PENDAHULUAN
Latar Belakang
Namun fakta sosial yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat adalah permasalahan yang berkaitan langsung dengan anak, sedangkan dalam kehidupan bermasyarakat yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, kita masih menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan penanganan anak yang diduga melakukan tindak pidana. tindakan. 4 Novelina MS dan Hutapea, 2014, “Penerapan hak diskresi polisi dalam kasus anak melakukan pencurian”, Jurnal Listrik DELIK, Vol. Dalam perkara pencurian non-kriminal, putusan pemeriksaan nomor 5/Pid.Sus-Anak/2020/PN Enr majelis hakim Enrekang yakni Muhammad Ridwan Siregar, S.H dan Wakil Panitera Ramli menyatakan anak XXXX5 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah. melakukan tindak pidana pencurian sebagaimana tercantum dalam dakwaan JPU secara umum melanggar Pasal 362 KUHP dan menjatuhkan hukuman pembinaan kepada tersangka dengan jangka waktu pembinaan selama 8 (delapan) bulan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menitikberatkan pada tindak pidana pencurian dalam keadaan yang memberatkan dan meringankan serta alasan atau latar belakang penulis mengangkat judul “kasus pencurian anak di bawah umur dalam perkara no.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Meningkatkan pengetahuan intelektual tentang hukum khususnya di bidang pidana pencurian anak di bawah umur dan membawa hasil penelitian terhadap perkembangan hukum pidana pencurian di bawah umur.
TINJAUAN PUSTAKA
- Tinjauan penelitian Relevan
 - Tinjauan Teori
 - Pemidanaan
 - Teori-teori Pemidanaan
 - Teori Tazir
 - Kerangka Konseptual
 - Analisis
 - Hukum Pidana Islam
 - Tindak Pidana
 - Pencurian
 - Anak
 - Kerangka Pikir
 
Secara etimologi, ta'zir berasal daripada kata kerja azar, yang bermaksud mencegah, menghormati dan memperbaiki. Menurut Wahbah Zuhalili, takrifan ta’zir ialah hukuman bagi perbuatan maksiat atau jinyah yang tidak dikenakan hukuman had atau penebusan dosa. Menurut al-Mawardi dalam kitab al-Ahkam al-sul-thaniyah, ta'zi>r adalah ajaran terhadap pelaku maksiat yang tidak diatur oleh hudud.
Jika syarat tersebut tidak dipenuhi, maka mereka akan dihukum lagi, namun bukan dengan potong tangan melainkan dengan ta'zi>r.
METODE PENILITIAN
- Jenis Penelitian
 - Lokasi dan Waktu Penelitian
 - Fokus Penelitian
 - Jenis dan Sumber Data
 - Teknik Pengumpulan
 - Teknik Analisis Data
 
Sedangkan jika anak tersebut terbukti melakukan tindak pidana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum dan dapat dimintai pertanggungjawaban. Menimbang karena tidak terpenuhinya salah satu unsur Pasal 363 ayat (1) angka 3 dan 4 KUHP, maka anak tersebut tidak dapat dinyatakan terbukti melakukan tindak pidana dengan kualifikasi yang ditentukan dalam dakwaan umum tunggal. Jaksa. Analisis Hukum Pidana Islam atas tindak pidana pencurian dalam Kajian Nomor 5/Pid.Sus-Anak/2020/pn Enr Kajian Putusan Nomor 5/Pid.Sus-Anak/2020/pn Enr.
Contoh kasus pidana pencurian anak, Terdakwa XXXX26, dalam perkaranya terdapat 4 orang saksi yaitu Nasrul Aslias Asrul bin Nasir, Nasri alias Acci bin Nasir, Sahrul alias Accu bin Baharuddin dan Sardi Idris alias Suardi bin Muhammad Idris, empat orang saksi tersebut melihat peristiwa pencurian tersebut, terdakwa. Atas nama anak XXXX, ia dinyatakan bersalah dan mengakui Palaku melakukan tindak pidana pencurian dengan mencuri mobil dan sejumlah uang. Dalam hukum pidana Islam, apabila terjadi tindak pidana pencurian yang tidak dapat dibuktikan oleh saksi dan pelaku tidak mengakuinya, maka dapat dibuktikan dengan sumpah.
Kedua, sebagaimana telah dikemukakan, pengambilan secara rahasia tidak dapat dianggap sebagai tindak pidana pencurian jika dilakukan dengan sepengetahuan pemiliknya. Orang yang melakukan tindak pidana pencurian harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, sanksi hukuman potong tangan dilakukan oleh penguasa yang sah. Dalam analisis kasus hukum pidana Islam tindak pidana pencurian, kajian putusan nomor 5/Pid-Sus-Anak/2020/PN Enr.
