Tn. Abdul Mustaqim., M.Ag., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan perbaikan demi kesempurnaan skripsi ini. Seluruh keluarga terutama ayah dan ibu saya, serta saudara-saudara saya yang banyak berkorban demi kelancaran studi saya. Serta semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil, khususnya teman-teman yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, tanpa pamrih, ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya.
Semoga apa yang telah penulis gali dapat memberikan tambahan dan wawasan baru dalam perkembangan Studi Tafsir. Ta' marbut}ah yang hidup atau yang diberi martabat fath}ah, kasrah dan d}ammah, transliterasinya adalah (t). Jika kata terakhir dengan ta'marbut}ah diikuti kata dengan kata sandang tertentu "al" dan bacaan kedua kata tersebut dipisahkan, maka ta'marbut}ah ditranskripsikan menjadi h}a /h/.
Namun dalam transliterasi ini, pasal dipisahkan dari pasal yang diikuti huruf syamsiyah dan pasal yang diikuti qomariyyah. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah ditransliterasikan menurut bunyinya, yaitu “al” diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang. Pasal-pasal yang diikuti huruf qomariyah ditransliterasikan menurut kaidah yang diuraikan di atas dan menurut bunyinya.
Jika diikuti dengan huruf syamsiyah atau qomariyah, maka kata sandang tertentu ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan tanda hubung.
ﻥﺇﻭﷲﺍ
Hanya kata-kata tertentu yang ditulis dengan huruf Arab saja yang biasanya digabungkan dengan kata lain karena huruf atau kata ganti bahasa Arab dihilangkan, sehingga dalam transliterasi ini penulisan kata-kata tersebut juga digabungkan dengan kata-kata lain yang mengikutinya.
ﺍﻮﻓﻭﺄﻓﻞﻴﻜﻟﺍ
ﻥﺍﺰﻴﳌﺍﻭ
ﺪﻤﳏﺎﻣﻭﹼﻻﺇ
ﻝﻮﺳﺭ
ﹼﻥﺇﻝﻭﺃ
Penggunaan huruf besar untuk Allah hanya berlaku jika tulisan Arab sepenuhnya seperti itu, dan jika tulisan itu digabungkan dengan perkataan lain sehingga ada perkataan lain, sehingga ada huruf atau nilai yang dihilangkan, maka huruf besar. tidak digunakan.
ﺮﺼﻧﻦﻣ
ﷲﺎﻌﻴﲨﺮﻣﻷﺍ
Karya-karya sebagai metode penyampaian pesan-pesan keagamaan mendapat perhatian yang cukup besar dari al-Qur'an, termasuk kisah Adam. Kisah Adam dijelaskan dalam Al-Qur'an melalui beberapa ayat, mulai dari rencana penciptaan hingga turunnya dari surga. Dari kisah tersebut terdapat berbagai permasalahan yang kemudian menimbulkan pro dan kontra bagi para mufessir dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah ini.
Metode penjelasan mawdu'i digunakan untuk mengungkap permasalahan yang berkaitan dengan kisah Adam, serta penjelasan makna kisah Adam dalam kitab Ulumul Qur'an karya Muhammad Baqir Hakim. Yang didalamnya menjelaskan tentang makna kisah Adam dan pesan moral yang dikandungnya. Pendapat pertama mengatakan bahwa kisah Adam adalah kisah simbolik, kisah yang sebenarnya tidak harus terjadi, pendapat kedua mengatakan bahwa kisah Adam adalah kisah yang benar-benar terjadi.
Dengan demikian, keberadaan kisah Adam dalam al-Qur'an merupakan kisah waqi'iyyah, kisah yang benar-benar terjadi dan bukan dongeng belaka. Terlepas dari kelebihan dan kekurangan di atas, kisah Adam 'ibrah mengandung pesan moral sehingga dapat dijadikan pelajaran dan teladan, antara lain tentang asal mula penciptaan, yang menggambarkan bahwa manusia berasal dari tanah. dan akan kembali ke asalnya. Kejatuhan Adam bukanlah kejatuhan moral tetapi transisi untuk mencapai kesadaran diri dan membangkitkan kesadaran diri yang mandiri untuk membuat pilihan antara yang baik dan yang jahat.
