PENDAHULUAN
Latar Belakang
Namun sebagian besar siswa malas mempelajari fisika karena fisika dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan tidak menarik karena mengandung rumus-rumus yang dianggap sulit. Akibatnya pada saat ujian masih banyak siswa yang menebak-nebak jawabannya, ada juga yang sangat yakin dengan jawabannya, padahal yang dipelajari selama ini salah atau biasa disebut dengan keyakinan yang salah. Berdasarkan hasil observasi hasil ulangan semester ganjil kelas kkm dan 20 orang atau 57% siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi fisika yang ditunjukkan dengan nilai minimal belajar siswa yang berada di bawah kriteria kesempurnaan (KKM).
Menurut guru fisika SMA Negeri 7 Makassar, rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh konsep awal siswa yang belum diketahui kebenarannya, ketika di sekolah siswa menganggap fisika sebagai mata pelajaran yang sulit sehingga tidak menyimaknya. informasi yang dijelaskan oleh guru. Rendahnya hasil belajar merupakan salah satu ciri atau dampak dari miskonsepsi. Dalam penelitian Wartono (2017:20) berjudul “Identifikasi Miskonsepsi pada Materi Fluida Statis Kelas masih cukup besar. Hingga saat ini guru masih kesulitan dalam membedakan siswa yang mengalami miskonsepsi. dan siswa yang belum mengetahui konsepnya.
Tanpa dapat membedakan keduanya maka akan sulit menentukan tindakan penanggulangannya karena cara coping pada siswa yang mengalami miskonsepsi akan berbeda dengan siswa yang belum terbiasa dengan konsep tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait “Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Surety of Response (CRI) pada Materi Fluida Statis Kelas XI di SMA Negeri 7 Makassar”.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
- Pembelajaran Fisika SMA
- Konsep
- Miskonsepsi
- Certainty of Response Index (CRI)
Jadi seseorang bisa saja mempunyai konsep yang berbeda dengan persepsi yang dimiliki orang lain karena pengalaman hidup atau cara penafsirannya yang berbeda. Menurut Suparno, salah paham atau salah konsep mengacu pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pemahaman ilmiah. Jadi miskonsepsi siswa merupakan konsep berbeda yang melekat pada ingatan siswa dan diyakini kebenarannya, namun tidak sesuai dengan pengertian yang dianut oleh para ilmuwan.
Siswa yang kurang mampu mempelajari fisika akan kesulitan memahami konsep yang diajarkan. Pada umumnya siswa dengan tingkat logika matematis yang tinggi akan kesulitan dalam memahami konsep-konsep fisika, khususnya konsep-konsep abstrak. Menurut Suparno (2013:50), metode mengajar guru yang tidak sesuai dengan konsep yang dipelajari dapat menimbulkan miskonsepsi.
Prianidya, 2015: 2) Dari tabel tersebut diperoleh skala CRI sebesar 4, dimana 1 berarti kurang paham konsep dan 4 sangat yakin dengan konsep yang dijawab responden. Konsep-konsep fisika yang terbentuk belum tentu sesuai dengan konsep-konsep yang dikemukakan oleh para ahli, sehingga dilakukan penelitian untuk mengungkap kesalahpahaman yang muncul di kalangan siswa.
METODE PENELITIAN
- Metode Penelitian
- Tempat dan Waktu Penelitian
- Variabel Penelitian
- Definisi Operasional Variabel
- Instrumen Penelitian
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
Soal yang baik adalah soal yang hanya dapat dijawab dengan benar oleh siswa berkemampuan tinggi. Berdasarkan hasil tes objektif yang disertai CRI menunjukkan bahwa mengenai konsep fluida statis masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi dan kurang memahami konsep tersebut. Hasil analisis respon siswa yang dibahas selanjutnya adalah respon miskonsepsi siswa terhadap item soal berdasarkan hasil penjumlahan rata-rata persentase miskonsepsi siswa yang dominan.
Siswa yang kurang memahami suatu konsep dan mempunyai nilai CRI yang tinggi merupakan siswa yang mengalami miskonsepsi. Selanjutnya dari hasil analisis respon dan rekapitulasi rata-rata persentase miskonsepsi siswa, maka pembahasan penelitian ini terfokus pada butir soal yang persentase miskonsepsi siswanya dominan. Soal 1, 2 dan 5 merupakan soal yang persentase miskonsepsi siswanya paling tinggi dari rangkumannya karena mempunyai persentase miskonsepsi siswa lebih dari 40%.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wartono (2017:20) dengan judul “Mengidentifikasi Miskonsepsi Kelas Ada juga siswa yang mengalami miskonsepsi, namun siswa yang mengalami miskonsepsi lebih sedikit dibandingkan siswa yang tidak memahami konsep.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran
Alat ajar yang berjudul “Mengidentifikasi miskonsepsi siswa menggunakan kepastian respon (CRI) pada materi statis cair untuk kelas, sehingga terdapat 15 soal yang layak digunakan. Dengan menggunakan uji Gregory, menurut para ahli, alat ajar tersebut cocok untuk digunakan. digunakan dalam penelitian (R= 1) (Lampiran 1) kemudian diujikan kepada siswa Dengan menggunakan uji reliabilitas, validitas, daya pembeda dan kesukaran maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 15 soal yang layak digunakan dalam penelitian.
