• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

Sejauh mana keabsahan pandangan penulis buku Fiqih Lintas Agama mengenai hukum memulai salam kepada non-Muslim? Cari tahu bagaimana pandangan penulis buku fiqih lintas agama tentang hukum menyapa non-Muslim. Untuk mengetahui sejauh mana keabsahan penulis buku Fiqih Lintas Agama tentang hukum memulai salam kepada non muslim.

Serta kemampuan untuk menambah informasi tentang perbedaan pendapat para ulama' dalam menyikapi umat Islam yang mulai menyapa non-Muslim. Berdasarkan tinjauan penyusunan karya ilmiah, salam non-Muslim telah banyak dibahas, namun belum ada yang membahas pandangan penulis buku Fiqih Lintas Agama mengenai hukum salam non-Muslim.

Takhrij Hadis

Bab ini akan menjelaskan pandangan para ulama tentang bagaimana mayoritas ulama tidak memperbolehkan umat Islam untuk memulai salam kepada non-Muslim, namun ada sebagian ulama yang membolehkan memulai salam untuk non-Muslim.

لاق متيقل اذإف مَسلاب ىراص لا َو دوهيلا اؤدبت َ ملسو يلع ها ىلص ها لوسر

قيضأ َإ ورطضاف قيرط ِ م دحأ

ملسو يلع ها ىلص ها لوسر لاقدوهيلا َإ ادغ بكار يإ

م وءدبت َف

مَسلاب

اولوقف ،مكيلع اوملس اذإف

مكيلعو

Hukum Memulai Salam kepada Non Muslim dalam Pandangan Ulama Hadis di atas mempunyai perselisihan pemaknaan dari para ulama,

Imam Nawawi dan para ulama bersepakat bahawa memberi salam kepada orang bukan Islam adalah haram dan apabila menjawab salam mereka, mereka mengucapkan "wa'alaikum" atau "alaikum". Al Qurhubi berkata: “Hadis yang melarang memberi salam kepada penduduk Dzimmah terlebih dahulu bermaksud tanda penghormatan, sedangkan orang kafir tidak berhak menerimanya. 17. Hadis Abu Hurairah menyatakan: “Jangan memberi salam kepada mereka kerana ketika memberi salam!”, apabila tidak perlu memulakan salam, seperti persahabatan, perlu menghubungi mereka, jiran atau melancong.

Jumhur ulama' mengatakan bahawa yang dimaksudkan dengan salam di sini ialah musamah (damai), iaitu penyertaan, dan bukan tahiyyah (penghormatan). Ath-Tabari berpendapat bahawa makna salamu'alaika adalah keselamatan daripadaku kepada kamu, maka tidak boleh memulakan salam untuk orang kafir dahulu. Menurut Syafi'i, memberi salam kepada orang bukan Islam adalah dilarang oleh undang-undang, tetapi menjawab salam itu hanya wajib dengan lafaz wa'alaikum.

Beberapa orang percaya bahwa sebelum Perang Badar, umat Islam diperbolehkan untuk mulai menyapa non-Muslim. Hal ini disebabkan karena tidak ada perintah untuk memerangi mereka, namun ada larangan untuk memulai menyapa non-Muslim setelah Perang Badar, karena setelah Perang Badar, umat Islam dan Yahudi dan Kristen saling bermusuhan, sehingga haram bagi umat Islam untuk melakukan hal tersebut. mengatakan salam.

الااق ا ااااسُأ

Pandangan Penulis tentang Hukum Memulai Salam kepada Non Muslim Hukum mengucapkan salam kepada non Muslim menjadi perdebatan

Mayoritas ulama melarang menyapa non muslim, larangan menyapa non muslim berdasarkan hadits Nabi Muhammad S.A.W. Hadits lain yang juga memperkuat larangan menyapa non-Muslim, yaitu tentang sekelompok orang Yahudi yang datang menemui Nabi Muhammad S.A.W. Bahkan ketika berperang dengan orang-orang kafir, Islam tetap menganjurkan umarnya untuk menyapa orang-orang kafir.

Maka seorang muslim tidak boleh mulai menyapa orang kafir karena larangan Nabi Muhammad S.A.W. Ada pula yang berpendapat bahwa keumuman ini mula-mula muncul untuk kepentingan kerukunan, persatuan dan rasa saling menyayangi (mashlahat al-ta’lif), namun kemudian muncul larangan menyapa orang kafir. Posisi ini juga lemah karena bertentangan dengan hadis yang membolehkan memberi salam kepada non-Muslim.

Pendapat ketiga yang melarang menyapa non-Muslim dengan alasan bahwa larangan menyapa non-Muslim membatasi keumuman (semua orang) pada umat Islam. Hadits yang melarang membuka salam kepada Yahudi dan Nasrani muncul dalam konteks yang berbeda dengan hadis yang membolehkan membuka salam kepada Yahudi dan Nasrani. Nabi Muhammad S.A.W melarang untuk mulai memberi hormat kepada orang-orang Yahudi ketika mereka bermusuhan dan tersinggung terhadap Nabi dan umat Islam.

Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa memberi salam kepada non-Muslim merupakan ciri khasnya meskipun ucapannya tidak sopan. Imam menyapa para peserta yang semuanya beragama Kristiani, atas nama persaudaraan, persahabatan dan kehangatan. Penentuan hukum menyapa non-Muslim harus didasarkan pada kemaslahatan dan hikmah.

Biografi penulis Buku Fiqih Lintas Agama 1. Nurcholis Majid

Pada seminar agama-agama di Jawa Tengah, ketika seorang ustadz besar memberikan salam kepada peserta seminar yang semuanya beragama Kristen sebagaimana disebutkan di atas, membuktikan bahwa ada ustadz yang memperbolehkan salam kepada non-Muslim. Memperoleh gelar PhD dari IAIN Jakarta pada tahun 1995 dengan judul Kritik Desrtasi Ibnu Taimia terhadap Logika Aristoteles. Salah satu bukunya adalah IBN Al 'Arabi: Wahdat dalam Debat terbitan Paramadina, Jakarta pada tahun 1995.

Direktur Pusat Kajian Islam Yayasan Paramadina, juga Dosen Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat dan Filsafat Driyarkara serta Program Studi Keagamaan Universitas Paramadina. Banyak buku yang telah ditulisnya antara lain Agama Keadilan: Risalah Zakat (Pajak) dan Islam, Pustaka Firdaus, Jakarta tahun 1993, Islam dan Hak Reproduksi Perempuan, Mizan tahun 1997, dan menulis artikel di media massa nasional: Kompas, Republika, Suara Pembaharuan . Koran Tempo, Media Indonesia, Suara Pertama, Republika, dan telah berkolaborasi dalam banyak buku antara lain Islam Pribumi, Dialog Agama dan Realita Bacaan terbitan Airlangga tahun 2003, Bengawan Menjadi Capress (KPP, Paramadina 2003) Syariat Islam Da , Syariat Islam No, diterbitkan pada tahun 2003 oleh Paramadina.

Ia juga menulis artikel ilmiah di sejumlah jurnal, antara lain Jurnal Tashwirul Afkar, Jurnah Millah, Jurnah Kostra dan Jurnah Oase. Buku-buku yang pernah ditulisnya adalah Pemahaman Bahasa Agama terbitan Paramadina pada tahun 1996, Tragedi Raja Midas oleh penerbit yang sama pada tahun 1999. Selain menulis sejumlah buku, ia juga produktif menulis artikel di berbagai media massa seperti Kompas, Republika , Koran Tempo, Majalah Tempo, Gatra dan lain-lain.

Ketua redaksi penerbit Paramadina, redaksi majalah mingguan PESAN, program officer penelitian Ennik dan masyarakat sipil (INCIS-OTI-LP3ES) tahun 1998, terlibat dalam penelitian Fiqh Siasah (P3M) tahun 1999, kreatif tim dan pada saat yang sama. Tulisan-tulisannya sejak SMA, pelajar hingga sekarang tersebar di berbagai media massa nasional seperti Kompas, Republika. Bab kedua menjelaskan pandangan para ulama mengenai hukum menyapa non muslim, mayoritas ulama melarang menyapa non muslim.

لاق اذإف مَسلاب ىراص لا َو دوهيلا اؤدبت َ ملسو يلع ها ىلص ها لوسر

قيضأ َإ ورطضاف قيرط ِ م دحأ متيقل

Kritik atas Kritik Penulis Buku Fiqih Lintas Agama terhadap Sanad Hadis

Dalam buku Fiqih Lintas Agama, penulis mengkritik para perawi hadis mengenai larangan menyapa non muslim, penulis mengkritik Abu Hurairah dan mencari-cari kesalahan dalam mengkritik hadits yang diriwayatkannya. Tuduhan yang dilontarkan penulis buku Fiqih Lintas Agama terhadap Abu Hurairah bukanlah hal baru. Fatimah Mernissi merupakan tokoh feminis yang juga menuding Abu Hurairah seperti yang dikemukakan penulis buku Fiqih Lintas Agama.

Pengarang kitab Fiqh Lintas Agama telah merujuk kepada pendapat orang yang sama mengkritik peribadi Abu Hurairah. Pertama, pengarang kitab Fiqih Lintas menuduh Agama Abu Hurairah sebagai seorang yang lalai yang sering berkata apa yang tidak disabdakan oleh Nabi. Maka semua riwayat Abu Hurairah tidak boleh dipercayai kerana dia seorang pendusta.

Imam Asy-Syafi'i, Imam Bukhari, Abu Nu'aim dan Ibn Hajar berkata bahawa "Abu Hurairah adalah perawi hadith yang paling banyak menghafal hadith pada zamannya. Ketiga, meragui riwayat Abu Hurairah lebih daripada riwayat orang lain. Sahabat yang mula-mula mengetahui keengganan Nabi Abu Hurairah untuk bekerja dengan Umar bin Khatab sebenarnya menjadi pujian kepada Abu Hurairah.

