BAB III METODE PENELITIAN
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, di awali dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan atas segala yang sudah di teliti dengan melihat dari dalam latar yang sedang di teliti.
Peneliti menggunakan metode observasi untuk mengetahui secara langsung apa yang terdapat di lapangan mengenai pernikahan usia muda yang ada di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang di peroleh melalui dokumen- dokumen, dalam bentuk catatan-catatan, transkip, foto, dan sebagainya.
3. Wawancara
Wawancara adalah cara yang di tempuh untuk mengumpulkan data atau informasi dengan cara tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang pernikahan usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data yang mudah dibaca dan diinterprestasikan. Analisa data dilakukan sejak awal penelitian hingga penelitian selesai. Untuk menganalisa data yang akan dikumpulkan dalampenelitian ini, maka digunakan teknik analisa kualitatif, yaitu analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini juga dimaksudkan agar kasus-kasus yang terjadi di lokasi penelitian dapat dikaji lebih mendalam dan fenomena yang ada dapat digambarkan secara lebih terperinci Data yang sudah didapat selanjutnya diedit
ulang dan dilihat kelengkapannya dan diselingi dengan klasifikasi data untuk memperoleh sistematika pembahasan dan terdeskripsikan dengan rapi.Menurut Soedjono dan Addurrahman, analisis ini adalah suatu teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan yang dilakukan secara obyektif dan sistematis.Analisis ini dimaksudkan melakukan analisis terhadap makna yang terkandung dalam masalah yang hendak dibahas agar dapat menjadikan data semakin sistematis dan akurat.Dari kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang saling berkaitan pada saat sebelumnya, selama maupun sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum disebut analisis menurut Miles danHaberman.
1. Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus seiring dengan pelaksanaan penelitian itu berlangsung.
Reduksi data merupakan tahapan bagian analisis sehingga peneliti disini dapat melakukan beberapa pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana yang akan dibuang, mana yang merupakan sebuah ringkasan, cerita-cerita yang sedang berkembang, mana yang merupakan pilihan-pilihan analistis. Reduksi data merupakan proses analisis data yang mempermudah peneliti untuk menarik sebuah kesimpulan dengan merangkum, memilih hal-hal pokok yang sedang dianalisis.
Adapun proses reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sehingga memudahkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan dan dilanjutkan ke proses verifikasi.
2. Penyajian Data
Tahapan berikutnya adalah penyajian data atau display data (tahapan secara sistematis/pengelompokan). Menurut Miles dan Habermas display data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan pengambilan tindakan. Melakukan penyajian data maka peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.
3. Verifikasi dan Kesimpulan
Verifikasi dan Kesimpulan merupakan tahapan akhir dalam proses pengumpulan data. Peneliti bisa menilai sejauh mana pemahaman dan interpretasi yang telah dibuatnya. Ada beberapa cara yang dilakukan dalam proses ini diantaranya melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan dan pencarian kasus-kasus negatif (mungkin adanya kasus yang menyimpang dari kebiasaan masyarakat).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Desa Ulugalung merupakan salah satu desa dari 9 desa yang ada di wilayah Kecamatan Eremmerasa, Desa Ulugalung memiliki 5 dusun yaitu Dusun Bonto Bu’ne, Dusun Pullauweng, Dusun Cappa Bori. Dusun Barayya dan Dusun Katapang.
Desa ulugalung terletak di bagian tengah kabupaten Bantaeng berjarak sekitar ± 5 Km dari kota Bantaeng, dengan luas wilayah sebesar 319 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 3.185 jiwa.
Desa ulugalung memiliki kondisi daerah yang datar dengan ketinggian ± 45 meter dari permukaan laut, berada di samping selatan dari Desa Mappilawing, namun demikian tanahnya cukup subur untuk lahan pertanian untuk dijadikan sumber hasil cocok tanam bagi masyarakat ulugalung khususnya para petani.
Desa ulugalung merupakan Desa dengan sebagian besar mata pencaharian penduduknya sebagai petani dan terbagi kedalam 5 ( limah ) Dusun, 13 ( tiga Belas ), Rukun dan 26 ( dua puluh Enam ) rukun Tetangga.
