i
PANDANGAN TOKOH MASYARAKAT TERKAIT PRAKTEK PERKAWINAN USIA MUDA ( Studi Kasus Di Desa Ulugalung Kecematan Eremmerasa
Kabupaten Bantaeng)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan
dan Ilmu pendidkan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
MARWAH FAJRIANI
105430009915
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019
ii
iii
iv
v
vi MOTTO
Sesungguhnya allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tapi allah melihat kepada hati dan amal kalian .
(HR. Muslim)
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk kedua orang tua ku Bapak Haedir dan Ibu Hasni yang senantiasa memberikan waktu, tenaga dan pikirannya untuk anakmu ini. Serta adik-adik tercinta Ahmad Hadi , Nurafikha Dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa, motivasi serta dukunganya.
vii ABSTRAK
Marwah Fajriani.2020 .Pandangan tokoh Masyarakat terkait praktek Perkawinan usia Muda ( Studi Kasus di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng). Skripsi Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.Di bimbing oleh Dr. A. Rahim., SH., M.Hum sebagai pembimbing I dan Auliah Andika Rukman., SH.,MH sebagai pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana pandangan tokoh Masyarakat terkait praktek perkawinan usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng. Untuk mengetahui faktor apa yang menyebapkan terjadinya perkawinan usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, dan untuk mengetahui upaya apakah yang di tempuh pemerintah untuk mencegah terjadinya perkawinan usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif.Untuk mengumpulkan data, penelitian menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pandangan tokoh masyarakat Terkait praktek perkawinan usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng. Ada beberapa masyarakat yang mendukung dan ada juga yang kurang setuju mengenai perkawinan usia muda.dan faktor penyebab terjadinya perkawinan usia muda di sebabkan oleh faktor ekonomi, faktor faktor pendidikan, faktor lingkungan, dan faktor keinginan sendiri. Adapun upaya pemerintah untuk mencegah terjadinya perkawinan usia muda yaitu pemerintah mendorong masyarakat kecematan Eremmerasa untuk membentuk kelompok usaha mandiri, mensosialisasikan undang-undang terkait perkawinan usia muda.
Kata kunci : perkawinan usia muda, Pandangan tokoh masyarakat terkait praktek perkawinan usia muda.
viii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah dan patut penulis ucapkan kecuali Alhamdulillah dan syukur kepada Iilahi Rabbi Yang Maha Rahman dan Maha Rahim. Dia yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya berupa nikmat kesehatan, kekuatan dan kemampuan senantiasa tercurah pada diri penulis sehingga usaha untuk menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pandangan Masyarakat Tentang Perkawinan Usia Muda( Studi Kasus di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng)”. Begitu pula salawat dan taslim kepada Rasulullah Saw, serta para keluarganya dan sahabat yang sama-sama berjuang untuk kejayaan Islam semata.
Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang dialami penulis, tetapi berkat usaha, doa, bantuan serta motivasi yang diberikan oleh berbagai pihak, maka hambatan itu dapat teratasi. Olehnya itu penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya tak lupa penulis sampaikan kepada Kedua orang tua ku bapak Haedir dan ibu Hasni berserta keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan serta motivasi kepada saya. Kepada Dr. A.Rahim, SH.,M.Hum sebagai pembimbing 1 dan Auliah Andika Rukman.,SH., MH sebagai pembimbing II dengan kesabaran meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan motivasi selama penulis menjalan masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimah kasih kepada: Prof. Dr. H.Abd Rahman Rahim, S.E.,M.M, Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,
ix
Bapak Erwin Akib, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Dr. Muhajir, M.Pd, Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang banyak memberikan ilmu di Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang selalu menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabat terkasih serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan angkatan 2015 atas segala kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang selalu menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabat terkasih serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan angkatan 2015 atas segala kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga karya sederhana ini membawa suatu manfaat bagi perkembangan dunia, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak dan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama dari diri pribadi penulis.
Aamiin.
Makassar, Penulis Marwah Fajriani
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
LEMBAR PENGESAHAN...ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii
SURAT PERNYATAAN...iv
SURAT PERJANJIAN...v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...vi
ABSTRAK...vii
KATA PENGANTAR...viii
DAFTAR ISI...x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...5
C. Tujuan Penelitian...6
D. Manfaat Penelitian...6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka...8
B. Kerangka pikir...29
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...30
B. Waktu dan Lokasi Penelitian...30
C. Sumber Data Penelitian...31
D. Instrumen Penelitian...31
E. Teknik Pengumpulan Data...31
xi
F. Teknik Analisis Data...32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian...35 B. Pembahasan ... 50 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 56 B. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Manusia sebagai mahluk hidup sosial cenderung selalu berkelompok dan membutuhkan manusia lainya, seorang manusia membutuhkan bantuan dari manusia lainya. Mereka secara naluri terdapat daya tarik menarik, manusia sebagai makhul berbudaya membentuk keluarga. Kehidupan keluarga diawali dengan proses perkawinan yang mengandung makna spiritual yang suci karna dengan terlaksananya ijab kabul dalam pernikahan oleh allah SWT yaitu hubungan biologis menjadi halal bagi keduanya dan sekaligus berfungsi sebagai ibadah dan amal saleh.
Dalam surah Al-Dzariat ayat 49 yang artinya “ dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingatkan kebenaran allah”.
Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua umum berlaku pada semua makhluk allah, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Semua yang diciptakan oleh Allah SWT adalah berpasang-pasangan dan berjodoh-jodohan, sebagai mana berlaku pada makhul yang paling sempurna, yaitu manusia, sebagai mana di sebutkan.
Remaja merupakan generasi penerus satu bangsa untuk menjadi bangsa yang lebih baik, bermartabat dan kuat. Oleh karena itulah, masa depan suatu bangsa terletak di tangan para remaja. Saat ini problematika yang terjadi pada
remaja adalah banyaknya remaja yang ingin membina rumah tangga dengan melakukan pernikahan di usia muda.
Melihat betapa besarnya tanggung jawab, baik suami maupun istri perluh memiliki kesiapan fisik maupun psikis yang matang. Karna dalam mengguranggi bahtera rumah tangga mungkin tidaklah semuda yang dipikirkan, misalnya bagi perempuan kegiatanya dalam rumah tangga memerlukan tenaga yang besar, mulai mengurus diri, mengurus rumah, hingga mengurus dan melayani kebutuhan suami baik lahir maupun batin. Belum lagi apabila dikaruniai keturunan.
Bagi laki-laki ketahanan fisik lebih dituntut untuk mencari nafka agar dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, serta perlindungan dari segala ancaman bagi istri dan anaknya. Kesiapan mental juga sangat diperlukan dalam membina rumah tangga. Mengingat hidup ini tidak selalu sesuai dengan keinginan dan tentunya memerlukan kesabaran dan keuletan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Masalah perkawinan diusia muda di desa ulugalung, kecematan eremmerasa, dapat dilihat dari segi pendidikan dan ekonomi, untuk mengguranggi bahtera rumah tangga, seharusnya mereka memiliki bekal pendidikan yang memadai, karena tidak jarang terjadi perselisihan dalam rumah tangga dikarenakan minimnya pengetahuan mereka tentang perkawinan, khususnya pada pasangan yang masih muda, sehingga mereka tidak mampu menyelesaikan persoalan yang terjadi. Dari segi ekonomi, banyaknya terjadi perceraian yang terjadi pada pasangan yang menikah diusia muda, dikarenakan faktor ekonomi mereka yang masih tergolong lemah, seiring dengan banyaknya kebutuhan yang
harus dipenuhi, belum lagi jika mereka sudah memiliki keturunan. Hal inilah kadang menjadi salah satu faktor perceraian.