Hasil Penelitian
Berdasarkan data pada tabel 4.1 subkonsep tekanan hidrostatis yang mengalami kesalahpahaman pada nomor 1 dan 2 sebesar 51,5% dan 42,4%. Dari grafik tersebut terlihat bahwa persentase derajat pemahaman paling dominan pada setiap subkonsep berada pada kategori “Tidak paham konsep”. Meskipun konsep Tekanan Hidrostatis dan Viskositas serta Hukum Stokes merupakan konsep yang paling dominan, namun hampir semua subkonsep memiliki persentase kesalahpahaman lebih dari 30%.
Untuk mengetahui soal manakah yang salah dipahami dan manakah soal yang belum diketahui siswa, dapat dilihat pada hasil rekapitulasi persentase rata-rata siswa pada konsep zat cair statis yang disajikan dalam bentuk grafik batang.
Pembahasan
Siswa yang tidak berminat cenderung tidak mendengarkan dan memperhatikan secara penuh, cenderung mengabaikan apa yang disampaikan guru. Banyak siswa yang memberikan jawaban A, C, B, dan D yaitu urutan titik yang mempunyai tekanan hidrostatis terbesar hingga terkecil. Dari jawaban tersebut siswa masih mengalami kebingungan mengenai konsep tekanan hidrostatis yang dipengaruhi oleh kedalaman suatu benda.
Siswa berasumsi bahwa semakin dalam suatu benda maka tekanan hidrostatisnya semakin kecil, dan semakin dekat ke permukaan maka tekanan hidrostatisnya semakin besar. Rata-rata persentase siswa yang memberikan jawaban tersebut adalah 45,45% atau 15 orang. Dari jawaban tersebut siswa masih mengalami kebingungan. Siswa beranggapan bahwa tekanan hidrostatis berbanding lurus dengan bagian luar wadah, sehingga semakin besar luas permukaan wadah maka tekanan hidrostatiknya akan semakin besar. Rata-rata persentase siswa yang memberikan jawaban tersebut adalah 33,33% atau sebanyak 11 orang. Dari jawaban tersebut siswa masih mengalami kebingungan. Siswa mengira bahwa plastik apa pun yang ringan jika dimasukkan ke dalam air pasti akan mengapung walaupun dimasukkan air. sebuah plastik. tas.
Analisis Kesalahpahaman Siswa dalam Pembelajaran Fisika Materi Fluida Statis Menggunakan Metode Confidence of Answer Index (CRI) di SMAN 7 Pekanbaru”. Menurut Prastiwi (2015:1) dalam penelitiannya yang berjudul “Mengidentifikasi Pemahaman Konsep Siswa SMA dan Penalaran Ilmiah pada materi fluida statis” mengungkapkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep fluida statis. Pemahaman konsep siswa pada subkonsep tekanan hidrostatik sebesar 18%, hukum Pascal 21% dan hukum Archimedes 2,2%. masing-masing subkonsep sebanyak 45%, 64% dan 32% dan yang tidak memahami konsep sebanyak 13%, 9,7% dan 65%.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa masih terdapat miskonsepsi pada seluruh konsep fluida statis yaitu tekanan hidrostatis sebesar 61,3%, hukum Archimedes sebesar 33,23%, Kapilaritas sebesar 31,78% serta Viskositas dan Stokes meliputi . Hukum Membran 31, 69. Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas VII SMP Pada Mata Pelajaran IPA Menggunakan Metode Kepastian Respon Index (CRI). Analisis miskonsepsi siswa pada pembelajaran fisika pada materi fluida statis menggunakan metode indeks respon tertentu (Cri) di Sman 7 Pekanbaru.
Sedangkan balon B jatuh ke tanah dan digelembungkan dengan mulutnya. Jika balon A dan B sama, apa yang menyebabkan balon berisi helium (A) bisa terbang sedangkan balon (B) tidak bisa terbang? A17 : “Karena tekanan hidrostatis dipengaruhi oleh ketinggian (h), maka semakin tinggi suatu benda maka tekanan hidrostatisnya semakin besar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
- Kisi-Kisi Tes Objektif disertai CRI Uji Coba
- Tes Objektif disertai CRI Uji Coba
- Uji Gregory
- Rekap Hasil Uji Instrumen
- Tes Objektif disertai CRI
- Analisis Statistik Hasil Tes Objektif disertai CRI Siswa
- Transkipsi Hasil Wawancara Siswa
- Persuratan
Sebuah batu bervolume V dan bermassa M dimasukkan ke dalam wadah A, seluruh bagian batuan tersebut direndam dalam air seperti terlihat pada gambar. Sebuah kantong plastik berisi air bermassa 1 kg dimasukkan ke dalam danau yang massa jenisnya 1 g/. Jika suatu benda bermassa jenis 900 kg/dimasukkan ke dalam kedua zat tersebut secara bergantian, maka terjadilah peristiwa tersebut.
Air, gemuk dan oli menetes dari pipa seperti pada gambar jika penutup pipa dilepas secara bersamaan. Jika kantong plastiknya tidak bocor dan airnya tetap penuh, maka terlihat bahwa itu adalah kantong plastik. A19: “Karena kalau ditaruh kantong plastik di danau pasti terapung, kalaupun ada air di dalam kantong plastik pasti terapung.