• Tidak ada hasil yang ditemukan

Slide 9 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Slide 9 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

1

Dwi Martani

Departemen Akuntansi FEUI

Slide 9

Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan

(2)

Sistematika

NPWP, Pengukuhan PKP, &

Pembayaran Pajak

1.

Penetapan dan Ketetapan Pajak

2.

Penagihan, Keberatan, dan Banding

3.

Pembukuan, Pemeriksaan, &

Ketentuan Khusus

4.

Ketentuan Pidana dan

5.

(3)

3

Landasan Hukum:

Pasal 2 s/ d Pasal 11 UU KUP

NPWP, Pengukuhan PKP, &

Pembayaran Pajak

(4)

Lingkup Pengaturan

UU No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP),

sebagaimana terakhir diubah dengan Perpu No. 5 Tahun 2008, mengatur

ketentuan formal terkait:

PPhPPh PPN PPnBMdan

PPN dan

PPnBM PBBPBB BPHTBBPHTB

Penagi Pajak han denga

Surat n Paksa (PPSP) Penagi Pajak han denga

Surat n Paksa (PPSP)

Pajak Lain Pajak

Lain

(5)

Wajib Pajak (WP)

Pasal 1 Angka (1)

5

Orang Pribadi (OP)

Pemungut /

Pemotong Pajak Tertentu

Badan

(6)

Kewajiban Wajib Pajak

Pasal 2 Ayat (1), dan (2)

1. Kewajiban pendaftaran untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), berlaku untuk:

a. WP OP yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas,

b. WP OP yang tidak melakukan usaha atau pekerjaan bebas, namun berpenghasilan melebihi PTKP.

c. Wanita yang telah menikah dan menjalankan kewajiban perpajakannya sendiri.

d. Setiap WP Badan.

2. Kewajiban pendaftaran untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), berlaku untuk:

a. Pengusaha yang memiliki peredaran bruto melebihi Rp 600.000.000,00 (batasan pengusaha

6

(7)

Fungsi NPWP

Penjelasan Pasal 2 Ayat (1)Tanda pengenal diri

atau identitas WP dalam administrasi

perpajakan.

Tanda

pengenal diri atau identitas

WP dalam administrasi

perpajakan.

Sarana

melaksanakan hak dan

kewajiban perpajakan.

Sarana

melaksanakan hak dan

kewajiban perpajakan.

Sarana untuk mendapatkan pelayanan dari

instansi tertentu.

Sarana untuk mendapatkan pelayanan dari

instansi tertentu.

7

(8)

Jangka Waktu Pendaftaran

Pasal 2 Ayat (5), dan PER No. 44/ PJ./ 2008

Sebelum penyerahan BKP/

JKP.

Paling lambat akhir bulan berikut setelah nilai peredaran usaha bruto melebihi batasan Pengusaha Kecil dalam kurun satu tahun.

Sebelum penyerahan BKP/

JKP.

Paling lambat akhir bulan berikut setelah nilai peredaran usaha bruto melebihi batasan Pengusaha Kecil dalam kurun satu tahun.

Paling lambat 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.

Paling lambat pada akhir bulan berikut setelah memperoleh penghasilan disetahunkan yang melebihi PTKP.

Paling lambat 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.

Paling lambat pada akhir bulan berikut setelah memperoleh penghasilan disetahunkan yang melebihi PTKP.

WP Badan/

WP Badan/ WP OP Non WP OP Non

NPWP NPWP PKP PKP

(9)

Tempat Pendaftaran dan Pelaporan

Pasal 2 Ayat (1), dan (3)

Berlaku bagi WP Badan atau WP OP yang tak berkegiata n usaha di tempat

tinggal.

KPP Tempat Kedudukan

Usaha

KPP Tempat Kedudukan

Usaha

Berlaku bagi WP OP yang berkegiata n usaha di tempat

tinggal.

KPP Tempat Kedudukan Usaha dan KPP

Tempat Tinggal

KPP Tempat Kedudukan Usaha dan KPP

Tempat Tinggal

9

(10)

Tempat Pendaftaran dan Pelaporan

WP atau PKP Tertentu

WP BUMN berikut anak perusahaan yang dimiliki minimal 50%.

WP BUMN berikut anak perusahaan yang dimiliki minimal 50%.

WP PMA yang tidak masuk bursa, kecuali telah terdaftar di KPP domisili.

WP PMA yang tidak masuk bursa, kecuali telah terdaftar di KPP domisili.

WP BUT dan WNA berkedudukan di DKI Jakarta dan di wilayah kerja Kanwil DJP Jawa Bagian

Barat I dan III, kecuali Cirebon, Majalengka, Indramayu, dan Kuningan.

WP BUT dan WNA berkedudukan di DKI Jakarta dan di wilayah kerja Kanwil DJP Jawa Bagian

Barat I dan III, kecuali Cirebon, Majalengka, Indramayu, dan Kuningan.

WP yang pernyataan pendaftaran emisi saham telah dinyatakan efektif oleh Bapepam, - LK perusahaan efek non bank, reksadana, serta KIK-EBA, kecuali telah terdaftar di KPP setempat

,dan WP emiten BUMN.

WP yang pernyataan pendaftaran emisi saham telah dinyatakan efektif oleh Bapepam, - LK perusahaan efek non bank, reksadana, serta KIK-EBA, kecuali telah terdaftar di KPP setempat

,dan WP emiten BUMN.

WP BUT dan WNA berkedudukan di luar DKI Jakarta.

WP BUT dan WNA berkedudukan di luar DKI Jakarta.

WP BUMN, PMA, BUT, WNA, perusahaan masuk bursa, dan perusahaan besar tertentu, terbatas

dalam hal sebagai pemotong dan atau pemungut PPh.

WP BUMN, PMA, BUT, WNA, perusahaan masuk bursa, dan perusahaan besar tertentu, terbatas

dalam hal sebagai pemotong dan atau pemungut PPh.

KPP BUMN KPP BUMN KPP PMA KPP PMA

KPP Badora KPP Badora

KPP Perusahaan Masuk Bursa KPP Perusahaan

Masuk Bursa

KPP Setempat KPP Setempat

KPP tempat pusat, cabang/ perwakilan atau kegiatan usaha.