Keputusan orang tua yang menikahkan anaknya diusia muda menjadi penyelesaian masalah dari ketidak mampuan ekonomi keluarga, dan bisa keluar dari lingkar kemiskinan, justru semakin membuat kehidupan ekonomi keluarga tidak stabil, lebih-lebih jika anak tersebut belum memiliki mental yang cukup kuat untuk menjalani kehidupan rumah tangga. Namun hal ini tidak juga menjadi penghalang bagi orang tua untuk menikahkan anaknya diusia muda, meskipun mereka sudah melihat pengalaman-pengalaman dari warga di desa ulugalung, kecemtan eremmerasa, bahwa menikah muda juga mereggut hak anak untuk menuntut ilmuh. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa tidak semua pasangan yang menikah muda berujung perceraian dan mengalami kesulitan ekonomi.
Perkawinan pada usia muda menjadi solusi apabila anak telah terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang akhirnya masuk kedunia sex bebas dan mengakibatkan kehamilan. Maka tidak ada jalan lain selain menikah muda.
Karena apabila tidak menikah muda akan menjadi aib dan mencoreng nama baik keluarga, terutama baik keluarga perempuan. Tetapi apabila bisa menjauhi pergaulan bebas dan bisa menahan pandangan dan sahwatnya maka menikah muda bukan satu-satunya solusi yang bisa dilakukan.
Walaupun telah ada UU tentang perkawinan tentang batas usia perkawinan tetapi pada kenyataanya banyak pasangan yang tetap menikah diusia muda.
Adapun informasi yang di dapatkan berdasarkan observasi awal yang dilakukan terdapat beberapa pasangan muda yang melakukan pernikahan dibawah umur di
karenakan melakukan hal-hal yang melanggar hukum agama. Dimana pasangan muda tersebut melakukan perzinahan dan melakukan hubungan badan layaknya suami istri di salah satu kebun jagung milik warga yang ada di desa ulugalung, hal ini diketahui salah satu warga yang lewat di lokasi tersebut. Awalnya warga yang melihat pasangan remaja tersebut hanya duduk-duduk dan berbincang akan tetapi lama kelamaan pasangan remaja tersebut melakukan gerak gerik yang mencurigakan dan warga yang melihat tersebut curiga dengan tingkah pasangan remaja tersebut dan mendatangi pasangan remaja itu dan benar pasangan remaja itu melakukan perbuatan yang taksenonoh, warga yang melihat langsung melaporkan perbuatan pasangan remaja itu kepada orang tuanya. Hal ini yang membuat orang tua dari kedua remaja tersebut bersepakat untuk menikahkan anaknya untuk menghindari hal-hal buruk yang akan terjadi dikemudian hari.
Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menyebutkan batas usia menikah ideal adalah 21 tahun, tetapi jika mendapatkan izin orang tua, batas usia bagi perempuan adalah 16 tahun dan pria 19 tahun.
Menurut Hilman Hadikusuma, usia perkawinan perlu dibatasi dengan tujuan untuk mencegah terjadinya pernikahan anak yang masih asyik dengan dunia bermain. Jadi, supaya dapat membentuk keluarga yang kekal dan bahagia, maka calon mempelai laki-laki dan perempuan harus benar-benar telah siap jiwa dan raganya, serta mampu berfikir dan bersikap dewasa. Selain itu, batasan usia nikah ini juga untuk menghindari terjadinya perceraian dini, supaya melahirkan keturunan yang baik dan sehat, dan tidak mempercepat pertambahan penduduk.
Kematangan emosi merupakan aspek yang sangat penting untuk menjaga
kelangsungan pernikahan. Keberhasilan rumah tangga sangat banyak ditentukan oleh kematangan emosi, baik suami maupun istri. Dengan dilangsungkannya pernikahan maka status sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat diakui sebagai pasangan suami istri dan sah secara hukum.
Batas usia dalam melangsungkan pernikahan adalah sangat penting. Hal ini karena pernikahan menghendaki kematangan psikologis. Usia pernikahan yang terlalu muda dapat mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga.
Padangan tersebut mendorong penulis untuk meneliti lebih dalam mengenai
“Pandangan Masyarakat Tentang Perkawinan Usia Muda ( Studi Kasus Di Desa Ulugalung Kecematan Eremmerasa Kabupaten Bantaeng) “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, agar dapat terarah pada penyelesaian masalah maka peneliti mengangkat beberapa rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan tokoh masyarakat terkait praktek perkawinan usia mudah di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng?
2. Faktor apa yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng?
3. Upaya apakah yang di tempuh pemerintah untuk mencegah terjadinya perkawinan usia mudah di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng?
C. Tujuan Penelitian
Setiap pelaksanaan suatu aktivitas tidak dapat di pisahkan dari tujuan yang ingin di capai dalam penyelengaraan aktivitas tersebut, demikian pula penelitian ini merupakan suatu kegiatan yang bertujuan sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pandangan tokoh masyarakat terkait praktek perkawinan usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng?
2. Untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng?
3. Untuk mengetahui upaya apakah yang di tempuh pemerintah untuk mencegah terjadinya perkawinan usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat di lakukanya penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
a.Sebagai tambahan bahan kajian di dalam bidang hukum, sehingga dapat memperluas ilmu pengetahuan, khususnya tentang perkawinan usia muda.
b. Universitas muhammadiyah makassar menjadi bahan informasi yang bermanfaat terkhusus yang membacanya, juga untuk birokrasi UNISMUH agar menjadi acuan dalam pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Pemerintah yaitu sebagai bahan masukan khususnya untuk pemerintah Desa Ulugalung, Kwcematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng mengenai tradisi pernikahan dini.
b. Bagi penulis, sebagai wahana untuk meneliti dan mengembangkan kemampuan dalam bidang penelitian serta sebagai salah satu upaya untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuab yang harga dalam menulis memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang berharga dalam menulis karya ilmiah terutama pada bidang yang diteliti.
c. Bagi masyarakat, sebagai informasi bagi para orang tua yang ingin menikahkan anaknya maupun para remaja yang ingin menikahkan pada usia muda agar dapat mencapai tujuan keluarga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Perkawinan a. Menurut Hukum Islam
Di dalam literatur fiqh yang berbahasa arab Perkawinan atau Pernikahan disebut dengan kata, yaitu nikah (حاكنلا) dan zawaj (جاوز). Kata- kata tersebut sangat erat sekali dengan kehidupan sehari-hari dari orang Arab dan juga banyak terdapat dalam Al-qur‟an dan hadits nabi. 16 Sedangkan kata na- ka-ha banyak terdapat dalam Al-qur‟an dengan arti kawin, seperti dalam surah An-Nisa ayat 3 yang artinya sebagai berikut:
“Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim maka kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu senangi dua, tiga, atau empat orang, dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil, cukup satu orang” (QS.An- Nisa‟/4: 3)
Karena arti kata nikah berarti “bergabung” (عمجلا(, “hubungan kelamin”
)عاتمتسلإا( dan juga berarti “akad” jadi adanya dua kemungkinan arti ini karena kata nikah yang terdapat dalam Al-Qur‟an memang mengandung dua arti tersebut.17 Seperti kata nikah yang terdapat dalam surat An-Nur ayat 32 yang artinya sebagai berikut:
“Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku- suku supaya kamu saling mengenal…” (QS. An- Nur/24:32)
Dapat disimpulkan bahwa nikah adalah diizinkannya seorang suami bersenang-senang atau memanfaatkan apa yang ada pada diri istrinya, karena sudah menjadi halal baginya kehormatan dan keseluruhan dari apapun yang dimiliki oleh seorang istri untuk suaminya dan begitupun sebaliknya, karena hal tersebut sudah sesuai dengan Syara atau ketentuan yang berlaku, hal ini dapat terjadi tidak terlepas dari sudah adanya suatu aqad atau ikatan legal baik menurut hukum agama ataupun hukum negara yang telah mereka lakukan
b. Menurut Hukum Positif
Dalam Undang-Undang No.1 tahun 1974, pasal 1; “Perkawinan adalah ikatan yang sah lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Adapun pengertian menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah sebagai berikut, “Perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.
