• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PONCOL KOTA SEMARANG

N/A
N/A
abdul haq

Academic year: 2023

Membagikan "EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PONCOL KOTA SEMARANG"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendefinisikan dan mengevaluasi proses perencanaan, pelaksanaan dan hasil program pencegahan malnutrisi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara terkait evaluasi program pencegahan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Poncol Kota Semarang, dengan menggunakan proses analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. . dan verifikasi. Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Penanggulangan Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Poncol Kota Semarang”.

LATAR BELAKANG

Puskesmas Poncol merupakan Puskesmas dengan prevalensi gizi buruk tertinggi di Kota Semarang pada tahun 2017 yaitu sebesar 10,26%. Berdasarkan latar belakang diatas maka pada penelitian ini akan dilakukan evaluasi terhadap program pencegahan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Poncol Kota Semarang.

RUMUSAN MASALAH

Rumusan Masalah Umum

Rumusan Masalah Khusus

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Khusus

Mengetahui sumber daya manusia (SDM), dana, sarana dan prasarana sejalan dengan perencanaan terkait program pencegahan gizi buruk. Mengetahui pelaksanaan program pencegahan gizi buruk seperti deteksi balita gizi buruk, pemberian makanan tambahan (FMV), pemberian vitamin dan mineral serta penyuluhan pada ibu gizi buruk sudah sesuai dengan yang direncanakan.

MANFAAT .1 Bagi Peneliti .1 Bagi Peneliti

Bagi Institusi Pendidikan

Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan

Bagi Masyarakat

KEASLIAN PENELITIAN Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Harapannya, optimalisasi ini dapat meningkatkan status gizi anak kecil di wilayah kerja otoritas kesehatan terkait. Penatalaksanaan kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Cilacap Utara I. Metode kualitatif, dengan desain studi kasus. Evaluasi Program Penanggulangan Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Butangan Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang.

Persentase pemantauan tumbuh kembang di Puskesmas Poncol masih dibawah target Dinas Kesehatan, penyuluhan atau penyuluhan mengenai pemberian makanan bayi belum maksimal, Kinerja pemberian makanan tambahan belum tercapai. maksimal karena PMT yang diberikan tidak tepat sasaran.

RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang Lingkup Tempat

Ruang Lingkup Waktu

Ruang Lingkup Keilmuan

LANDASAN TEORI .1 Gizi Kurang .1 Gizi Kurang

Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, Puskesmas yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan pada tingkat pertama. . , dengan mengedepankan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai tingkat kesehatan dan derajat masyarakat setinggi-tingginya di wilayah kerja. Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama (UKP). Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah segala kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan mengatasi timbulnya permasalahan kesehatan yang menyasar keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Upaya kesehatan masyarakat pada tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat substantif dan upaya kesehatan masyarakat pembangunan. Setiap Puskesmas wajib melaksanakan upaya kesehatan masyarakat yang esensial untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota di bidang kesehatan. Upaya pembangunan kesehatan masyarakat adalah upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang bersifat inovatif dan/atau ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Intervensi kesehatan perorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan, mencegah, menyembuhkan penyakit, mengurangi penderitaan akibat suatu penyakit, dan memulihkan kesehatan individu.

Pelayanan Gizi di Puskesmas

Pelayanan gizi diberikan di fasilitas pelayanan kesehatan institusi/fasilitas masyarakat lainnya dan lokasi tanggap darurat. Pelayanan gizi dapat diberikan melalui pendidikan gizi, suplementasi gizi, manajemen gizi, dan pemantauan gizi. Pelayanan gizi di lingkungan pelayanan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan status gizi dan membantu penyembuhan dan pemulihan pasien.

Tenaga Gizi Puskesmas

Deteksi kasus gizi buruk dapat dimulai dengan pemantauan arah pertumbuhan secara cermat yang rutin dilakukan oleh Posyandu. Deteksi kasus gizi buruk dapat dimulai dengan pemantauan laju pertumbuhan secara cermat yang rutin dilakukan di Posyandu. PMT pemulihan adalah PMT yang diberikan selama 60 hari kepada balita gizi buruk dan 90 hari kepada balita gizi buruk dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi balita tersebut.