KPP tempat pusat, cabang/ perwakilan atau kegiatan usaha.

WP perusahaan besar tertentu.

WP perusahaan besar tertentu. KPP Wajib Pajak Besar

KPP Wajib Pajak Besar

(11)

Syarat Pendaftaran dan Jangka Penerbitan

Bagi WP OP

PER No. 44/ PJ./ 2008

Syarat Pendaftaran

Menandatangani formulir pendaftaran sendiri atau melalui kuasa.

Melampirkan fotokopi KTP/ Paspor ditambah Surat Keterangan Tempat Tinggal dari instansi yang berwenang, sekurang – kurangnya Lurah/ Kepala Desa.

Khusus bagi WP yang melaksanakan usaha, melampirkan pula fotokopi Surat Ijin Usaha/

Keterangan Tempat Usaha.

Jangka Penerbitan

Maksimal satu hari kerja sejak permohonan diterima.

Dokumen diterbitkan meliputi Kartu NPWP, SKT (Surat Keterangan Terdaftar, dan SPPKP (Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak).

11

(12)

Syarat Pendaftaran dan Jangka Penerbitan

Bagi WP Badan, Pemungut/

Pemotong

PER No. 44/ PJ./ 2008

Syarat Pendaftaran

Menandatangani formulir pendaftaran sendiri atau melalui kuasa.

Khusus bagi WP Badan, melampirkan fotokopi Akte Pendirian; Penunjukan dari Kantor Pusat (untuk BUT), KTP/ Paspor salah satu pengurus, dan Surat Izin Usaha/ Keterangan Tempat Usaha.

Khusus bagi Pemungut/ Pemotong, melampirkan fotokopi Surat Penunjukan Sebagai Bendaharawan, dan Tanda Bukti Diri Bendaharawan.

Jangka Penerbitan

Maksimal satu hari kerja sejak permohonan diterima.

Dokumen diterbitkan meliputi Kartu NPWP,

12

(13)

NPWP atau Pengukuhan Secara Jabatan

Pasal 2 Ayat (4), KEP No. 144/ PJ./ 2005 Jo.

KEP No. 47/ PJ./ 2006

13

(14)

WP Pindah Alamat

PER No. 44/ PJ./ 2008 Jo. PER No. 41/ PJ./ 2009

(15)

Penyebab Penghapusan NPWP

PMK No. 73/ PMK.03/ 2012

15

Penghapusan NPWP harus diselesaikan dalam jangka 6 bulan untuk WP OP dan 12 bulan untuk

WP Badan sejak penerimaan permohonan.

Penghapusan NPWP harus diselesaikan dalam jangka 6 bulan untuk WP OP dan 12 bulan untuk

WP Badan sejak penerimaan permohonan.

(16)

Penyebab Pencabutan Pengukuhan PKP

PMK No. 73/ PMK.03/ 2012

16

Pencabutan Pengukuhan PKP harus

diselesaikan dalam jangka waktu 6 bulan sejak Pencabutan Pengukuhan PKP harus

diselesaikan dalam jangka waktu 6 bulan sejak

(17)

SPT

Pasal 1 Angka (10), (11), dan (12)

17

SPT Masa

SPT Masa SPT Tahunan SPT Tahunan

Merupakan surat yang digunakan WP untuk melaporkan penghitungan dan

pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak, dan atau harta

dan kewajiban.

Merupakan surat yang digunakan WP untuk melaporkan penghitungan dan

pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak, dan atau harta

dan kewajiban.

Untuk suatu masa pajak.

Untuk suatu masa pajak. Untuk suatu tahun pajak atau bagian

tahun pajak.

Untuk suatu tahun pajak atau bagian

tahun pajak.

(18)

Fungsi SPT PPh

Penjelasan Pasal 3 Ayat (1)

(19)

Fungsi SPT PPN

Penjelasan Pasal 3 Ayat (1)

19

(20)

WP kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa WP kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa

Kewajiban Pemenuhan SPT

Pasal 3 Ayat (1), (1b), (2), (3), (3a), (4) dan (5) WP mengambil sendiri, mengisi, dan

menandatangani formulir SPT.

WP mengambil sendiri, mengisi, dan menandatangani formulir SPT.

Batas Waktu Penyampaian

SPT Masa: maksimal 20 hari setelah akhir masa pajak.

SPT Tahunan PPh WP OP: maksimal 3 bulan paska akhir tahun pajak.

SPT Tahunan PPh WP Badan: maksimal 4 bulan paska akhir tahun pajak.

Batas waktu dapat diperpajang maksimal 2 bulan, apabila WP mengajukan pemberitahuan

Batas Waktu Penyampaian

SPT Masa: maksimal 20 hari setelah akhir masa pajak.

SPT Tahunan PPh WP OP: maksimal 3 bulan paska akhir tahun pajak.

SPT Tahunan PPh WP Badan: maksimal 4 bulan paska akhir tahun pajak.

Batas waktu dapat diperpajang maksimal 2 bulan, apabila WP mengajukan pemberitahuan

(21)

Perpanjangan diberikan paling lama 2 bulan, dan jika gagal menyampaikan tepat waktu akan

diterbitkan Surat Teguran.

Perpanjangan diberikan paling lama 2 bulan, dan jika gagal menyampaikan tepat waktu akan

diterbitkan Surat Teguran. 21

Syarat Permohonan Perpanjangan Waktu

Penyampaian SPT Tahunan

Pasal 3 Ayat (4), (5), dan (5A)

(22)

Penyebab SPT Dianggap Tak Disampaikan

Pasal 3 Ayat (7), (7A), KMK No. 536/ KMK.04/

2000 Jo.

a

KMK No. 82/ KMK.04/ 2003

Apabila surat pemberitahua

n dianggap tidak

disampaikan, Dirjen Pajak

wajib

memberitahu kan kepada

WP.

Apabila surat pemberitahua

n dianggap tidak

disampaikan, Dirjen Pajak

wajib

memberitahu kan kepada

WP.

