• Tidak ada hasil yang ditemukan

skripsi - UMSU REPOSITORY

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "skripsi - UMSU REPOSITORY"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Identifikasi Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat Penelitian

LANDASAN TEORI

Uraian Teoritis

  • Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
  • Analisis Kinerja Keuangan Daerah
  • Pengukuran Keuangan Daerah
  • Penelitian Terdahulu

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015, Pasal 1 ayat (1) Yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintah provinsi yang dibahas dan disepakati bersama antara pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Pemerintah provinsi menetapkan target kinerja pada setiap belanja, baik dalam kerangka daerah, satuan kerja daerah, maupun program dan kegiatan. Belanja hibah adalah pengeluaran atas pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lain dan kelompok masyarakat/perorangan yang peruntukannya telah ditentukan secara khusus.

Belanja Bagi Hasil Perpajakan adalah pengeluaran dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa, atau pendapatan tertentu dari suatu pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. f) Pengeluaran untuk bantuan keuangan. Belanja bantuan keuangan adalah pengeluaran bantuan keuangan umum atau khusus oleh provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan peningkatan kapasitas keuangan. g) Belanja tak terduga. Salah satu cara untuk mengukur kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan atas APBD yang ditetapkan dan ditetapkan oleh pemerintah daerah (Abdul Halim, 2008).

Pada pola hubungan instruktif, peran pemerintah pusat lebih dominan dibandingkan independensi pemerintah daerah. daerah tidak mampu melaksanakan otonomi daerah). Menurut Abdul Halim (2008), rasio efektivitas menyatakan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan yang direncanakan, kemudian membandingkannya dengan target yang telah ditetapkan berdasarkan potensi nyata daerahnya. Menurut Mardiasmo yang menyatakan semakin kecil rasio efisien berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik.

Rasio keselarasan menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi optimal sumber daya mereka untuk belanja rutin dan pembangunan. Menurut Mahmudi, pemda yang berpendapatan tinggi cenderung memiliki porsi belanja operasional yang lebih tinggi dibandingkan pemda yang berpendapatan rendah. Rasio pertumbuhan berguna ketika Anda ingin mengetahui apakah kinerja keuangan pemerintah daerah telah mencapai pertumbuhan positif atau negatif pada tahun anggaran atau periode anggaran tertentu.

Menurut Mahmudi, angka pertumbuhan berguna untuk mengetahui apakah pemerintah daerah pada tahun anggaran bersangkutan atau pada beberapa periode anggaran mengalami pertumbuhan pendapatan atau belanja positif atau negatif. Berdasarkan temuan penelitian dapat digambarkan bahwa kinerja perekonomian pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Utara masih menunjukkan rata-rata kinerja perekonomian daerah yang masih belum stabil atau kurang baik sekali.

Tabel II.1
Tabel II.1

Kerangka Berpikir

Penilaian kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah tujuan yang diharapkan dari fungsi pengeluaran, standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan satuan biaya dari komponen kegiatan yang bersangkutan, bagian pendapatan APBD yang dibiayai. biaya administrasi umum, biaya operasi dan pemeliharaan, serta biaya modal/pengembangan. Salah satu cara untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya adalah dengan melakukan analisis keuangan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (ERB) yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Menurut Halim, penilaian kinerja pemerintah didasarkan pada berbagai aspek keuangan, antara lain Kemandirian Keuangan Daerah, Efektivitas dan Efisiensi, Harmoni, dan Pertumbuhan.

Sejalan dengan penelitian tersebut, peneliti Addina Marizka (2010) juga melakukan penelitian dengan hasil yang menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Medan dalam merealisasikan pendapatan pada tahun 2003-2007 dapat dikatakan efektif dan efisien, pertumbuhan pendapatan menunjukkan pertumbuhan yang positif.

