkan sensitivitas dentin dengan cara efek desensitisasi langsung pasa serabut saraf, dan bahan tersebut yang digunakan dalam pasta gigi adalah sebagai berikut:
a.) Potassium nitrat dapat memblok transmisi nyeri diantara sel-sel syaraf.
b.) Stronsiumchloride dapat memblok tubulus dentin.
c.) Bahan anti-tartar.
Bahan ini digunakan untuk mengurangi kalsium dan magnesium dalam saliva sehingga keduanya tidak dapat berdeposit pada permukaan gigi. Contohnya tetrasodium pyrophosphate..
d.) Bahan antimikroba
Bahan ini digunakan untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri. Contoh bahan ini adalah triklosan (bakterisidal), zinccitrate atau zincphosphate (bakteriostatik).
Selain itu ada berapa herbal yang ditambahkan sebagai antimikroba dalam pasta gigi, contohnya ekstrak daun sirih dan siwak.
e.) Bahan pemutih
Ada berbagai macam bahan pemutih yang digunakan sodium carbonat, hydrogenperokside, citroxane, dan sodium hexametaphosphat (14).
2.4 Gigi
2.4.1 Pengertian Gigi
Gigi adalah bagian keras yang terdapat didalam mulut. Fungsi utama dari gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan. Gigi tertanam di dalam tulang rahang bawah dan atas serta tersusun dalam dua lengkung. Lengkung rahang atas lebih besar dari pada lengkung rahang bawah. Gigi tetap berjumlah 32 pada setiap setengah rahang terdapat 8 buah gigi, yaitu gigiinsisivus, 1 kaninus, dan 2 premolar yang menggantikan kedua molar gigi susu dan tambahan 3 molar lagi dibagian posterior (14).
Gambar 2.2 :Stuktur Anatomi Gigi Gigi terdiri diri :
1) Mahkota gigi (mahkota klinis) yaitu bagian yang menonjol di atas gusi (gingiva), sedangkan mahkota anatomis adalah bagian yang dilapisi email.
2) Akar gigi yaitu bagian yang terpendam dalam alveolus pada tulang maksila atau mandibula
3) Leher gigi (serviks) yaitu tempat bertemunya mahkota anatomis dan akar gigi. Di bagian tengah gigi terdapat rongga pulpa yang melanjutkan diri menjadi saluran akar yang berakhir pada foramen apikal. Rongga pulpa ini dikelilingi oleh dentin dan di bagian luar dentin dilapisi oleh email (pada mahkota) dan sementum (pada akar)
4) Email atau enemel adalah bahan terkerars pada tubuh. Terdiri atas 97%
bahan kapur, terutama kalsium fosfat dalam bentuk kristal apatit, dan hanya 1 % bahan organik. Bahan organiknya terdiri dari enamelin, suatu protein yang sangat kaya prolin.
5) Dentin merupakan bahan berkapur yang banyak mengandung unsur organik, dengan proporsi yang sama seperti tulang. Dentin mengandung tubulusspinal yang keluar dari rongga sumsum. Masing-masing tubulus tersebut ditempati oleh satu odontoblas melalui proses protoplasmik yang sederhana
2.5 Bakteri
Bakteri adalah sel prokariotik yang khas, uniselular dan tidak mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya. Sel-selnya secara khas, berbentuk bola seperti batang atau spiral. Bakteri yang khas berdiameter sekitar 0,5 sampai 1,0 uμ. Panjangnya 1,5 sampai 2,5 uμ. Reproduksi terutama dengan pembelahan biner sederhana yaitu suatu proses aseksual. Beberapa dapat tumbuh pada suhu 0oC,ada yang tumbuh dengan baik pada sumber air panas yang suhunya 90o C (15).
2.5.1 Streptococcus mutans
Bakteri Streptococcus mutans merupakan kokus gram positif, nonmotil, mikroorganisme fakultatif anaerob yang dapat memetabolisme karbohidrat dan dianggap sebagai agen pembentuk karies gigi. Bakteri ini tersebar luas dialam dan beberapa diantaranya merupakan flora normal yang terdapat dalam tubuh manusia. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu 18º - 40ºC. Bakteri gram positif memiliki ciri yaitu struktur dinding selnya tebal (15-80 nm) dan berlapis tunggal. Bakteri (16).