(23)

WP Tidak Wajib Menyampaikan SPT

Pasal 3 Ayat (8), PMK No. 183/ PMK.03/ 2007

23

(24)

WP Kriteria Tertentu yang Berhak Melaporkan Beberapa Masa dalam

1 SPT

Pasal 3 Ayat (3a), dan PMK No. 182/ PMK.03/

2007

(25)

Bentuk, isi, serta keterangan dan dokumen yang melampiri SPT ditetapkan oleh Menkeu.

Bentuk, isi, serta keterangan dan dokumen yang melampiri SPT ditetapkan oleh Menkeu.

Cara Pengisian SPT

Pasal 3 Ayat (1), (1A), (6), PMK No. 196/

PMK.03/ 2007

25

(26)

Ketentuan Pengisian SPT

Pasal 4 dan Penjelasan Pasal 3 Ayat (1)

(27)

Penelitian

Pasal 1 Angka (30)

27

(28)

Cara Penyampaian SPT

Pasal 5, 6, dan KEP No. 518/ PJ. 2000

(29)

SPT WP OP Rp 100.000,00

SPT WP OP Rp 100.000,00

Sanksi Administrasi

Keterlambatan atau Tidak Disampaikannya SPT

Pasal 7 Ayat (1)

29

SPT WP Badan Rp 1.000.000,00

SPT WP Badan Rp 1.000.000,00 SPT Masa PPN

Rp 500.000,00 SPT Masa PPN

Rp 500.000,00

Keterlambatan atau tidak disampaikannya:

Keterlambatan atau tidak disampaikannya:

SPT Masa

SPT Masa SPT

Tahunan SPT Tahunan

SPT Masa Lain Rp 100.000,00 SPT Masa Lain Rp 100.000,00

(30)

WP Tidak Dikenai Sanksi Denda

a

Pasal 7 Ayat (2) , KMK No. 537/ KMK.04/ 2000, danan

PMK No. 186/ PMK.03/ 2007

(31)

Pembetulan SPT

Pasal 8 Ayat (1), (1a), dan (2)

31

WP dapat melakukan pembetulan SPT yg pengisiannya

terdapat kekeliruan berdasar kemauan sendiri, dengan syarat:

WP dapat melakukan pembetulan SPT yg pengisiannya

terdapat kekeliruan berdasar kemauan sendiri, dengan syarat:

(32)

Pengungkapan

Ketidakbenaran SPT

Pasal 8 Ayat (3)

(33)

Pengungkapan Ketidakbenaran SPT

dengan Laporan Tersendiri

Pasal 8 Ayat (4), dan (5)

33

Pajak yang harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil.

Rugi fiskal menjadi lebih kecil atau lebih besar.

Jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil.

Jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil.

Pajak yang harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil.

Rugi fiskal menjadi lebih kecil atau lebih besar.

Jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil.

Jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil.

(34)

WP menerima SKP, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyatakan

rugi fiskal yang berbeda dari yang diajukan.

WP menerima SKP, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyatakan

rugi fiskal yang berbeda dari yang diajukan.

Pembetulan SPT dapat

disampaikan, sekalipun jangka waktu 2 tahun telah terlampaui.

Pembetulan SPT dapat

disampaikan, sekalipun jangka waktu 2 tahun telah terlampaui.

Selama belum dilakukan tindakan pemeriksaan

dan disampaikan dalam jangka waktu 3 bulan setelah surat atau putusan diterima.

Selama belum dilakukan tindakan pemeriksaan

dan disampaikan dalam jangka waktu 3 bulan setelah surat atau putusan diterima.

Pembetulan SPT Akibat Surat Keputusan Keberatan atau

Putusan Banding

Pasal 8 Ayat (6)

(35)

Ilustrasi

Perubahan Rugi Fiskal Akibat Surat Ketetapan

35

PT. Liberte melaporkan SPT PPh Tahun 2010 yang menyatakan keterangan berikut.

Penghasilan netto 495.000.000 Rugi fiskal berdasar SPT 2009 (130.000.000)

Penghasilan Kena Pajak 365.000.000

Pemeriksaan dilaksanakan atas SPT 2009 dan diterbitkan Surat Ketetapan di tanggal 5 Mei 2012 yang menyatakan rugi fiskal sebesar Rp 145.000.000,00. Maka penghitungan Penghasilan Kena Pajak adalah sebagai berikut.

Penghasilan netto 495.000.000 Rugi fiskal berdasar Surat Ketetapan (145.000.000)

Penghasilan Kena Pajak 350.000.000

Maka Penghasilan Kena Pajak 2010 adalah Rp 350.000.000,00.

PT. Liberte melaporkan SPT PPh Tahun 2010 yang menyatakan keterangan berikut.

Penghasilan netto 495.000.000 Rugi fiskal berdasar SPT 2009 (130.000.000)

Penghasilan Kena Pajak 365.000.000

Pemeriksaan dilaksanakan atas SPT 2009 dan diterbitkan Surat Ketetapan di tanggal 5 Mei 2012 yang menyatakan rugi fiskal sebesar Rp 145.000.000,00. Maka penghitungan Penghasilan Kena Pajak adalah sebagai berikut.

Penghasilan netto 495.000.000 Rugi fiskal berdasar Surat Ketetapan (145.000.000)

Penghasilan Kena Pajak 350.000.000

Maka Penghasilan Kena Pajak 2010 adalah Rp 350.000.000,00.

(36)

Tanggal Jatuh Tempo Penyetoran (1)

a

Pasal 9 Ayat (1), PMK No. 184/ PMK.03/ 2007 Jo.

PMK No. 80/ PMK.03/ 2010

Jika bertepata

n hari libur, dimundur

kan satu hari kerja.

Jika bertepata

n hari libur, dimundur

kan satu hari kerja.

(37)

Tanggal Jatuh Tempo Penyetoran (2)

a

Pasal 9 Ayat (1), PMK No. 184/ PMK.03/ 2007 Jo.

PMK No. 80/ PMK.03/ 2010

37

Jika bertepatan hari libur, dimundurkan satu hari kerja.

Jika bertepatan hari libur, dimundurkan satu hari kerja.

(38)

Tanggal Jatuh Tempo Pelaporan (1)

a

Pasal 9 Ayat (1), PMK No. 184/ PMK.03/ 2007 Jo.

