Menghidupkan Nurani dengan Berpikir Kritis
ILHAM YAHYA RAMADHANI XII MIPA 2
Pengertian Berpikir Kritis
Sebelum kita mengetahui apa itu pengertian berpikir kritis ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai
pengertian berpikir. Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari idea tau gagasan dengan menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal.
Tri Rusmi dalam Perilaku Manusia (1996), mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/
ingatan, berpikir mengunakan lambang (visual atau gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan yang disertai
proses pemecahan masalah.
Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup
membuat pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995 ). Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi ( Chaffe, 1994 ).
Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan ( Katako-Yahiro dan
Saylor, 1994). Jadi yang merupakan pengertian berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara
berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi.
Perintah Berpikir Kritis
Berpikir kritis didefinisikan beragam oleh para pakar.
Menurut Mertes, berpikir kritis adalah “sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.
Berdasarkan definisi di atas, sikap dan tindakan yang mencerminkan berpikir kritis terhadap ayat-ayat Allah Swt.
adalah berusaha memahaminya dari berbagai sumber,
menganalisis, dan merenungi kandungannya, kemudian
menindaklanjuti dengan sikap dan tindakan positif.
Perintah Berpikir Kritis
Baca dengan Tartil Ayat al-Qur‘an dan Terjemahnya yang Mengandung Perintah Berpikir Kritis
Salah satu mukjizat al-Qur‘an adalah banyaknya ayat yang memuat informasi terkait dengan penciptaan alam dan menantang para pembacanya untuk merenungkan informasi Ilahi tersebut. Di antara ayat yang dimaksud
adalah firman Allah Swt. dalam Q.S. Ali 'Imran/3:190-191
berikut:
Perintah Berpikir Kritis
Perintah Berpikir Kritis
Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal, yaitu
orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam
keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan memikirkan
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan
kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari siksa api neraka”
Perintah Berpikir Kritis
Dalam berpikir kritis diperlukan analisis terkait suatu
permasalahan atau pembahasan. Dalam hal ini analisi yang dimaksud adalah memecah bagian perbagian dari suatu
masalah dan menanggapinya dengan begitu akan
ditemukan pemikiran-pemikiran baru terkait masalah tertentu. Makada dari itu, dalam materi ini kita di tuntut untuk melakukan analisis pada Q.S. Ali 'Imran/3:190-191.
Dalam Surah ini kita bisa menganalisis perbagian dari
tajwid, kosa kata, dan juga tafsir dari ayat ini.
Perintah Berpikir Kritis
Asbabun Nuzul
At-Tabari dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abas r.a.,bahwa orang-orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan bertanya,”Bukti-bukti
kebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu?” Dijawab, “Tongkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya”.
Kemudian mereka mendatangi kaum Nasrani dan menanyakan,
“Bagaimana halnya dengan Isa?” Dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta sejak lahir dan penyakit sopak serta menghidupkan orang yang sudah mati.” Selanjutnya mereka mendatangi Rasulullah saw. dan berkata,
“Mintalah dari Tuhanmu agar bukit safa itu jadi emas untuk kami.” Maka Nabi berdoa, dan turunlah ayat ini (Q.S. Ali 'Imran/3:190-191), mengajak mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan,dan matahari serta
peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang- binatang, dan sebagainya.
Perintah Berpikir Kritis
Tafsir / Penjelasan Ayat
Surat Ali Imran ayat 190 ini menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi ulul albab. Yakni orang-orang yang berakal.
Orang-orang yang mau berpikir. Orang-orang yang mau memperhatikan alam. Orang-orang yang kritis.
“Al Quran mengarahkan hati dan pandangan manusia secara berulang-ulang dan intens untuk memperhatikan kitab yang terbuka (alam) ini, yang tidak pernah berhenti halaman-halamannya berbolak-
balik,” kata Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran. “Maka dalam setiap halamannya tampaklah ayat yang mengesankan dan
mengkonsentrasikan dalam fitrah yang sehat perasaan terhadap kebenaran dan desain alam ini.”
Perintah Berpikir Kritis
Ibnu Katsir menjelaskan, surat Ali Imran ayat 190 ini memotivasi untuk memperhatikan ketinggian langit dan
keluasan bumi, tata letak dan semua yang ada padanya mulai gunung hingga lautan. Mulai padang pasir hingga hutan. Mulai hewan hingga tumbuhan dan pepohonan. Juga bintang-bintang.
