• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Ekonomi Islam Program Studi Ekonomi Syariah

Disusun oleh:

Oktavia Indrawati NIM: 083144081 Dosen Pembimbing:

Nikmatul Masruroh M.E.I NIP: 19820922 2009901 2 005

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

APRIL 2019

(2)
(3)
(4)

Artinya: “Dari „Ashim Ibn „Ubaidillah dari Salim dari ayahnya, Ia berkata bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Sesungguhnya Allah menyukai orang mukmin yang berkarya.” (H.R. Al- Baihaqi).1

1 Al-Baihaqi. Abi Bakr Ahmad ibn al-Husain ibn Ali, Sunan al-Kubro, Juz 7, (Bairut: al-Kutub al-

‘Ilmiyah,1344) hlm 402.

(5)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang senantiasa melimpahkan melimpahkan kemurahan-Nya dan memberikan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini, serta syafaat Rasulullah Muhammad SAW. Karya sederhana ini saya persembahkan kepada:

1. Ayahanda Moh. Yasin dan Ibunda Utami tercinta yang selalu berjuang serta sanantiasa mengiringi langkah ini dengan segala do’a dan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Julia Citra Anggraini, adik yang juga selalu mendo’akan saya kelancaran skripsi ini.

3. Seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dalam penyelesaian studi ini.

4. Sahabat-sahabat K2 Ekonomi Syariah seperjuangan angkatan 2014 yang selalu memberikan semangat dan dorongan untuk selalu optimis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Sahabat-sahabat seperjuangan yang seatap dengan saya Eva, Bela, Dias, Citra, Eni, yang selalu memberikan semangat dan membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

(6)

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang mengambil judul “ Ekonomi Kreatif Bank Sayur Di Dusun Sambungrejo Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi”.

Tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebahagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.E) bagi mahasiswa program S-1 Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam ,Institut Agama Islam Negeri Jrmber. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama kepada yang saya hormati:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, S.E, MM. selaku Rektor IAIN Jember yang telah memberikan segala fasilitas yang membantu kelancaran atas terselesainya penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Moch. Chotib, S.Ag., MM. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Jember.

(7)

4. Ibu Nikmatul Masruroh, M.E.I selaku Ketua Prodi Ekonomi Syariah dan sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar meluangkan waktu dan pemikiran untuk memberikan ilmu dan pengarahan penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Ahmadiono, M.E.I. selaku DPA (Dosen Pembimbing Akademik) saya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Jember.

6. Segenap penguji yang telah berkenan menguji skripsi ini.

7. Bapak Sugiarto, selaku ketua Bank Sayur dan semua anggota kelompok tani yang telah memberikan data untuk melengkapi skripsi ini.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonoomi dan Bisnis Islam khususnya yang telah memberikan ilmu kepada penulis sehingga dapat mengetahui apa yang tidak diketahui.

Akhir kata penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak dan apabila ada yang tidak tersebutkan penulis mohon maaf, dengan besar harapan skripsi yang telah ditulis oleh penulis ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca. Bagi yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini semoga amal dan kebaikannya mendapat balasan yang belimpah dari Allah SWT. berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Jember, 22 Maret 2019 Penulis

(8)

Kabupaten Banyuwangi.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi berupaya menjaga kualitas perekonomiannya dengan memacu pertumbuhan, dengan tetap mengendalikan laju kenaikan harga barang (inflasi). Strategi itu bertumpu pada pengembangan pertanian, infrastruktur, dan pariwisata. Gemah ripah loh jinawi yang artinya kekayaan yang melimpah yang terbukti di Banyuwangi.Dari hal tersebut warga Dusun Sambungrejo desa Bayu kecamatan Songgon, Banyuwangi mempunyai ide menarik agar masyarakat bisa menabung untuk kepentingan bersama. Sistem menabung bersama ini tidak langsung dalam bentuk uang. Melainkan harus merawat sayur terlebih dahulu dengan pemanfaatan lahan di rumah masing- masing warga. Hasil panennya kemudian menjadi tabungan bersama yang diberi nama “Bank Sayur”.

Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah: 1.Bagaimana pemberdayaan Bank Sayur di Dusun Sambungrejo Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi?. 2.Bagaimana implikasi Perwujudan Ekonomi Kreatif “Bank Sayur” bagi warga Dusun Sambungrejo Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi?

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:1. Mengetahui pemberdayaan perwujudan ekonomi kreatif “Bank Sayur” di Dusun Sambungrejo Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi. 2. Mengetahui implikasi perwujudan ekonomi kreatif “Bank Sayur” bagi warga Dusun Sambungrejo Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi.

Metode yang dipakai metode penelitian kualitatif. Jenis: studi kasus.

Teknik pengumpulan data: wawancara, observasi, dokumentasi. Teknik penentuan subjek penelitian: teknik purposive. Lokasi penelitian: Di Dusun Sambungrejo Desa Bayu Kecamatan Songgon Banyuwangi. Teknik analisis data: deskriptif analisis. Uji keabsaan data: triangulasi sumber.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu 1. Ekonomi kreatif yang dikembangkan masuk pada jenis industri kreatif dibidang kuliner dengan kategori the creative community, yakni pemanfaatan SDA dengan konsentrasi pada pekerjaan kreatif. Melalui pemberdayaan kas RT dan pemberdayaan warga RT untuk menanam sayuran dan diolah menjadi aneka makanan. Pemberdayaan dilakukan melalui pengelolaan inovatif dan kreatif. Terbukti dari sayur seledri, bawang prei, cabai, terong diolah menjadi ladrang, mie ayam, kopi, dan sale. 2.

Implikasi Ekonomi Kreatif Bank Sayur Di Dusun Sambungrejo Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi, yaitu adanya warga yang tidak bekerja sekarang sudah bekerja. Ada juga warga yang lansia yang menganggur tidak ada pekerjaan sekarang bisa di rumah dengan merawat tanamannya.

Pendapatan warga masyarakat menjadi bertambah.

Kata kunci: ekonomi kreatif, bank sayur

(9)

Oktavia Indrawati, Nikmatul Masruroh, M.E.I., 2019: Embodiment of the Creative Economy Vegetable Bank Sambungrejo, Bayu , Songgon , Banyuwangi.

The Banyuwangi Regency Government (Pemkab) seeks to maintain the quality of its economy by spurring growth, while still controlling the rate of rising goods prices (inflation). The strategy is based on the development of agriculture, infrastructure, and tourism. Gemah ripah loh jinawi which means abundant wealth is proven in Banyuwangi.

From this, residents of Sambungrejo, Bayu, Songgon, Banyuwangi have interesting ideas so that people can save for mutual interests. This joint saving system is not directly in the form of money. Instead, they must take care of the vegetables first by utilizing land in the homes of each citizen. The crop then becomes a joint savings that is given the name

"Vegetable Bank".

The focus of the research in this paper is: 1. How to empower Vegetable Banks in Sambungrejo, Bayu, Songgon, Banyuwangi?. 2. What are the implications of the Realization of the Creative Economy "Vegetable Bank" for the residents of Sambungrejo, Bayu, Songgon, Banyuwangi?

Based on the background and focus of the research above, the objectives to be achieved from this study are: 1. Knowing the management and development of the creative economic embodiment of "Vegetable Banks" in Sambungrejo, Bayu, Songgon, Banyuwangi . 2. Knowing the implications of the embodiment of the creative economy

"Vegetable Bank" for the residents of Sambungrejo, Bayu, Songgon, Banyuwangi.