Balita gizi buruk atau kurus usia 6-59 bulan, termasuk balita di bawah garis merah (BGM) dari keluarga miskin, menjadi sasaran prioritas penerima PMT Pemulihan. Selain upaya pemenuhan kebutuhan zat gizi makro (karbohidrat, lemak dan protein) pada anak gangguan gizi, BW/. Saat merawat bayi yang mengalami malnutrisi dan penyakit (keterbelakangan pertumbuhan), pengobatan juga berfokus pada pengobatan penyakit tersebut.

Terkait pemberian makanan pada balita gizi buruk yang mengalami peradangan, sebaiknya berhati-hati dalam memberikan sumber makanan, terutama minyak. Selain itu, bagi balita gizi buruk yang menderita penyakit, dilakukan suplementasi energi dan protein 20-25% di atas AKG (Angka Kecukupan Gizi) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Evaluasi

Evaluasi juga dapat diartikan sebagai proses membandingkan hasil yang dicapai program dengan tujuan yang direncanakan. Evaluasi program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap tiga hal, yaitu evaluasi proses pelaksanaan program, evaluasi hasil program, dan evaluasi dampak program. Evaluasi formatif dilakukan untuk mendiagnosis program, dan hasilnya digunakan untuk mengembangkan atau memperbaiki program.

Sedangkan evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang dilakukan untuk menilai hasil akhir suatu program. Pendekatan sistem dapat digunakan pada suatu program kesehatan dimana penilaian secara komprehensif dapat dilakukan dengan menilai input, proses dan output. Evaluasi keluaran merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap hasil pelayanan, berkaitan dengan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan pelayanan.

Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan yaitu evaluasi masukan, proses, pelaksanaan program, evaluasi hasil program dan evaluasi dampak program (Notoatmodjo, 2011). Menentukan keberhasilan program yang akan dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan memberikan penjelasan.

Gambar 2.2 Unsur-unsur Elemen Sistem (Notoadmodjo, 2011)
Gambar 2.2 Unsur-unsur Elemen Sistem (Notoadmodjo, 2011)

KERANGKA TEORI

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Aspek Input

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rustam (2012), ketersediaan sarana dan prasarana sangatlah penting dalam pelaksanaan sesuatu. Sarana dan prasarana kesehatan mencakup berapa banyak fasilitas kesehatan, pusat penyuluhan dan informasi yang tersedia bagi setiap anggota masyarakat. Berdasarkan pernyataan wawancara mendalam dengan narasumber mengenai sarana dan prasarana, ketersediaan sarana dan prasarana di wilayah kerja Puskesmas Poncol belum dapat dipenuhi baik dari segi jenis maupun jumlahnya.

Fasilitas yang tersedia untuk menunjang kegiatan program pencegahan gizi buruk antara lain timbangan langkah, timbangan timbang, alat ukur tinggi badan, infantometer, KMS, meja dan kursi, serta ruang posyandu. Kegiatan posyandu yang baik dapat mendeteksi secara dini gizi buruk pada masyarakat sehingga tidak berkembang menjadi kejadian luar biasa. Menurut hasil penelitian Lamabelawa (2006), dikatakan bahwa tingkat kualitas hasil sangat ditentukan oleh sarana dan prasarana kerja seseorang dalam menjalankan tugasnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana di Puskesmas kurang memadai. Hal ini terkendala oleh dana yang tersedia yang hanya cukup untuk program pencegahan gizi buruk.

Aspek Proses

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara informan mengenai pelacakan balita gizi buruk, pelacakan kasus gizi buruk dilakukan oleh kader posyandu dan ahli gizi dengan mendeteksi kasus balita gizi buruk dengan mengukur berat badan (BB) dan tinggi badan (TB), dimulai dari pemantauan arahan pertumbuhan hati-hati yang rutin dilakukan Posyandu sebulan sekali. Tujuan dari Program Pelacakan Balita Malnutrisi adalah untuk melacak dan memantau pertumbuhan 100 persen balita di wilayah tersebut. Sebab, meski program pemantauan dilakukan rutin sebulan sekali, namun pemantauan balita gizi buruk masih belum mencapai target 100%.