Oleh karena itu, para khalifah di muka bumi dituntut untuk dapat memahaminya, demi kemaslahatan dirinya dan orang lain.
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
- Rumusan Masalah
- Telaah Pustaka
- Metode Penelitian
- Sistematika Pembahasan
Kisah para nabi merupakan bahagian terbesar dari kisah-kisah yang terdapat di dalam al-Quran. Daripada jumlah keseluruhan ayat al-Quran yang terdiri daripada lebih 6300 ayat, kira-kira 1600 ayat di antaranya membicarakan tentang para nabi. Hanafi, Aspek Sastera Kisah-kisah Al-Quran (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983), hlm.
Sebagai kisah pertama dalam pelbagai kisah dalam al-Quran, kisah Adam adalah kisah yang menggambarkan kehidupan manusia yang berbeza yang memainkan peranan dalam kehidupannya dan menggambarkan dimensi kehidupan manusia yang berbeza yang boleh diambil iktibar dan teladan. Begitu juga masalah nama-nama (al asma) yang ditunjukkan dalam: al-Qur'an: "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) sepenuhnya," (Q. Pertama, dia tidak menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an. ' secara berurutan mengikut susunan ayat-ayat yang disebut dalam al-Quran tetapi meletakkan ayat-ayat tersebut pada tempatnya.
Kedua, dalam menjelaskan kisah Adam, beliau menggunakan metode penafsiran mawdhu'i (tematik), metode penafsiran ini didasarkan pada upaya untuk mengetahui setiap pandangan Al-Qur'an dalam segala bidang, baik itu agama. Baqir Hakim, kisah terpenting dalam Al-Qur'an, khususnya kisah Adam, mengangkat 'ibrah dan pesan-pesan moral yang terkandung dalam kisah tersebut. Iqbal bahwa Alquran jarang bersifat historis dalam penceritaannya, hampir selalu bertujuan untuk menyampaikan pesan moral dan makna filosofis yang bersifat universal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyampaian kisah Adam di dalam Al-Qur’an sehingga diketahui aspek yang ditekankan. Kajian tentang kisah Adam dalam al-Quran telah menjadi sesuatu yang mengkaji masalah tersebut, tetapi tidak ada seorang pun yang secara khusus menunjukkan penjelasan Muhammad Baqir Hakim dalam kitabnya "Ulumul Qur'an". Tesis Nurul Chasanah tentang kisah Adam dalam al-Quran12 (kajian analitikal perbandingan al-Razi dan al-Maraghi), Fakulti Ushuluddin, Jabatan Tafsir Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
12 Nurul Chasanah, Kisah Adam dalam Al-Qur'an, (Studi Analisis Komparatif al-Razi dan al-Maragh),i (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga. 14 Akhmad Muhyadi, Adam dalam Al-Qur'an ( Kajian Pendekatan Tafsir Tematik ), (Yogyakarta: fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga, 1997) Hanafi, dalam pembahasannya Hanafi tertarik menganalisis sistematika dan pembahasan al-Qur'an dalam menyajikan kisahnya.
Sebelum membuat analisis, penulis terlebih dahulu mengumpulkan ayat-ayat al-Quran tentang topik yang dibincangkan, kemudian membuat perbandingan antara tafsiran Muhammad Baqir Hakim terhadap ayat di atas. Bab kedua akan diungkapkan tentang teori kisah dalam al-Quran, serta biografi Muhammad Baqir Hakim akan dibentangkan secara ringkas, tanpa melupakan latar belakang kehidupan sosial dan agamanya.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Menurut Muhammad Baqir Hakim, Khalifah adalah pengganti Allah Swt di muka bumi ini, Baqir Hakim juga bersetuju dan menyokong pendapat Syeikh Muhammad Abduh bahawa manusia adalah pengganti Allah Swt dalam menghukum dan memutuskan perkara di kalangan hamba-hambanya serta kemampuan yang diberikan. kepadanya oleh Allah Swt untuk membuat keputusan yang tepat. Sebab itu manusia dijadikan khalifah di muka bumi kerana mereka mempunyai keistimewaan berupa bakat, kekuatan dan potensi yang dianugerahkan Allah SWT. Dalam menjelaskan maksud sujud ini, Muhammad Baqir Hakim menafsirkan sujud sebagai perbuatan lain yang dianggap ibadah hanya apabila disertai dengan niat dan qas} (sengaja).
Jika dilakukan karena hormat dan atas perintah Allah SWT, sujud tidak dilarang, bahkan wajib. Muhammad Baqir Hakim memaknai larangan Allah SWT yang terdapat dalam kisah Adam, sebagai larangan berupa petunjuk (irsyadi). Dengan menafsirkan kisah-kisah dalam Al-Qur'an, Muhammad Baqir Hakim menjelaskan lebih kepada tujuan dan manfaat dari kisah-kisah itu sendiri, karena dengan mengetahui tujuan dan manfaatnya, maka akan tersirat makna kisah-kisah dalam Al-Qur'an tersebut. .
Ajaran Tuhan tentang nama-nama segala sesuatu bermaksud penjelasan tentang potensi keupayaan manusia untuk mengetahui segala-galanya di dunia material, serta keupayaannya untuk mengurus dan memanfaatkannya. Tunduk malaikat kepada Adam menunjukkan kebolehan manusia memanfaatkan hukum alam untuk membangunkan alam ini melalui ilmu sunnatullah. Atau lambang kesediaan malaikat membimbing dan memelihara hati manusia mengikut perintah Allah SWT.
Dengan taubat itu, Allah swt mengubah kehidupan di muka bumi yang penuh kesusahan dan penderitaan kepada kebaikan.
Saran
Abduh, Muhammad en Muhammad Rasyid Ridha, Tafsi>r al-Mana>r, volume I, cet 2, Beiroet: Dar al-Fikr, tt. Hafid, Radhi al-, "Educative Value of Al-Qur'an Stories", Ongepubliseerde Doktorale Verhandeling Nagraads, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1995. Halimah, Ade, "Stories in the Qur'an: Comparative Study of the Views of Sayyid Qutb en Muhammad Ahmad Khalafullah”, proefskrif van die Ushuluddin-fakulteit van IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.
Idris, Morjoko, "Stories in the Koran, in Saqafiyyat", Journal of Islamic Language, Civilization and Information, Vol. Khalidy, Shalah al-, Stories of the Qur'an: Lessons from the Ancients, oversættelse, Setiawan Budi Utomo, Jakarta: Echoes of Insani Press, 1999. Munawar, Agil Husin al- og Masykur Hakim, I'jaz al-Qur 'an og fortolkningsmetodologi, Semarang: Toha Putra, 1994.
Nawawi, Abdurrahman al-, Us}u>l al-Tarbiyyah al-Isla>miyyah wa Asa>libiha> fi> al-Bait wa al-Madrasah wa al-Mujtama', Beirut: Dar al-Fikr, 1996. Qalyubi, Syihabudin, Stilistika al-Qur'an: Pengantar Orientasi Studi al-Qur'an, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997. Qattan, Mana' Khalil al-, Studi ilmu al-Qur'an, terj Mudzakir, Jakarta: Litera AntarNusa, 2001.
Razi, Muhammad Fakhruddin al-, Tafsi>r al-Fakhru al-Ra>zi> al-Musytahar bi al-Tafsi>r al-Kabi>r wa Mafa>tih} al-Gaib, Beirut: Dar al-Fikr, t.t. Shabuni, Muhammad Ali al-, al-Tibyan fi 'Ulum al-Qur'an, Beirut: Dar al-Fikr, t.t. Quraish, Mu'jizat al-Qur'an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, og Pemberitaan Gaib, Bandung: Mizan, 1997.
Syaltut, Mahmud, Tafsir al-Qur'an Pendekatan Syaltut Menemui Hakikat Al-Quran, terj.