Analisis hukum pidana Islam terhadap tindak pidana pencurian dalam kajian putusan nomor 5/Pid.Sus-Anak/2020/pn Enr. Tinjauan Hukum Pidana Islam atas Putusan Pengadilan Negeri Batam Nomor: 899/Pid.B/2018/Pn.Btm tentang tindak pidana penguntitan yang mengakibatkan luka berat.
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap Anak
Menimbang bahwa hakim kemudian akan mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta hukum di atas, anak tersebut dapat dinyatakan melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya; Mengingat anak tersebut telah dituntut oleh Kejaksaan dengan dakwaan tunggal sebagaimana diatur dalam Pasal 363 ayat 1 KUHP. 1, 3 dan 4 yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut. Menimbang bahwa unsur tersebut dapat dibedakan menjadi 2 (dua) sub unsur, yaitu pertama, kesesuaian badan hukum yang didakwa, dan kedua, apakah badan hukum tersebut telah melakukan tindak pidana dan dapat dimintai pertanggungjawaban; Mengingat setibanya di Enrekang pada Senin 13 Juli 2020, saksi Suardi sedang mencari warung di pinggir jalan yang sepi pengunjung. Setelah saksi Suardi menemukan loket yang dimaksud, saksi Nasrul meminta saksi Suardi berhenti, sehingga saksi Suardi memarkir mobilnya di depan loket, persis di seberangnya.
Mengingat sekitar pukul 09.30 WITA, setelah mobil diparkir, Saksi Nasrul keluar dan masuk ke warung makan Saksi Hj. Mengingat unsur “sengaja” dalam unsur ini adalah perbuatan yang dilakukan dengan sadar dan tanpa tekanan atau tekanan apa pun. Menimbang bahwa sesuai dengan fakta hukum yang terungkap dalam persidangan, meskipun tujuan perjalanan dari Makassar ke Tana Toraja adalah untuk melakukan tindak pidana, namun anak tetap ingin ikut serta meskipun terjadi pembagian peran dan anak itu menyetujui hal ini.
Oleh karena itu, hakim menilai anak secara sadar dan tanpa tekanan meminta dan mengetahui perbuatan saksi Nasrul yang mengambil barang milik orang lain atau mencuri, karena terlihat juga tidak ada penolakan dari anak atas perbuatan tersebut. Mengingat unsur “memiliki” dalam unsur ini dapat diartikan sebagai segala penguasaan terhadap barang tersebut, melakukan tindakan terhadap barang tersebut seolah-olah dialah pemiliknya padahal dia bukan pemiliknya. Mengingat di dalam KUHP sudah terdapat pengertian “malam”, yaitu pada Pasal 98 KUHP yang menyebutkan “malam” adalah antara matahari terbenam dan matahari terbit.
Mengingat, berdasarkan fakta hukum yang terungkap dalam persidangan dan tertuang jelas dalam dakwaan JPU, peristiwa tersebut terjadi pada Senin, 13 Juli 2020, sekitar pukul 09.30 WITA di sebuah warung makan milik saksi Hj. Perlu diingat bahwa elemen "malam" pada elemen ini merupakan elemen dasar dan bukan elemen alternatif.
Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Tindak Pidana Pencurian
Tujuannya agar pelaku tidak dapat mengulangi perbuatannya dan menyadari bahwa perbuatan tersebut dilarang oleh Allah SWT. Pelaku cilik Enrekang XXXX bersama saksi NASRUL alias ASRUL bin NASIR, saksi NASRI alias ACCI bin NASIR, saksi SAHRUL alias ACCUL bin BAHARUDDIN, saksi SARDI IDRIS alias SUARDI bin MUHAMMAD IDRIS singgah di sebuah stand makanan untuk sarapan. Beberapa menit kemudian, saksi NASRUL alias ASRUL bin NASIR kembali ke mobil dan langsung menceritakan kepada pelaku anak XXXX, saksi NASRI alias ACCI bin NASIR, saksi SAHRUL alias ACCUL bin BAHARUDDIN, saksi SARDI IDRIS alias SUARDI bin MUHAMMAD IDRIS sambil berkata: “THE MAKI PERTAMA LANJUTKAN”.