2. Dasar Hukum Perkawinan
Menurut para jumhur ulama hukum perkawinan itu adalah sunnah, hal ini didasari dari banyaknya perintah Allah dalam Al-Qur‟an dan juga Hadits-hadits nabi Muhammad SAW yang beberapa diantaranya berisi anjuran untuk
melangsungkan perkawinan. Sedangkan nikah menurut rasul adalah sunnah karena beliau sendiri suda melaksanakan hal tersebut, dan beliau mengiginkan para umatnya menjalankan apa yang beliau sendiri telah jalani dan beliau lakukan.
Sedangkan asal hukum nikah itu sendiri adalah Mubah. 13 Hukum tersebut bisa berubah sesuai dengan keadaan seseorang yang akan melakukan perkawinan, hukum itu bisa menjadi wajib, sunnah, haram atau makruh.22 4 Berikut adalah definisinya :
1. Wajib
Apabilah seseorang sudah mampu untuk menikah, kebutuhan biologisnya sudah mendesak dan dia takut atau khawatir akan menuju ke hal yang diharamkan oleh agama (berzina) maka diwajibkanlah untuk orang yang seperti itu menikah, karena untuk menjauhkan diri dari hal yang haram adalah suatu hal yang wajib, dan tidak ada jalan lain kecuali menikah.
2. Sunnah
Seseorang yang telah di sunnnatkan untuk menikah adalah seseorang yang sudah mempunyai kesanggupan untuk menikah dan sudah mampu untuk memelihara diri sendiri dari segala perbuatan yang terlarang. Karena sudah jelas, pernikahan adalah suatu hal yang bagus dan baik bagi dirinya, dan juga Rasulullah melarang seseorang hidup sendirian tanpa menikah.
Sesuai dengan sabdanya yang artinya:
“Bersumber dari Ibnu Syihab, sesungguhnya dia berkata: “Sa‟id bin Al Musyyab bercerita kepadaku, bahwa dia pernah mendengar Sa‟ad bin Abu
Waqqash mengatakan: “Ustman bin Madh‟un bermaksud akan membujang terus, namun kemudian Rasulullah SAW melarangnya. Seandainya beliau merestuinya niscaya kami akan melakukan pengkibirian”. (HR. Bukhori).
3. Makruh
Seseorang yang dianggap makruh untuk melakukan perkawinan adalah Seseorang yang belum pantas untuk menikah, belum mempunyai keinginan pernikahan. Namun ada juga orang yang telah mempunyai bekal untuk menikah, namun fisiknya mengalami cacat, seperti impoten, usia lanjut berpenyakit tetap, dan kekurangan fisik lainnya.
4. Haram
Seseorang diharamkan untuk menikah, alasannya adalah orang tersebut sebenarnya mempunyai kesanggupan untuk menikah akan tetapi apabila ia melakukan pernikahan ia akan menimbulkan atau memberikan kemudharatan kepada pasangannya27, seperti contoh, orang gila, orang yang suka membunuh, atau mempunyai sifat-sifat yang dapat membahayakan pasangannya ataupun orang-orang di sekitarnya, atau juga orang yang tidak mampu memenuhi nafkah lahir batin pasangannya, serta kebutuhan biologisnya tidak mendesak, maka orang tersebut haram untuk menikah.
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu hukum pernikahan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan keadaan orang yang akan melakukan pernikahan tersebut, sesuai dengan penjelasan sebelumnya. Apabila dia sudah memenuhi kriteria dengan beberapa hukum di atas, maka dia harus melaksanakannya, karena dalam islam, perkawinan merupakan
sesuatu yang sakral dan juga merupakan suatu bentuk pengamalan ibadah kita kepada Allah SWT.
3. Rukun dan Syarat Perkawinan a. Menurut hukum positif
Dalam Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan, pasal 2 ayat 1 menyatakan : “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut Hukum masing- masing agamanya dan kepercayaan itu”.
Dalam pasal lain Undang-Undang Perkawinan menetapkan beberapa syarat, yaitu dalam pasal 6 disebutkan :
a. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.
b. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 ( dua puluh satu ) tahun harus mendapat izin kedua orang tua.Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2) pasal ini cukup di peroleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.
c. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya maka izin di peroleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan, lurus ke atas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya.
d. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam ayat (2),(3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara
mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat (2) (3) dan (4) pasal ini.
Selanjutnya dalam pasal 7 disebutkan : Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.
Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 5 dan pasal 6 yang berisikan tentang dasar-dasar perkawinan adalah calon suami,calon istri,wali nikah,dua orang saksi,dan ijab kabul.
Pasal 5
(1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat.
(2) Pencatatan perkawinan tersebut apada ayat (1), dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang No.22 Tahun 1946 jo Undang-undang No. 32 Tahun 1954.
Pasal 6
(1) Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan dihadapkan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat nikah.
(2) Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan Hukum.
4. Menurut Hukum Islam
Dalam Islam, rukun dan syarat merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena kebanyakan dari setiap aktivitas ibadah yang ada dalam agama islam, senantiasa ada yang namanya rukun dan syarat, sehingga bisa dibedakan dari pengertian keduanya adalah syarat yang merupakan suatu hal yang harus ada dan terpenuhi sebelum melakukan suatu perbuatan, sedangkan rukun merupakan suatu hal yang harus ada atau terpenuhi pada saat perbuatan dilaksanakan. Kaitannya dengan perkawinan adalah bahwa rukun perkawinan merupakan sebagian dari hakikat perkawinan,
Seperti harus adanya calon pengantin laki-laki dan perempuan, wali, akad nikah dan saksi. Semua itu adalah sebagian dari hakikat perkawinan dan tidak dapat terjadi suatu perkawinan kalau tidak ada salah satu dari rukun perkawinan di atas. Maka yang demikian itu dinamakan Perkawinan
Adapun Syarat merupakan suatu yang mesti ada dalam perkawinan dan merupakan salah satu bagian hakikat perkawinan tersebut, misalnya saja syarat bahwa wali itu laki-laki, baligh, berakal ( tidak gila ), seorang muslim, tidak sedang ihram, dan harus adil, ini menjadi penting karena disini selain menjadi saksi pernikahan, wali mempunyai posisi atau hak penuh untuk mengizinkan kedua mempelai itu boleh menikah atau tidak.
Para ulama sepakat bahwa rukun dan syarat perkawinan itu terdiri dari beberapa bagian, seperti:
a. Rukun Perkawinan 1) Adanya calon suami
2) Adanya calon istri
3) Adanya wali dari pihak calon perempuan
Aqad nikah dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang akan menikahkan sang mempelai, karena wali mempunyai peranan penting dalam pernikahan tersebut.
4) Adanya dua orang saksi
Pelaksanaan aqad nikah akan sah apabila ada dua orang yang menyaksikan aqad nikah tersebut.