PMK No. 80/ PMK.03/ 2010

Jika bertepatan hari libur,

(39)

Tanggal Jatuh Tempo Pelaporan (2)

a

Pasal 9 Ayat (1), PMK No. 184/ PMK.03/ 2007 Jo.

PMK No. 80/ PMK.03/ 2010

39

Jika bertepatan hari libur, dimundurkan satu hari kerja.

Jika bertepatan hari libur, dimundurkan satu hari kerja.

(40)

Tanggal Jatuh Tempo PPh 29

Pasal 9 Ayat (2)

(41)

Sanksi Administrasi

Keterlambatan Pembayaran

Pasal 9 Ayat (2a)

41

(42)

Ilustrasi

Sanksi Bunga

Keterlambatan Penyetoran Pajak

42

Fa. Egalite melaporkan SPT PPh Tahun 2011 dan menetapkan kesanggupan pembayaran angsuran PPh 25 sebesar Rp 2.750.000,00 untuk tahun berjalan. Di samping itu, SPT 2011 menyatakan perusahaan memiliki utang PPh 29 sebesar Rp 35.000.000,00. Fa. Egalite baru melaksanakan penyetoran PPh 25 masa Mei 2012 di tanggal 25 Juli 2012, bersamaan dengan pelunasan utang PPh 29.

Sanksi denda PPh 25 = 2 bulan x 2% x 2.750.000

= Rp 110.000,00

(Terhitung 15 Juni hingga 25 Juli)

Sanksi denda PPh 29 = 3 bulan x 2% x 35.000.000

Fa. Egalite melaporkan SPT PPh Tahun 2011 dan menetapkan kesanggupan pembayaran angsuran PPh 25 sebesar Rp 2.750.000,00 untuk tahun berjalan. Di samping itu, SPT 2011 menyatakan perusahaan memiliki utang PPh 29 sebesar Rp 35.000.000,00. Fa. Egalite baru melaksanakan penyetoran PPh 25 masa Mei 2012 di tanggal 25 Juli 2012, bersamaan dengan pelunasan utang PPh 29.

Sanksi denda PPh 25 = 2 bulan x 2% x 2.750.000

= Rp 110.000,00

(Terhitung 15 Juni hingga 25 Juli)

Sanksi denda PPh 29 = 3 bulan x 2% x 35.000.000

(43)

Tanggal Jatuh Tempo

Pembayaran Surat Keputusan

Pasal 9 Ayat (3), (3a) dan PMK No.187/

PMK.03/ 2007

43

(44)

Pengangsuran atau Penundaan Pembayaran

Pasal 9 Ayat (4), dan PER No. 38/ PJ./ Tahun 2008

(45)

Syarat Pengajuan Permohonan Pengangsuran atau Penundaan

Pembayaran

PMK No. 184/ PMK.03/ 2010

45

Keputusan diberikan maksimal 7 hari sejak permohonan diterima lengkap. Jika jangka

waktu terlewati, permohonan dianggap diterima.

Keputusan diberikan maksimal 7 hari sejak permohonan diterima lengkap. Jika jangka

waktu terlewati, permohonan dianggap diterima.

(46)

Pembayaran atau Penyetoran Pembayaran atau Penyetoran

Bank yang ditunjuk oleh

Bank yang

ditunjuk oleh Kantor PosKantor Pos

Tempat Pembayaran atau Penyetoran

Pasal 10 Ayat (1), PMK No. 184/ PMK.03/ 2010

(47)

47

Pembayaran atau Penyetoran Pajak Pembayaran atau Penyetoran Pajak

Menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain

yang ditentukan Dirjen Pajak dan telah divalidasi dengan Nomor

Transaksi Penerimaan Pajak (NTPN).

Menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain

yang ditentukan Dirjen Pajak dan telah divalidasi dengan Nomor

Transaksi Penerimaan Pajak (NTPN).

Sarana Pembayaran atau Penyetoran

PMK No. 184/ PMK.03/ 2010

(48)

Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak

Pasal 11, PMK No. 16/ PMK.03/ 2011

(49)

49

Landasan Hukum:

Pasal 12 s/ d Pasal 17E UU KUP

Penetapan dan

Ketetapan Pajak

(50)

Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Pasal 1 Angka (14), dan Pasal 12 Ayat (1)

WP wajib membayar pajak terutang WP wajib membayar pajak terutang

(51)

Jumlah Pajak Terutang

Pasal 12 Ayat (2), dan (3)

51

Jumlah pajak yang terutang menurut SPT yang disampaikan WP dianggap telah sesuai dengan

peraturan perundangan

Jumlah pajak yang terutang menurut SPT yang disampaikan WP dianggap telah sesuai dengan

peraturan perundangan

Dirjen Pajak mendapatkan bukti ketidakbenaran SPT.

Dirjen Pajak mendapatkan bukti ketidakbenaran SPT.

Kecuali Apabila Kecuali Apabila

Dirjen Pajak menetapkan jumlah pajak terutang yang semestinya.

Dirjen Pajak menetapkan jumlah pajak terutang yang semestinya.

Sedemikian Hingga Sedemikian Hingga

(52)

Sebab Penerbitan dan Sanksi SKPKB (1)

Pasal 13 Ayat (1), dan (2)

Pajak kurang bayar dikenai tambahan sanksi bunga 2% per bulan, maksimal selama 24 bulan sejak saat terutang hingga penerbitan Pajak kurang bayar dikenai tambahan sanksi

bunga 2% per bulan, maksimal selama 24 bulan sejak saat terutang hingga penerbitan

(53)

Ilustrasi

Sanksi Bunga Akibat SKPKB

53

CV. Fraternite memperoleh Pengukuhan sebagai PKP secara jabatan pada November 2012. Perusahaan dikenai Pemeriksaan dan ditetapkan bahwa nilai penyerahan BKP di Mei 2009 adalah Rp 2.350.000.000,00. SKPKB diterbitkan di bulan Desember 2012 untuk menagih PPN kurang bayar.