Streptococcus mutans biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka dan menjadi bakteri yang paling kondusif menyebabkan karies untuk email gigi. Bakteri Streptococcus mutans bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam, asidodurik, mampu tinggal pada lingkungan asam, dan menghasilkan suatu polisakarida yang lengket disebut dextran (17).
2.5.2 Klasifikasi Bakteri Streptococcus mutans Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes Class : Bacilli
Orde : Lactobacillales Family : Streptococcaceae Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus mutans (3).
Gambar 2.3 : Bakteri Streptococcus mutans 2.5.3 Lactobacillus acidophilus
Lactobacillus acidodophilus adalah bakteri Gram-positif, anaerobik, tidak bergerak, tidak membentuk spora, berbentuk batang. Sel terlihat seperti huruf V atau Y karena berpasangan. Suhu optimal pertumbuhan sekitar 37°C - 41°C dan pH optimal antara 6,5 – 7. Sel Lactobacillus acidodophilus sering berbentuk rantai. Koloni Lactobacillus acidodophilus pada umumnya berwarna putih, cembung, permukaannya halus, berbentuk bundar dengan tepi rata. (18).
Lactobacillus acidodophilus mempunyai kemampuan bertahan hidup, melakukan proses metabolisme, dan tumbuh pada tingkat keasaman (pH) yang sangat rendah, bahkan dibawah pH 4. Bakteri ini dapat tumbuh baik pada suhu udara 300°C, Lactobacillus acidodophilus tumbuh optimal pada lingkungan anaerob, namun dapat hidup pada lingkungan dengan kadar oksigen yang sangat rendah yaitu 5-10% oksigen. Umumnya bakteri ini ditemukan di dalam saluran gastrointestinal manusia, hewan, mulut, dan vagina. Lactobacillus acidodophilus
termasuk golongan homofermentatif, yaitu bakteri yang sebagian besar hasil metabolismenya terhadap karbohidrat adalah asam laktat (19).
2.5.4 Klasifikasi bakteri lactobacillus acidophilus
Penggolongan bakteri lactobacillus acidophilus menurut Habibillah, 2009 adalah sebagai berikut : (20)
Kingdom : Bacteria Divisi : Firmicutes Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales Famili : Lactobacillaceae Genus : Lactobacillus
Spesies : Lactobacillus acidophilus
Gambar 2.4 : Bakteri Lactobacillus acidophilus
2.5.5 Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri berbentuk bulat, bersifat gram positif, biasanya tersusun dalam rangkaian tidak beraturan seperti buah anggur.
Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa manusia, menyebabkan penanahan, abses, berbagai infeksi piogendan bahkan septikimia yang fatal. Staphylococcus aureus mengandung polisakarida dan protein yang berfungsi sebagai antigen dan merupakan substansi penting didalam struktur dinding sel, tidak membentuk spora, dan tidak membentuk flagel (21)
Staphylococcus aureus adalah bakteri berbentuk kokus berukuran garis tengah sekitar 1µm yang pada pewarnaan bersifat gram positif, jika dilihat dibawah mikroskop berbentuk seperti kelompok anggur. Staphylococci tidak aktif bergerak (nonmotil), tidak berbentuk spora, dan bersifat katalase positif. Bakteri ini tahan panas sampai setinggi 50°C, kadar garam yang tinggi, dan tahan kekeringan. Koloni Staphylococci berukuran besar dengan garis tengah 6-8 mm dan berwarna bening (3)
2.5.6 Klasifikasi Bakteri Staphylococcus aureus Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria Phylum : Firmicutes Class : Bacilli Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus (3)
Gambar 2.5 : Bakteri Staphylococcus aureus Table 2.1 Klasifikasi Respon Daya Hambat Bakteri
Diameter Zona Jernih Hambatan Pertumbuhan Bakteri
>20 mm Sangat Kuat
10-20 mm Kuat
5-10 mm Sedang
<5 mm Lemah
Sumber : Davis Dan Stous, 1971 (22)
2.6 Evaluasi Sediaan Pasta 2.6.1 Uji Organoleptis
Pengamatan organoleptis pasta gigi meliputi bentuk, warna, bau, dan tekstur yang diamati secara obyektif. Pengamatan ini bertujuan untuk melihat terjadinya perubahan secara signifikan pada sediaan yang telah dibuat (23).