5) Sighat akad nikah
yaitu ijab qabul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon pengantin pria. Ini menunjukkan betapa penting dan berartinya kehadiran seorang wali atau wakilnya, karena tanpa adanya wali atau wakilnya maka tidak akan bisa berlangsung suatu pernikahan.
b. Syarat-syarat Perkawinan
Selain adanya lima rukun nikah yang sudah dijabarkan oleh penulis, perkawinan juga mempunyai syarat yang harus dipenuhi oleh kedua calon mempelai agar perkawinan itu sah dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Syarat-syarat sah perkawinan bagi mempelai laki-laki adalah:Calon istrinya ini bukan mahramnya,tidak beristri empat, tidak dipaksa, orang baik-baik, seorang laki-laki (tidak banci), mengetahui calon istrinya sedang tidak melaksanakan ihram dan Seorang muslim. Dan adapun Syarat bagi mempelai wanita adalah calon suaminya itu bukan mahramnya baik karena sepertalian darah (nasab) maupun karena sepersusuan dan hubungan kekeluargaan, Tidak atau bukan isteri
orang lain,Tidak dalam masa iddah dari suaminya, Tidak dipaksa, Seorang m uslimah atau seorang ahli kitab (perempuan Nasrani atau Yahudi), Jelas ia seorang perempuan,Tertentu orangnya dan Ia sedang tidak mengerjakan ihram.
Syarat untuk menjadi wali nikah adalah Baligh, Berakal (tidak gila), Laki- laki, Seorang muslim, tidak sedang ihram dan Harus adil.
Syarat-syarat menjadi saksi pernikahan adalah baligh, seorang muslim, laki- laki, merdeka, adil, tidak tuli, tidak buta, tidak bisu, mengerti maksud ijab qobul, tidak ghafil (pikun), berakal baik (tidak gila) dan tidak ditentukan jadi wali.
5. Tujuan perkawinan
Tujuan dari sebuah perkawinan atau pernikahan adalah terciptanya suatu keadaan bersatunya dua insan yang berbeda yang tidak pernah mengenal satu sama lainnya namun dapat bertemu dan bersatu dalam sebuah ikatan yang disebut pernikahan, yang tentunya sesuai dengan perintah Allah yaitu untuk membina sebuah rumah tangga yang sakinah mawaddah warrahmah serta dapat melahirkan putra atau putri yang shalih atau shalihah dan berguna bagi bangsa dan agamanya, serta mendapatkan rizqi yang berlimpah.
Dalam Undang-Undang No.1 tahun 1974 bahwa tujuan dari perkawinan adalah untuk membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam ( KHI ), tujuan dari perkawinan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.
Membentuk rumah tangga atau keluarga yang bahagia dan kekal. Hal ini dimaksud bahwa pernikahan itu kendaknya berlangsung seumur hidup dan tidak
boleh berakhir begitu saja.. Dengan demikian, tampak jelas perbedaanya dengan prinsip-pinsip hukum perdata, bahwa hubunganya antara suami istri hanya melihat dari segi lahirnya saja atau dari segi hubungan perdata yang terlepas dari peraturan yang diadakan oleh satu agama tertentu.
Ada beberapa tujuan dari disyariatkannya perkawinan atas umat Islam Diantaranhya adalah:
1. Beribadah kepada Allah SWT.
2. Melahirkan atau mendapatkan keturunan-keturunan yang sah yang mampu melahirkan generasi yang akan datang yang mampu berguna bagi bangsa dan agamanya. Keinginan untuk melanjutkan keturunan merupakan naluri atau garizah umat manusia bahkan juga garizah bagi makhluk hidup yang diciptakan Allah. Untuk maksud itu Allah menciptakan bagi manusia nafsu Syahwat yang dapat mendorongnya untuk mencari pasangan hidupnya untuk menyalurkan nafsu syahwat tersebut. Dan untuk menyalurkan nafsu syahwat tersebut secara sah dan legal adalah melalui lembaga perkawinan, karena Allah akan sangat membenci apabila ada manusia yang melakukan penyaluran syahwatnya secara tidak legal atau tidak sah baik menurut agama maupun negara, atau yang biasa disebut atau dikenal dengan nama zina atau berzina.
3. Untuk mendapatkan keluarga bahagia yang penuh ketenangan hidup dan rasa kasih sayang, serta menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah, baik itu di dunia maupun di akhirat.
4. Untuk menjaga diri dari pandangan mata dari segala sesuatu yang berbau maksiat dan sebagainya, juga mencegah terjadinya perzinahan yang sangat
dibenci oleh Allah SWT.
Sedangkan menurut M.Yunus, yang menjadi tujuan dari sebuah perkawinan adalah menuruti perintah Allah untuk memperoleh ketentraman yang sah dalam masyarakat dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur.
6 .Hikmah Perkawinan
Sayyid Sabiq menyatakan ada beberapa hikmah yang bisa di dapatkan dari sebuah pernikahan, antara lain sebagai berikut:
1. Menikah merupakan jalan terbaik untuk menciptakan anak-anak menjadi mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta memelihara nasab yang oleh Islam sangat diperhatikan.
2. Naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan ramah, cinta dan sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang menyempurnakan kemanusiaan seseorang.
3. Menimbulkan rasa tanggung jawab di antara suami isteri, baik sebagai pasangan ataupun sebagai orang tua.
4. Mempererat tali kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta di antara keluarga.
5. Naluri seks merupakan naluri yang paling kuat yang selamanya menuntut jalan keluar. Bilamana jalan keluar tidak dapat memuaskannya maka banyaklah manusia yang mengalami goncangan dan kekacauan serta mengambil jalan pintas (kejahatan). Dengan menikah merupakan jalan terbaik untuk melampiaskan naluri tersebut, dan membuat diri memiliki pribadi yang baik,
jiwa yang tenang, mata terpelihara, dan perasaan tenang.
Sedangkan Ali Ahmad Al-Jurjawi mempunyai pendapat bahwa sebenarnya hikmah-hikmah perkawinan ini banyak sekali, diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh ketentraman dan ketertiban hidup.
2. Untuk memberi kehidupan yang lebih layak, lebih makmur pada kehidupan masing-masing, karena laki-laki dan perempuan adalah dua sekutu yang berfungsi memakmurkan dunia masing-masing dengan ciri khasnya berbuat dengan berbagai macam pekerjaan.
3. Sesuai dengan tabiatnya, manusia itu cenderung mengasihi orang yang dikasihi. Adanya istri bisa menghilangkan kesedihan dan ketakutan. Istri berfungsi sebagai teman dalam suka dan penolong dalam mengatur kehidupan.
Istri berfungsi untuk mengatur rumah tangga yang merupakan sendi penting bagi kesejahteraannya.
7. Batas usia perkawinan
Menurut undang-undang pasal 6 ayat(2) undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974, seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapatkan izin dari orang tua terlebih dahulu untuk melangsungkan perkawinan. Untuk melangsungkan perkawinan seseorang yang belum mencapai usia 21 ( dua puluh satu ) tahun harus mendapatkan izin kedua orang tua.
Sementara itu syarat sah untuk memperoleh izin orang tua untuk melakukan perkawinan ialah pria yang telah berumur 19 tahun dan wanita yang berusia 16 tahun. Menurut pasal 7 (1) undang-undang perkainan nomor 1 tahun 1974
perkawinan hanya di izinkan bila pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita suda mencapai usia 16 tahun. Itu artinya, pria dan wanita yang usianya di bawah ketentuan tersebut belum boleh melaksanakan perkawinan. Batas umur perkawinan dalam hukum adat, yaitu pada umumnya hukum adat hanya melihat kedewasaan seseorang.