Abu Hurairah menjawab: Kuda-kuda yang melahirkan, hadiah-hadiah (hadiah, bagian) yang silih berganti dan hasil pertanian hambaku. Dalam hal ini, penulis buku Fiqih Lintas Agama mengutip pendapat Fatimah Mernissi yang mempertanyakan hadis Abu Hurairah bahwa wanita adalah pelanggar shalat. Saat mengkritisi hadits tersebut, Fatimah Mernissi hanya fokus pada Abu Hurairah, namun jika ditelaah lebih jauh, banyak juga sahabat yang meriwayatkan hadits ini.

Kritik atas Kritik Penulis Buku Fiqih Lintas Agama terhadap Matan Hadis

Alasannya: Para penulis Fiqih Lintas Agama, dalam mengkritisi hadits yang melarang non-Muslim untuk memulai salam, hanya fokus pada cara Imam Muslim seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, tetapi jika. Pertama, hadis larangan membuka salam kepada non-Muslim, menurut penulis buku Fiqih Lintas Agama, bertentangan dengan landasan Islam yang cinta damai, dan menyapa non-Muslim untuk kemaslahatan, kerukunan, dan persaudaraan. Menurut penulis buku Fiqih Lintas Agama, hadits larangan menyapa non muslim tidak sesuai dengan ajaran akidah islam, dan ciri akidah islam adalah mencintai perdamaian baik itu perdamaian terhadap sesama muslim ataupun non-Muslim.

Firman Allah di atas menganjurkan untuk memberi salam kepada non-Muslim, meskipun non-Muslim mengucapkan kata-kata yang menghina umat Islam, kita disarankan untuk mengucapkan kata-kata yang sopan. Sebab, Islam merupakan agama damai dan aman menurut penulis buku Fiqih Lintas Agama. Imam Asy Syaithibi mencontohkan, ukuran kemaslahatan yang diwajibkan syariat dan ditolak syariat dilihat dari sudut penciptaan dunia untuk kehidupan akhirat, hal ini karena syariat ini datang untuk mengusir kaum Mukulaff dari hasutan. keinginan mereka, maka penetapan syariat itu disesuaikan dengan hawa nafsunya dan tuntutannya untuk mendapatkan kemaslahatan apapun yang terjadi.40 Allah berfirman.

Kedua, hadis larangan menyapa non-Muslim bertentangan dengan hadis lain yang menganjurkan menyapa siapa pun, baik yang dikenal maupun tidak. Orang yang bertanya kepada Rasulullah adalah orang yang pelit, dia tidak memberi salam kecuali kepada kaum muslimin yang ia kenal, padahal ia diperintahkan untuk menyebarkan salam kepada kaum muslimin agar umat Islam saling mencintai dan semakin bersatu, Rasulullah hanya mengintervensi apa yang kurang dari anggota parlemen, penanya, 41. Ketiga, Nabi Muhammad SAW menyambut kaum non-Muslim melalui suratnya kepada Raja Negus (Raja Etiopia) yang seorang non-Muslim.

Mengenai diperbolehkannya menyapa non-Muslim, menurut penulis buku Fiqih Lintas Agama, berdasarkan hadits Nabi yaitu surat yang disampaikan Nabi kepada raja Negus (Raja Etiopia) tersebut. Dalam hal ini, setelah disinggung kembali, ternyata tidak ada kata “salamun’alaik”, yang ada hanyalah pernyataan bahwa Rasulullah mengutus Amru adh-Dhamri untuk membawa dua surat Nabi kepada Negus, yang satu mengajaknya. untuk masuk Islam dan yang lainnya memintanya untuk menikah dengan Ummu Habibah binti Abu Sofyan, yang menceraikan suaminya Abdullah bin al-Asadi karena masuk Kristen. Sedangkan artikel utama yang diambil oleh penulis buku Fiqih Lintas Agama adalah sejarah yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim, kemudian juga oleh dr.

PENUTUP

Kesimpulan

Hadits larangan inisiasi salam kepada non muslim menurut penulis kitab Fiqih Lintas Agama tidak sesuai dengan ajaran nabi, karena nabi sendiri yang mengucapkan salam (assalamu'alikum) kepada non muslim. Hal ini terdapat dalam surat nabi kepada raja Negus (raja Ethiopia) yang kafir.Muslim. Setelah penulis teliti surat nabi tersebut, beliau tidak mengucapkan salam (Esselamu'alikum) melainkan (Selamun 'ala man ittiba'a al huda).

Saran

Referensi

Dokumen terkait

Berkenaan dengan hal ini, Abdul Wahhab Khallaf berpendapat bahwa nash al-Qur’an dan Hadis yang bersifat qath’i al-dalalah adalah nash yang menunjuk pada makna