“Renungkanlah alam, langit dan bumi. Langit yang
melindungimu dan bumi yang terhampar tempat kamu hidup,”
kata Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar. “Pergunakanlah pikiranmu dan tiliklah pergantian antara siang dan malam.
Semuanya itu penuh dengan ayat-ayat, tanda-tanda kebesaran Allah.”
Perintah Berpikir Kritis
Ulul albab menurut Ibnu Katsir adalah orang yang memiliki akal sempurna lagi memiliki kecerdasan. Sedangkan menurut Sayyid Qutb, ulul albab adalah orang-orang yang memiliki
pemikiran dan pemahaman yang benar.
Orang yang memahami bahwa penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah, mereka itulah ulul albab. Sedangkan orang-
orang bodoh, meskipun ia melihat langit dan bumi serta melihat pergantian siang dan malam setiap hari, mereka tidak sampai pada kebenaran itu. Meskipun secara akademis dikenal pandai.
Karena itulah, Amr bin Hisyam yang oleh kaumnya diberi gelar Abul Hakam, dalam Islam diberi gelar Abu Jahal.
Perintah Berpikir Kritis
Siapakah ulul albab yang disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat 190?
Ayat 191 ini menjelaskannya. Bahwa ulul albab adalah orang yang banyak berdzikir dan bertafakkur. Ia berdzikir dalam segala kondisi baik saat
berdiri, duduk ataupun berbaring. Ia juga mentafakkuri (memikirkan) penciptaan alam ini hingga sampai pada kesimpulan bahwa Allah
menciptakan alam tidak ada yang sia-sia. Maka ia pun berdoa kepada Allah, memohon perlindungan dari siksa neraka.
“Di sini bertemulah dua hal yang tidak terpisahkan yakni dzikir dan pikir,” kata Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.
“Mereka tidak pernah terputus dari berdzikir mengingat-Nya dalam semua keadaan mereka,” tulis Ibnu Katsir saat menafsirkan Surat Ali
Imran ayat 191. “Lisan, hati dan jiwa mereka semuanya selalu mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Belajar Berpikir Kritis
“Wayatafakkaruuna fii khalqis samaawaati wal ardl” menurut Ibnu Katsir maknanya adalah, mereka memahami semua hikmah yang terkandung di dalamnya yang menunjukkan kepada kebesaran Penciptanya, kekuasaan- Nya, pengetahuan-Nya, pilihan-Nya dan rahmat-Nya.
Maka Hasan Al Basri mengatakan, “berpikir selama sesaat lebih baik daripada berdiri shalat semalam.”
Umar bin Abdul Aziz mengatakan, “Berbicara untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah baik dan berpikir tentang nikmat-nikmat Allah lebih utama daripada ibadah.”
Sayyid Qutb menjelaskan, memikirkan kekuasaan Allah dalam penciptaan makhluk ini merupakan ibadah kepada Allah dan juga bentuk dzikir kepada- Nya. Dan ayat-ayat Allah di alam semesta ini tidak menampakkan hakikatnya yang mengesankan kecuali kepada hati yang selalu berdzikir dan beribadah.
Belajar Berpikir Kritis
Hasil yang kemudian diperoleh dari tafakkur ini, adalah suasana berhubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga ia pun berdoa:
ِراَنلا َباَذَع اَنِقَف َكَناَحْبُس للِطاَب اَذَٰه َتْقَلَخ اَم اَنَبَر Artinya :
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
“Ucapan doa ini adalah lanjutan perasaan sesudah dzikir dan pikir, yaitu tawakkal dan ridha, menyerah dan mengakui kelemahan diri,”
kata Buya Hamka.
Hakekat Berpikir Kritis
Definisi tentang berpikir kritis disampaikan oleh Mustaji. Ia memberikan definisi bahwa berpikir kristis adalah “berpikir secara beralasan dan
reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan”. Salah satu contoh kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan “membuat ramalan”, yaitu membuat prediksi tentang suatu masalah, seperti memperkirakan apa yang akan terjadi besok berdasarkan analisis terhadap kondisi yang ada hari ini.