8 .Faktor-faktor penyebab perkawinan usia muda
Terjadinya pernikahan dibawah umur menurut hollem dalam surjono soekanto, 1992 disebabkan oleh:
a. Masalah ekonomi
b. Orang tua dari gadis meminta kepada keluarga laki-laki apabila mau mengawinkan anak gadisnya
c. Bahwa dengan adanya pernikahan anak-anak tersebut, maka dalam keluarga akan berkurang satu anggota keluarganya yang menjadi tanggung jawab ( makanan, pakaian, pendidikan, dan sebagainya).
Adapun menurut shappiro, hal-hal yang mempengaruhi pernikahan dini di ataranya:
a. Minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang arti dan makna sebuah pernikahan.
b. Rendahnya tingkat pendidikan terutama bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan.
c. Karena tekanan ekonomi yang semakin sulit berakibat timbulnya rasa frustasi, sehingga pelariannya adalah kawin.
Dari pendapat di atas dapat dikatakan terjadinya perkawinan di usia muda
biasanya di pengaruhi oleh adanya faktor seperti karna adanya faktor ekonomi, yaitu pernikahan di usia muda terjadi untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya di kawinkan dengan orang yang dianggap mampu, faktor pendidikan, yaitu karenarendahnya pengetahuan orang tua, anak, dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengenai anaknya yang diusia Muda, faktor tradisi, yaitu karna dijodohkan, biasanya orang tua bahkan keluarga menyuruh anaknya untuk kawin secepatnya tanpa memikirkan umur mereka karna takut anaknya akan perawan tua, dan orang tua cenderung mengawinkan anaknya dengan keluarga sendiri atau orang terdekat karna orang tua memikirkan masa depan anaknya setelah menikah, faktor keinginan sendiri yaitu karna anak perempuanya berpacaran dengan laki-laki dan sangat lengket sehingga keluarga segera menikahkannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda diatas lebih menekan pada kehendak orang tua untuk melangsungkan perkawinan secepatnya bagi anaknya.
9. Pandangan Masyarakat tentang perkawinan usia muda
Pandangan masyarakat mengenai pernikahan usia muda masih minim dan cenderum ada beberapa yang mendukung dan ada juga yang kurang setuju mengenai perkawinan usia muda. Masyarakat yang setuju mengenai perkawinan usia muda biasanya berada pada kalangan yang mengalami masalah ekonomi, hal ini karena mereka beranggapan bahwa dengan adanya perkawinan anak-anak tersebut, maka dalam keluarga akan berkurang satu anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab di keluarga tersebut. Dengan menikahnya salah satu anak
dari keluarga yang mengalami masalah ekonomi maka anak yang menikah tersebut akan menjadi tanggung jawab pihak suaminya sehingga meringankan ekonomi keluarganya. Sedangkan untuk yang kurang setuju dengan adanya perkawinan usia muda, meski mereka kurang setuju dengan hal tersebut itu tetap tidak dapat dihindarkan akibat adanya faktor kecelakaan yang menyebabkan mau tidak mau anak keluarga mereka harus di nikahkan walaupun mereka tidak menyetujui perkawinan usia muda, adapun faktor kecelakaan tersebut akibat bebasnya pergaulan anak-anak mereka.
10. Dampak Perkawinan usia muda
Menurut abdur raoef “hukum ini ada pada segala maujud. Hukum menurut Al’quran jauh lebih luas dari pada hukum yang diartikan oleh hukum dewasa ini.
Sebagai akibat suatu perkawinan bukan hanya mengikat antara suami istri, melainkan juga mengikat sanak keluarga, sehingga akibat hukumnya sangat luas.
Akibat hukum perkawinan yang dimaksud lebih dititik beratkan pada akibat hukum menurut ketentuan hukum islam karena pada pinsipnya pokok kajian yang dibahas adalah pelaksanaan pernikahan usia dini bagi umat islam.
Kemampuan fisik dan kematangan jiwa sangat penting bagi kedua pasangan suami istri agar mampu menanggung beban tanggung jawab keluar. Khususnya tanggung jawab terhadap anak yang dilahirkan. Rumah tangga yang selalu kacau akan berdampak buruk terdapat pembinaan anak, dan hal ini umumnya terjadinya dalam lingkungan keluarga yang kawin sebelum memiliki kematangan berfikir.
Dampak yang mungkin ditimbulkan akibat pernikahan usia muda adalah melahirkan keturunan yang lemah, di samping itu tingkat ekonominya lemah,
pendidikanya rendah, tingkat partilitas menjadi tinggi, bahkan mungkin tingkat pengetahuan dan pengalaman ajaran agamanya juga rendah, serta tidak jarang berakibat perceraian.
Tanpa di sadari ada banyak dampak dari pernikahan dini. Ada dampak fisik dan dampak psikologis, diantaranya adalah:
1. Dampak Fisik:
a. Ekonomi Rumah Tangga
Pasangan usia dini belum mampu di bebani suatu pekerjaan yang memerlukan keterampilan fisik, untuk mendatangkan penghasilan baginya, dan mencukupi kebutuhan keluarganya. Faktor ekonomi adalah salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan dalam kesejahteran dan kebahagian rumah tanggal.
Generasi muda tidak boleh berspekualasi apa kata nanti, utamanya bagi pria, rasa ketergantungan kepada orang tua harus dihindari.
b. Kanker leher rahim
Perempuan yang menikah di bawah umur 20 tahun beresiko terkena kanker leher rahim. Pada usia remaja, sel-sel leher rahim belum matang. Kalau terpapar human papiloma virus atau HPV pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker.
Leher rahim ada dua lapis epitel, epitel skuamosa dan epitel kolumner. Pada sambungan kedua epitel terjadi pertumbuhan yang aktif, terutama pada usia muda.
Epitel kolumner akan berubah menjadi epitel skuamosa. Perubahannya disebut metaplasia. Kalau ada HPV menempel, perubahan menyimpang menjadi displasia yang merupakan awal dari kankes. Pada usia lebih tua, diatas 20 tahun, sel-sel
sudah matang, sehingga rezsiko makin kecil.
Gejala awal perlu diwaspadai, keputihan yang berbau, gatal serta pendarahan setelah senggama. Jika di ketahui pada stadium sangat muda atau prakanker, kanker leher rahim bisa diatas secara total. Untuk itu perempuan yang aktif secara seksual diajukan melakukan tes papsmear 2-3 sekali.
c. Resiko Tinggi Ibu Hamil
Dilihat dari segi kesehatan, pasangan usia muda dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu yang melahirkan, kematian bayi serta berpengaruh pada rendahnya pada rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak. Menurut ilmu kesehatan, bahwa usia yang kecil resikonya dalam melahirkan adalah antara usia 20-35 tahun, artinya melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mengandung resiko tinggi. Ibu hamil usia 20 tahun ke bawah sering mengalami prematurasi (lahir sebelum waktunya) besar kemungkinan cacat bawaan, fisik maupun mental, kebutaan dan ketulian.
Khusus bagi anak wanita timbul dampak dari pernikahan dini. Hal ini sesuai dengan pendapat surono dalam sampoerma dan azwar yaitu:
1. Mengganggu pertumbuhan masa remaja seseorang.
2. Ketimpangan dalam kehidupan bermasyarakat karena pada dasarnya mereka yang kawin dalam usia muda belumlah siaap memasuki tata kehidupan bermasyarakat.
3. Beban yang makin bertambah bagi orang tua dan masyarakat.
4. Ditinjau dari segi kesehatan, hamil dan mempunyai anak pada usia muda di bawah usia 20 tahun tidak saja kurang sehat bagi ibu tetapi juga bagi anak.