2.6.2 Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara pasta gigi yang akan diuji dioleskan pada gelas obyek untuk diamati homogenitasnya. Apabila tidak terdapat butiran-butiran kasar diatas gelas obyektersebut maka pasta gigi yang diuji dinyatakan homogen (23).
2.6.3 Uji Keasaman pH
pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH universal. Sebanyak 1 gram pasta gigi diencerkan dengan aquadest hingga 100 ml. Dimasukkan stik pH universal kedalam larutan pasta gigi yang telah dibuat. pH sediaan harus sesuai dengan standar SNI yaitu 4,5-11,0 (24).
2.6.4 Uji Daya Sebar
Pengukuran daya sebar pasta gigi dilakukan dengan menimbang 0,5 g diletakkan di atas kaca ukuran 20x20 cm, kemudian ditimpa dengan kaca berikutnya yang selanjutnya ditambahkan 125 g beban tambahan dan diamkan selama 1 menit lalu diukur diameter yang konstan. Daya sebar 5-7 cm menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaan (25).
2.6.5 Uji Pembentukan Busa
Sampel ditimbang sebanyak 1 g, dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian ditambahkan aquadest sampai 10 ml kemudian ditutup mulut gelas ukur dengan alumunium foil. Dikocok gelas ukur selama 20 menit lalu didiamkan selama 5 menit, ukur tinggi busa menggunakan mistar. Syarat tinggi busa maksimal sediaan pasta gigi yaitu 15 mm (26).
2.6.6 Metode Pengujian Antibakteri
Dalam memilih metode pengujian, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu kenyamanan dari pelaksanaan penelitia, fleksibilitas penelitian dan harga yang dikeluarkan untuk penelitian. Kegunaan uji antibakteri adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien. Terdapat macam- macam metode ujiantimikroba seperti berikut (22).
1. Metode difusi
a. Metode disc diffusion (tes Kirby&Bauer) untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media Agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media Agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media Agar.
b. E-test
Digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum inhibitory concentration) atau KHM (kadar hambat minimum) yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambbat pertumbuhan mikroorganisme.
c. Ditch-plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media Agar dalam cawan Petri pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah parit yang berisi agen antimikroba.
d. Cup-plate tecnique
Metode ini serupa dengan discdiffusion, dimana dibuat sumur pada media Agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji (22).
2. Metode dilusi
a. Metode dilusi cair
Metode ini mengukur MIC (minimum inhibitoryconcentrationatau kadar hambar minimum, KHM) dan MBC (minimum bactericidal concentration atau kadar hambat bunuh minimum). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji.
b. Metode dilusi padat
Metode ini serupa dengan dilusi cair namun menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji (22).
28 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental melalui pengujian di Laboratorium untuk membuat sediaan pasta gigi dari ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betle L.).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sediaan Semi Solid Institut Kesehatan Helvetia Medan dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli s/d Agustus 2019.
3.3 Sampel
sampel dalam penelitian ini adalah daun sirih hijau (Piper betle L.) sebanyak 3 kg yang diperoleh dari Gg. Tanjung, Dusun Tiga, Kecamatan Sunggal, Medan Helvetia.
3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Alat-alat gelas (pyrek), Autoklaf, Batang pengaduk, Bejana maserasi, Blender, Cawan petri, Cawan porselin, Objek glass, Hot Plate, Inkubator, Jarum ose, Laminar air flow
Lumpang dan alu, Neraca analitik, Oven, Jangka sorong, Pipet mikroliter, Pipet tetes, pH-meter, Vacum rotary evaporator, Wadah pasta gigi.