The method used is qualitative research methods. Type: case study. Techniques for collecting data: interviews, observation, documentation. Techniques for determining research subjects: purposive techniques. Research location: In Sambungrejo, Bayu, Songgon Banyuwangi. Data analysis technique: descriptive analysis. Test the validity of the data: source triangulation.

The conclusion of this study is that the creative economy was developed into the creative industry in the creative community category, namely the use of natural resources by concentrating on creative work. Through the empowerment of RT cash and empowerment of RT residents to grow vegetables and be processed into various foods.

Empowerment is carried out through innovative and creative management. Evident from celery vegetables, leek, chili, eggplant processed into ladrang, chicken noodles, coffee, and sale. The Creative Economic Implications of Vegetable Banks in Sambungrejo, Bayu, Songgon, Banyuwangi, namely the presence of residents who are not working now are working. There are also elderly citizens who are unemployed, no jobs can now be at home by caring for the plants. Community income increases. Education is increasing from the past, only maximal junior high school graduates are now on a higher level.

Keywords: creative economy, vegetable bank

(10)

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Kajian Teori ... 16

1. Ekonomi Kreatif ... 16

(11)

4. Pemberdayaan Ekonomi Kreatif ... 32

5. Ekonomi Kreatif Menurut Perspektif Islam ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 40

B. Lokasi Penelitian ... 41

C. Subyek Penelitian ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Analisis Data ... 45

F. Keabsahan Data... 46

G. Tahap-Tahap Penelitian ... 47

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Obyek Penelian... 48

1. Sejarah Dan Asal-Usul Desa Bayu ... 48

2. Lokasi/ Letak Geografis Desa Bayu ... 50

3. Visi Dan Misi Desa Bayu... 51

4. Struktur Organisasi Desa Bayu... 53

B. Penyajian Data Dan Analisis Data ... 56

1. Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Bank Sayur Dusun Sambungrejo Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi ... 57

(12)

Banyuwangi ... 67 C. Pembahasan Temuan ... 69 1. Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Bank Sayur Dusun Sambungrejo

Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi .... 70 2. Implikasi Ekonomi Kreatif Bank Sayur Bagi Warga Dusun

Sambungrejo Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten

Banyuwangi ... 74 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 79 B. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pernyataan Keaslian Tulisan 2. Matrik Penelitian

3. Pedoman Penelitian 4. Jurnal Penelitian

5. Surat Izin Penelitian dari IAIN Jember

6. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Balai Desa Wringinputih Muncar Banyuwangi

7. Dokumentasi Penelitian 8. Biodata Peneliti

(13)

2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 15

(14)

1.1 Struktur Organisasi Desa Bayu ... 52

(15)

A. Latar Belakang

Cara suatu masyarakat mengatur kehidupan ekonominya disebut sistem ekonomi atau tata ekonomi. Ada pula yang mengartikan bahwa sistem ekonomi itu merupakan keseluruhan lembaga ekonomi yang dilaksanakan atau dipergunakan oleh suatu bangsa atau negara dalam melakukan kegiatan ekonominya. Lembaga ekonomi yang dimaksudkan di sini adalah berupa pedoman, aturan atau kaidah yang dipergunakan masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi (produksi, distribusi dan konsumsi). Lembaga ekonomi tersebut ada yang bersifat tertulis seperti undang-undang, peraturan pemerintah, instruksi presiden, dan sebagainya. Ada pula yang bersifat tidak tertulis seperti kebiasaan, adat-istiadat, cara-cara yang biasa dilakukan suatu masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi.2

Jadi, perangkat kelembagaan ini meliputi cara kerja, mekanisme hubungan hukum, peraturan-peraturan perekonomian, dan norma-norma lain yang tertulis maupun tidak tertulis yang berkaitan dengan kegiatan ekonominya. Suatu sistem ekonomi tidaklah berdiri sendiri, sebab berkaitan dengan falsafah atau pandangan hidup masyarakatnya. Sebuah sistem ekonomi sesungguhnya merupakan salah satu unsur saja dalam sistem kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, sistem ekonomi merupakan bagian dari kesatuan ideologi kehidupan bermasyarakat pada suatu negara atau

2 http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/35471/sistem-perekonomian- indonesia.pdf.

(16)

bangsa. Sistem ekonomi yang dianut suatu negara biasanya bersifat khas.

Untuk membedakannya dengan sistem ekonomi yang diterapkan oleh negara lain, bisa digunakan sudut pandangan yang menyangkut :

1. Sistem pemilikan sumber daya atau faktor-faktor produksi 2. Kebebasan masyarakat untuk saling berkompetisi satu sama lain 3. Peranan pemerintah dalam mengatur kehidupan ekonomi3

Ekonomi kreatif saat ini mulai tumbuh dan berkembang menjadi sektor ekonomi yang memiliki peranan penting bagi perekonomian di Indonesia.

Pada tahun 2014, ekonomi kreatif diperkirakan telah berkontribusi sebesar 7,1% terhadap PDB nasional, menyediakan 12 juta tenaga kerja, dan memberikan kontribusi perolehan devisa negara sebesar 5,8%. Dalam lima tahun ke depan, sektor ini ditargetkan memiliki kontribusi terhadap PDB nasional mencapai 12%, 13 juta tenaga kerja, dan kontribusi ekspor mencapai 10%. Mencermati perkembangan ekonomi kreatif sebagaimana dipaparkan di atas, maka perkembangan dan pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia secara kolektif perlu diintegrasikan kedalam sistem perekonomian Indonesia secara utuh, sehingga Indonesia memiliki ketahanan ekonomi sekaligus ketahanan budaya.4

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi berupaya menjaga kualitas perekonomiannya dengan memacu pertumbuhan, dengan tetap mengendalikan laju kenaikan harga barang (inflasi). Strategi itu bertumpu pada pengembangan pertanian, infrastruktur, dan pariwisata. Gemah ripah loh

3 Ibid.,1.

4 Arina Romarina, Economic Resilience Industri Kreatif Gunamenghadapi Globalisasi dalam rangka ketahanan Nasional, Jurnal Ilmu Sosial, Vol. 15, No. 1, Febuari 2016, h. 38-39.

(17)

jinawi yang artinya kekayaan yang melimpah yang terbukti di Banyuwangi.

Bagaimana tidak, segala macam tanaman seperti terong, seledri, bawang pre, cabai di lahan pertanian di kecamatan Songgon. Hasil panen daerah tersebut mampu memenuhi kebutuhan pasar, bukan hanya lokal Banyuwangi, melainkan menembus pasar di Pulau Dewata.5

Dari hal tersebut warga Dusun Sambungrejo desa Bayu kecamatan Songgon, Banyuwangi mempunyai ide menarik agar masyarakat bisa menabung untuk kepentingan bersama. Sistem menabung bersama ini tidak langsung dalam bentuk uang. Melainkan harus merawat sayur terlebih dahulu dengan pemanfaatan lahan di rumah masing-masing warga. Hasil panennya kemudian menjadi tabungan bersama yang diberi nama “Bank Sayur”. Ide itu bermula saat Ketua RT, Ahmad Fadli, sedang berkumpulan bersama warganya. Dia merasa, budaya menabung yang masih rendah di desanya bisa diatasi melalui program kelompok Bank Sayur ini. Bank Sayur ini menanam di setiap lahan rumah warga. Daripada ngerumpi, nongkrong-nongkrong saja, lebih baik membersihkan rumput, dan merawat tanaman. Jadi orang-orang di sana menabung tidak memakai uang melainkan memakai sayuran yang sudah ditanam di rumah masing-masing warga. Menariknya semua biaya mulai dari polibag, bibit, perawatan sampai panen dilakukan oleh kelompok Bank Sayur.