5. Ditinjau dari segi peningkatan peranan wanita, akan dapat menghambat terlaksananya program peningkatan peranan wanita.
2. Dampak psikologis a. Neoritis depresi
Depresi berat atau neritis depresi akibat pernikahan muda ini, bisa terjadi pada kondisi kepribadian yang berbeda. Pada pribadi introvert ( tertutup ) akan membuat si remaja menarik diri dari pergaulan.
Dia menjadi pendiam, tidak mau bergaul, bahkan menjadi seorang yang schizoprenia atau dalam bahasa awan yang dikenal orang adalah gila. Sedang depresi berat pada pribadi ekstrovert ( terbuka ) sejak kecil, si remaja terdorong melakukan hal-hal aneh untuk melampiaskan amarahnya. Seperti, perang piring, anak dicekik, dan sebagainya.
Dalam pernikahan dini sulit membedakan apakah remaja laki-laki atau remaja perempuan yang biasanya mudah mengendalikan emosi. Situasi emosi mereka jelas labil, sulit kembali pada situs normal. Sebaliknya, sebelum ada masalah lebih baik di beri prevensi dari pada mere diberi arahan setelah menemukan masalah.
Biasanya orang mulai menemukan masalah kalau ada dia punya anak.
Begitu punya anak, berubah 100 persen. Kalau berdua tanpa anak, mereka masih bisa enjoy apalagi kalau keduanya berasal dari keluarga cukup mampu, kedua masih bisa menikmati masa remaj dengan bersenang-senang meski terikat dalam tali pernikahan.
Usia masih terlalu muda, banyak keputusan yang diambil berdasarkan emosi
atau mungkin mengatasi namakan cinta yang membuat mereka salah satu dalam bertindak. Meski tak terjadi married by accident ( MBA ) atau menikah karna “ kecelakaan “ kehidupan pernikahan pasti berpengaruh besar pada remaja. Oleh karena itu, setelah mudahkan remaja tersebut jangan lepas begitu saja.
b. Konflik yang berjuang perceraian
Pernikahan muda atau menikah dalam usia muda, memiliki dua dampak cukup berat. Dari segi fisik, remaja itu belum kuat, tulang punggungnya masih terlalu kecil sehingga bisa membahayakan proses persalinan. Oleh karena itu pemerintah mendorong masa hamil sebaliknya dilakukan pada usia 20-30 tahun.
Kestabilan emosi pada umumnya terjadi pada usia 24 tahun, karena pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasah dan memasuki Masa remajah, boleh di bilang baru berhenti pada usia 19 tahun. Dan pada usia 20-24 tahun dalam psikologi, dilakukan sebagai usia dewasa mudah atau lead edolese. Pada masa ini, biasanya mulai timbul transisi dara gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka, kalau pernikahan dilakukan di bawah 20 tahun secara emosi si remaja masi ingin berpetualang menemukan jati dirinya. Ini yang menyebabkan gejolak dalam rumah tangga sehingga terjadi perceraian, dan pisah rumah.
Dalam persoalan pernikahan di usia muda, meski yang menjadi korban juga anak laki-laki, namun mayoritas anak yang menikah di usia muda adalah perempuan. Banyak resiko berbahaya dalam melakukan praktik perkawinan di bawah umur yaitu sebagai berikut:
a. Kehamilan prematur ( premature pregnancy )
Kehamilan pada usiah mudah dapat membawah akibat yang berbahaya, baik
bagi ibu maupun bagi bayinya. Karena fisik dan mental ia belum siap untuk melahirkan anak. Ibu muda itu beresiko melahirkan bayi premature dengan berat di bawah rata-rata. Hal ini sangat berbahaya bagi bayi tersebut karena meningatkan resiko kerusakan otak dan organ-organ tubuh lainya.
b. Kematian ibu ( maternal mortality )
Resiko kesehatan pada ibu muda juga tidak kalah besarnya di banding bayi kandungnya. Ibu kecil yang berusia 10-14 tahun beresiko meninggal dalam proses persalinan yang berujung pada kematian.
c. Kerusakan tulang punggul
Karena pertumbuhan tulang ibu muda belum lagi lengkap, resiko kerusakan tulang punggul sangat tinggi. Pasalnya, bayi yang dilahirkan lebih besar dari tulang panggulnya. Ini akibat pada sulit dan lamanya proses persalinan, dan mengancam rusaknya organ bayi jika di paksakan.
d. Rentang terjadinya perceraian
Suatu perkawinan terkadang dapat di pertahankan sampai salah satu atau keduanya meninggal dunia, sehingga terjadi perceraian atau putusnya perkawinan.
Putusnya perkawinan tersebut tidak terlepas dari adanya masalah sosial maupun ekonomi yang senantiasa muncul dalam keluarga. Perceraian itu hanya dapat di lakukan sebagai tindakan terakhir setelah iktiar dan segala upaya telah dilakukan guna perbaikan hubungan perkawinan. Jika, perceraian merupakan akhir dari perkawinan. Padahal perkawinan merupakan peristiwa yang sangat sacral, baik oleh laki-laki maupun perempuan, dan perkawinan merupakan peristiwa yang sangat sacral, baik oleh laki-laki maupun perempuan, dan perkawinan merupakan
sarana untuk menciptakan rumah tangga bahagia, penuh cinta kasih, toleransi, tenggang rasa, dan tentram. Perceraian merupakan yang sering terjadi dalam masyarakat, baik terjadi karena dari pasangan ataupun dari pasangan atau karena adanya campur tangan pihak ketiga.
B. Kerangka Pikir
Perkawinan di usia muda tidak selalu berdampak kurang baik bagi seluruh keluarga karena tidak sedikit dari mereka yang telah melangsungkan perkawinan di usia muda dapat mempertahankan dan memelihara keutuhan keluarga sesuai dengan tujuan dari perkawinan itu sendiri. Perkawinan pada usia muda jika tidak disertai dengan kematangan berpikir dan bersikap dan mempengaruhi keutuhan atau keharmonisan keluarga. Berbagai masalah dapat muncul dalam perkawinan usia muda, baik pada awal perkawinan maupun setelah mempunyai keturunan. ( anak ). Dari berbagai sisi masalah yang dapat terjadi dalam pernikahan dini meliputi: segi kesehatan, segi ekonomi, segi kependudukan, dan segi pendidikan.
Perkawinan usia muda terjadi dan dapat dipengaruhi beberapa faktor, seperti faktor pribadi, faktor ekonomi, faktor keluarga.
Tinjauan hukum pernikahan usia mudah dalam hukum islam dan undang- undang No. 1 tahun 197 tentang pernikahan di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng sampai saat ini masi sering terjadi. Seakan orang tua tidak melihat pengalaman bahwa pernikahan usia muda yang dianggap mengatasi masalah ekonomi keluarga justru banyak membantu anak kehilangan masa depanya dan tidak mendapatkan pendidikan yang semestinya.
Untuk lebih jelasnya mengenai hal tersebut maka dapat dilihat dalam skema
kerangka pikir berikut ini:
Gambar 1. Skema kerangka pikir
Perkawinan usia muda mmuda
Pandangan toko masyarakat terkait praktek perkawinan
usia muda
Faktor penyebab terjadinya perkawinan usia
muda
Upaya pemerintah untuk mencegah terjadinya perkawinan usia muda
Memanimalisir perkawinan usia muda di Desa Ulugalung, kecematan Eremmerasa
kabupaten Bantaeng
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Di mana peneliti menggambartkan atau memaparkan pandangan tokoh masyarakat terkait praktek perkawinan usia muda yang ada di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng.