PPN Keluaran 235.000.000

PPN Masukan sebelum Pengukuhan 0

PPN Kurang Bayar 235.000.000

Sanksi Denda = 24 bulan x 2% x 235.000.000

= 112.800.000

(Mei 2009 hingga Desember 2012, maksimal 24 bulan)

Pajak yang harus dibayar = 235.000.000 + 112.800.000

= Rp 347.800.000,00

CV. Fraternite memperoleh Pengukuhan sebagai PKP secara jabatan pada November 2012. Perusahaan dikenai Pemeriksaan dan ditetapkan bahwa nilai penyerahan BKP di Mei 2009 adalah Rp 2.350.000.000,00. SKPKB diterbitkan di bulan Desember 2012 untuk menagih PPN kurang bayar.

PPN Keluaran 235.000.000

PPN Masukan sebelum Pengukuhan 0

PPN Kurang Bayar 235.000.000

Sanksi Denda = 24 bulan x 2% x 235.000.000

= 112.800.000

(Mei 2009 hingga Desember 2012, maksimal 24 bulan)

Pajak yang harus dibayar = 235.000.000 + 112.800.000

= Rp 347.800.000,00

(54)

Sebab Penerbitan dan Sanksi SKPKB (2)

Pasal 13 Ayat (1), dan (3)

(55)

Jangka Waktu Penerbitan SKPKB

Pasal 13 Ayat (4), dan (5)

55

(56)

Dasar Penerbitan SKPKB

a

Pasal 13, dan PMK No. 23/ PMK.03/ 2008 Jo.

PMK No. 83/ PMK.03/ 2010

(57)

Sanksi Administrasi Kealpaan

Pasal 13A

57

Apabila WP akibat kealpaannya melakukan tindakan yang merugikan keuangan negara

berikut:

Tidak menyampaikan SPT.

Menyampaikan SPT secara tidak benar atau tidak lengkap.

Melampirkan keterangan yang isinya tidak benar.

Apabila WP akibat kealpaannya melakukan tindakan yang merugikan keuangan negara

berikut:

Tidak menyampaikan SPT.

Menyampaikan SPT secara tidak benar atau tidak lengkap.

Melampirkan keterangan yang isinya tidak benar.

WP wajib melunasi pajak kurang bayar, ditambah kenaikan 200% yang ditetapkan

melalui SKPKB.

WP wajib melunasi pajak kurang bayar, ditambah kenaikan 200% yang ditetapkan

melalui SKPKB.

Tidak dikenai sanksi pidana, apabila kealpaan terjadi untuk pertama kalinya.

Tidak dikenai sanksi pidana, apabila kealpaan terjadi untuk pertama kalinya.

(58)

Sebab Penerbitan dan Sanksi STP (1)

Pasal 14 Ayat (1), (2) dan (3)

(59)

Sebab Penerbitan dan Sanksi STP (2)

a

Pasal 14 Ayat (1), (4), (5), dan PMK No. 189/

PMK.03/ 2007 Jo.

PMK No. 84/ PMK.03/ 2010

STP dapat diterbitkan atas WP yang dikenai sanksi 59

denda atau bunga.

STP dapat diterbitkan atas WP yang dikenai sanksi denda atau bunga.

(60)

Ilustrasi

Sanksi Denda Akibat STP

Koperasi Revolusi melakukan penyerahan JKP dengan nilai penggantian Rp 682.500.000,00 di masa Februari 2012 dan tidak melaporkannya dalam SPT Masa Februari. STP diterbitkan di bulan Agustus 2012 untuk menagih pajak berdasar faktur yang belum dilaporkan.

DPP 682.500.000

PPN Kurang Bayar 68.250.000 Sanksi Denda = 2% x 682.500.000

= 13.650.000

Pajak yang harus dibayar = 68.250.000 + Koperasi Revolusi melakukan penyerahan JKP dengan nilai penggantian Rp 682.500.000,00 di masa Februari 2012 dan tidak melaporkannya dalam SPT Masa Februari. STP diterbitkan di bulan Agustus 2012 untuk menagih pajak berdasar faktur yang belum dilaporkan.

DPP 682.500.000

PPN Kurang Bayar 68.250.000 Sanksi Denda = 2% x 682.500.000

= 13.650.000

Pajak yang harus dibayar = 68.250.000 +

(61)

Sebab Penerbitan dan Sanksi SKPKBT

Pasal 15 Ayat (1), (2), (3), dan (4)

61

(62)

Dasar Penerbitan SKPKBT

a

Pasal 15, dan PMK No. 23/ PMK.03/ 2008 Jo.

PMK No. 83/ PMK.03/ 2010

(63)

Pembetulan Ketetapan Pajak

Pasal 16

63

(64)

Penerbitan SKPLB

Pasal 17

(65)

Dasar Penerbitan SKPLB

a

Pasal 17, dan PMK No. 23/ PMK.03/ 2008 Jo.

PMK No. 83/ PMK.03/ 2010

65

(66)

Penerbitan SKPN

a

Pasal 17A, dan PMK No. 23/ PMK.03/ 2008 Jo.

PMK No. 83/ PMK.03/ 2010

(67)

Ketentuan Umum Restitusi

Pasal 17B, dan PMK No. 191/ PMK 03/ 2007

67

(68)

Penerbitan SKPPKP (Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan

Pembayaran)

Pasal 17C Ayat (1), (4), dan (5)

(69)

Ilustrasi

Sanksi Kenaikan Paska SKPPKP

69

PT. Proklamasi telah memperoleh pengembalian pendahuluan Rp 110.000.000,00. WP dikenai Pemeriksaan dan dilakukan penerbitan SKPB dengan penghitungan berikut.

PPh Terutang 315.000.000 Kredit PPh 22 (100.250.000) Kredit PPh 23 (101.500.000) Kredit PPh 24 (101.000.000) Kredit PPh 25 (102.250.000)

PPh Lebih Bayar berdasar SKPKB 90.000.000

Sanksi Kenaikan = 100% x (110.000.000 - 90.000.000)

= 20.000.000

Pajak yang harus dibayar = 20.000.000 + 20.000.000

= Rp 40.000.000,00

PT. Proklamasi telah memperoleh pengembalian pendahuluan Rp 110.000.000,00. WP dikenai Pemeriksaan dan dilakukan penerbitan SKPB dengan penghitungan berikut.

