• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI - Repository IAIN Bengkulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI - Repository IAIN Bengkulu"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Bagaimana tinjauan maqasid syariah terhadap perlakuan terhadap anak korban kekerasan seksual di Women's Crisis Center (WCC) di Bengkulu.

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Bagi Women’s Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan dan menambah pemahaman untuk meningkatkan kinerja para anggotanya khususnya yang bergerak di bidang perlindungan anak. Bagi orang tua, sebagai bahan untuk meningkatkan pemahaman agar lebih peka dalam memberikan perlindungan kepada anak agar terhindar dari pelaku atau predator kekerasan seksual terhadap anak. Bagi institusi, untuk melengkapi literatur dan memberikan pemikiran bagi pengembangan keilmuan di perguruan tinggi khususnya Fakultas Syariah.

Bagi penulis, penelitian ini merupakan penambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan di bidang hukum keluarga Islam. Juga sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Syariah IAIN Bengkulu.

Penelitian Terdahulu

Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian ini adalah penelitian diatas mengkaji tentang kontribusi Women Crisis Center Rifka Annis Yogyakarta dalam menangani kejahatan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sedangkan penelitian ini mengkaji tinjauan maqasid syari'ah tentang perlakuan terhadap anak korban kekerasan seksual. kekerasan seksual di Women's Crisis Center di Bengkulu. 12Rizki Hamdan Saputra, Peran Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TPA) "Rekso Dyah Utami" Yogyakarta dalam menangani korban kekerasan seksual pada anak (perspektif konseling Islam), program studi konseling Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016. Yogyakarta dalam menangani korban kekerasan seksual pada anak, sedangkan penelitian ini mengkaji maqasid revisi syariah tentang perlakuan terhadap korban kekerasan seksual pada anak di Women's Crisis Center (WCC) di Bengkulu.

Tesis yang disusun oleh Erlita Adiyanti Safitri berjudul : “Penatalaksanaan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Magelang oleh Women’s Crisis Center (WCC) “Cahaya Melati”. Crisis Center (WCC) bersama Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Magelang 13Erlita Adiyanti Safitri, Mengelola Perlakuan terhadap Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Magelang oleh Women's Crisis Center (WCC) “Cahaya Melati, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.

Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian ini adalah penelitian diatas mengkaji tentang penanganan perempuan dan anak korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Kota Magelang yang dilakukan oleh Women's Crisis Center (WCC) "Cahaya Melati" sedangkan penelitian ini mengkaji tentang ulasan maqasid syari'ah tentang penanganan anak korban kekerasan seksual di Women's Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu. Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian ini adalah penelitian diatas mengkaji hubungan kekerasan dalam rumah tangga dengan tingkat kecemasan pada perempuan yang berkonsultasi di LSM Rifka Annisa WCC Yogyakarta, sedangkan penelitian ini mengkaji tinjauan maqasid syari'ah terhadap perlakuan terhadap anak. . korban kekerasan seksual di Women Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu.

Metode Penelitian

Penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh data yang lebih lengkap, mendalam, kredibel dan bermakna, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Dengan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa informan sama saja dengan responden, jika pemberian informasi dianggap penting oleh peneliti 18 Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam memilih informan adalah. Penelitian ini dilakukan di Women’s Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu dengan alasan sebagai berikut: pertama, WCC Kota Bengkulu merupakan lembaga yang bergerak di bidang perlindungan dan pendampingan yang cukup terkenal di Kota Bengkulu.

Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai 15 (lima belas) orang informan yang merupakan petugas yang melakukan pendampingan di Women's Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu. Penulis menjadikan informan dengan alasan informan melakukan pendampingan dan menangani beberapa kasus permasalahan yang melibatkan anak korban kekerasan seksual di WCC Kota Bengkulu, dan informan bekerja sebagai petugas di WCC Kota Bengkulu selama 3 – 8 tahun. Kota bekerja WCC. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi, berupa publikasi/laporan, arsip/dokumentasi, dokumen pribadi, serta peraturan dan perundang-undangan.

Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. 21 Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan wawancara tidak terstruktur yang merupakan wawancara berbeda dengan wawancara terstruktur. Kerangka ini menjelaskan tinjauan maqasid syariah tentang penanganan anak korban kekerasan seksual di Women’s Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian kekerasan

Pengertian kekerasan seksual

Salah satu bentuk praktik seksual menyimpang adalah bentuk kekerasan seksual, yang berarti praktik hubungan seksual yang dilakukan dengan cara kekerasan, di luar ikatan sah perkawinan dan bertentangan dengan ajaran Islam. Kekerasan seksual adalah perilaku seksual menyimpang yang merugikan pihak lain atau korban dan merusak ketentraman mereka dalam masyarakat. Pengertian kekerasan seksual terhadap anak dapat diartikan sebagai keterlibatan seorang anak yang belum cukup umur untuk terlibat dalam situasi aktivitas seksual yang biasa dilakukan oleh orang dewasa.29.

Menurut Heise, tindak kekerasan seksual terhadap perempuan pada dasarnya mempunyai arti sebagai berikut: “Segala tindakan kekerasan verbal atau fisik, pemaksaan atau ancaman terhadap nyawa, yang ditujukan terhadap seorang perempuan, baik anak-anak maupun orang dewasa, yang menimbulkan kerugian fisik, psikis. penghinaan atau perampasan kemerdekaan dan mempertahankan subordinasi terhadap perempuan.” Sedangkan definisi yang lebih lengkap terdapat dalam Pasal 1 Deklarasi Nairobi tentang Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan tahun 1985, yang menyatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan berarti: “Setiap tindakan yang didasarkan pada perbedaan antar jenis kelamin dan mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual dan psikis... 28 Sopi Nurhikmah, Membantu korban kekerasan seksual terhadap anak dengan pendekatan pekerjaan sosial, Jurnal Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2018, hal.