B. Lokai Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini di laksanakan pada bulan september – oktober. Desa Ulugalung berada di jalan Poros Eremmerasa.
2. Subjek Penelitian
Pada penelitian kualitatif, Subjek penelitian atau responden disebut dengan istilah informan, yaitu orang yang memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan.
Sehubungan dengan masalah yang akan di teliti, maka fokus penelitian ini yaitu pandangan masyarakat tentang perkawinan usia muda. Yang menjadi subjek penelitian yaitu masyarakat di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng, sampelnya di ambil dari 5 orang tokoh masyrakat.
C. Sumber Data 1. Data primer
Yaitu data yang secara lansung yang di terima dari informasi yaitu melalui wawancara dan observasi. Data primer yang di peroleh adalah data mengenai pandangan tokoh masyarakat terkait praktek perkawinan usia muda ( studi kasus di desa ulugalung, kecematan eremmerasa, kabupaten bantaeng ).
Jenis sumber data primer tersebut di kelompokkan sebagai berikut:
a. Narasumber b.Tempat atau lokasi c.Dokumentasi dan Arsip 2. Data sekunder
Yaitu, data yang di peroleh dengan cara mempelajari buku-buku atau literatur, jurnal, kitab kodifikasi, undang-undang, peraturan-peraturan serta tulisan-tulisan lainnya yang berkaitan dengan pernikahan usia muda.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian terdiri dari instrumen utama dan instrumen panjang, instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, sedangkan instrumen panjang berupa, catatan harian dan lapangan, daftar pertanyaan dan dokumentasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, di awali dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan atas segala yang sudah di teliti dengan melihat dari dalam latar yang sedang di teliti.
Peneliti menggunakan metode observasi untuk mengetahui secara langsung apa yang terdapat di lapangan mengenai pernikahan usia muda yang ada di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang di peroleh melalui dokumen- dokumen, dalam bentuk catatan-catatan, transkip, foto, dan sebagainya.
3. Wawancara
Wawancara adalah cara yang di tempuh untuk mengumpulkan data atau informasi dengan cara tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang pernikahan usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data yang mudah dibaca dan diinterprestasikan. Analisa data dilakukan sejak awal penelitian hingga penelitian selesai. Untuk menganalisa data yang akan dikumpulkan dalampenelitian ini, maka digunakan teknik analisa kualitatif, yaitu analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini juga dimaksudkan agar kasus-kasus yang terjadi di lokasi penelitian dapat dikaji lebih mendalam dan fenomena yang ada dapat digambarkan secara lebih terperinci Data yang sudah didapat selanjutnya diedit
ulang dan dilihat kelengkapannya dan diselingi dengan klasifikasi data untuk memperoleh sistematika pembahasan dan terdeskripsikan dengan rapi.Menurut Soedjono dan Addurrahman, analisis ini adalah suatu teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan yang dilakukan secara obyektif dan sistematis.Analisis ini dimaksudkan melakukan analisis terhadap makna yang terkandung dalam masalah yang hendak dibahas agar dapat menjadikan data semakin sistematis dan akurat.Dari kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang saling berkaitan pada saat sebelumnya, selama maupun sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum disebut analisis menurut Miles danHaberman.
1. Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus seiring dengan pelaksanaan penelitian itu berlangsung.
Reduksi data merupakan tahapan bagian analisis sehingga peneliti disini dapat melakukan beberapa pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana yang akan dibuang, mana yang merupakan sebuah ringkasan, cerita-cerita yang sedang berkembang, mana yang merupakan pilihan-pilihan analistis. Reduksi data merupakan proses analisis data yang mempermudah peneliti untuk menarik sebuah kesimpulan dengan merangkum, memilih hal-hal pokok yang sedang dianalisis.
Adapun proses reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sehingga memudahkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan dan dilanjutkan ke proses verifikasi.
2. Penyajian Data
Tahapan berikutnya adalah penyajian data atau display data (tahapan secara sistematis/pengelompokan). Menurut Miles dan Habermas display data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan pengambilan tindakan. Melakukan penyajian data maka peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.
3. Verifikasi dan Kesimpulan
Verifikasi dan Kesimpulan merupakan tahapan akhir dalam proses pengumpulan data. Peneliti bisa menilai sejauh mana pemahaman dan interpretasi yang telah dibuatnya. Ada beberapa cara yang dilakukan dalam proses ini diantaranya melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan dan pencarian kasus-kasus negatif (mungkin adanya kasus yang menyimpang dari kebiasaan masyarakat).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Desa Ulugalung merupakan salah satu desa dari 9 desa yang ada di wilayah Kecamatan Eremmerasa, Desa Ulugalung memiliki 5 dusun yaitu Dusun Bonto Bu’ne, Dusun Pullauweng, Dusun Cappa Bori. Dusun Barayya dan Dusun Katapang.
Desa ulugalung terletak di bagian tengah kabupaten Bantaeng berjarak sekitar ± 5 Km dari kota Bantaeng, dengan luas wilayah sebesar 319 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 3.185 jiwa.
Desa ulugalung memiliki kondisi daerah yang datar dengan ketinggian ± 45 meter dari permukaan laut, berada di samping selatan dari Desa Mappilawing, namun demikian tanahnya cukup subur untuk lahan pertanian untuk dijadikan sumber hasil cocok tanam bagi masyarakat ulugalung khususnya para petani.
Desa ulugalung merupakan Desa dengan sebagian besar mata pencaharian penduduknya sebagai petani dan terbagi kedalam 5 ( limah ) Dusun, 13 ( tiga Belas ), Rukun dan 26 ( dua puluh Enam ) rukun Tetangga.
TABEL 1.1
Jumlah penduduk Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng.
Jumlah penduduk Laki –laki
1.601 Perempuan
1.584 Jumlah
3.185
2. Letak Geografis
Desa ulugalung merukapan salah satu desa yang masuk dalam wilayah kerja kantor kecematan eremmerasa, kabupaten bantaeng dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara : berbatasan dengan Desa Mappilawing b. Sebelah timur :berbatasan dengan Desa Mamampang c. Sebelah selatan :berbatasan dengan Kel. Malilingi d. Sebelah barat :berbatasan dengan Desa Lonrong 3. Data pemerintah
Pemerintah Desa Ulugalung terdiri dari kepala desa serta perangkat desa serta perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah desa. Kepala desa berkoordinasi dengan BPD dan di bantu oleh sekretariat dan bendahara desa.