TABEL 1.1
Jumlah penduduk Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng.
Jumlah penduduk Laki –laki
1.601 Perempuan
1.584 Jumlah
3.185
2. Letak Geografis
Desa ulugalung merukapan salah satu desa yang masuk dalam wilayah kerja kantor kecematan eremmerasa, kabupaten bantaeng dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara : berbatasan dengan Desa Mappilawing b. Sebelah timur :berbatasan dengan Desa Mamampang c. Sebelah selatan :berbatasan dengan Kel. Malilingi d. Sebelah barat :berbatasan dengan Desa Lonrong 3. Data pemerintah
Pemerintah Desa Ulugalung terdiri dari kepala desa serta perangkat desa serta perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah desa. Kepala desa berkoordinasi dengan BPD dan di bantu oleh sekretariat dan bendahara desa.
Setiap kepala dusun di Desa Ulugalung berhubungan langsung dengan kepala desa. Pemerintah desa Ulugalung adalah sebagai berikut :
a. Aparat Desa
1. Kepala Desa : Haleko, HB 2. Sekretariat Desa : Syamsul Bahri, SE 3.Kaur Pembangunan : Tajuddin. Noor, SE 4.Kaur Pemerintah : ST. Saleha
5.Kaur Umum : Harapa. J 6.Bendahara Desa : Makmur b. kepala Dusun
1. Dusun Bonto Bu’ne : Jamaluddin 2. Dusun Pullauweng : M. Rusli. HB 3. Dusun Cappa Bori : Syamsuddin 4. Dusun Barayya : Abd Azis 5. Dusun Katapang : Padjo c. Badan permusyawaratan Desa
1. ketua : Jamaluddin.S.Ag 2. wakil : Drs. Zainuddin MK 3. sekretaris : H. Sabollah
4. anggota : 1. Ismail 2. Tepu 3. Muhajir 4. Hafid.A.Ma d. ketua rukun keluarga dan rukun tetangga
1. Dusun Bonto Bu’ne
a. RK 1 : H. Samma a. RT 1.1 : H. Rusli b. RK 2 : Muhajir b. RT 2.1 : H. Sadda c. RK 3 : Dg. Aco c. RT 1.2 : Haruna d. RK 4 : H. Sagala d. RT 2.2 : Abd. Hamid
2. Dusun pullaweng
a. RK 1 : H. Mustari a. RT 1.1 : Midong b. RK 2 : H.Baso.HB b. RT 2.1 : Abd Rasid c. RK 3 : Soltan. B c. RT 1.2 : Sulaeman d. RT 2.2 : Muh. Hatta
3. Dusun Cappa Bori
a. RK 1 : Basri Tuju a. RT 1.1 : Kamaruddin b. RK 2 : Nawir Dg. Tayang b. RT 2.1 : Usman c. RT 1.2 : Nur Hsyim 4. Dusun Katapang
a. RK 1 : Saibo a. RT 1.1 :Bore b. RK 2 : Sahabu b. RT 2.1 : Rukka
c. RT 1.2 : Yunus d. RT 2.2 : H. Upa 5. Dusun Barayya
a. RK 1 : Ismail a. RT 1.1 : Samad Maring b. RK 2 : Ishak b. RT 2.1 : Sappara
c. RT 1.2 : Abd Hakim d. RT 2.2 : Muh. Rauf e. pemberdayaan kesejahteraan keluarga ( PKK )
a. Ketua : Subaedah. S.Pd b. Wakil Ketua : Hamsinah c. Sekretaris : Farida
d. Bendahara : H. Marwiah
e. Anggota : 1. Pokja I. : Halmina 2. pokja II : A.Irmawati 3. pokja III : Rahmatia 4. pokja IV : Nurjannah 4. Deskripsi Informan Penelitian
Informan ( subjek ) dalam penelitian ini terdiri dari 5 orang dengan karasteristik sebagai berikut:
a. Karasteristik Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan pendidikan, tingkat pendidikan masing-masing responden adalah sebagai berikut:
Berdasarkan tabel di atas yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan para tokoh masyarakat desa ulugalung yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu : pendidikan sekolah Dasar ( SD ) berjumlah 1 orang, Sekolah Menengah Atas ( SMA ) berjumlah 1 orang, S1 berjumlah 2 orang dan S2 berjumlah 1 orang.
Pendidikan Jumlah
SD 1
SMP -
SMA/SMU 1
S1 2
S2 1
Jumlah 5
b. Karakteristik Berdasarkan jabatan
Responden dalam penelitian ini yang berdasarkan pada pekerjaan adalah sebagai berikut:
Berdasarkan tabel di atas yang menunjukkan jabatan dari masing- masing para tokoh masyarakat desa ulugalung yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu : ada yang menjabat sebagai kepala Kua, rukun keluarga,rukun tetangga, kepala desa dan imam mesjid.
Setelah penulis melakukan penelitian dengan mengacu pada tahapan- tahapan yang telah di tentukan, maka hasil penelitian yang di lakukan di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng Terhadap Masalah perkawinan Usia Muda. Adapun titik fokusnya adalah: ( 1 ) Bagaimana pandangan tokoh masyarakat terkait praktek perkawinan usia muda di Desa Ulugalung. ( 2 ) Faktor apa yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda di Desa Ulugalung. ( 3 ) Upaya apakah yang di tempuh pemerintah untuk mencengah terjadinya perkawinan usia muda di Desa Ulugalung.
Nama Jabatan
Jamaluddin,S.Ag,MM Kepala KUA G. Mustari Rukun Keluarga
H.Sadda Rukun Tetangga
Haleko,HB Kepala Desa
HJ.Rusli Imam mesjid
Jumlah 5
1.Pandangan Tokoh masyarakat terkait praktek perkawinan usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng.
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng. bahwa pandangan masyarakat tentang perkawinan usia muda, ada beberapa yang mendukung dan ada juga yang kurang setuju mengenai perkawinan usia muda. begitupun para Tokoh Masyarakat menggap pernikahan yang di laksanakan secara agama adalah pernikahan yang sah. Tetapi pada dasarnya mereka tidak setuju dengan terjadinya perkawinan usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng tersebut karena dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia di desa tersebut dan menghambat upaya pemerintah dan tokoh masyarakat untuk menciptakan regenerasi yang berkualitas dan berpotensi menghambat usaha pemerintah untuk memajukan dan membangun desa.
Dari hasil wawancara dengan informan di dapatkan hasil bahwa Sebagaimana keterangan yang berdasarkan hasil wawancara di bawah ini:
Bagaimana pandangan bapak terkait praktek Perkawinan Usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng?
HL memberikan tanggapan bahwa : “ saya kurang setuju dengan adanya perkawinan di usia muda karna melihat dari umurnya sepertinya agak kurang pantas karna masih di bawah umur.”
Hal ini di perkuat oleh tanggapan SD yang mengatakan: “saya juga kurang setuju dengan adanya perkawinan usia muda ini hal ini di karenakan pandangan orang pasti aneh kalau anak yang masih di bawah umur tapi suda menikah, hal ini akan menimbulkan pemikiran negatif mengenai alasan anak tersebut menikah akan tetapi hal tersebut akan berbeda tergalung dari keluarga mereka.
MS juga memberikan tanggapan sebagai berikut, bahwa “ saya agak kurang setuju dengan adanya perkawinan usia muda hal ini karna sebenarnya perkawinan
untuk anak yang masi belum cukup ukur tidak boleh di lakukan akan tetapi hal itu terpaksa di lakukan biasanya oleh para anggota keluarga kalau semisalnya anak tersebut telah melewati batas yang menyebapkan mereka harus di nikahkan membuat kita tidak bisa berbuat banyak.”
Adapun JL memberikan tanggapanya bahwa “ jelas saya tidak setuju kepada anak yang masih di bawah umur ataupun masih sanggat muda tetapi ingin melakukan perkawinan di usianya yang masih sangat muda tetapi meskipun tidak boleh tetapi banyak yang melakukanya hal ini mungkin di sebabkan karna pergaulan mereka yang kurang baik, sehingga saat mereka melanggar batas pergaulan tersebut menyebapkan mereka hamil di luar nikah sehingga mau tidak mau mereka di nikahkan.
RI menyatakan bahwa “ saya hanya agak kurang setuju jika seorang anak melakukan perkawinan usia muda tapi jika dari segi agama selama perkawinan tersebut sesuai dengan syariat agama islam ataupun sesuai dengan aturan agama maka perkawinan itu sah. Tetapi di lihat yang sering terjadi memang banyak anak-anak yang menikah karna telah terjadi kecelakaan seperti hamil di luar nikah yang paling sering terjadi.
2.Faktor apa yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda di Desa ulugalung, Kecematan Eremmerasa, kabupaten Bantaeng.
Dari hasil penelitian dilapangan pada kenyataannya bahwa di lakukan perkawinan usia muda antara dua insan yang berlainan jenis/laki-laki dan perempuan yang memiliki hubungan pribadi (pacaran) saling mencintai satu sama lain disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat Desa Ulugalung, Kecamatan Eremmerasa diantaranya:
a. Faktor ekonomi
Beberapa alasan yang mendasari keluarga mendorong anak-anak mereka kawin pada usia muda, agar anak mereka lepas dari tanggungan orang tua dan di harapkan mampu membantu perekonomian keluarganya. Faktor ekonomi memang sangat berpengaruh dalam perkawinan usia muda, hal ini di perkuat berdasarkan hasil dari wawancara dengan RI:
“Banyak masyarakat di desa ulugalung ini yang menikahkan anak mereka terlalu cepat. Usia mereka bahkan tergolong masih anak-anak, biasanya mereka membiarkan anak mereka menikah muda memang karna di sebabkan oleh ekonomi keluarga mereka terlebih lagi mereka cenderum merestui apabila calon yang melamar biasanya dari keluarga yang berada karna mereka merasa kalau dengan menikah maka beban ekonomi keluarga mereka bisa tertolong.”
Tanggapan serupa juga di kemukakan oleh Kepala Desa uligalung yaitu, HL beliau mengatakan bahwa:
“perekonomian di desa ulugalung belum mencapai tingkat kelayakan.
Masyarakat di desa ini masi banyak yang kurang mampu atau bisa di katakan bahwa tingkat perekonomian mereka di bawah rata-rata, sehingga salah satu jalan untuk menguranggi beban perekonomian keluarganya adalah dengan segera mengawinkan anaknya.”
Tanggapan yang sama juga di sampaikan oleh JL yang menyatakan bahwah:
“ kebanyakan orang tua menikahkan anaknya di dorong oleh perekonomian keluarga mereka yang tergolong menegah kebawa kondisi ekonomi keluarga mereka yang lemah menyebapkan orang tuanya tidak sanggup menyekolahkan anaknya ketingkat pendidikan yang lebih tinggi jadi untuk meringankan beban keluarga menikahkan ankanya di anggap sebagai solusi untuk mereka.
SD menyatakan bahwa “ di desa ulugalung ini memang banyak masyarakatnya yang tergolong ekonomi menengah kebawa jadi mungkin kebanyakan orang tua lebih memilih menikahkan anaknya dengan orang yang dianggap mampu agar beban hidupnya berkurang.
MS menyatakan bahwa “ banyak orang tua yang menikahkan anaknya meski anak tersebut masih belum cukup umur ataupun bahkan masih duduk di bangku sekolah SMP dengan alasan jika anaknya menikah maka biaya hidup anaknya akan di tanggung suaminya dan juga dapat meringankan kesulitan keluarga tersebut dalam ekonomi.
Berdasarkan penjelasan dari limah orang tokoh masyarakat di desa ulugalung yang terpercaya telah membuktikan bahwa memang salah satu yang menjadi penyebab perkawinan usia muda yang terjadi di desa ulugalung di karenakan salah satu faktor yakni faktor ekonomi.
b.Faktor Pendidikan
Perkawinan usia muda di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng selain di sebabkan oleh karena alasan ekonomi juga di sebabkan karena alasan minimnya orang tua yang mengenyam bangku sekolah bahkan anak-anak yang melakukan perkawinan usia muda adalah putus sekolah.
Oleh sebabnya pemahaman akan norma, etika pergaulan serta pentingnya pendidikan yang bisa di dapatkan di bangku sekolah tidak tersalurkan.
Sebagai mana di perkuat oleh jawaban oleh kepala KUA yakni JL, dimana beliau mengatakan sebagai berikut:
“ pendidikan yang kurang memadai memberikan jalan bagi para orang tua untuk segera mengawinkan anaknya, membuat anak untuk berhenti menempuh pendidikan sampai pada tingkat sekolah menengah pertama ( SMA ), bahkan tak jarang hanya setingkat menengah pertama ( SMP ), hal ini karna para orang tua beranggapan bahwa tanpa sekolah pun selama anak suda menikah mereka juga bisa hidup. Mereka juga berfikir sekolah maupun tidak sekolah ujung-ujungnya seorang anak tetap bisa hidup setelah menikah karna dia telah di tanggung oleh suaminya.”
Kemudian HL juga memberi tanggapan “ perkawinan usia muda ini di pengaruhi oleh faktor pendidikan keluarga yang kurang sehingga berimbas juga pada anak- anak mereka orang tua cenderum berfikir jika seorang anak menikah maka tanpa bersekolah biaya hidup mereka suda dapat terpenuhi”.
Juga tanggapan RI yang menyatakan bahwa” pendidikan yang renda ini membuat mereka masih belum dapat memikirkan dampak dari apa yang mereka lakukan seperti halnya hal-hal yang menyebapkan mereka melakukan perkawinan usia muda”.
Berikut tanggapan SD yang menyatakan bahwa “ adanya perkawinan usia muda tak lepas dari dukungan keluarga mereka di mana tingkat pengetahuan orang tua mereka dapat di hubungkan dengan tingkat pendidikan keluarganya yang mana akan mempengaruhi pemahan keluarga tentang kehidupan berkeluarga”.
MS juga memberikan tanggapanya bahwa “ tingkat pendidikan pasti mempengaruhi pemahaman mereka tentang dampak dari perkawinan usia muda ketidak tahuan itulah yang menyebapkan banyaknya terjadi perkawinan usia muda di Desa Ulugalung ini”.
Berdasarkan penjelasan dari 5 orang tokoh masyarakat terpercaya di desa ulugalung, mereka menyatakan bahwa penyebap terjadinya perkawinan usia muda di desa ulugalung karna adanya faktor pendidikan.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lain yang menjadi pendorong terjadinya perkawinan usia muda adalah faktor lingkungan, di mana dalam ruang lingkup pergaulan muda mudi di Desa Ulugalung, Kecematan Eremmerasa, Kabupaten Bantaeng mengenal apa yang disebut dengan pacaran. Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan.
Menurut persepsi yang salah, sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalani hubungan cinta kasih yang di tandai dengan adanya aktivitas-aktivitas sekseual atau percumbuan. Tradisi seperti ini di praktikkan oleh orang-orang yang tidak memahami makna kehormatan diri perempuan, tradisi seperti ini dipegaruhi mesia massa yang menyebarkan kebiasaan yang tidak memuliakan kaum perempuan. Sampai sekarang, tradisi berpacaran telah melanggar norma hukum, norma agama, maupun norma sosial di indonesia masih terjadi dan dilakukan secara turun- temurun dari generasi yang tidak memiliki pengetahuan menjaga kehormatan dan harga diri yang semestinya mereka jaga dan pelihara.
Pada saat ini pergaulan bebas di bangku sekolah tidak hanya melibatkan kalangan pelajar SMA. Gejalah ini sudah merambah ke kalangan siswa berseragam putih biru alias SMP yang merupakan kelompok usia yang baru memasuki masa remaja. Mereka terjerab masuk pergaulan bebas akibat kurangnya bimbingan dari orang tua serta pengaruh lingkungan.