29 Muhammad Adli dan Ida Keumala Jeumpa, Bantuan kepada Anak Korban Kekerasan Seksual oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Bireuen, JIM Jurnal Hukum Pidana: Vol.

Pandangan Islam tentang kekerasan seksual

Salah satunya terkait dengan etika, akhlak, moral dan interaksi atau hubungan antar manusia, sehingga permasalahan yang sering muncul dalam interaksi sosial di masyarakat seperti pelecehan seksual atau kekerasan seksual dapat dihindari. Dalam agama Islam, sifat tersebut dianggap sebagai perbuatan tercela karena agama Islam telah mengajarkan kepada seluruh pemeluknya untuk saling menghormati, apapun jabatan atau gelar seseorang. Sedangkan ketentuan hubungan seksual dalam agama Islam hanya dapat dilakukan dengan cara yang telah ditentukan yaitu melalui perkawinan yang sah, mengikuti syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT yang menciptakan manusia dengan diiringi syahwat, hal ini terlihat dari QS.

Ali-Imran/5: 14, yang artinya: “Dibuatlah indah dalam (penglihatan) manusia kecintaan terhadap apa yang dihasratkannya. Apabila aktivitas seksual itu dilakukan di luar jalur yang ditentukan, seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang hanya memenuhi syahwat dan hawa nafsunya, maka hubungan seksual tersebut dinamakan zina.32 Kegiatan atau perbuatan yang dapat menimbulkan zina antara lain berupa bentuk perbuatan seksual, kekerasan seperti menendang perempuan dari atas ke bawah, lelucon seksual yang menyinggung, gambar atau foto pornografi, dan lain-lain. Untuk itu, ajaran agama Islam telah memberikan aturan-aturan dalam berinteraksi sosial di masyarakat, seperti tata krama yang baik, tata krama berpakaian, dan memandang seseorang saat berinteraksi atau bersosialisasi.

Dengan demikian, kekerasan seksual merupakan suatu bentuk tindakan yang dianggap sebagai tindakan yang bermoral rendah karena moralitas merupakan perilaku seseorang dalam berinteraksi dan bersosialisasi. Standar moral yang sangat tinggi dengan demikian dapat diukur berdasarkan pengakuan masyarakat bahwa suatu tindakan tidak dianggap melanggar aturan dan adat istiadat yang ada dalam masyarakat, apa yang pantas dan apa yang tidak pantas dilakukan.

Pandangan Islam Tentang Anak

  • Pengertian anak
  • Perlindungan anak
  • Tujuan perlindungan anak
  • Hak-hak anak dalam perspektif Islam

Data capaian Program Perawatan Anak Korban Kekerasan Seksual di Women’s Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan terhadap anak korban kekerasan seksual di Women’s Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu, oleh karena itu penulis melakukan wawancara kepada pengurus WCC Kota Bengkulu. Pendampingan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan lembaga WCC kepada anak korban kekerasan seksual di kota Bengkulu.

Penulis melakukan wawancara kepada pengurus WCC Kota Bengkulu mengenai bentuk perlakuan dan bantuan yang diberikan petugas WCC Kota Bengkulu kepada anak korban kekerasan seksual. Penulis melakukan wawancara kepada pengurus WCC Kota Bengkulu mengenai langkah-langkah yang dilakukan petugas dalam memberikan layanan konseling kepada anak korban kekerasan seksual. Demikian analisa penulis mengenai ulasan Mekasid syariah terhadap perlakuan terhadap anak korban kekerasan seksual di Women’s Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu.

Tinjauan maqasid syariah terhadap perlakuan terhadap anak korban kekerasan seksual di Women Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu adalah perlakuan terhadap anak korban kekerasan seksual di WCC Kota Bengkulu sudah sesuai dengan salah satu tujuan Islam. hukumnya yaitu perlindungan jiwa (hifdz an-nafs). Apa saja bentuk-bentuk kekerasan seksual terhadap anak yang selama ini ditangani petugas Women's Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu. Bagaimana langkah petugas Women's Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu dalam membantu anak korban kekerasan seksual.

Bagaimana bentuk penanganan yang dilakukan petugas Women's Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu terhadap anak korban kekerasan seksual? Bagaimana langkah petugas Women's Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu dalam menangani anak korban kekerasan seksual. 10. Bentuk perlindungan hukum apa yang diberikan petugas Women's Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu kepada anak korban kekerasan seksual?

Apa saja indikator keberhasilan yang ditetapkan petugas Women's Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu dalam membantu dan menangani anak korban kekerasan seksual? Keberhasilan apa saja yang diraih petugas Women's Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu selama mendampingi dan merawat anak korban kekerasan seksual. Apa saran Anda sebagai petugas Women's Crisis Center (WCC) Kota Bengkulu agar kekerasan seksual terhadap anak tidak terulang kembali?

Maqasid Syari'ah Tinjauan perlakuan terhadap anak korban kekerasan seksual di Women's Crisis Center (WCC) di Bengkulu. Bagaimana pandangan Islam terhadap bentuk perlakuan terhadap anak korban kekerasan seksual di Women's Crisis Center (WCC) di Bengkulu. Bagaimana pendapat Islam atas langkah pejabat Women's Crisis Center (WCC) Bengkulu dalam membantu anak korban kekerasan seksual.

Bagaimana pandangan Islam terhadap bentuk perlindungan hukum yang diberikan petugas Women's Crisis Center (WCC) Bengkulu kepada anak korban kekerasan seksual.

Referensi

Dokumen terkait

The study also recommended that the current women empowerment policy be reviewed to reflect the actual situation and that government should also establish a