METODE PENELITIAN

  • Pendekatan Penelitian
  • Definisi Operasional
  • Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
  • Jenis dan Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data

Pengumpulan data penelitian yang dilakukan berupa anggaran dan realisasi APBD pemerintah kota Tebing Tinggi tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Menganalisis dan membahas kinerja keuangan pemerintah kota Tebing Tinggi dengan indikator yang sesuai dengan teori. Dapat disimpulkan bahwa tingkat efektivitas pemerintahan kota Tebing Tinggi mengalami penurunan pada periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.

Melalui analisis yang efektif dapat diketahui seberapa efektif belanja daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi pemerintah kota Tebing Tinggi mengalami peningkatan pada tahun 2012 hingga tahun 2016. Dengan meningkatnya rasio efisiensi pendapatan daerah menunjukkan bahwa kinerja pemerintah daerah mengalami penurunan karena pemerintah tidak dapat menekan belanja daerah yang dikeluarkan pemerintah kota Tebing Tinggi.

Hal ini dibuktikan dengan pendapatan daerah pemerintah kota Tebing Tinggi yang tidak mampu mencapai target yang telah ditentukan. Dengan menurunnya efektivitas pendapatan daerah menunjukkan bahwa kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi dalam pengelolaan pendapatan daerah mengalami penurunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Rasio efisiensi yang terjadi pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi jika dilihat dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 mengalami peningkatan, hal.

Untuk belanja daerah yang mendapatkan penerimaan daerah tahun 2016 masuk dalam kategori tidak efisien, hal ini kurang baik bagi Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi. Berdasarkan analisis kinerja Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi berdasarkan penelitian yang diukur melalui laporan keuangan daerah adalah sebagai berikut. Padahal, potensi yang dimiliki pemerintah kota Tebing Tinggi memberikan dampak yang besar bagi masyarakat sekitar.

Tabel III.1             Waktu Penelitian  No.  Kegiatan
Tabel III.1 Waktu Penelitian No. Kegiatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  • Deskripsi Data
  • Analisis Data

Kota Tebing Tinggi merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Utara yang diberi wewenang untuk mengatur dan mengelola sendiri sumber-sumber pendapatan daerah. Demi kelangsungan dan kemajuan Tebing Tinggi, kami berharap Tebing Tinggi dapat menggali, mengelola dan memaksimalkan potensi sumber daya yang ada di Tebing Tinggi. Dengan lebih menggali, mengelola dan memaksimalkan potensi sumber daya yang ada di Tebing Tinggi maka akan mampu meningkatkan sumber pendapatan daerah.

Pemda Tebing Tinggi sendiri menetapkan bahwa pajak daerah berasal dari tempat wisata dan retribusi parkir. Hal ini diatur dalam peraturan daerah no. 5 tahun 2012 tentang pajak daerah dan tunjangan daerah. Analisis kinerja keuangan daerah Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam penelitian ini merupakan proses evaluasi tingkat kemajuan pencapaian pelaksanaan pekerjaan/kegiatan Pemerintah Kota Tebing Tinggi di bidang keuangan periode 2012-2016. Rasio-rasio yang digunakan peneliti untuk menganalisis kinerja keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam penelitian ini adalah: Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efisiensi PAD dan Rasio Efisiensi Keuangan Daerah.

Untuk tahun 2016, independensi mengalami penurunan menjadi 13,3% yang termasuk dalam kategori sangat rendah karena berada di antara 0 hingga 25%. Walaupun kemandirian mengalami peningkatan dan penurunan namun masih sangat rendah karena masih berkisar antara 0 sampai dengan 25%, hanya saja kemandirian pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi masih termasuk di dalamnya. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemandirian Pemerintah Kota Tebing Tinggi mengalami peningkatan selama tahun 2012 hingga tahun 2016, namun peningkatan yang terjadi masih sangat rendah, dimana Pemerintah Kota Tebing Tinggi dinilai belum becus mengelola pendapatan daerah secara mandiri dalam pengelolaannya. keuangan daerah, dan Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pemerintah pusat dan provinsi masih sangat tinggi.