Semua warga tidak perlu mengeluarkan biaya penanaman, namun cukup menyediakan lahan kosong dirumahnya dan ikut merawat tanamannya.

Tempatnya bisa di samping atau halaman rumah. Sedangkan saat masa panen

5 www.kabarbanyuwangi.info/tiap-hari-sayur-banyuwangi-penuhi-bali-.html

(18)

sayuran tersebut, warga tidak boleh menjual sendiri. Semua harus melalui kelompok Bank Sayur. Tujuannya, untuk mempersatukan petani agar persoalan harga jual tidak dipermainkan tengkulak. Jadi kalau panen, cara menjualnya harus lewat Bank Sayur. Nanti ada pembukuan dan pembagiannya 50 persen untuk warga, sisanya masuk ke kas Bank Sayur, nantinya akan kembali untuk kebutuhan penanaman dan perawatan. Seperti pembibitan, pengobatan, dan perawatan. 6

Modal awal untuk melakukan pembibitan, penanaman sampai perawatan mulanya dibiayai secara pribadi oleh Fadli. Dia menyadari bahwa butuh langsung di beri praktek, bukan hanya sebatas teori. Saat ini, dari anggota 15 anggota relawan Bank Sayur, sudah berhasil melakukan penanaman perdana pada 17 Agustus 2017 sejumlah 200 tanaman. Sebagai awalan sekaligus memperingati HUT RI ke 71. Dari total warga di RT 01, RW 01 yang berjumlah 37KK, saat ini sudah 90% tertarik untuk bergabung. Penanaman dan pembibitan kedua ada 3500 tanaman. Semua warga di RT 01 sudah sepakat untuk melakukan pembibitan dan penanaman sayuran tersebut.

Bahkan dusun lain juga sudah ingin bergabung program ini.

Jenis sayuran yang ditanami untuk sementara ini berupa sayuran, seledri, terong, cabai, dan semua yang dibutuhkan masyarakat. Meskipun warga yang menyediakan lahan sayuran tidak diperbolehkan menjual sendiri, namun bisa memanfaatkan sayur-sayuran tersebut untuk dimasak. Hasilnya, warga bisa meminjam uang ke Bank Sayur dengan maksimal Rp 100.000. Satu untuk

6 Sugiarto, wawancara, Banyuwangi, tgl 25 November 2017.

(19)

tabungan, dan setiap tabungan bisa pinjam uang paling besar seratus ribu rupiah. Tanpa bunga, dan satu bulan harus kembali. Untuk sementara, terkait perawatan sayuran, memang sudah ada bagian perawatan sendiri. Karena warga ada yang mau merawat dan ada juga yang tidak mau merawat. Jadi tujuannya untuk membantu masyarakat dalam peningkatan ekonominya.

Semua biaya tidak meminta sumbangan dari siapun.7

Dari hasil panen tersebut diolah lagi menjadi camilan. Seperti seledri digunakan untuk stick seledri. Dan ada lagi yang di produksi oleh bank sayur diantaranya keripik sale gedhang, kopi gedhe, dan bagiak pandan wangi. Ada juga paket wisata yaitu wisata air terjun Pertemon, nandur sayur, makani wedhus, goreng kopi, mlaku nong sawah, blolang nok alas/metik pakis, matuk getah, dan kampung sayur. Beberapa juga wisatawan yang kesana untuk melihat langsung keadaan disana. Dari wisatawan lokal maupun mancanegara.8

Dari latar belakang di atas maka penulis tertarik mencoba mengambil judul “Perwujudan Ekonomi Kreatif “Bank Sayur” Di Dusun Sambungrejo Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, dapat ditemukan fokus penelitian yang dirumuskan sebagai berikut9:

7 m.merdeka.com/banyuwang/info-banyuwangi/kreatif-warga-banyuwangi-bikin-bank-sayur- 160910xhtml (diakses pada tanggal 15 Juli 2018 pukul 10.00).

8 www.banksayur.com, (diakses tanggal 15 Juli 2018 pukul 10.40).

9 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R&D (Bandung:ALFABETA,2014),290.

(20)

1. Bagaimana pemberdayaan Bank Sayur di Dusun Sambungrejo Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi?

2. Bagaimana implikasi dari perwujudan ekonomi kreatif “Bank Sayur” Bagi Warga Dusun Sambungrejo Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi?

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pemberdayaan perwujudan ekonomi kreatif “Bank Sayur” di Dusun Sambungrejo Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi.

2. Mengetahui implikasi yang terjadi perwujudan ekonomi kreatif “Bank Sayur” di Dusun Sambungrejo Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi.

D. Manfaat

1. Ilmu Pengetahuan

Melengkapi kajian tentang ekonomi kreatif dengan mengungkap apa saja dampak yang terjadi dalam ekonomi kreatif.

2. Manfaat Secara umum hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu ekonomi khususnya ekonomi kreatif. Manfaat khusus bagi ilmu pengetahuan yakni dapat Praktis

(21)

a. Bagi pihak Pengelola Bank Sayur

Diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi dan sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan kualitas produk- produk yang ada.

b. Bagi Mahasiwa

Penulisan ini dapat menjadi bahan referensi pembaca dan peneliti lainnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan diharapkan dapat menjadi bahan penambah wawasan dalam dunia perekonomian.

c. Bagi Penulis

Agar dapat menjadi media dalam menerapkan semua ilmu yang didapat di dalam perkuliahan, sebagai alat analisis, mengaplikasikan teori, dan dalam persiapan dalam menghadapi dunia kerja.

d. Bagi bagi Lembaga IAIN Jember

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang ekonomi kreatif yang mampu bersaing di mancanegara.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah yaitu berisi tentang istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalah pahaman makna istilah sebagaimana yang dimaksud oleh peneliti.10 Adapun penelitian yang berjudul Perwujudan Ekonomi Kreatif “Bank Sayur”

di Dusun Sambungrejo Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten

10 Basrowi Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif.(Jakarta:PT Rindu Citra),45.

(22)

Banyuwangi. Akan dijelaskan makna dari masing-masing kata yang terdapat dalam judul penelitian tersebut.

1. Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep di ekonomi baru yang mengintensifikasikan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dengan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang sama.11

2. Bank sayur adalah suatu kelompok usaha untuk meningkat perekonomian warga masyarakat dan membudayakan menabung bersama.

Maksud judul yang diambil ide menarik masyarakat Sambungrejo bisa menabung untuk kepentingan bersama. Sistem menabung bersama ini tidak langsung dalam bentuk uang. Melainkan harus merawat sayur terlebih dahulu dengan pemanfaatan lahan di rumah masing-masing warga. Hasil panennya kemudian menjadi tabungan bersama yang diberi nama “Bank Sayur”.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam mempelajari materi ini, penting adanya sebuah sistematika pembahasan. Adapun sistematika ini dirancang menjadi lima bab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah yang perlu dikemukakan gambaran keadaan yang sedang terjadi selanjutnya dikaitkan peraturan/kebijakan, perencanaan, tujuan, teori, pengalaman, sehingga terlihat adanya kesenjangan yang merupakan masalah. Fokus penelitian merupakan

11 Mari Elka Pangestu, Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, (Jakarta: Departemen Perdagangan RI, 2008), 1.