PPh Terutang 315.000.000 Kredit PPh 22 (100.250.000) Kredit PPh 23 (101.500.000) Kredit PPh 24 (101.000.000) Kredit PPh 25 (102.250.000)

PPh Lebih Bayar berdasar SKPKB 90.000.000

Sanksi Kenaikan = 100% x (110.000.000 - 90.000.000)

= 20.000.000

Pajak yang harus dibayar = 20.000.000 + 20.000.000

= Rp 40.000.000,00

(70)

WP Kriteria Tertentu Berhak Atas SKPPKP

Pasal 17C Ayat (2), (6), dan PMK No. 74/ PMK.

03/ 2012

(71)

WP Persyaratan Tertentu Berhak Atas SKPPKP

a

Pasal 17D, dan PMK No. 193/ PMK. 03/ 2007 Jo.

PMK No. 54/ PMK. 03/ 2009

Jika pemeriksaan berujung pada SKPKB, WP dikenai kenaikan 100%. 71

Jika pemeriksaan berujung pada SKPKB, WP dikenai kenaikan 100%.

(72)

Landasan Hukum:

Pasal 18 s/ d Pasal 27A UU KUP

Penagihan, Keberatan, dan

Banding

(73)

Dasar Penagihan Pajak

Pasal 18 Ayat (1)

73

(74)

Sebab Pengenaan Bunga Penagihan

Pasal 19

Nominal bunga adalah 2% per bulan.

Bagian bulan dihitung sebagai 1 bulan Nominal bunga adalah 2% per bulan.

Bagian bulan dihitung sebagai 1 bulan

(75)

Ilustrasi

Sanksi Bunga Penagihan

75

Fa. Deklarasi menerima SKPKBT di tanggal 13 September 2012 yang menyatakan pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 57.500.000,00. Hingga 12 September 2012, perusahaan telah membayar sebesar Rp 27.500.000,00, Rp 20.000.000,00 dibayar di tanggal 10 November 2012 dan ditagih dengan STP tertanggal 11 November 2012.

Pajak yang masih harus dibayar 57.500.000 Pajak dibayar sebelum jatuh tempo (27.500.000)

Pajak dibayar setelah jatuh tempo (20.000.000) Sisa pajak yang masih terutang 10.000.000 Sanksi Bunga = 2 bulan x 2% x 30.000.000

= 1.200.000

Pajak yang harus dibayar = 10.000.000 + 1.200.000

= Rp 11.200.000,00

Fa. Deklarasi menerima SKPKBT di tanggal 13 September 2012 yang menyatakan pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 57.500.000,00. Hingga 12 September 2012, perusahaan telah membayar sebesar Rp 27.500.000,00, Rp 20.000.000,00 dibayar di tanggal 10 November 2012 dan ditagih dengan STP tertanggal 11 November 2012.

Pajak yang masih harus dibayar 57.500.000 Pajak dibayar sebelum jatuh tempo (27.500.000)

Pajak dibayar setelah jatuh tempo (20.000.000) Sisa pajak yang masih terutang 10.000.000 Sanksi Bunga = 2 bulan x 2% x 30.000.000

= 1.200.000

Pajak yang harus dibayar = 10.000.000 + 1.200.000

= Rp 11.200.000,00

(76)

Ilustrasi

Sanksi Bunga Penagihan

Atas Angsuran atau Penundaan

76

CV. Aneksasi menerima SKPKBT tertanggal 21 Januari 2012 yang menyatakan pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 825.000.000,00. Batas akhir pelunasan tanggal 20 Februari 2012 dan WP diperbolehkan mengangsur selama 3 bulan dengan angsuran tetap sebesar Rp 275.000.000,00.

Sanksi bunga angsuran I = 2% x 825.000.000 = 16.500.000

Sanksi bunga angsuran I = 2% x 550.000.000 = 11.000.000

Sanksi bunga angsuran I = 2% x 275.000.000 = 5.500.000

Total sanksi bunga Rp

33.000.000,00

Apabila WP diberikan izin penundaan hingga 20 Mei 2012, dan bukan pengangsuran, maka:

CV. Aneksasi menerima SKPKBT tertanggal 21 Januari 2012 yang menyatakan pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 825.000.000,00. Batas akhir pelunasan tanggal 20 Februari 2012 dan WP diperbolehkan mengangsur selama 3 bulan dengan angsuran tetap sebesar Rp 275.000.000,00.

Sanksi bunga angsuran I = 2% x 825.000.000 = 16.500.000

Sanksi bunga angsuran I = 2% x 550.000.000 = 11.000.000

Sanksi bunga angsuran I = 2% x 275.000.000 = 5.500.000

Total sanksi bunga Rp

33.000.000,00

Apabila WP diberikan izin penundaan hingga 20 Mei 2012, dan bukan pengangsuran, maka:

(77)

Penagihan dengan Surat Paksa

Pasal 20

77

Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh juru sita pajak kepada penanggung

pajak tanpa

menunggu tanggal jatuh tempo

pembayaran .

Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh juru sita pajak kepada penanggung

pajak tanpa

menunggu tanggal jatuh tempo

pembayaran . Surat Paksa

diterbitkan untuk menagih pajak akibat STP, SKPKB,

SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan

Banding, dan

Putusan Peninjauan Kembali yang tidak

dibayar sesuai jangka waktu.

Surat Paksa diterbitkan untuk

menagih pajak akibat STP, SKPKB,

SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan

Banding, dan

Putusan Peninjauan Kembali yang tidak

dibayar sesuai jangka waktu.