Dengan menurunnya rasio efektivitas pendapatan daerah menunjukkan bahwa kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi dalam pengelolaan pendapatan daerah mengalami penurunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Dengan menghitung rasio efisiensi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam meningkatkan pendapatan daerah. Belanja daerah terhadap penerimaan pendapatan daerah tahun 2012-2015 masuk dalam kategori paling tidak efisien, sedangkan pada tahun 2016 efisiensinya masuk dalam kategori tidak efisien, hal ini kurang baik bagi Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi.

Tabel IV.1
Tabel IV.1

Pembahasan

Penurunan yang terjadi pada tingkat rasio efektivitas pemerintah daerah Kota Tebing Tinggi, terjadi karena pendapatan yang diperoleh tidak mencapai anggaran yang ditetapkan Pemerintah Kota Tebing Tinggi dan meningkatnya anggaran pendapatan. Untuk belanja daerah untuk perolehan pendapatan daerah tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 dalam kategori tidak efektif terbukti dengan besarnya biaya operasional yang dikeluarkan Pemerintah Kota Tebing Tinggi dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh Kota Tebing Tinggi. Peningkatan yang terjadi pada rasio efisiensi terjadi karena besarnya belanja daerah yang dikeluarkan Pemerintah Kota Tebing Tinggi dibandingkan dengan pendapatan daerah.

Berdasarkan wawancara dengan pemerintah daerah kota Tebing Tinggi, dimana pemerintah gagal melakukan efisiensi belanja daerah, hal tersebut dilakukan karena banyaknya pembangunan sarana dan prasarana. Dengan meningkatnya rasio efisiensi terhadap pendapatan daerah, nampaknya kinerja pemerintah daerah mengalami penurunan akibat ketidakmampuan pemerintah dalam meminimalkan belanja daerah pemerintah kota Tebing Tinggi. Pengukuran efektivitas yang terjadi pada Pemerintahan Kota Tebing Tinggi pada periode tahun 2014 hingga tahun 2016 mengalami penurunan yang berdampak buruk bagi Pemerintah Kota Tebing Tinggi.

Dengan menurunnya rasio efisiensi pendapatan Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi menunjukkan bahwa kinerja Pemerintah Kota Tebing Tinggi mengalami penurunan, hal ini terjadi karena pemerintah daerah tidak dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Dengan meningkatnya rasio efisiensi pendapatan Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi menunjukkan bahwa kinerja pendapatan daerah mengalami penurunan akibat besarnya belanja yang dikeluarkan Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi untuk meningkatkan pendapatan daerah Kota Tebing Tinggi. Kemandirian yang masih di bawah standar keuangan daerah disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah daerah Tebing Tinggi dalam meningkatkan pendapatan asli daerah sehingga membuat pemerintah daerah Tebing Tinggi bergantung pada pemerintah pusat.

Sementara efisiensi yang terjadi masih di bawah standar keuangan daerah karena pemerintah daerah Kota Tebing Tinggi tidak dapat mencapai target pendapatan daerah. Efisiensi yang berada di atas standar keuangan daerah terjadi karena besarnya belanja daerah yang dikeluarkan pemerintah daerah Kota Tebing Tinggi, bahkan realisasi belanja daerah melebihi target yang ditetapkan pemerintah daerah Kota Tebing Tinggi. Selain itu, Pemerintah Kota Tebing Tinggi senantiasa melakukan pengawasan dan pengendalian yang baik dan berkesinambungan untuk mencegah penyalahgunaan dalam perolehan pendapatan asli daerah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pengelolaan keuangan daerah Kota Tebing Tinggi dengan menggunakan metrik keuangan daerah mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh kurang maksimalnya pendapatan daerah Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi dan juga meningkatnya belanja daerah Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi. bahwa pemerintah daerah kota Tebing Tinggi tidak mampu menghimpun dan mengelola pendapatan daerah.

Saran

Analisis Indikator Keuangan Daerah Sebagai Evaluasi Kinerja (Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Bidang Pengelolaan Keuangan dan Aset Wilayah Semarang). Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015: Jakarta.

Gambar

Tabel 1.3  Efisien Pemerintah  Kota Tebing Tinggi
Tabel II.1
Tabel II.2
Tabel II.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.2.2 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Daerah Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Riau