(23)

batasan masalah, yaitu peneliti tidak akan melakukan penelitian keseluruhan yang ada pada obyek atau situasi sosial tertentu, tetapi perlu menentukan fokus. Tujuan penelitian adalah untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan. Manfaat penelitian diharapkan memiliki manfaat yang teoritis maupun praktis, maka dapat berguna untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan suatu gejala. Definisi istilah menjelaskan pengertian judul penelitian yang diteliti serta sitematika pembahasan.

Bab II kajian kepustakaan, membahas mengenai penelitian terdahulu yang menjelaskan penelitian-penelitian terdahulu yang pernah diteliti peneliti terdahulu yang hampir sama dengan penelitian yang akan diteliti. Kajian teori merupakan studi kepustakaan yang terkait dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Teori yang dikemukakan dalam skripsi, akan sangat bergantung pada fokus penelitian yang diterapkan oleh peneliti.

Bab III Metode Penelitian, memaparkan tentang pendekatan dan jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Lokasi penelitian yaitu tempat dimana situasi sosial tersebut akan diteliti, subyek penelitian ini yaitu subyek apa yang akan diteliti peneliti, teknik pengumpulan data yaitu data yang diperoleh fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Analisis data dilakukan secara interaktif melalui proses data reducation, data display dan verification. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Selanjutnya tahap-tahap penelitian.

(24)

Bab IV Penyajian Data Dan Hasil, menguraikan dan memaparkan tentang hasil penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian. Apa yang didapatkan dalam penelitian yang sudah diteliti.

Bab V Penutup, merupakan bab yang berisi tentang kesimpulan hasil penelitian yang diteliti serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

(25)

A. Penelitian Terdahulu

Ela Hayati, 2017. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Usaha Ekonomi Kreatif Dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Menurut Perspektif Islam”. Fokus penelitian (1) Bagaimana usaha ekonomi kreatif petani nanas? (2) Bagaimana tinjauan ekonomi Islam tentang usaha ekonomi kreatif dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui bagaimana usaha kretif petani nanas Desa Totokaton. (2) Untuk mengetahui bagaimana pandangan ekonomi Islam tentang usaha ekonomi kreatif dalam meningkatkan ekonomi masyarakat

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (Field Research) dilakukan dengan menggali data yang bersumber dari lokasi atau lapangan penelitian. Berdasarkan pernyataan tersebut menggunakan penelitian dekriptif kualitatif. Adapun perbedaan dalam penelitian ini meneliti ekonomi kreatif dalam perspektif ekonomi Islam, adapun persamaan dalam penelitian ini sama-sama mengunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian menggunakan deskriptif.7

Ika Sri Wahyuni, 2017. Institut Agama Islam Negeri Jember

Kreativitas Masyarakat Petani Di Desa Gadingrejo Dalam Mempertahankan Stabilitas Perekonomian”. Fokus penelitian (1) Bagaimana kreativitas

7 Ela Hayati, “Usaha Ekonomi Kreatif Dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Menurut Perspektif Islam”, (Skripsi: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017).

(26)

masyarakat petani di desa Gadingrejo dalam mempertahankan stabilitas perekonomian? (2) Adakah hambatan-hambatan masyarakat petani di desa gadingrejo dalam mempertahankan stabilitas perekonomian? (3) bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan masyarakat petani di desa Gadingrejo dalam mempertahankan stabilitas perekonomian?

Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mendeskripsikan kreativitas masyarakat petani di desa Gadingrejo dalam mempertahankan stabilitas perekonomian (2) Untuk mendeskripsikan hambatan-hambatan petani di desa Gadingrejo dalam mempertahankan stabilitas perekonomian (3) untuk mengetahui cara mengatasi hambatan-hambatan masyarakat petani di desa Gadingrejo dalam mempertahankan stabilitas perekonomian. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif. Mendeskripsikan kasus perekonomian pedesaan dalan menstabilkan perekonomian di Desa Gadingrejo Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember. Data yang dihasilkan adalah kata-kata tertulis atau lisan dari perekonomian dan fenomena yang diamati secara intensif dan mendetail serta interprestasikan secara tepat. Adapun perbedaan dalam penelitian ini meneliti kreativitas masyarakat dalam mempertahankan stabilitas perekonomian, adapun persamaan dalam penelitian ini sama-sama menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian menggunakan deskriptif.12

12 Ika Sri Wahyuni, “Kreativitas Masyarakat Petani Di Desa Gadingrejo Dalam Mempertahankan Stabilitas Perekonomian, (Skripsi: . Institut Agama Islam Negeri Jember, 2017).

(27)

Dani Danuar Tri U, 2013. Universitas Dipononegara “Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Berbasis Ekonomi Kreatif Di Kota Semarang”. Fokus penelitian (1) Bagaimana gambaran umum UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang? (2) Apa saja kendala yang dihadapi oleh para pelaku UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang? (3)Bagaimana solusi untuk meminimalisir kendala yang dihadapi oleh para pelaku UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang?

Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui gambaran umum UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang (2) Mengetahui serta mengidentifikasikan permasalahan apa saja yang dihadapi oleh UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang (3) Merumuskan solusi untuk meminimalisir permasalahan UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penulis menggunakan model fenomenologi dalam pendekatan kualitatif dimana model ini berusaha memahami arti dari suatu peristiwa yang terjadi karena adanya interaksi dari pihak-pihak yang terlibat.

Adapun perbedaan dalam penelitian ini UMKM berbasis ekonomi kreatif, adapun persamaan dalam penelitian ini sama-sama mengunakan metode kualitatif.13

Ghalib Agfa Polnaya, 2015. Universitas Diponegoro “Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal Untuk Meningkatkan Daya Saing Pada UKM Ekonomi Kreatif Batik Bakaran di Pati Jawa Tengah”. Fokus penelitian (1)

13 Dani Danuar Tri U., “Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Berbasis Ekonomi Kreatif Di Kota Semarang” (Skripsi: Universitas Dipononegara, 2013 ).

(28)

Apa permasalahan utama pengembangan daya saing yang dihadapi para pelaku UKM Ekonomi Kreatif Batik Bakaran di Pati Jawa Tengah? (2) Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan utama pengembangan daya saing bagi para pelaku UKM Ekonomi Kreatif Batik Bakaran di Pati Jawa Tengah? (3) Bagaimana strategi pengembangan untuk meningkatkan daya saing UKM Ekonomi Kreatif Batik Bakaran di Pati Jawa Tengah?

Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui serta mengidentifikasi permasalahan utama pengembangan daya saing yang dihadapi para pelaku UKM Ekonomi Kreatif Batik Bakaran di Pati Jawa Tengah (2) Mengetahui solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan utama pengembangan daya saing bagi para pelaku UKM Ekonomi Kreatif Batik Bakaran di Pati Jawa Tengah (3) Merumuskan strategi pengembangan untuk meningkatkan daya saing pada UKM Ekonomi Kreatif Batik Bakaran di Pati Jawa Tengah.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Penelitian ini merupakan penelitian analisis kualitatif-kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan strategi pengembangan untuk meningkatkan daya saing pada UKM ekonomi kreatif di Pati Jawa Tengah. Adapun perbedaan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif-kuantitatif, adapun persamaan meneliti tentang ekonomi kreatif yang ada di daerah lokal.14

14 Ghalib Agfa Polnaya, “Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal Untuk Meningkatkan Daya Saing Pada UKM Ekonomi Kreatif Batik Bakaran di Pati Jawa Tengah (Skripsi: Universitas Diponegoro, 2015).

(29)

Tabel 2.1

Tabulasi Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Tahun Perbedaan Persamaan

1. Dani Danuar Tri U

Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Berbasis Ekonomi Kreatif Di Kota Semarang

2013 Dalam penelitian ini UMKM berbasis ekonomi kreatif.

persamaan dalam penelitian ini sama- sama

mengunakan metode kualitatif.

