Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar beserta jajarannya. Andi Adam, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing akademik atas bimbingan dan nasihatnya yang tak ternilai selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar. Pendidikan Matematika Kelas C 2013, terima kasih atas dukungan, kerjasama dan motivasi yang kita bagi bersama.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu jenis model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah model kooperatif Think Pair Share (TPS). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Siswa Kelas VIII SMPN 3 Sungguminasa”.
Rumusan Masalah
Selain itu, pemilihan Cooperative Pair Thinking Model (TPS) didasarkan pada penelitian terdahulu Ulfah Cahyaningsi (2015) yang mengatakan bahwa motivasi belajar akuntansi meningkat pada siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Kooperatif Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 ( hal 0,76).
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
- Secara Praktis
Hasil Penelitian yang Relevan
Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 80,99 dan rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 74,88. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share Di Kelas IV SD 5 Puyoh Tahun Pelajaran. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas IV SD 5 Puyoh karena dalam pembelajaran matematika guru masih menjadi pusat pembelajaran sedangkan siswa hanya menjadi pendengar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD 5 Puyoh pada materi kisi-kisi kubus dan balok dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share. Variabel yang diteliti adalah hasil belajar dan motivasi belajar yang diperoleh dari tes dan pengisian angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar pada Model Pembelajaran Kooperatif ThinkPairShare mencapai 84,98 dan semua mencapai ketuntasan belajar, sedangkan rata-rata prestasi belajar pada pembelajaran ekspositori sebesar 80,34 dan yang mencapai ketuntasan belajar mencapai 91%.
Hasil uji independent sample t-test diperoleh thitung = 3,013 dengan p value = 0,000 < 0,05 yang berarti rerata hasil belajar pembelajaran ThinkPairShare lebih tinggi daripada pembelajaran explanatory. Disimpulkan bahwa: 1) Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Semesta Bilingual Boarding School dengan Model Pembelajaran ThinkPairShare dan Pembelajaran Ekspositori Mata Pelajaran Fungsi.
Keefektifan Pembelajaran
Berdasarkan para ahli di atas mengenai keefektifan, dapat disimpulkan bahwa keefektifan dalam pembelajaran adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat pencapaian suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya, baik dari proses pembelajaran maupun dari hasil pembelajaran. Kegiatan belajar siswa merupakan proses komunikasi dalam lingkungan kelas, sebagai proses yang dihasilkan dari hasil interaksi siswa yang menghasilkan perubahan akademik, sikap, tingkah laku dan keterampilan yang dapat diamati melalui perhatian siswa, kesungguhan siswa, kedisiplinan dan keterampilan siswa. . dalam pertanyaan/jawaban. Respon siswa digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang pembelajaran yang telah terjadi dalam hal ini setelah diterapkannya Model Pembelajaran Kooperatif Berbagi Berpikir Berpasangan.
Pembelajaran Kooperatif (Coopertive Learning) 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
- Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
- Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
- Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Davidson dan Warsham (2003), pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai pengalaman belajar yang dikelompokkan sebagai pengalaman individu atau kelompok. Depdiknas (2003:5) “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang bekerja sama untuk memaksimalkan kondisi belajar guna mencapai tujuan pembelajaran”. Suprijono, Agus Model pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas yang mencakup semua jenis kerja kelompok, termasuk bentuk yang dipimpin oleh guru atau teacher led.
Slavin (Isjoni Dalam metode pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sama dalam empat anggota tim untuk menguasai materi yang awalnya disampaikan oleh guru) Artinya pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. orang dalam bekerjasama, sehingga dapat merangsang siswa untuk lebih semangat dalam belajar. Berdasarkan beberapa definisi menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang bekerja sama dan dipimpin oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Berdasarkan para ahli di atas mengenai pembelajaran kooperatif, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang. Bennett (dalam Isjoni 2009:60) mengemukakan bahwa ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok. a) Saling ketergantungan positif (b) Interaksi tatap muka.
Think Pair Share
Lie (2004:57) mengatakan bahwa “model pembelajaran kolaboratif tipe Think Pair Share adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain”. TPS adalah cara yang efektif untuk mengubah iklim pola diskusi kelas, dengan asumsi bahwa setiap pengajian atau diskusi memerlukan pengaturan untuk mengontrol kelas secara keseluruhan, dan bahwa prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, menanggapi, dan membantu. satu sama lain. dan guru ingin agar siswa lebih banyak memperhatikan apa yang telah dijelaskan dan dialami. Imas Kurniasih dan berlin Sani (2017:58) mendefinisikan model pembelajaran berpikir berpasangan (TPS) atau berpikir berpasangan adalah jenis pembelajaran kolaboratif yang ditujukan untuk mempengaruhi cara berpikir siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sharing of thought pair merupakan salah satu jenis model pembelajaran kooperatif yang memiliki variasi pembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir sendiri, berpasangan, dan berbagi ide atau pemikiran dengan teman. Guru mengajukan pertanyaan atau hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri selama beberapa waktu. Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang mereka pikirkan pada langkah pertama.
Pada tahap akhir, guru meminta pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelompok tentang apa yang telah mereka bicarakan. Kekurangan TPS menurut Anita Lie (dalam Ningsih.. 2011. eprint.uny.ac.id) menyatakan bahwa kekurangan TPS jenis ini antara lain: a) banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, .. b) semakin sedikit ide yang muncul , dan c) jika ada perselisihan, tidak ada arbiter.