3.4.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak etanol Daun sirih, Etanol 70%, Gliserin, kapas Steril, Kalsium Karbonat, Minyak Peppermint, Metil Paraben, Sodium Lauryl Sulfat, Natrium Carboxymethyl Cellulose, Sakarin, Larutan Media Nutrient Agar, NaCl 0,9%, biakan bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Staphylococcus aureus
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Prosedur Pembuatan Simplisia
Sampel yang digunakan adalah daun sirih hijau yang masih segar sebanyak 3 kg. Selanjutnya daun sirih hijau disortasi basah lalu dicuci dengan air mengalir hingga bersih dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Kemudian simplisia yang telah kering disortasi kering dan dibuat serbuk dengan cara diblender dan diayak. Serbuk simplisia disimpan dalam wadah bersih dan tertutup rapat.
3.5.2 Prosedur Pembuatan Ekstrak
Haluskan simplisia Masukkan 300 g serbuk kering simplisia kedalam wadah, kemudian tambahkan pelarut etanol 70% sebanyak 2250 ml ditutup dengan alumunium foil selama 3 hari (setiap hari diaduk) kemudian disaring menggunakan kertas saring dan diperoleh filtrat 1 dan ampas 1. Ampasnya direndam ulang dengan menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak 750 ml selama 2 hari (setiap hari diaduk), kemudiaan disaring menggunakan kertas saring
dan diperoleh filtrat 2 dan ampas. Selanjutnya filtrat 1 dan 2 digabung menjadi satu, kemudiaan dipekatkan menggunakan rotary evaporator sampai didapatkan ekstrak kental.
3.6 Formula Dasar Pasta
Formula standar yang dipilih pada pembuatan pasta gigi dalam penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut (Mitsui, 1997) (27).
R/ Kalsium fosfat dihidrat CaHPO4.2H2O) 45,0%
Silika 2.0%
Gliserin 15,0%
CMC Na 1,0%
Karagenan 0,3%
Sodium LaurylSulfate (SLS) 1,5%
Sakarin 0,1%
Flavour qs
Metil paraben 0,1%
Aquadest 35,09%
Tabel 3.1. Rancangan formula sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau
No Komponen Konsentrasi
F0 F1(5%) F2(10%) F3(15%)
1 Ekstrak daun sirih - 5g 10g 15g
2 Kalsium karbonat 45g 45g 45g 45g
3 Gliserin 15g 15g 15g 15g
4 CMC Na 1g 1g 1g 1g
5 Sodium lauryl sulfat 1,5g 1,5g 1,5g 1,5g
6 Sakarin 0,1g 0,1g 0,1g 0,1g
7 Metil paraben 0,1g 0,1g 0,1g 0,1g
8 Minyak peppermint qs qs qs qs
9 Aqua dest ad 100 g ad 100 g ad 100 g ad 100 g
3.6.1 Prosedur Pembuatan Sediaan Pasta Gigi
Timbang bahan aktif ekstrak daun sirih hijau dengan variasi konsentrasi 5%, 10%, dan 15% dan bahan tambahan kalsium karbonat, gliserin, natrium karboksimetil selulosa (CMC – Na), sodium lauryl sulfat, sakarin, metil paraben, minyak peppermint dan aquadest. larutkan Na – CMC dalam air panas didiamkan selama 15 menit, setelah itu diaduk homogen sebagai massa 1. Gerus kalsium karbonat, dan tambahkan sodium lauryl sulfat gerus homogen, kemudian ditambahkan pada massa 1 menjadi campuran sambil digerus homogen sebagai massa 2. Larutkan ekstrak etanol daun sirih hijau dengan gliserin diaduk homogen dan tambahkan pada massa 2 sambil digerus sampai homogen. Larutkan metil paraben dan sakarin kedalam sisa air dan diaduk sampai larut sempurna.
Kemudian ditambahkan pada massa 2 digerus homogen sampai terbentuk massa pasta. Tambahkan minyak peppermint kedalam massa pasta, digerus sampai homogen, kemudian masukkan pasta kedalam wadah pasta gigi (23).