2. Ghalib Agfa Polnaya

Strategi Pengembangan

Ekonomi Lokal Untuk

Meningkatkan Daya Saing Pada UKM Ekonomi Kreatif Batik Bakaran di Pati Jawa Tengah

2015 Menentukan strategi

pengembangan untuk

meningkatkan daya saing pada UKM ekonomi kreatif di Pati Jawa Tengah

persamaan dalam

penelitian ini sama-sama mengunakan metode kualitatif.

3. Ela Hayati Usaha Ekonomi Kreatif Dalam Meningkatkan

Ekonomi Masyarakat

Menurut Perspektif Islam

2017 Adapun

perbedaan dalam penelitian ini meneliti ekonomi kreatif dalam prespektif islam.

persamaan dalam

penelitian ini sama-sama mengunakan metode kualitatif.

4. Ika Sari Wahyuni

Kreativitas

Masyarakat Petani

Di Desa Gadingrejo Dalam

Mempertahankan Stabilitas

Perekonomian”.

2017 Mendeskripsikan kasus

perekonomian pedesaan dalan menstabilkan

perekonomian di Desa Gadingrejo Kecamatan

Umbulsari Kabupaten Jember.

persamaan dalam penelitian ini sama- sama

mengunakan metode kualitatif.

Sumber : diolah dari penelitian terdahulu.

(30)

B. Kajian Teori

1. Ekonomi Kreatif

a. Pengertian Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep yang menepatkan kreativitas dan pengetahuan sebagai aset utama yang menggerakkan ekonomi. Konsep ini telah memicu ketertarikan berbagai negara untuk melakukan kajian seputar ekonomi kreatif dan menjadikan ekonomi kreatif model utama pengembangan ekonomi. Menurut Latuconsina, menyatakan bahwa sumberdaya manusia (SDM) kreatif adalah syarat untuk mengisi peranan dalam industri kreatif. Ekonomi modal ini adalah fondasi ekonomi yang dibangun berdasarkan sinergisitas antara talenta SDM dan keunggulan alam, yang ditandai dengan pertumbuhan yang cepat, penembahan nilai yang tinggi, serta perspektif sosial yang positif.15

Ekonomi kreatif saat ini mulai tumbuh dan berkembang menjadi sektor ekonomi yang memiliki peranan penting bagi perekonomian di Indonesia. Pada tahun 2014, ekonomi kreatif diperkirakan telah berkontribusi sebesar 7,1% terhadap PDB nasional, menyediakan 12 juta tenaga kerja, dan memberikan kontribusi perolehan devisa negara sebesar 5,8%. Dalam lima tahun ke depan, sektor ini ditargetkan memiliki kontribusi terhadap PDB nasional mencapai 12%, 13 juta tenaga kerja, dan kontribusi ekspor mencapai 10%.. Mencermati

15 Herie Saksono, Ekonomi Kreatif : Talenta Baru Pemicu Daya Saing Daerah Creative Economi : New Taelns Competitiveness Triggers, Jurnal Bina Praja, Vol. 4 No. 2. Juni 2012, 96.

(31)

perkembangan ekonomi kreatif sebagaimana dipaparkan diatas, maka perkembangan dan pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia secara kolektif perlu diintegrasikan kedalam sistem perekonomian Indonesia secara utuh, sehingga Indonesia memiliki ketahanan ekonomi sekaligus ketahanan budaya.16

Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep di ekonomi baru yang mengintensifikasikan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dengan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang sama. Ekonomi kreatif sebenarnya adalah wujud dari upaya mencari pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas, yang mana pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumberdaya yang terbarukan. Dengan kata lain ekonomi kreatif adalah manifestasi dari semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi Negara-negara berkembang. Pesan besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaatan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, talent, dan kreativitas.17

Menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengekploitasi daya kreasi serta daya cipta individu tersebut. Pertumbuhan ekspor industri kreatif tahun 2006-2009 tercatat 2,9 persen. Dengan ditunjuknya Kementerian Perdagangan,

16 Arina Romarina, Economic Resilience Industri Kreatif Gunamenghadapi Globalisasi dalam rangka ketahanan Nasional, Jurnal Ilmu Sosial, Vol. 15, No. 1, Febuari 2016, h. 38-39.

17 Mari Elka Pangestu, Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, (Jakarta: Departemen Perdagangan RI, 2008), 1.

(32)

Kementrian Perindustrian, dan Kementerian Pariwisata untuk mengawali industri kreatif, kalangan pelaku industri berharap banyak.

Pertama, soal kendala pembajakan karya. Dalam hal ini, rendahmya daya beli masyarakat membuat pembajakan atas karya-karya kreatif semakin marak. Akibatnya, ide-ide kreatif seringkali pupus yang pada akhirnya menyebabkan penurunan pada kreativitas. Kedua, soal kendala pembiayaan. Dengan belum diakuinya aktivitas ekonomi kreatif, pihak perbankan belum menyediakan pembiayaan untuk aktivitas industri ini. Minimnya modal secara tidak langsung akan memangkas kreativitas karena pelaku industri ini akan bekerja berdasarkan pesanan saja, bukan dari gagasan sendiri. Ketiga, hal ini berkaitan dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia.

Dalam hal ini, pendidikan di bidang industri kreatif masih kurang.

Padahal, kontribusi ekonomi kreatif dalam perekonomian nasional terus naik. Peningkatan itu tentunya akan membutuhkan tenaga-tenaga kreatif, inovatif dan andal. Dengan demikian, tidak mungkin tenaga- tenaga kreatif terbentuk tanpa adanya jenjang pendidikan di bidang industri kreatif.

Industri kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga dikenal dengan nama lain industri budaya (terutama di Eropa) atau juga ekonomi kreatif. Industri kreatif itu adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas,

(33)

ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan daya cipta individu. Memperhatikan berbagai hal yang telah diuraikan di atas dapat ditarik benang mas bahwa dari proses berfikir kreatif maka tercipta kreatif dimana industri kreatif adalah industri yang unsur utamanya:

1) Kreativitas 2) Keahlian dan;

3) Talenta 18

Beberapa definisi dan batasan industri kreatif menurut para ahli:

1) Menurut Departemen Perdagangan RI

“Industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut”.

2) Menurut Simatupang

“Industri kreatif adalah industri yang mengandalkan talenta, ketrampilan, dam kreativitas yang merupakan elemen dasar setiap individu. Unsur utama industri kreatif adalah kreativitas, keahlian, dan talenta yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual ”19

18 Dede, Kewirausahaan Dan Industri Kreatif, (Bandung: CV. Alfabeta 2015) , 43.

19 Suryana, Ekonomi Kreatif, Ekonomi Baru: Mengubah Ide Dan Menciptakan Peluang, (Jakarta:

Salemba Empat. 2013), 95.

(34)

Fokus pemerintah Indonesia terhadap industri kreatif dimulai tahun 2006. Ada 15 sub sektor industri kreatif, yaitu:

a) Periklanan, kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi, dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan informasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanyae relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar dan majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur, reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.

b) Arsitektur, kegiatan kreatif yang berkaitan jasa desain bangunan, perencanaan biaya kontruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya arsitektur taman, desain interior).

c) Pasar barang seni, kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika dan seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko,

(35)

pasar swalayan, dan internet, misalnya alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.

d) Kerajinan, kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi), kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah relatif kecil (bukan produksi massal).

e) Desain kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

f) Fashion, kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain kreasi pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultasi lini produk fashion, serta distribusi produk fashion.

g) Video, film dan fotografi, kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk didalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.