Relasi dan Fungsi 1. Relasi
Hubungan yang menghubungkan satu himpunan ke himpunan lainnya dapat disajikan dalam beberapa cara, yaitu diagram panah, diagram kartesius, dan himpunan pasangan terurut. Dian suka basket dan atletik, Isnie suka senam dan Dila suka basket dan tenis meja. Fungsi adalah bentuk khusus dari relasi, sehingga fungsi juga dapat dinyatakan dalam bentuk ini.
Kerangka Pikir
Beberapa siswa belum memiliki keberanian untuk menyampaikan ide atau pemikirannya. Ada siswa yang acuh tak acuh. Ada juga siswa yang memperhatikan gurunya, tetapi tidak bisa menguasai pelajaran secara penuh.
Hipotesis Penelitian
- Hipotesis Mayor
- Hipotesis Minor
Jenis penelitian
Desain Penelitian
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Populasi dan Sampel
Definisi Operasional Variabel
Prosedur Penelitian
- Tahap Persiapan
- Pelaksanaan
- Tahap Analisis Hasil Penelitian
Pengumpulan data penelitian diperoleh dari tes prestasi belajar matematika siswa, lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar angket respon siswa. Tes Prestasi Belajar merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum tes (Pretest) dan setelah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share yang berbentuk soal essay. Lembar observasi merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa di kelas selama proses pembelajaran.
Angket Respon Siswa merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Share Think in Pairs.
Teknik Pengumpulan Data
- Observasi (pengamatan)
- Teknik Analisis Data
- Analisi Statistika Deskriptif
- Analisis Statistik Inferensial
Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa dari pretest dan posttest. Untuk mengkategorikan hasil belajar siswa digunakan ketentuan Depdiknas pada tabel berikut ini. Meskipun belum mencapai kriteria ketuntasan hasil belajar, namun jika terjadi peningkatan dari pretest ke posttest berarti proses pembelajaran lebih efektif.
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil belajar matematika siswa sebelum dan sesudah perlakuan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dalam penelitian ini digunakan taraf signifikan 5% atau 0,05 dengan ketentuan: 1) Jika P-value 0,05 maka H0 diterima, H1 ditolak yang berarti hasil belajar matematika siswa dari kelas yang perlakuan yang diberikan, berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jika t t (1 – 𝛼) berarti hasil belajar matematika siswa lebih dari 74,9 (KKM = 75) 2) Pengujian hipotesis minor berdasarkan gain (kenaikan) dengan menggunakan tes.
Jika t t (1 – 𝛼) berarti terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa lebih dari 0,29. 3) Pengujian hipotesis minor berdasarkan ketuntasan klasikal dengan menggunakan uji kesamaan rata-rata dengan menggunakan one sample t-test. H0 ditolak jika – 𝛼 dan H0 diterima jika – 𝛼 dimana 𝛼 Jika – 𝛼 berarti prestasi belajar matematika siswa lebih dari 79,9 (Ketuntasan Klasik = 80).
Hasil Penelitian
- Hasil Analisis Statistik Deskriptif
- Keterlaksanaan Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Tipe Think Pair Share
- Hasil Analisis Statistik Inferensial
Setelah mengonversi nilai rata-rata hasil belajar 34 siswa ke dalam 5 kategori di atas, maka nilai rata-rata siswa kelas VIII.B SMPN 3 Sungguminasa sebelum diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe thinking pair share secara umum sangat rendah. Setelah dikonversikan nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 85,26 ke dalam 5 kategori di atas, maka nilai rata-rata siswa kelas VIII.B SMPN 3 Sungguminasa setelah diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe thinking pair share secara umum berada pada kategori tinggi. Sehingga rata-rata persentase pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-4 siswa yang aktif belajar dan mengerjakan tugas kelompok adalah 60,4%.
Sehingga rata-rata persentase dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-4 siswa aktif berpartisipasi dengan pasangannya (bertanya, menjawab, dan lain-lain) adalah 65,5%. Rata-rata skor observasi observer terhadap pelaksanaan pembelajaran selama empat kali pertemuan dengan memberikan empat kategori penilaian adalah sebagai berikut: (1) Kurang Baik, (2) Cukup Baik, (3) Baik, (4) Sangat Baik. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah rata-rata skor hasil belajar siswa (pretest-posttest) berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil analisis SPSS versi 16 (Lampiran D), terlihat nilai p (sig.(2-tailed)) sebesar 0,000 < 0,05, yang menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa setelah diajar melalui Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair share lebih dari 75. Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair share memenuhi kriteria keefektifan.
Pembahasan Hasil Penelitian
- Pembahasan Hasil Penelitian Deskriptif
- Keterlaksanaan pembelajaran
- Pembahasan Hasil Analisis StatistikInferensial
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe thinking pair share memenuhi kriteria keefektifan. Dengan membandingkan penyajian sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif TPS, berarti efektif digunakan dalam pembelajaran matematika. Ketuntasan belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share klasik lebih dari 80%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share memenuhi kriteria keefektifan. Hasil belajar matematika siswa sebelum perlakuan diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif think pair share dengan skor rata-rata 34,2 dan standar deviasi 11,66. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kolaboratif tipe “thinking pair sharing” umumnya positif.
Hasil analisis statistik inferensial menunjukkan bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa setelah pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih dari 80%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share memenuhi kriteria keefektifan.
Saran
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Make-a-Match Pada Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran Matematika Materi Lingkaran SMP Ummul Mukminin Makassar.