Evaluasi program pemantauan balita gizi buruk yaitu kader posyandu dan petugas gizi memotivasi orang tua bayi dan balita untuk rutin membawa bayi dan balitanya ke posyandu untuk memantau tumbuh kembangnya dan ikut aktif dalam pemantauan balita gizi buruk dengan tujuan memantau perkembangan balita gizi buruk. kondisi perkembangan bayi dan balitanya. Tanpa nasihat gizi, terutama nasihat tentang pertumbuhan dan pola konsumsi yang efektif, pemantauan pertumbuhan tidak akan efektif dalam mengurangi kekurangan gizi dan memperbaiki gizi lebih (UNICEF, 2012). Salah satu tujuan program PMT pada balita adalah balita yang mempunyai masalah gizi buruk.

Tujuan pemberian PMT adalah untuk menyalurkan PMT kepada seluruh balita khususnya balita gizi buruk dan memberikan dampak kepada masyarakat agar mempunyai kebiasaan memberikan pola makan sehat pada balita. Upaya untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan membuat menu-menu baru yang sesuai dengan selera balita dan juga memiliki data balita gizi buruk.

Aspek Output

Keberhasilan program pencegahan gizi buruk di Puskesmas Poncol hendaknya diimbangi dengan rendahnya prevalensi gizi buruk. Prevalensi gizi buruk di Puskesmas Poncol sebesar 10,26% yang merupakan kasus gizi buruk tertinggi di Kota Semarang. Penelitian Ika dkk (2012) menunjukkan bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor penting dalam memberikan makanan pendamping ASI pada bayi, karena ibu dengan pengetahuan yang baik mengetahui waktu yang tepat untuk memberikan makanan, tergantung pada usia bayi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan salah satu kendalanya adalah masih kurangnya pemahaman dalam mencerna pengetahuan tentang pendidikan gizi, balita yang menderita gizi buruk merupakan balita yang mempunyai ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah. Hasil penelitian yang dilakukan Alita & Ahyanti (2013) menunjukkan bahwa keberhasilan pemberian makanan tambahan berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pencatatan, penilaian dan pelaporan. Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Poncol menunjukkan bahwa pemberian makanan tambahan sudah sesuai dengan prosedur yang diawali dengan pemantauan tumbuh kembang dan diakhiri dengan pembagian PMT pada balita gizi buruk.

Berdasarkan telaah dokumen terkait cakupan pemberian makanan tambahan, cakupan pemberian PMT pemulihan pada tahun 2018 sebesar 50%, belum sesuai target. Selain itu pemberian makanan tambahan pada saat posyandu juga diberikan melalui dana Puskesmas, sumbangan dari instansi swasta dan inisiatif kader posyandu melalui pemungutan iuran.

KELEMAHAN PENELITIAN

Hal ini dikarenakan adanya peran kader yang aktif mendistribusikan vitamin A di rumah balita jika pada saat pembagian vitamin, orang tua bayi tidak membawa anak ke posyandu.

SIMPULAN

Puskesmas Poncol dinilai belum berhasil karena menurut telaah dokumen prevalensi gizi buruk di Kota Semarang, angka prevalensi gizi buruk di Puskesmas Poncol merupakan yang tertinggi di Kota Semarang. Pengetahuan ibu balita dinilai masih kurang karena sulitnya mencerna pengetahuan tentang perawatan gizi pada balita, khususnya balita yang menderita gizi buruk.

SARAN

Diharapkan pihak Puskesmas Poncol dapat melakukan evaluasi di tingkat daerah sehingga pihak Puskesmas dapat mengetahui kebutuhan masyarakat. Analisis Implementasi Program Pencegahan Gizi Buruk di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Sorong Provinsi Papua Barat. Analisis pelaksanaan program gizi buruk di SD. Evaluasi pelaksanaan program gizi tambahan ASI (MP-ASI) (studi kasus di Puskesmas Konda Kabupaten Konawe Selatan).

Analisis Perencanaan dan Penganggaran Program Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Banjar Jawa Barat Tahun 2007. Pola Hubungan Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Balita Usia 6–23 Bulan di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo. Kota Makassar, 2013.

Gambar

Gambar 2.2 Unsur-unsur Elemen Sistem (Notoadmodjo, 2011)
Gambar 2.3 Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kelengkapan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Miroto Kecamatan Semarang Tengah Kota Semarang, hasil Odds Ratiomenunjukkanibu dengan dukungan

For example, Jansen 2015, who examined investor reactions to announcements of mergers and acquisitions made by companies listed on the Chicago Stock Exchange during 1980 - 2008,