(78)

Penanggung Pajak

Pasal 1 Angka (28) dan Pasal 32 Ayat (4)

(79)

Hak Mendahulu

Pasal 21 Ayat (1), (2), dan (3)

79

(80)

Penyebab Hilangnya Hak Mendahulu

Pasal 21 Ayat (4), dan (5)

(81)

Daluarsa Penagihan

Pasal 22

81

(82)

Gugatan WP atau Penanggung Pajak

Pasal 23 Ayat (2)

(83)

Penghapusan Piutang Pajak

Pasal 24, dan PMK No. 68/ PMK.03/ 2012

83

(84)

Pengajuan Keberatan

Pasal 25 Ayat (1), (5), (7), dan PMK No. 194/

PMK.03/ 2007

(85)

Syarat Pengajuan Surat Keberatan

Pasal 25 Ayat (2), (3), (4), dan PMK No. 194/

PMK.03/ 2007

85

(86)

Hak WP Atas Pengajuan Keberatan

Pasal 25 Ayat (6), dan PMK No. 194/ PMK.03/

2007

(87)

Penyelesaian Surat Keberatan

Pasal 26 Ayat (1), (2), (3), dan (5)

87

(88)

Sanksi Terkait Penyelesaian Keberatan

Pasal 25 Ayat (9), dan (10)

(89)

Ilustrasi

Sanksi Kenaikan

Atas Penyelesaian Keberatan

89

Koperasi Infiltrasi menerima SKPKB yang menyatakan pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 48.500.000,00. Melalui pembahasan akhir hasil Pemeriksaan, WP menyetujui pembayaran sebesar Rp 23.500.000,00, melunasinya, kemudian mengajukan keberatan. Dirjen Pajak menerima sebagian keberatan WP dan menetapkan jumlah pajak yang masih terutang seharusnya sebesar Rp 43.500.000,00.

Sanksi kenaikan = 50% x (43.500.000 – 23.500.000)

= 10.000.000

Jumlah masih harus dibayar

= 20.000.000 + 10.000.000

= Rp 30.000.000,00

Koperasi Infiltrasi menerima SKPKB yang menyatakan pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 48.500.000,00. Melalui pembahasan akhir hasil Pemeriksaan, WP menyetujui pembayaran sebesar Rp 23.500.000,00, melunasinya, kemudian mengajukan keberatan. Dirjen Pajak menerima sebagian keberatan WP dan menetapkan jumlah pajak yang masih terutang seharusnya sebesar Rp 43.500.000,00.

Sanksi kenaikan = 50% x (43.500.000 – 23.500.000)

= 10.000.000

Jumlah masih harus dibayar

= 20.000.000 + 10.000.000

= Rp 30.000.000,00

(90)

Pembuktian Ketidakbenaran SKP Secara Jabatan

Pasal 26 Ayat (4)

(91)

Pengajuan Banding

Pasal 27

91

(92)

Ilustrasi

Sanksi Kenaikan

Atas Penyelesaian Banding

92

PT. Invasi menerima SKPKB yang menyatakan pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 97.500.000,00 Melalui pembahasan akhir hasil Pemeriksaan, WP menyetujui pembayaran sebesar Rp 50.000.000,00, melunasinya, kemudian mengajukan keberatan. Putusan Keberatan menetapkan pajak terutang seharusnya sebesar Rp 73.250.000,00. WP mengajukan banding dan Putusan Banding menetapkan pajak terutang seharusnya sebesar Rp 61.500.000,00.

Sanksi kenaikan = 100% x (61.500.000 – 50.000.000)

= 11.500.000

Jumlah masih harus dibayar

PT. Invasi menerima SKPKB yang menyatakan pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 97.500.000,00 Melalui pembahasan akhir hasil Pemeriksaan, WP menyetujui pembayaran sebesar Rp 50.000.000,00, melunasinya, kemudian mengajukan keberatan. Putusan Keberatan menetapkan pajak terutang seharusnya sebesar Rp 73.250.000,00. WP mengajukan banding dan Putusan Banding menetapkan pajak terutang seharusnya sebesar Rp 61.500.000,00.

Sanksi kenaikan = 100% x (61.500.000 – 50.000.000)

= 11.500.000

Jumlah masih harus dibayar

(93)

Imbalan Bunga Atas Keberatan, Banding, atau Peninjauan Kembali

Pasal 27A Ayat (1), dan PMK No. 40/ PMK.03/

2005

93

(94)

Imbalan Bunga Atas Surat Keputusan

Pasal 27A Ayat (1a)

(95)

Imbalan Bunga Atas Sanksi Administrasi

Pasal 27A Ayat (2) dan (3), dan PMK No. 40/

PMK.03/ 2005

95

(96)

Landasan Hukum:

Pasal 28 s/ d Pasal 37A UU KUP

Pembukuan, Pemeriksaan,

& Ketentuan Khusus

(97)

Pembukuan

Pasal 1 Angka (27)

97

(98)

Kewajiban Pembukuan

Pasal 28 Ayat (1) dan (2)

(99)

Syarat Pembukuan

Pasal 28 Ayat (3), (4), (5) dan (7)

99

(100)

Syarat Perubahan Tahun Buku atau Metode Pembukuan

Pasal 28 Ayat (6)

(101)

Pembukuan dalam Bahasa dan Mata Uang Asing

Pasal 28 Ayat (8), dan PMK No. 24/ PMK.03/

2012

101

(102)

Pencatatan

Pasal 28 Ayat (9), PMK No. 197/ PMK.03/ 2007

Pencatatan dipergunakan sebagai dasar penentuan jumlah

Pencatatan dipergunakan sebagai dasar penentuan jumlah

(103)

Syarat Pencatatan

a

Pasal 28 Ayat (12), dan PMK No. 197/ PMK.03/

2007 Jo.

PER No. 4/ PJ./ 2009

103

(104)

Penyimpanan Buku, Catatan, Dokumen

Pasal 28 Ayat (11)

(105)

Pemeriksaan

Pasal 1 Angka (25), dan Pasal 29 Ayat (1)

105

(106)

Tujuan Lain Pemeriksaan

Penjelasan Pasal 29 Ayat (1)

(107)

Kewajiban WP untuk merahasiakan informasi terkait pembukuan

ditiadakan atas kepentingan pemeriksaan.