(36)

h) Permainan interaktif, kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan di dominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.

i) Musik, kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi/ komposisi, pertunjukkan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

j) Seni pertunjukan; kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukkan (misalnya:

pertunjukkan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukkan, tata panggung, dan tata pencahayaan.

k) Penerbitan dan percetakan; kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan koten dan penerbit buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafit (egrawing) dan kartu pos, fomulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.

(37)

l) Layanan komputer dan peranti lunak; kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasitermasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan data base, pengembangan piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.

m) Televisi dan radio, kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotaiment), penyiaran dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.

n) Riset dan pengembangan, kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; yang termasuk dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta konsultasi bisnis dan manajemen.

o) Kuliner, kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk

(38)

makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan pasar internasional.20

b. Ciri-ciri Ekonomi Kreatif

Ciri industri kreatif antara lain sebagai berikut:

1) Industri yang unsur utamanya adalah kreativitas, keahlian, dan talenta yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual.

2) Industri kreatif terdiri atas penyediaan produk kreativitas langsung kepada pelanggan dan pendukung penciptaan nilai kreatif pada sektor lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan pelanggan.

3) Produk dari indutri kreatif mempunyai ciri siklus hidup singkat, margin tinggi, keanekaragaman tinggi, persaingan tinggi, dan mudah ditiru.21

Tercatat beberapa hal yang menjadi karateristik dari ekonomi kreatif yaitu:

1) Diperlukan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam industri kreatif yakni cendekiawan “kaum intelektual” dunia usaha , dan pemerintahan yang merupakan prasyarat mendasar.

2) Berbasis pada ide atau gagasan.

20 Dede Jajang Suyaman, Kewirausahaan Dan Industri Kreatif, (Bandung: CV. ALFABETA, 2015), 46.

21 Rio f. Wilantara dan Susilawati, Strategi Kebijakan Pengembangan UMKM (Upaya Meningkatkan Daya SaingUMKM nasional di Era MEA), (Bandung: PT. Refika Aditama, 2016), 109.

(39)

3) Pengembangan tidak terbatas dalam berbagai bidang usaha konsep yang dibangun bersifat relatif.22

c. Komponen Industri Kreatif

Modal utama industri kreatif adalah intelektual. Tetapi mengandung unsur seni, budaya, teknologi, dan bisnis. Dengan demikian, industri kreatif bukan sekadar “berbeda”, namun harus memuat kelima unsur secara bersinergi. Di mana intelektual merupakan intelektual merupakan sentral pengembangan kreativitas.

Komponen inti dan pendukung merupakan mesin pendorong perkembangan (engine of growth) kegiatan ekonomi kreatif.

Komponen inti adalah komponen utama pelaku ekonomi kreatif, yang meliputi individu, kelompok, dan perusahaan yang menghasilkan produk. Sementara itu, komponen yang mendukung terciptanya iklim ekonomi kreatif, seperti lingkungan geografis masyarakat, lingkungan industri, dan organisasi budaya.23

Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah pemakai internet yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini merupakan tantangan sekaligus yang melibatkan merchants dan customers yang bermuara pada lalu-lintas transaksi yang begitu tinggi setiap detiknya. Kehadiran teknologi informasi melalui e-commerce seyogianya diarahkan untuk memudahkan akses setiap individu masyarakat untuk berinteraksi dan bertransaksi dengan individu

22 www.dosenpendidikan.com/ekonomi-kreatif-pengertian-karakteristik-perkembangan-jenis/, (diakses tanggal 25 September 2018 pukul 09.45).

23 Ibid.,95.

(40)

lainnya, juga menjadi solusi untuk UMKM dalam meraih pasar yang

“terlindas” oleh kelompok kapital. Secara bertahap, melalui seperangkat sosialisasi dan pelatihan, kelompok usaha rakyat ini harus mulai diperkenalkan dengan budaya baru. Sebagai contoh sistem pembayaran yang merupakan poin penting dalam setiap transaksi saat ini seperti “diharamkan” untuk kegiatan ekonomi. Kini, pasar diwarnai oleh pembayaran menggunakan cashless atau non-tunai dengan segala sistem dan produk kartu yang dikeluarkan oleh perbankan.24

Menurut Mt. Auburn terdapat tiga komponen inti dan tiga komponen pendukung dalam ekonomi kreatif di daerah yaitu:

1) The Creative Cluster, yaitu perusahaan dan individu yang dihasilkan secara langsung maupun tidak langsung produk budaya 2) The Creative Workforce, yaitu pemikir dan pelaksana yang dilatih

secara khusus dalam ketrampilan budaya dan artistik yang mendorong kepemimpinan industri yang tidak hanya terbatas pada budaya dan seni.

3) The Creative Community, yaitu area geografis dengan konsentrasi dari pekerjaan kreatif industri bisnis, dan organisasi budaya .25 2. Konsep Pengembangan Ekonomi Kreatif

Ada 3 hal mendasar yang menjadikan alasan dari kekuatan ekonomi kreatif di Indonesia:

24 Ibid.,109.

25 Suryana, Ayu, dan Rofi, “Pengembangan Model Ekonomi Kreatif Pedesaan Melalui Value Chain Strategy Untuk Kelompok Usaha Kecil (Studi Pada Industri Kecil Jawa Barat) ‘’, Jurnal.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2009.

(41)

a. Ekonomi kreatif sangat tergantung kepada pembangunan sumber daya insani. Membangun insan lebih murah dan mudah ketimbang membangun infrastruktur fisik seperti pada industri lainnya yang mahal dan berdampak lingkungan.

b. Kreativitas bukan barang baru bagi masyarakat Indonesia dan telah dibuktikan dengan perkembangan yang terjadi sebelum kita mengenal istilah creative economy. Dari peninggalan nenek moyang kita dari varian yang beragam berbentuk seni dan budaya seantero Nusantara sampai kreativitas terkini dalam musik, pertunjukkan, film design dan banyak lagi yang kini berubah peta minat terhadap profesi berbasis kreativitas.

c. Potensi kreatif negara Indonesia yang ada sangat besar; jumlah penduduk Indonesia, keragaman seni dan budaya Indonesia serta akses dari jaringan internasional yang sudah semakin mudah akan menjadi asset penting.26

Ekonomi kreatif yang di dalamnya terdapat industri-industri kreatif memiliki daya tawar yang tinggi di dalam ekonomi berkelanjutan karena individu-individunya memiliki modal kreativitas (creative capital) yang mereka pergunakan untuk menciptakan inovasi-inovasi. Kekuatan bangunan industri kreatif tersebut sangat ditentukan oleh kolaborasi tiga aktor utamanya, yaitu cendekiawan (intellectuals), bisnis (business) dan pemerintah (government) yang kemudian disebut dengan sistem triple

26 Ibid., 45.

(42)

helix. Ketiga aktor itu merupakan penggerak lahirnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan dan teknologi yang vital bagi tumbuhnya industri kreatif.27

Mengembangkan ekonomi kreatif banyak manfaat yang dapat dihasilkan, seperti penggalian terhadap potensi-potensi lokal dan pemberian manfaat nonekonomi lain, seperti pemeliharaan dan pengembangan nilai budaya serta warisan budaya, peningkatan kualitas hidup, dan toleransi sosial, peningkatan kepariwisataan, sumber daya terbarukan serta peningkatan terhadap citra dan identitas bangsa.28

Sejak pemerintahan Orde Baru, kekayaan budaya dan sumber daya alam sudah menjadi modal dasar pembangunan nasional. Sekarang harus menjadi modal dasar pengembangan ekonomi kreatif. Berikut ini ada beberapa bidang yang dapat dikembangkan secara kreatif di antaranya, yaitu sebagai berikut:

a. Bidang kepariwisataan (wisata air, wisata pantai, wisata pegunungan, wisata sungai, wisata bahari (laut), wisata olahraga, wisata belanja, dan agrowisata.

b. Bidang budaya yang meliputi cagar budaya, warisan budaya, dan seni budaya.