Dalam Islam, masa depan yang dimaksud bukan sekedar masa depan di dunia, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu di akhirat. Orang yang dipandang cerdas oleh Nabi adalah orang yang pikirannya jauh ke masa depan di akhirat. Maksudnya, jika kita sudah tahu bahwa kebaikan dan keburukan akan menentukan nasib kita di akhirat, maka dalam setiap perbuatan kita, harus ada pertimbangan akal sehat. Jangan dilakukan perbuatan yang akan menempatkan kita di posisi yang rendah di akhirat. “Berpikir sebelum
bertindak”, itulah motto yang harus menjadi acuan orang “cerdas”. Pelajari baik-baik sabda Rasulullah saw. berikut:
Hakekat Berpikir Kritis
Hakekat Berpikir Kritis
Dalam hadis ini Rasulullah menjelaskan bahwa orang yang benar-benar cerdas adalah orang yang pandangannya jauh ke depan, menembus dinding duniawi, yaitu hingga kehidupan abadi yang ada di balik kehidupan fana di dunia ini. Tentu saja, hal itu sangat dipengaruhi oleh keimanan seseorang kepada adanya kehidupan kedua, yaitu akhirat. Orang yang tidak meyakini adanya hari pembalasan, tentu tidak akan pernah berpikir untuk menyiapkan diri dengan amal apa pun. Jika indikasi “cerdas” dalam pandangan Rasulullah adalah jauhnya orientasi dan visi ke depan (akhirat), maka pandangan-
pandangan yang hanya terbatas pada dunia, menjadi pertanda tindakan
“bodoh” atau “jahil” (Arab, kebodohan=jahiliyah). Bangsa Arab pra Islam dikatakan jahiliyah bukan karena tidak bisa baca tulis, tetapi karena
kelakuannya menyiratkan kebodohan, yaitu menyembah berhala dan melakukan kejahatan-kejahatan. Orang “bodoh” tidak pernah takut melakukan korupsi,
menipu, dan kezaliman lainnya, asalkan dapat selamat dari jerat hukum di pengadilan dunia.
Hakekat Berpikir Kritis
Jadi, kemaksiatan adalah tindakan “bodoh” karena hanya memperhitungkan pengadilan dunia yang mudah direkayasa,
sedangkan pengadilan Allah di akhirat yang tidak ada tawar-menawar malah ”diabaikan”. Orang-orang tersebut dalam hadis di atas dikatakan sebagai orang “lemah”, karena tidak mampu melawan nafsunya
sendiri. Dengan demikian, orang-orang yang suka bertindak bodoh adalah orang-orang lemah.
Orang yang cerdas juga tahu bahwa kematian bisa datang kapan saja tanpa diduga. Oleh karena itu, ia akan selalu bersegera melakukan kebaikan (amal saleh) tanpa menunda.
Hakekat Berpikir Kritis
Hakekat Berpikir Kritis
Dalam hadis di atas Rasulullah saw. mengingatkan kita supaya bersegera dan tidak menunda-nunda untuk beramal salih. Rasulullah menyebut tujuh macam peristiwa yang buruk untuk menyadarkan kita semua, pertama, kemiskinan yang membuat kita menjadi lalai kepada Allah karena sibuk mencari penghidupan (harta). Kedua, kekayaan
yang membuat kita menjadi sombong karena menganggap semua
kekayaan itu karena kehebatan kita. Ketiga, sakit yang dapat membuat ketampanan dan kecantikan kita pudar, atau bahkan cacat. Keempat, masa tua yang membuat kita menjadi lemah atau tak berdaya. Kelima, kematian yang cepat karena usia/umur yang dimilikinya tidak memberi manfaat. Keenam, datangnya dajjal yang dikatakan sebagai makhluk terburuk karena menjadi fitnah bagi manusia. Ketujuh, hari kiamat, bencana terdahsyat bagi orang yang mengalaminya.
Hakekat Berpikir Kritis
Jadi, berpikir kritis dalam pandangan Rasulullah dalam dua hadis di atas adalah mengumpulkan
bekal amal salih sebanyak-banyaknya untuk
kehidupan pasca kematian (akhirat), karena “dunia tempat menanam dan akhirat memetik hasil
(panen)”. Oleh karena itu, jika kita ingin memetik hasil di akhirat, jangan lupa bercocok tanam di
dunia ini dengan benih-benih yang unggul, yaitu
amal salih.
Manfaat Berpikir Kritis
Adapun manfaat berfikir kritis di antaranya adalah:
1. Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah Swt.
2. Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia.
3. Dapat mengambil inspirasi dari semua ciptaan Allah Swt. dalam mengembangkan IPTEKS.
4. Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian).
5. Mengantisipasi terjadinya bahaya, dengan memahami gejala dan fenomena alam.
6. Semakin bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal dan fasilitas lain, baik yang berada di dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta.
7. Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan.
8. Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner.
9. Semakin bersemangat dalam mengumpulkkan bekal untuk kehidupan di akhirat, dengan meningkatkan amal salih dan menekan /meninggalkan kemaksiatan.