3.7 Evaluasi Sediaan Pasta Gigi 3.7.1 Uji Organoleptis
Pengamatan organoleptis pasta gigi meliputi bentuk, warna, bau, dan tekstur yang diamati secara obyektif. Pengamatan ini bertujuan untuk melihat terjadinya perubahan secara signifikan pada sediaan yang telah dibuat (23).
3.7.2 Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara mengambil pasta gigi yang akan diuji dioleskan pada gelas obyek untuk diamati homogenitasnya. Apabila tidak terdapat butiran-butiran kasar diatas gelas obyek tersebut, maka pasta gigi
yang diuji dinyatakan homogen, sedangkan adanya butiran-butiran kasar menunjukan bahwa pasta gigi tidak homogen (23).
3.7.3 Uji Keasaman pH
pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH universal. Sebanyak 1 gram pasta gigi diencerkan dengan aquadest hingga 100 ml. Dimasukkan stik pH universal kedalam larutan pasta gigi yang telah dibuat. pH sediaan harus sesuai dengan standar SNI yaitu 4,5-11,0 (24).
3.7.4 Uji Daya Sebar
Pengukuran daya sebar pasta gigi dilakukan dengan menimbang 0,5 g diletakkan di atas kaca ukuran 20x20 cm, kemudian ditimpa dengan kaca berikutnya yang selanjutnya ditambahkan 125 g beban tambahan dan diamkan selama 1 menit lalu diukur diameter yang konstan. Daya sebar 5-7 cm menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaan (25).
3.7.5 Uji Pembentukan Busa
Sampel ditimbang sebanyak 1 g, dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian ditambahkan aquadest sampai 10 ml kemudian ditutup mulut gelas ukur dengan alumunium foil. Dikocok gelas ukur selama 20 menit lalu didiamkan selama 5 menit, ukur tinggi busa menggunakan mistar. Syarat tinggi busa maksimal sediaan pasta gigi yaitu 15 mm (26).
3.8 Pengujian Aktivitas Antibakteri 3.8.1 Sterilisasi Alat Dan Bahan
Sterilisasi dilakukan dengan cara sesuai terhadap masing-masing alat.
Alat-alat yang disterilkan harus dalam keadaan bersih dan kering. Tabung reaksi,
gelas ukur, erlenmeyer, cawan petri ditutup mulutnya dengan kapas lalu alumunium foil. Kemudian disterilkan dengan oven pada suhu 180º C, selama 2 jam. Medium pembenihan dan larutan NaCl disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121º C selama 30 menit. Pinset dan jarum ose disterilkan dengan cara dipijarkan pada api bunsen (23).
3.8.2 Pembuatan Medium Nutrien Agar (NA)
Ditimbang medium Nutrien Agar (NA) sebanyak 5,6 gram dilarutkan dalam 200 ml aquadest menggunakan erlenmeyer. Medium dihomogenkan diatas penangas air sampai media Nutrien Agar benar-benar larut. Larutan tersebut kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121º C selama 15 menit. Disimpan pada lemari pendingin. media agar siap digunakan untuk pembuatan media pembiakan bakteri dan pertumbuhan bakteri (23).
3.8.3 Pembiakan Bakteri Uji
Bakteri uji Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Staphylococcus aureus yang berasal dari biakan murni, masing-masing diambil 1 ose lalu diinokulasikan dengan cara digoreskan pada medium Nutrien Agar (NA) miring. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam (23).
3.8.4 Pembuatan Suspensi Bakteri
Biakan bakteri diambil dengan jarum ose steril lalu disuspensikan kedalam tabung reaksi yang berisi larutan NaCl 0,9% sebanyak 10 ml sampai didapat kekeruhan suspensi bakteri yang sama dengan kekeruhan standar Mc Farland (23).
3.8.5 Pembuatan Standar Kekeruhan Dengan Mc. Farland
Larutan 1% sebanyak 9,5 ml dicampurkan dengan 1,175 % sebanyak 0,5 ml dalam Erlenmeyer. Kemudian dikocok sampai terbentuk larutan yang homogen.