27 Moelyono, Menggerakkan Ekonomi Kreatif Antara Tuntutan Dan Kebutuhan (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 231.

28 Suryana, Ekonomi Kreatif, Ekonomi Baru: Mengubah Ide Dan Menciptakan Peluang, (Jakarta:

Salemba Empat, 2013), 196.

(43)

c. Bidang pengelolaan hasil sumber daya (tambang), meliputi hasil pertambangan logam, tanah liat, nikel, minyak bumi, dam bahan mineral lainnya. hasil tambang ini bisa di buat berbagai jenis dan model barang

d. Bidang pertanian, berbagai macam hasil pertanian bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan dan obat-obatan.

e. Bidang kehutanan, berbagai hasil kehutanan bisa dijadikan barang- barang yang beranekaragam.

f. Bidang peternakan, perikanan, perkebunan dan hasil kelautan dapat dikelola menjadi berbagai jenis produk, desain, dan merek produk.

g. Bidang arsitektur, berbagai jenis dan bentuk bangunan bisa dikemas dalam bentuk wisata cagar budaya (heritage).

h. Bidang jasa, baik jasa keungan maupun jasa-jasa lainnya yang berbasis budaya dapat dikembangkan dalam bentuk ekonomi kreatif.29

Pengembangan masyarakat merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang salah satu tujuannya adalah sebagai langkah meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial.

Pengembangan masyarakat dilakukan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti bidang pendidikan, teknologi, ekonomi dan lain sebagainya. Strategi pengembangan masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi sangat penting untuk dilakukan terutama pada masyarakat

29 Ibid.,196.

(44)

ekonomi menengah kebawah. Pemberdayaan masyarakat melalui usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) saat ini diyakini sangat produktif untuk diimplementasikan dalam suatu kelompok masyarakat, selain tujuannya untuk kemandirian ekonomi masyarakat juga sebagai upaya pemerataan kesejahteraan masyarakat. 30

Meskipun Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang subur, bila tidak dikelola dengan sungguh-sungguh, sumber daya alam tersebut semakin lama akan semakin langka dan habis. Apalagi bila semua komoditas yang diekspor adalah bahan baku dan bahan mentah seperti hasil pertambangan (batu bara, emas, perak, timah); hasil kehutanan dan perkebunan (kayu gelondong, minyak sawit, teh, karet alam); dan hasil kelautan (ikan, rumput laut, dan hasil laut lainnya), maka dalam jangka panjang akan habis. Padahal, semua bahan baku tersebut dapat dikembangkan nilai tambahnya secara kreatif. Pengembangan industri kreatif sektor tradisional di pedesaan dapat dilakukan dengan cara menciptakan industri-industri pengolahan hasil pertanian, hasil perkebunan, hasil perikanan, hasil kelautan, hasil peternakan, dan hasil pertambangan atau galian. Masyarakat di pedesaan perlu didorong untuk menciptakan nilai tambah dari setiap produk yang dihasilkannya dan pemerintahmenciptakan infrastruktur dan sarana produksi untuk mengolah hasil-hasil produksi di pedesaan.31

30 Fahrudin, Adi Ed, Pemberdayaan, Partisipasi, Dan Penguatan Kesejahteraan Masyarakat (Bandung: Humainora, 2008), 124.

31 Ibid.,196.

(45)

3. Tantangan

Tantangan industri kreatif cukup beragam. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Industri kreatif belum banyak dikenal karena relatif baru dan penggeraknya cepat sehingga belum diakui sebagai roda penggerak pembangunan.

b. Tidak ada data nilai ekonomi dan perkembangan industri kreatif yang terkait terdokumentasi dengan baik.

c. Tidak ada kebijakan yang mendukung iklim kreatif. Perizinan, investasi dan perlindungan hak cipta, baik di tingkat sekolah maupun di tingkat regulasi.

d. Kegiatan kreatif masih berkotak-kotak dan belum ada kajian rantai nilai yang utuh mulai dari kegiatan kreasi, produksi dan distribusi.

e. Penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi tidak cukup memberi tempat pada industri kreatif karena semua kegiatan akademik harus berjalan dengan pola keteraturan.

f. Belum ada perumusan sistem karier yang unik untuk pekerja kreatif.

g. Belum ada standarisasi, baik dalam proses rekrutmen, penggajian, promosi, dan pengakuan.

h. Belum ada kebijakan yang memberi ruang yang cukup untuk peningkatan bisnis kreatif, dan belum ada pola pendidikan yang skill kreatif.32

32 Ibid.,205.

(46)

4. Pemberdayaan Ekonomi Kreatif

Sulistiyani dalam bukunya menjelaskan lebih rinci bahwa secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.33

Berdasarkan beberapa pengertian di atas bahwa pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis,menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif pemecahannya dengan mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimiliki secara mandiri.

Dalam proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan. Proses pemberdayaan adalah suatu siklus atau proses yang melibatkan masyarakat untuk bekerjasama dalam kelompok formal maupun nonformal untuk melakukan kajian masalah, merencanakan,

33 Kesi Widjajanti, “ Model Pemberdayaan Masyarakat’’, Ekonomi Pembangunan, vol .12 no.1, (Juni 2011), h. 15-27.

(47)

melaksanakan, dan melakukan evaluasi terhadap program yang telah direncanakan bersama. Proses pemberdayaan diukur melalui:

a. kualitas dan kuantitas keterlibatan masyarakat mulai dari kegiatan kajian atau analisis masalah.

b. perencanaan program.

c. pelaksanakan program, serta

d. keterlibatan dalam evaluasi secara berkelanjutan.

Keberdayaan masyarakat adalah dimilikinya daya, kekuatan atau kemampuan oleh masyarakat untuk mengidentifikasi potensi dan masalah serta dapat menentukan alternatif pemecahannya secara mandiri.

Keberdayaan masyarakat diukur melalui tiga aspek yaitu:

a. kemampuan dalam pengambilan keputusan, b. kemandirian dan

c. kemampuan memanfaatkan usaha untuk masa depan.34

Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah strategi pembangunan sekarang sudah banyak diterima, bahkan telah berkembang berbagai pemikiran dan literatur tentang hal tersebut. Pemberdayaan atau empowerment secara harfiah berarti pemberian kekuasaan atau pemberian kekuatan. Pemberdayaan dapat diartikan sebagai suatu cara dimana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar dapat berkuasa atas kehidupannya. Seorang sosiolog bernama Kiefer mengemukakan tentang tiga dimensi yang berkaitan dengan pemberdayaan, yaitu kompetensi

34 Ibid.,28.

(48)

kerakyatan, mengetahui sosial politik, dan kompetisi partisipasi. Menurut Kiefer kompetensi-kompetensi tersebut dipengaruhi oleh sikap personal atau perasaan diri sehingga mendorong secara aktif untuk berkembang secara sosial, pengetahuan, dan kapasitas untuk menganalisis secara kritis sistem sosial.35

Pemberdayaan melalui ekonomi kreatif dan usaha kecil menengah dapat menjadi solusi dalam upaya pengentasan kemiskinan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan. Sejauh ini ekonomi kreatif dan usaha kecil menengah berupa padat karya sangat berpotensi dalam proses pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, sehingga sektor industri tidak perlu lagi dipaksakan sebagai media meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.36

5. Ekonomi Kreatif Menurut Perspektif Islam

Ekonomi kreatif sebenarnya membawa angin segar pada peradaban manusia, dan khususnya tentang masa depan perdamaian dunia.