Kewajiban WP Terperiksa

Pasal 29 Ayat (3), dan (4)

107

(108)

Pemeriksaan dan Penyegalan

Pasal 29 Ayat (2), Pasal 30, dan PMK No. 198/

PMK.03/ 2007

(109)

Wakil Wajib Pajak

Pasal 32 Ayat (1), dan (4)

109

(110)

Tanggung Jawab Wakil Wajib Pajak

Pasal 32 Ayat (2)

(111)

111

Kuasa Wajib Pajak

Pasal 32 Ayat (3), (3A) dan PMK No. 22/

PMK.03/ 2008

(112)

Pengungkapan Rahasia oleh Pejabat

Pasal 34

(113)

Pihak Lain yang Berhak Atas

Keterangan Pejabat atau Tenaga Ahli

Pasal 34 Ayat (2a), dan KMK No. 539/ KMK.04/

2000

113

(114)

Lingkup Pejabat Pemberi Keterangan

Pasal 34, KMK No. 510/ KMK.03/ 2007

(115)

Peniadaan Kewajiban Merahasiakan

oleh Pihak Ketiga

Pasal 35

115

(116)

Pengurangan, Penghapusan, dan Pembatalan

Ketetapan Pajak

Pasal 36, dan PMK No. 21/ PMK.03/ 2008

(117)

117

Permohonan WP Atas

Pengurangan, Penghapusan, dan Pembatalan Ketetapan Pajak

Pasal 36, dan PMK No. 21/ PMK.03/ 2008

(118)

Sanksi Bagi Petugas Pajak

Pasal 36A

(119)

Kode Etik Pegawai Pajak

Pasal 36B

119

Kode etik yang wajib dipatuhi pegawai Ditjen Pajak berdasar

kepada:

Peraturan Menkeu No. 1/ PM.3/

2007

Kode etik yang wajib dipatuhi pegawai Ditjen Pajak berdasar

kepada:

Peraturan Menkeu No. 1/ PM.3/

2007

Pengawasan pelaksanaan dan penampungan pengaduan

pelanggaran dilaksanakan oleh Komite Kode Etik

Pengawasan pelaksanaan dan penampungan pengaduan

pelanggaran dilaksanakan oleh Komite Kode Etik

Pelanggaran kode etik dapat dikenai:

Sanksi moral secara terbuka atau tertutup.

Hukuman disiplin.

Pelanggaran kode etik dapat dikenai:

Sanksi moral secara terbuka atau tertutup.

Hukuman disiplin.

(120)

Landasan Hukum:

Pasal 38 s/ d Pasal 44B UU KUP

Ketentuan Pidana dan

Penyidikan

(121)

Lingkup Pidana Perpajakan

121

(122)

Pidana Akibat Kealpaan WP

Pasal 38, dan Pasal 43 Ayat (1)

(123)

Bentuk Pidana Akibat Kesengajaan WP (A)

Pasal 39 Ayat (1)

123

(124)

Sanksi Pidana Akibat Kesengajaan WP,

Berikut Pengulangannya (A)

Pasal 39 Ayat (1), dan (2)

Sanksi berlaku pula bagi wakil, kuasa, dan pegawai WP, atau pihak lain yang menyuruh, turut serta,

mengajurkan, atau membantu tindak pidana.

Sanksi berlaku pula bagi wakil, kuasa, dan pegawai WP, atau pihak lain yang menyuruh, turut serta,

mengajurkan, atau membantu tindak pidana.

Pengulangan tindak pidana sebelum 1 tahun sejak selesainya sanksi terakhir, pelanggar pengenaan

sanksi pidana akan dilipatkan 2 kali.

Pengulangan tindak pidana sebelum 1 tahun sejak selesainya sanksi terakhir, pelanggar pengenaan

sanksi pidana akan dilipatkan 2 kali.

(125)

Percobaan Tindak Pidana oleh WP

Pasal 39 Ayat (3)

125

Sanksi berlaku pula bagi wakil, kuasa, dan pegawai WP, atau pihak lain yang menyuruh, turut serta, mengajurkan, atau membantu percobaan pidana.

Sanksi berlaku pula bagi wakil, kuasa, dan pegawai WP, atau pihak lain yang menyuruh, turut serta, mengajurkan, atau membantu percobaan pidana.

(126)

Pidana Akibat Kesengajaan WP (B)

Pasal 39A

Sanksi berlaku pula bagi wakil, kuasa, dan

pegawai WP, atau pihak lain yang menyuruh, turut serta, mengajurkan,

Sanksi berlaku pula bagi wakil, kuasa, dan

pegawai WP, atau pihak lain yang menyuruh, turut serta, mengajurkan,

(127)

Daluarsa Pidana Perpajakan

Pasal 40

127

Tindak pidana perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau 10

tahun sejak:

Tindak pidana perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau 10

tahun sejak:

Saat terutangnya pajak.

Berakhirnya masa bagian tahun atau tahun pajak.

Saat terutangnya pajak.

Berakhirnya masa bagian tahun

atau tahun pajak.

(128)

Pidana oleh Pejabat

Pasal 41

(129)

Pidana Bagi Pihak Ketiga (A)

Pasal 41A, 41B, dan 43 Ayat (2)

129

Sanksi berlaku pula bagi pihak yang menyuruh, mengajurkan, atau membantu pidana oleh pihak

ketiga.

Sanksi berlaku pula bagi pihak yang menyuruh, mengajurkan, atau membantu pidana oleh pihak

ketiga.

(130)

Pidana Bagi Pihak Ketiga (B)

Pasal 41C

(131)

Penyidikan Pidana Perpajakan

Pasal 1 Angka 31 dan Pasal 44 Ayat (1)

131

(132)

Wewenang Penyidik

Pasal 44 Ayat (2)

(133)

Pelaksanaan Penyidikan

Pasal 44 Ayat (3), dan (4)

133

(134)

Pihak Berhak Menghentikan Penyidikan

Pasal 44A, dan 44B

(135)

Hak dan kewajiban yang Belum Selesai

Pasal II

135

Dikenai ketentuan UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2000.

Dikenai ketentuan UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2000.

Setiap hak dan kewajiban perpajakan tahun pajak 2001 hingga tahun pajak

2007 yang belum diselesaikan

Setiap hak dan kewajiban perpajakan tahun pajak 2001 hingga tahun pajak

2007 yang belum diselesaikan

(136)

Referensi

Fitriandi, Primandita dkk. 2011. “Kompilasi Undang – Undang Perpajakan Terlengkap” . Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Waluyo. 2011. “Perpajakan Indonesia”.

Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

(137)

137

Dr. Dwi Martani

Departemen Akuntansi FEUI [email protected] atau

[email protected]

081318227080/ 08161932935 http:/staff.blog.ac.id/martani/

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait

Sanksi 1 Penyedia Barang/Jasa dapat diberikan Sanksi 53omputer53ative, berupa peringatan/teguran tertulis; Gugatan secara perdata; dan/atau Pelaporan secara pidana kepada pihak yang