Dalam perjalanan pulang ke Makassar, pelaku anak XXXX bersama saksi NASRUL alias ASRUL bin NASIR, saksi NASRI alias ACCI bin NASIR, saksi SAHRUL alias ACCUL bin BAHARUDDIN, saksi SARDI IDRIS alias SUARDI bin MUHAMMAD IDRIS, tepat di depan tiang. . kemudian dia dihentikan oleh polisi dan digeledah, lalu semua orang ditahan di bawah Kantor Polisi Enrekang; Bahwa maksud dan tujuan pelaku cilik XXXX bersama-sama dengan saksi NASRUL alias ASRUL bin NASIR, saksi NASRI alias ACCI bin NASIR, saksi SAHRUL alias ACCUL bin BAHARUDDIN, saksi SARDI IDRIS alias SUARDI bin MUHAMMAD IDRIS mengambil benda tersebut. nilai uang milik saksi korban Hj. Apabila tindak pidana pencurian tidak dapat dibuktikan dengan unsur-unsur dan syarat-syaratnya, maka pencurian dapat diancam dengan dua pidana, yaitu ganti rugi atas barang yang diambil atau pembebasan.
Hukuman ta’zi>r berlaku pada semua tindak pidana dan syarat seseorang patut dipidana ta’zi>r adalah ia harus baliq, rasional dan mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dalam hukum pidana Islam khususnya ta’zi>r lebih cenderung dikembangkan sanksinya, terbukti bahwa seorang hakim mampu menentukan sanksi menyikapi perkembangan zaman, seorang hakim dapat menjatuhkan hukuman penjara kepada pelakunya. suatu tindak pidana tergantung pada berat atau ringannya tindak pidana yang dilakukan oleh anak tersebut. Dalam hal ini hakim juga mempertimbangkan perbuatan tersangka yang melakukan tindak pidana pencurian di suatu toko pada pagi hari dengan cara membantu temannya mengambil sejumlah uang, sehingga perbuatan pelaku meresahkan masyarakat dan menimbulkan kerugian. yang disebabkan oleh korban.
Tindak pidana pencurian merupakan suatu perbuatan yang sangat meresahkan masyarakat dan dapat merugikan, apalagi jika pelaku kejahatan tersebut adalah anak-anak. Surya Reni, 2018, Klasifikasi Tindak Pidana Hudud dan Saksinya Dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam, vol.
PENUTUP
Kesimpulan
Pertimbangan hakim dalam memutus tindak pidana terhadap anak di bawah umur dalam putusan no. 5/Pid.Sus-Anak/2020/PN Enr. Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan pidana kepada terdakwa dalam putusan perkara nomor 5/Pid.Sus-Anak/2020/PN Enr dengan ditemukan barang bukti 1 (satu) buah mobil Toyota Avanza warna putih, 1 (satu) buah mesin SNTK, uang tunai Rp. 1) tas salempang hitam, 2 buah plat mobil, 1 (satu) buah tas berwarna coklat kombinasi orange dan 1 (satu) buah tas berwarna coklat. Oleh karena itu, hakim memvonis terdakwa selama 8 (delapan) bulan di Pusat Pembinaan Anak Khusus Maros (LPKA).
Jadi kesimpulannya adalah anak yang melakukan pencurian menurut syariat Islam tidak mendapat sanksi potong tangan, melainkan hanya dapat diberikan teguran atau larangan atas kesalahannya sebagai upaya untuk membimbingnya agar anak tersebut tidak melakukan perbuatan tersebut. ulangi lagi. Setelah ditelaah secara mendalam, ditemukan bahwa baik hukum positif yang berlaku di Indonesia maupun hukum Islam memberikan kedudukan khusus terhadap anak di bawah umur yang melakukan pencurian. Dalam hukum positif, pidana bagi anak yang melakukan pencurian adalah setengah dari ketentuan pidana Pasal 362 KUHP, sedangkan dalam hukum Islam, anak yang melakukan pencurian tidak mendapat pidana potong tangan, melainkan hanya mendapat hukuman potong tangan. peringatan atau pembatasan.
Saran
Sebagai aparat penegak hukum, kita berharap dapat menghukum pelaku seadil-adilnya dan memberikan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya, sehingga pelaku tidak dapat mengulangi perbuatannya lagi. Bakhri Syaiful, 2009 Hukum Pembuktian dalam Praktek Praperadilan Pidana, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Hukum (P3IH), Jakarta. Suwandi dan Basrowi, 2020, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Besar Bahasa Kamus Indonesia.
Dr. Mardani, 2019, Islamisk strafferet, Jakarta: Prenada Media Group Eddy Os Hiariej, 2012, Teori og bevisret. Subagyo Joko, 2006 Research Methods, Practice Theory, Jakarta: Rineka Cipta Sudarsono, 2021 Principles of Islamic Law.