Karena ekonomi kreatif semata-mata mendasarkan tambang bisnisnya pada suatu sumber yang tak terbatas dan jauh dari hantu kelangkaan (scarcity). Soal kelangkaan sumber-sumber ekonomi ini telah menjejali teori dan paradigma ekonomi selama berabad-abad yang hasilnya ialah perebutan sumber-sumber ekonomi antar negara dan antar manusia yang akibatnya ialah terjadinya konflik dan peperangan.Hal itu karena manusia memandang, sumber utama ekonomi adalah hasil alam seperti energi fosil

35 Edi Suhartono, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerja Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008)

36 Ibid.,46.

(49)

dan barang tambang, ternyata belakangan semakin disadari bahwa hasil alam tidak akan berguna apa-apa jika tidak ditunjang oleh peranan kreativitas dan inovasi hasil akal manusia. Maka, yang menjadi sumber ekonomi sebenarnya adalah kreativitas akal itu sendiri yang berarti terletak pada manusia itu. Sayangnya, di Indonesia paradigma yang memandang sumber utama ekonomi terletak pada kreativitas akal manusia masih pinggiran (marginal), dan tetap yang menjadi mainstream ialah kekayaan bumi Indonesia dan hasil-hasilnya.37

Konsep keseimbangan (equilibrium) terlihat dalam aspek dan perilaku ekonomi, misalnya kesederhanaan (moderation), dan menjauhi pemborosan (extravagance). Konsep keseimbangan ini bukan hanya berkenaan dengan timbangan kebaikan hasil usaha manusia yang diarahkan untuk dunia dan akhirat, tetapi juga terkait dengan kepentingan perorangan dan kepentingan umum yang harus dipelihara, serta keseimbangan antara hak dan kewajiban. Menurut al-Qur‟an, umat Islam diciptakan secara seimbang, sebagai umat yang ditengah-tengah. Dalam surat al-Baqarah ayat 143 dinyatakan

























Artinya: “Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi

37 Fadlol Badruzzaman, “Peranan Wisata Religi Makam Sunan Kalijaga Kadilangu Demak Sebagai Penggerak Ekonomi Kreatif”(Skripsi: Universitas Islam Negeri Semarang,2015).

(50)

atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”. (QS. Al-baqarah:

143)38

Keseimbangan juga diartikan tidak berlebihan dalam urusan ekonomi, baik produksi, konsumsi, maupun distribusi. Allah melarang berperilaku boros dan berlebih-lebihan dalam konsumsi (mengeksploitasi sumber daya alam). Dalam firman-Nya:

Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.39

Konsep kekayaan di Indonesia masih dalam perspektif lama, yaitu jumlah kepemilikan sumber-sumber daya alam dan material, bukan jumlah hak kekayaan intelektual (HAKI). Indonesia dipandang kaya oleh pemerintah dan kebanyakan ekonom Indonesia karena sumber daya alamnya, bukan karena keragaman ciptaan dan produk-produk intelektual maupun hasil-hasil kreativitas orang-orangnya (people). Seharusnya kekayaan Indonesia didasarkan pada potensi dan hasil-hasil kreatif orang- orangnya. Sekiranya paradigma seperti ini yang diterapkan oleh pemerintah, maka fenomena brain drain orang Indonesia di luar negeri

38 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Penerbit Jabal, 2010) 22.

39 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Peerspektif Hadis Nabi ,(Jakarta: Prenadamedia Group, 2015) 25.

(51)

tentu tidak akan terjadi, dan akan ditarik pulang ke Indonesia oleh pemerintah dan dikembangkan untuk kemajuan perekonomian negara.

Islam sendiri sejajar dengan perspektif mutakhir dalam melihat pentingnya ekonomi kreatif. 40

Islam sangat menghargai potensi manusia sebagai pembuat kreativitas ekonomi. Status Khalifah yang disandang oleh manusia dari Allah ialah dalam kerangka dan fungsi kreatif untuk mengolah sumber daya yang disediakan oleh Sang Maha Pencipta. Khalifah ke empat, Ali bin Abu Thalib memperingatkan, supaya manusia lebih mengutamakan ilmu dari pada harta. Ilmu akan menjaga manusia, sedangkan harta dijaga oleh manusia. Ekonomi kreatif pada hakikatnya adalah ekonomi ilmu pengetahuan dan seni. Agaknya Indonesia tidak kekurangan potensi manusia untuk mengembangkan wilayah ekonomi kreatif sebagai sumber pendapatan negara dan kesejahteraan warganya mengingat kecenderungan dan bakat seni yang kuat pada penduduknya.41

Islam sangat menghargai muslim yang berkarya, sesuai sabda Rasulullah saw:

Artinya: “Dari „Ashim Ibn „Ubaidillah dari Salim dari ayahnya, Ia berkata bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Sesungguhnya

40 Fadlol Badruzzaman, “Peranan Wisata Religi Makam Sunan Kalijaga Kadilangu Demak Sebagai Penggerak Ekonomi Kreatif”(Skripsi: Universitas Islam Negeri Semarang,2015).

41 Ibid.,64-65.

(52)

Allah menyukai orang mukmin yang berkarya.” (H.R. Al- Baihaqi).42

Berdasarkan hadits di atas dapat disebutkan bahwa berwirausaha merupakan kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha.

Kemampuan menciptakan memerlukan adanya kreativitas dan inovasi.

Kreatifitas adalah mampu menangkap dan menciptakan peluang-peluang bisnis yang bisa dikembangkan. Di tengah persaingan bisnis yang ketat sekalipun seorang wirausaha tetap mampu menangkap dan menciptakan peluang baru untuk berbisnis, sehingga ia tidak pernah khawatir kehabisan lahan. Sedangkan inovasi adalah mampu melakukan pembaruan- pembaruan dalam menangani bisnis yang digelutinya, sehingga bisnis yang dilakukannya tidak pernah usang dan selalu dapat mengikuti perkembangan zaman. Sifat inovatif ini akan mendorong bangkitnya kembali kegairahan untuk meraih kemajuan dalam berbisnis.43

Contoh dari “al-mukmin al-muhtarif” ditampakkan oleh generasi sahabat Rasulullah saw. dan para imam. Abdurrahman bin Auf, melalui kelihaiannya membaca peluang yang ada, bahkan berhasil menyingkirkan peran para pengusaha Yahudi sebagai pelaku ekonomi utama di Madinah saat itu. Utsman bin Affan dengan usaha dagangnya (bahan pakaian) membesar hingga menjadi sebuah konglomerasi usaha yang membawa banyak kebaikan bagi umat Islam di madinah. Imam Abu Hanifah, selain

42 Al-Baihaqi. Abi Bakr Ahmad ibn al-Husain ibn Ali, Sunan al-Kubro, Juz 7, Bairut: al-Kutub al-

‘Ilmiyah.

43 H.M. Ma‟ruf Abdullaah, Wirausaha Berbasis Syariah, (Banjarmasin, Antasari Press: 2011 )7- 8.

Referensi

Dokumen terkait