Setiap kepala dusun di Desa Ulugalung berhubungan langsung dengan kepala desa. Pemerintah desa Ulugalung adalah sebagai berikut :
a. Aparat Desa
1. Kepala Desa : Haleko, HB 2. Sekretariat Desa : Syamsul Bahri, SE 3.Kaur Pembangunan : Tajuddin. Noor, SE 4.Kaur Pemerintah : ST. Saleha
5.Kaur Umum : Harapa. J 6.Bendahara Desa : Makmur b. kepala Dusun
1. Dusun Bonto Bu’ne : Jamaluddin 2. Dusun Pullauweng : M. Rusli. HB 3. Dusun Cappa Bori : Syamsuddin 4. Dusun Barayya : Abd Azis 5. Dusun Katapang : Padjo c. Badan permusyawaratan Desa
1. ketua : Jamaluddin.S.Ag 2. wakil : Drs. Zainuddin MK 3. sekretaris : H. Sabollah
4. anggota : 1. Ismail 2. Tepu 3. Muhajir 4. Hafid.A.Ma d. ketua rukun keluarga dan rukun tetangga
1. Dusun Bonto Bu’ne
a. RK 1 : H. Samma a. RT 1.1 : H. Rusli b. RK 2 : Muhajir b. RT 2.1 : H. Sadda c. RK 3 : Dg. Aco c. RT 1.2 : Haruna d. RK 4 : H. Sagala d. RT 2.2 : Abd. Hamid
2. Dusun pullaweng
a. RK 1 : H. Mustari a. RT 1.1 : Midong b. RK 2 : H.Baso.HB b. RT 2.1 : Abd Rasid c. RK 3 : Soltan. B c. RT 1.2 : Sulaeman d. RT 2.2 : Muh. Hatta
3. Dusun Cappa Bori
a. RK 1 : Basri Tuju a. RT 1.1 : Kamaruddin b. RK 2 : Nawir Dg. Tayang b. RT 2.1 : Usman c. RT 1.2 : Nur Hsyim 4. Dusun Katapang
a. RK 1 : Saibo a. RT 1.1 :Bore b. RK 2 : Sahabu b. RT 2.1 : Rukka
c. RT 1.2 : Yunus d. RT 2.2 : H. Upa 5. Dusun Barayya
a. RK 1 : Ismail a. RT 1.1 : Samad Maring b. RK 2 : Ishak b. RT 2.1 : Sappara
c. RT 1.2 : Abd Hakim d. RT 2.2 : Muh. Rauf e. pemberdayaan kesejahteraan keluarga ( PKK )
a. Ketua : Subaedah. S.Pd b. Wakil Ketua : Hamsinah c. Sekretaris : Farida
d. Bendahara : H. Marwiah
e. Anggota : 1. Pokja I. : Halmina 2. pokja II : A.Irmawati 3. pokja III : Rahmatia 4. pokja IV : Nurjannah 4. Deskripsi Informan Penelitian
Informan ( subjek ) dalam penelitian ini terdiri dari 5 orang dengan karasteristik sebagai berikut:
a. Karasteristik Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan pendidikan, tingkat pendidikan masing-masing responden adalah sebagai berikut:
Berdasarkan tabel di atas yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan para tokoh masyarakat desa ulugalung yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu : pendidikan sekolah Dasar ( SD ) berjumlah 1 orang, Sekolah Menengah Atas ( SMA ) berjumlah 1 orang, S1 berjumlah 2 orang dan S2 berjumlah 1 orang.
Pendidikan Jumlah
SD 1
SMP -
SMA/SMU 1
S1 2
S2 1
Jumlah 5
b. Karakteristik Berdasarkan jabatan
Responden dalam penelitian ini yang berdasarkan pada pekerjaan adalah sebagai berikut:
Berdasarkan tabel di atas yang menunjukkan jabatan dari masing- masing para tokoh masyarakat desa ulugalung yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu : ada yang menjabat sebagai kepala Kua, rukun keluarga,rukun tetangga, kepala desa dan imam mesjid.
Setelah penulis melakukan penelitian dengan mengacu pada tahapan- tahapan yang telah di tentukan, maka hasil penelitian yang di lakukan di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng Terhadap Masalah perkawinan Usia Muda. Adapun titik fokusnya adalah: ( 1 ) Bagaimana pandangan tokoh masyarakat terkait praktek perkawinan usia muda di Desa Ulugalung. ( 2 ) Faktor apa yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda di Desa Ulugalung. ( 3 ) Upaya apakah yang di tempuh pemerintah untuk mencengah terjadinya perkawinan usia muda di Desa Ulugalung.
Nama Jabatan
Jamaluddin,S.Ag,MM Kepala KUA G. Mustari Rukun Keluarga
H.Sadda Rukun Tetangga
Haleko,HB Kepala Desa
HJ.Rusli Imam mesjid
Jumlah 5
1.Pandangan Tokoh masyarakat terkait praktek perkawinan usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng.
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng. bahwa pandangan masyarakat tentang perkawinan usia muda, ada beberapa yang mendukung dan ada juga yang kurang setuju mengenai perkawinan usia muda. begitupun para Tokoh Masyarakat menggap pernikahan yang di laksanakan secara agama adalah pernikahan yang sah. Tetapi pada dasarnya mereka tidak setuju dengan terjadinya perkawinan usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng tersebut karena dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia di desa tersebut dan menghambat upaya pemerintah dan tokoh masyarakat untuk menciptakan regenerasi yang berkualitas dan berpotensi menghambat usaha pemerintah untuk memajukan dan membangun desa.
Dari hasil wawancara dengan informan di dapatkan hasil bahwa Sebagaimana keterangan yang berdasarkan hasil wawancara di bawah ini:
Bagaimana pandangan bapak terkait praktek Perkawinan Usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng?
HL memberikan tanggapan bahwa : “ saya kurang setuju dengan adanya perkawinan di usia muda karna melihat dari umurnya sepertinya agak kurang pantas karna masih di bawah umur.”
Hal ini di perkuat oleh tanggapan SD yang mengatakan: “saya juga kurang setuju dengan adanya perkawinan usia muda ini hal ini di karenakan pandangan orang pasti aneh kalau anak yang masih di bawah umur tapi suda menikah, hal ini akan menimbulkan pemikiran negatif mengenai alasan anak tersebut menikah akan tetapi hal tersebut akan berbeda tergalung dari keluarga mereka.
MS juga memberikan tanggapan sebagai berikut, bahwa “ saya agak kurang setuju dengan adanya perkawinan usia muda hal ini karna sebenarnya perkawinan
untuk anak yang masi belum cukup ukur tidak boleh di lakukan akan tetapi hal itu terpaksa di lakukan biasanya oleh para anggota keluarga kalau semisalnya anak tersebut telah melewati batas yang menyebapkan mereka harus di nikahkan membuat kita tidak bisa berbuat banyak.”
Adapun JL memberikan tanggapanya bahwa “ jelas saya tidak setuju kepada anak yang masih di bawah umur ataupun masih sanggat muda tetapi ingin melakukan perkawinan di usianya yang masih sangat muda tetapi meskipun tidak boleh tetapi banyak yang melakukanya hal ini mungkin di sebabkan karna pergaulan mereka yang kurang baik, sehingga saat mereka melanggar batas pergaulan tersebut menyebapkan mereka hamil di luar nikah sehingga mau tidak mau mereka di nikahkan.
RI menyatakan bahwa “ saya hanya agak kurang setuju jika seorang anak melakukan perkawinan usia muda tapi jika dari segi agama selama perkawinan tersebut sesuai dengan syariat agama islam ataupun sesuai dengan aturan agama maka perkawinan itu sah. Tetapi di lihat yang sering terjadi memang banyak anak-anak yang menikah karna telah terjadi kecelakaan seperti hamil di luar nikah yang paling sering terjadi.
2.Faktor apa yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda di Desa ulugalung, Kecematan Eremmerasa, kabupaten Bantaeng.
Dari hasil penelitian dilapangan pada kenyataannya bahwa di lakukan perkawinan usia muda antara dua insan yang berlainan jenis/laki-laki dan perempuan yang memiliki hubungan pribadi (pacaran) saling mencintai satu sama lain disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat Desa Ulugalung, Kecamatan Eremmerasa diantaranya:
a. Faktor ekonomi
Beberapa alasan yang mendasari keluarga mendorong anak-anak mereka kawin pada usia muda, agar anak mereka lepas dari tanggungan orang tua dan di harapkan mampu membantu perekonomian keluarganya. Faktor ekonomi memang sangat berpengaruh dalam perkawinan usia muda, hal ini di perkuat berdasarkan hasil dari wawancara dengan RI: