• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI - Universitas Muhammadiyah Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI - Universitas Muhammadiyah Makassar"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

Judul Proposal Penelitian: Implementasi Program Pelayanan Berkelanjutan Inseminasi Buatan dan Gangguan Reproduksi Sapi di Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang. Implementasi Program Pelayanan Berkelanjutan Inseminasi Buatan dan Gangguan Reproduksi Sapi pada Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Program Pelayanan Berkelanjutan Inseminasi Buatan dan Gangguan Reproduksi Sapi di Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang.

Tabel 3. 1 Informan Penelitian .........................................................................................
Tabel 3. 1 Informan Penelitian .........................................................................................
  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian

Melalui Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang pada tahun 2015 membangun sebuah inovasi bernama Pelayanan Berkelanjutan Inseminasi Buatan dan Gangguan Reproduksi Sapi (Rencana Itu Baik). Permasalahan yang dihadapi Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang dalam pelaksanaan program perencanaan yang baik adalah kurangnya tenaga ahli yang memahami inseminasi buatan. Program Pelayanan Berkelanjutan Inseminasi Buatan dan Gangguan Reproduksi Sapi pada Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang.

Penelitian Terdahulu

Keadaan kawasan peternakan Ketapang saat ini sebagian besar peternak lebih memilih keluar dan menjauh dari lokasi ternaknya sehingga beberapa fasilitas pendukung terbengkalai dan tidak berfungsi dengan baik. Penelitian ini menghasilkan beberapa strategi, antara lain: Mengoptimalkan dan mengembangkan keterampilan internal peternak serta memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia, Memberikan program pendampingan dan penyuluhan yang disertai dengan demonstrasi sehingga meningkatkan keterampilan peternak, Menjalin kemitraan usaha dengan pemerintah untuk mendapatkan manfaat. peluang pasar, Pengenalan teknologi pengolahan pakan ternak berbasis limbah pertanian yang beradaptasi dengan kondisi wilayah setempat dan bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengefektifkan usaha peternakan dan menyediakan infrastruktur pendukung usaha peternakan. Berdasarkan penelitian terdahulu, yang berbeda dengan penelitian penulis mengenai pelaksanaan Program Pelayanan Berkelanjutan Inseminasi Buatan dan Gangguan Reproduksi Sapi di Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang lebih pada pendekatan yang digunakan dalam pemeliharaan produksi ternak, dimana penelitian ini adalah lebih berorientasi pada pelaksanaan inseminasi buatan guna meningkatkan jumlah produksi ternak, sedangkan penelitian sebelumnya hanya menunjukkan kebijakan pemerintah dalam mengatur keuntungan produksi bagi peternak melalui pemasaran.

Kerangka Teori

  • Konsep Implementasi
  • Model Impelementasi
  • Kebijakan Peternakan Sapi

Menurut Dunn, implementasi kebijakan adalah kinerja pengendalian tindakan politik dalam jangka waktu tertentu. Implementasi kebijakan perlu didukung oleh sumber daya manusia dan non-manusia. Jadi jika digabungkan dengan kebijakan publik, maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai kegiatan menyelesaikan atau melaksanakan suatu kebijakan publik yang telah ditentukan/dikonfirmasi dengan menggunakan sarana (tools) untuk mencapai tujuan kebijakan Rahmawati (2012).

Gambar 2.1 Model Implementasi Edward III  b.  Model Implementasi Grindle
Gambar 2.1 Model Implementasi Edward III b. Model Implementasi Grindle

Kerangka Pikir

Kredit dan jasa keuangan Untuk mempercepat pembangunan sektor 2 dan 3, pemerintah dapat memberikan layanan kredit dengan fasilitas khusus dan pembiayaan untuk meningkatkan kapasitas permodalan peternakan di sektor 3. Kesimpulannya, sistem peternakan yang kita harapkan ke depan adalah tidak jelas apa yang akan berakhir, dan kalau sudah jelas, maka tidak bisa dilakukan dengan tangan besi. Yang dapat kita rencanakan adalah bagaimana kita mengharapkan peternakan di masa depan dapat berfungsi dan arah kebijakan apa yang diperlukan untuk mewujudkan hal tersebut.

Pembangunan akan pesat jika semua pihak berpartisipasi secara bebas sesuai perannya masing-masing dalam peta jalan pengembangan peternakan yang telah disepakati. Dalam kerangka ini, kita jelas membutuhkan RUU Pertanian yang mendukung apa yang telah dibahas di atas.

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Implementasi Program Pelayanan Berkelanjutan Inseminasi Buatan dan Gangguan Reproduksi Sapi pada Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Implementasi Program Pelayanan Berkelanjutan Inseminasi Buatan dan Gangguan Reproduksi Sapi pada Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten

Fokus Penelitian

Deskripsi Fokus Penelitian

Disposisi Disposisi merupakan karakter yang dimiliki oleh Dinas Peternakan dan Perkebunan, seperti kejujuran, pengabdian dan sifat demokratis. Apabila Dinas Peternakan dan Perkebunan memiliki karakteristik yang baik maka keberhasilan pelaksanaan program pengembangan ternak akan terlaksana dengan baik dan Dinas Peternakan dan Perkebunan akan mampu melaksanakan kebijakan tersebut secara efektif sesuai dengan yang diharapkan. Namun sebaliknya jika Dinas Peternakan dan Perkebunan mempunyai posisi sebaliknya, maka proses pelaksanaan program pengembangan peternakan tidak dapat berjalan sesuai rencana.

Struktur Birokrasi, apabila struktur organisasi Dinas Peternakan dan Perkebunan terlalu panjang maka akan menghadapi prosedur yang berbelit-belit dan rumit sehingga dapat menyulitkan masyarakat khususnya peternak. Oleh karena itu struktur organisasi Dinas Peternakan dan Perkebunan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kebijakan program pengembangan peternakan di Kabupaten Pinrang.

  • Waktu dan Lokasi Penelitian
  • Jenis dan Tipe Penelitian
  • Informan
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data
  • Keabsahan Data

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi disertai dengan pencatatan keadaan atau perilaku objek sasaran. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan (berkomunikasi langsung) secara langsung kepada responden, tergantung pada jenis data dan informasi yang diperlukan untuk penelitian ini. Reduksi data merupakan komponen pertama dalam menganalisis data yang mempersingkat, menekankan, menghilangkan, memfokuskan, dan mengorganisasikan data dengan lebih baik sehingga dapat ditarik kesimpulan peneliti.

Menurut Sugiyon, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang memadukan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. Dalam hal ini penelitian mengumpulkan dan menguji data-data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada, kemudian peneliti membandingkan hasil observasi tersebut dengan wawancara dan membandingkan hasil wawancara tersebut dengan dokumen-dokumen yang ada. Triangulasi teknis dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk memperoleh data dari sumber yang sama.

Apabila ketiga teknik pengujian reliabilitas data menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut dengan informan yang bersangkutan atau pihak lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena pandangan mereka berbeda. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara pada pagi hari ketika sumbernya masih segar dan tidak banyak masalah akan memberikan data yang lebih berharga dan karenanya lebih dapat dipercaya. Apabila hasil pengujian menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan berulang kali sampai ditemukan kepastian data.

Triangulasi juga dapat dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain yang bertugas mengumpulkan data.

Deskripsi Objek Penelitian

  • Sejarah Kabupaten Pinrang
  • Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang

Sumber kedua ini mengatakan bahwa perkampungan Pinrang yang dulunya berupa rawa-rawa yang selalu tergenang air membuat masyarakat selalu berpindah-pindah mencari pemukiman yang tidak ada genangan air, berpindah atau berpindah pemukiman dalam bahasa Bugis bahasanya disebut “PINRA - PINRA ONROANG” setelah masyarakat menemukan tempat yang baik untuk menetap, maka mereka memberikannya sebuah kota: PINRA- PINRA. Dari dua sejarah yang berbeda tersebut, lahirlah istilah yang sama yaitu “PINRA” yang kemudian dalam perkembangannya kata tersebut dipengaruhi oleh intonasi dan dialek bahasa Bugis sehingga memunculkan Pinrang yang kini diabadikan menjadi Kabupaten Pinrang. Jumlah penduduk Kabupaten Pinrang pada tahun 2017 sebanyak 372.230 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 180.586 jiwa dan perempuan sebanyak 191.644 jiwa, dengan jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Watang Sawitto sebanyak 55.972 jiwa. Rasio gender merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap perempuan. jumlah penduduk laki-laki dan perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Produksi padi di Kabupaten Pinrang mencapai 653.979 ton pada tahun 2017, ditanam dari lahan seluas 105.839 ha atau dengan produktivitas 61,79 Ku/ha.

Pada sektor perikanan Kabupaten Pinrang, produksi hasil perikanan tangkap di perairan umum pada tahun 2017 mencapai 3.571,1 ton, meningkat sebesar 0,01 persen dari tahun 2016. Visi Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang adalah mewujudkan masyarakat peternakan dan perkebunan yang sejahtera melalui pengelolaan peternakan dan perkebunan yang berkesinambungan, berkesinambungan, berdaya saing serta penggunaan teknologi tepat guna. Terwujudnya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat peternakan dan perkebunan melalui penciptaan peluang usaha peternakan dan perkebunan.

Mewujudkan pemberdayaan kelompok petani peternakan dan perkebunan melalui peningkatan persaingan dan nilai tambah produk peternakan dan perkebunan. Motto : Membangun peternakan dan perkebunan yang berkelanjutan melalui P3K (perbaikan, produksi dan mutu) untuk kesejahteraan masyarakat. Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah serta Peraturan Bupati Pinrang Nomor 46 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian kewenangan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang peternakan dan perkebunan yang menjadi tanggung jawab dan wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. .

Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner dan c) Kelembagaan, Kepegawaian dan Perkebunan. Bagian 5) Bidang Pengembangan Perkebunan terdiri atas.

Tabel 4. 1 Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Pinrang
Tabel 4. 1 Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Pinrang

Hasil Penelitian dan Pembahasan

  • Komunikasi
  • Sumber Daya
  • Disposisi
  • Struktur Birokrasi

Dengan begitu, para peternak dapat mempersiapkan diri ketika tim layanan inseminasi buatan berkunjung. Sejauh ini sudah terbentuk empat tim yang memberikan layanan inseminasi buatan kepada masyarakat. Sedangkan untuk Inovasi Pelayanan Berkelanjutan Inseminasi Buatan dan Gangguan Reproduksi Sapi (PELAN ITU BAGUS), pelaksanaannya fokus pada penciptaan sumber daya manusia dengan melakukan tahapan sebagai berikut.

Pembentukan Tim Pengembang dan evaluasi pelayanan berkelanjutan Inseminasi Buatan (AI) dan Gangguan Reproduksi Sapi di tingkat kabupaten, terdiri atas. Dari hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa beberapa peralatan yang diperlukan untuk proses inseminasi belum dilengkapi dengan baik dan proses pelayanan inseminasi buatan terkadang terhambat. Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa untuk mengambil keputusan mengenai pelayanan inseminasi buatan pada sapi, tim pelaksana pelayanan di lapangan selalu melakukan musyawarah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa tim pelaksana pelayanan sehubungan dengan pelaksanaan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi berjalan sesuai dengan standar operasional yang ditetapkan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan sesuai tujuan program. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi disusun berdasarkan struktur yang dibuat sehingga proses pelaksanaannya sangat mudah dipahami dan tidak tumpang tindih. Dalam melaksanakan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi, tugas kita adalah memberikan sosialisasi kepada masyarakat.

Sumber daya manusia yang terlibat langsung dalam implementasi inovasi Pelayanan Berkelanjutan Inseminasi Buatan dan Gangguan Reproduksi Sapi (PELAN ITU BAGUS) adalah. Agenda utama pertemuan tersebut adalah membahas strategi dalam upaya memperkenalkan layanan berkelanjutan untuk inseminasi buatan dan gangguan reproduksi pada sapi. Hasil analisis penulis mengenai sikap praktisi dalam menggalakkan program inseminasi buatan dan gangguan reproduksi untuk meningkatkan produktivitas sapi di provinsi Pinrang adalah baik.

Tabel 4. 2 Keberhasilan Program Pelan Itu Bagus dalam meningkatkan Populasi  Ternak Sapi
Tabel 4. 2 Keberhasilan Program Pelan Itu Bagus dalam meningkatkan Populasi Ternak Sapi

Kesimpulan

Struktur birokrasi melalui kerjasama antar organisasi dan berkembangnya perbedaan kepentingan antar organisasi dapat mewujudkan terselenggaranya inseminasi buatan pada peternakan sapi sehingga dapat mengurangi permasalahan reproduksi sapi di Kabupaten Pinrang.

Saran

Implementasi Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Sanksi Pelayanan Parkir Di Pinggir Jalan Umum, Lembaran Nominal. Implementasi kebijakan pemerintah kota Medan dalam pengelolaan PKL (studi kasus PKL di depan RS Santa Elisabeth Medan). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan penelitian dan pengembangan. 2014), Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Peraturan Bupati Nomor 46 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas Peternakan dan Perkebunan. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan PK tentang Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 656/Kpts/OT tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting.

UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan UU No. 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Gambar

Tabel 3. 1 Informan Penelitian .........................................................................................
Gambar 2.1 Model Implementasi Edward III  b.  Model Implementasi Grindle
Gambar 2.2 GambarModel Implementasi Grindle
Gambar 2.3 Bagan Model Implementasi Soren Winter
+5

Referensi

Dokumen terkait

The harbor extension which will be developed at the area being studied will induce several environmental impacts generated from several activities namely dredg- ing