3.8.6 Uji Aktivitas Antibakteri
Siapkan cawan petri yang sudah disterilkan. Masukkan 0,1 ml suspensi bakteri kedalam cawan petri. Kemudian ditambahkan media NA sebanyak 15 ml, aduk sampai homogen dengan membentuk angka 8 dan dibiarkan memadat.
Selanjutnya dibuat lubang sumuran menggunakan pancadang logam. Kemudian sumuran yang sudah dibuat dimasukkan sedian pasta gigi sebanyak 0,1 g lalu diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 35°-37°C dan diikur diameter zona hambatan (zona jernih) yang terbentuk.
3.9 Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel yang merupakan hasil dari pengukuran zona hambat. Selanjutnya data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan statistik yaitu uji analisis of varian (ANOVA).
35 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Telah dilakukan penelitian tentang uji aktivitas antibakteri sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophillus dan Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2019 di Laboratorium Farmasi Dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
Metode pembuatan ekstrak yang digunakan pada penelitian ini adalah metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dan di pekatkan menggunakan alat rotary evaporator.
Bagian tanaman yang diambil dalam penelitian ini adalah daun.
Pengambilan dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan serupa dari daerah lain. Sampel yang diambil dari Gg tanjung, dusun tiga, kecamatan sunggal, medan helvetia. Berat simplisia daun sirih hijau (Piper betle L.) yang basah 3000 g dan serbuk yang ditimbang untuk maserasi yaitu 300 g menghasilkan ekstrak kental 103 g, sehingga diperoleh rendemen ekstrak kental yaitu 34,3 %.
4.1.1 Uji Organoleptis
Hasil pengujian organoleptis dilakukan terhadap sediaan dengan melihat perubahan tekstur, warna dan bau.
Tabel 4.1 Hasil uji organoleptis sediaan pasta gigi Konsentrasi
Pasta gigi Bentuk Warna Bau
F0 Setengah padat Putih Khas F1 Setengah padat Cokelat Khas F2 Setengah padat Cokelat Khas F3 Setengah padat Cokelat tua Khas Keterangan
F0 : Formula tanpa ekstrak etanol daun sirih hijau.
F1 : Formula yang mengandung 5% ekstrak etanol daun sirih hijau.
F2 : Formula yang mengandung 10% ekstrak etanol daun sirih hijau.
F3 : Formula yang mengandung 15% ekstrak etanol daun sirih hijau.
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa masing-masing pasta gigi yang dihasilkan memiliki bentuk setengah padat, warna coklat hingga coklat tua dan bau yang dihasilkan merupakan aroma khas ekstrak dari masing-masing sediaan.
4.1.2 Uji Homogenitas
Hasil pengujian homogenitas sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau (Pipper betle L.) dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Uji Homogenitas pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau.
Konsentrasi Pasta Gigi Homogenitas
F0 Homogen
F1 Homogen
F2 Homogen
F3 Homogen
Dari hasil pengujian homogenitas terhadap masing-masing konsentrasi pasta gigi diperoleh hasil untuk F0, F1, F2, F3 menunjukkan hasil yang homogen.
4.1.3 Uji pH
Pengujian terhadap tingkat keasaman dari sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau dilakukan dengan menggunakan pH meter. Hasil pengujian pH dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil uji pH pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau Konsentrasi
pasta gigi
Diameter pH Rata-rata ± Std.Error F0
F1 F2 F3
7.3000 ± 00000 6.8000 ± 00000 6.6000 ± 00000 6.4000 ± 00000
4.1.4 Uji Daya Sebar
Hasil pengamatan uji daya sebar sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau (Pipper betle L.) dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Pengujian Daya Sebar pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau.
Konsentrasi pasta gigi
Diameter daya sebar Rata-rata ± Std.Error F0
F1 F2 F3
6.0000 ± 00000 6.0000 ± 00000 6.0000 ± 00000 6.0000 ± 00000
4.1.5 Hasil Pengujian Tinggi Busa
Hasil pengujian tinggi busa sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau (Pipper betle L.) dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Tinggi Busa pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau.