Hal ini di perkuat dengan jawaban dari RT setempat yakni SD, berikut hasil wawancaranya yang menyatakan bahwa:
“pergaulan bebas memang sudah marak terjadi di kalangan anak muda di desa ulugalung hal ini akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Faktor lingkungan ini juga menjadi penyebab dari banyaknya anak remaja yang menikah muda karena pergaulan bebas yang suda merebak di lingkungan tersebut dan kemudian di contoh oleh anak mudah lainya sehingga menjadi pengaruh buruk untuk diri mereka”
Tanggapan dari MS yang menyatakan bahwa “ faktor lingkungan memang juga menjadi salah satu pemicu banyaknya anka-anak muda yang melakukan perkawinan usia muda hal ini karna lingkungan mereka tidak terlalu baik dalam hal ini banyaknya contoh-contoh buruk dari lingkungan mereka yang mengakibatkan pergaulan bebas”.
HL menyatakan bahwa “ kebiasaan anak-anak jaman sekarang yakni dalam hal berpacaran tidak hanya anak SMA saja yang berpacaran bahkan anak SD pun hingga SMP suda mulai melakukan yang namanya pacaran hal ini karna mereka terpengaruh oleh lingkungan mereka dan hal tersebutlah yang mendorong mereka melakukan pergaulan bebas”.
RI juga berpendapat menyatakan bahwa “ berpacaran seolah-olah suda menjadi budaya yang marak terjadi di Desa ulugalung ini yang di sebapkan oleh faktor lingkungan yang kurang baik. Hal tersebut membuat anak-anak remaja mencontoh hal-hal yang tidak baik”.
JL juga memberikan tanggapanya bahwa “ faktor lingkungan yang buruk suda pasti akan memberikan dampak yang buruk juga bagi mereka yang ada di lingkungan tersebut. Dan anak-anak merupakan orang yang paling rentang untuk terpengaruh oleh hal-hal yang buruk dari lingkunganya tersebut”.
Berdasarkan penjelasan dari 5 orang tokoh masyarakat terpercaya di desa ulugalung, mereka menyatakan bahwa penyebap terjadinya perkawinan usia muda di desa ulugalung karna adanya faktor lingkungan .
c. Faktor Keinginan Sendiri
Perkawinan usia muda salah satu faktor yang mendorong yaitu keinginan sendiri dari sang anak. Hal ini dikarenakan mereka sudah menganggap dirinya siap untuk menikah dan sudah lama pacaran dengan pasangan. Dan tidak mau menimbulkan fitnah jadi mereka memutuskan untuk menikah. Hal ini juga di perkuat oleh pernyataan tokoh masyarakat dengan inisial MS yang menyatakan sebagai berikut :
“Kebanyakan anak-anak sekarang cenderum memilih untuk menikah muda dengan alasan takut tersebar fitnah akibat lamanya hubungan diantara mereka meskipun mereka masih di bawah umur. Dengan fikiran-fikiran labil tersebut kebanyakan juga anak-anak kebablasan dalam hubungan mereka yang sudah terlalu jauh. Dengan alasan-alasan tersebut untuk menghindari malu anak- anak tersebut memilih untuk menikah walaupun mereka belum cukup umur di tambah dengan orang tua yang sudah merestui meskipun anaknya tersebut masih belum cukup umur untuk melangsungkan perkawinan”.
Tanggapan dari HL yang menyatakan bahwa “ banyak anak-anak memiliki keinginan sendiri untuk menikah di usianya yang masih muda juga di sebapkan oleh keingginan untuk membantu orang tuanya”.
RI menyatakan bahwa “ meskipun biasanya anak-anak usia muda di nikahkan dengan alasan di jodohkan tapi banyak pula yang menerimanya karna keingina mereka sendiri”
JL juga berpendapat bahwa “ banyak juga anak-anak remaja yang memilih untuk menikah muda karna suda tidak ingin bersekolah tanpa mengetahui apa dampaknya bagi diri mereka sendiri”.
SD memberikan tanggapanya “ banyak hal yang menyebapkan seorang anak melakukan perkawinan di usia muda selain dari faktor hamil di luar nikah ataupun karna di jodohkan yakni memang keinginan mereka sendiri untuk menikah muda dengan alasan-alasan yang mereka sendiri anggap benar”.