Konsentrasi pasta gigi
Diameter tinggi busa Rata-rata ± Std.Error F0
F1 F2 F3
6.7333 ± 03333 6.0667 ±03333 6.0000 ± 00000 6.2083 ± 03333
4.1.6 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
Hasil uji aktivitas dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Hasil pengujian sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau terhadap bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Staphylococcus aureus.
Perlakuan
Diameter Daerah Hambatan (mm) Streptococcus mutans
± Std.Error
Lactobacillus acidophil us ± Std.Error
Staphylococcus aure us ± Std.Error Kontrol (-)
Kontrol(+) F1
F2 F3
0000 ± 00000 24.3000 ± 00000*
18.2667 ± 99051*
18.4667 ± 99051*
18.5333 ±1.04137*
0000 ± 00000 26.1000 ± 00000*
19.8667 ± 1.12891*
19.9667 ± 98206*
20.2667 ± 1.12596*
0000 ± 00000 23.2000 ± 00000*
17.4333 ± 58973*
17.4333 ± 39299*
17.5667 ± 46308*
Keterangan : * (Berbeda secara signifikan terhadap kontrol negatif p ≤ 0,05) Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri diperoleh hasil zona hambat kontrol positif terhadap bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan staphylococcus aureus masing-masing sebesar 24,3 mm, 26,1 mm dan 23,2 mm. Sedangkan pada kontrol negatif tidak terdapat zona hambatan. Pada pasta gigi F1 diperoleh hasil zona hambat untuk bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan staphylococcus aureus masing-masing sebesar 18,2 mm, 19,8 mm dan 17,4 mm. Pada pasta gigi F2 diperoleh hasil zona hambat untuk bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan staphylococcus aureus masing-masing sebesar 18,4 mm, 19,9 mm dan 17,4 mm. Untuk pasta gigi F3 diperoleh zona hambat untuk bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan staphylococcus aureus masing-masing sebesar 18,5 mm,20,2 mm dan 17,5 mm.
Gambar 4.1. Grafik Zona hambat konsentrasi 5%,10% dan 15% terhadap bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Staphylococcus aureus
4.2 Pembahasan 4.2.1 Uji Organoleptis
Hasil pemerikasaan stabilitas sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau dilakukan terhadap empat formula dengan melihat bentuk, warna, dan bau pada tiap sediaan. Pengujian fisik terhadap pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau dilakukan agar diketahui kestabilan dan kelayakan pasta gigi. Dari hasil pengujian fisik ekstrak etanol daun sirih hijau yang diformulasikan dalam bentuk sediaan pasta gigi memenuhi parameter uji kualitas pasta gigi yaitu dari uji organoleptis bentuknya setengah padat, warna dan bau sesuai dengan konsentrasi ekstrak yang dikandungnya.
4.2.2 Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan pasta gigi bahan aktif obat dengan bahan tambahan lainnya tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen sehingga pasta gigi yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi secara merata pada permukaan gigi. Hasil pengujian homogenitas pasta gigi ekstrak etanol daun sirih hijau pada keempat formula semua homogen (28).
4.2.3 Uji pH
Pengukuran pH bertujuan untuk melihat keamanan sediaan agar tidak mengiritasi mukosa mulut ketika diaplikasikan sediaan topikal. pH adalah pengukuran derajat keasaman suatu sediaan. Pengukuran pH dimaksudkan untuk mengetahui apakah derajat keasaman dari pasta gigi telah sesuai dengan pH standar. Mulut dalam keadaan asam menyebabkan bakteri mudah bersarang, sehingga pH pasta gigi menentukan fungsi pasta gigi sebagai daya antibakteri (28).
Syarat mutu sediaan pasta gigi harus sesuai dengan pH mukosa mulut antara 4,5 – 11,0 (SNI 0062 : 2016) Berdasarkan tabel 4.3 hasil pengukuran pH dari masing-masing formula menunjukkan nilai pH yang didapat dari masing- masing konsentrasi pasta gigi sesuai dengan pH mukosa mulut sehingga aman untuk pemakaian (24).
4.2.4 Uji Daya Sebar
Hasil pengukuran daya sebar pasta gigi e