Nama : Febby Febrianthy Mansur Nim : 200605502027
Kelas : A 2020
Ujian Final etika 1. Jelaskan perbedaan etika dan moral dan berikan contohnya?
2. Jelaskan dan berikan contoh permasalahan dalam etika Administrasi publik
3. Jelaskan mengapa di organisasi publik diperlukan landasakan etika administrasi publik disertai pemberian contoh
4. Jelaskan perananan etika Administrasi publik dalam kebijakan publik Sebagai esenci Tindakan administrasi publik
5. Bagaimana pelayanan publik setelah masa reformasi, bandingkan dengan era sebelumnya ? Berikan contohnya!
6. Jelaskan perbedaan penilian etika sebagai code of conduct dalam jabatan organisasi dan Sebagai anggota masyarakat biasa
7. Jelaskan kondisi-kondisi yang menimbulkan maladministrasi dalam organisasi publik
8. Jelaskan bagaimanakah kemampuan birokrasi mengedepankan etika pelayanan publik dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah?
Jawaban
1. Kata "etika" berasal dari bahasa Yunani etikos, yang berarti karakter; sedangkan kata "moral"
berasal dari kata Yunani kami, yang berarti kebiasaan.
Etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan Etika ialah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Contoh Etika : Etika Bertetangga yaitu, tidak melakukan kegaduhan yang dapat mengganggu kenyamanan tetangga seperti menyalakan tv tidak terlalu keras ataupun musik.
Moral adalah tata yang menyangkut budaya, keadilan, hingga sosial. Moral Adalah prinsip yang memandu perilaku individu dalam masyarakat. Meski moral dapat berubah seiring waktu, moral tetap menjadi standar perilaku yang digunakan untuk menilai benar dan salah.
Contoh Moral : Berbicara secara pelan atau halus di depan orang tua, melakukan hal untuk
berbicara pelan atau halus saat berada di depan orang tua merupakan gambaran bahwa kita memiliki perilaku moral yang baik.
2. Etika administrasi publik adalah aturan atau standar pengelolaan, arahan moral bagi anggota organisasi atau pekerjaan manajemen; aturan atau standar pengelolaan yang merupakan arahan moral bagi administrator publik dalam melaksanakan tugasnya melayani masyarakat.
Contoh Permasalahan Etika Administrasi Publik :
Penyuapan (suap) adalah tindakan memberikan uang, barang atau bentuk lain dari pembalasan dari pemberi suap kepada penerima suap yang dilakukan untuk mengubah sikap penerima atas kepentingan/minat si pemberi, walaupun sikap tersebut berlawanan dengan penerima. Pada umumnya suap diberikan kepada orang yang berpengaruh atau pejabat agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang berhubungan dengan jabatannya. Orang yang memberi suap biasanya memberikan suap agar keinginannya tercapai baik berupa keuntungan tertentu ataupun agar terbebas dari suatu hukuman atau proses hukum.
3. Etika bagi penyelenggara negara merupakan hal penting yang harus dikembangkan karena dengan adanya etika diharapkan mampu untuk membangkitkan kepekaan birokrasi atau pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Etika administrasi publik juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan. Selain itu, mewujudkan etika administrasi publik juga dapat menumbuhkan budaya organisasi dan manajemen pemerintahan yang baik pula.
Contoh etika yang diterapkan dalam pelayanan publik adalah senyum, salam, sapa, ramah dan melayani dengan penuh ketulusan merupakan salah satu contoh etika yang baik dalam memberikan suatu pelayanan kepada publik.
4. Etika Administrasi Publik sangat membantu dalam memberikan landasan pertimbangan etis pejabat publik dalam menentukan kebijakan publik karena di dalam masyarakat selalu ada
“pihak yang paling tidak diuntungkan” yang dalam hal ini bisa kaum miskin, kaum yang tersingkir (kalah) di dalam persaingan, kelompok gender atau kelompok minoritas. Dengan demikian kemampuan teknis untuk menganalisa masalah masih perlu dilengkapi dengan kemampuan menangkap pertaruhan etis yang biasanya tidak lepas dari masalah keadilan.
Kemampuan ini mengandalkan kompetensi etika. Kompetensi etika meliputi kemampuan dalam manajemen nilai, terampil dalam penalaran moral, bisa diandalkan berkat moralitas individual,
moralitas publik dan etika organisasi. Sebagian besar professional kurang siap menghadapi konflik antara nilai-nilai etika seperti kejujuran, integritas, tepat janji dan nilai-nilai yang tidak secara eksplisit dikategorikan etika seperti kesejahteraan, keamanan, kesuksesan.
5. Padahal pasca reformasi yang bergulir sejak tahun1999 –setelah runtuh Rezim Orde Baru, masayarakat Indonesia semakin kritis khususnya dalam hal pelayanan publik. Masyarakat menginginkan ada transparansi, efektifitas, efesiensi dan kecepatan dalam pengurusan administrasi kependudukan, perizinan, perpajakan dan sebagainya. Namun seiring perkembangan serta dinamika politik dan ketata-negaraan di Indonesia, kebijakan tidak lagi semuanya terpusat pada pemerintah pusat. Setelah masa reformasi roda pembangun menjadi lebih kondusif bagi pembangunan regional, meski di berbagai sektor penyakit pelayanan publik masih menyisakan ‘kebiasan lama’. Kini kebijakan untuk membangun sebuah daerah dan melayani publik tidak lagi bergantung pada pola yang diciptakan oleh Pemerintah Pusat.
Pemerintah Daerah kini memiliki kapasitas untuk merumuskan, menciptakan dan mengaplikasikan kebijakan untuk merespon kebutuhan masyarakatnya (regional/lokal).
Sedangkan Pada masa Orde Baru, banyak pakar menilai bahwa pelayanan publik sangat bernuansa politis. Masalah dan kepentingan masyarakat yang seharusnya dijadikan titik tolak untuk merumuskan program pelayanan,kurang mendapat perhatian. Kepentingan masyarakat sering dipersepsikan oleh si Pemberi layanan (Servant) yaitu para pejabat pemerintah sendiri. Masalah-masalah yang dinilai dapat mendatangkan dukungan politis untuk memperkuat kedudukan pemerintahan akan mendapat perhatian serius, walaupun tidak relevan dengan kepentingan masyarakat. Oleh karena itu tidak heran banyak program pelayanan publik tidak berhasil memberikan kontribusi pada usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat..
Kondisi seperti ini tidak lepas dari praktek penerapan system pemerintahan nyang Sentralistis dimana kendali pemerintahan sangat ditentukan oleh Pemerintah Pusat. Daerah kurang memiliki inovasi dan kreativitas untuk memanaje pemerintahan di Daerahnya, masalah-masalah lokal kurang diapresiasi karena kewenangan tidak dimiliki, akibatnya dalam penyelenggaraan pemerintahan cenderung serba Pemerintah Pusat.
6. Code of conduct dapat diartikan sebagai kode etik atau etika bisnis. Code of conduct menjadi aturan tertulis dalam organisasi. Hal-hal yang tercantum dalam aturan tertulis ini antara lain norma, nilai, prinsip, serta kebiasaan. Aturan-aturan tersebut menjadi acuan setiap individu berperilaku dalam organisasi. Beberapa contoh code of conduct yaitu tidak mempekerjakan
anak-anak, memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada calon karyawan dari berbagai latar belakang etnis, memerhatikan isu lingkungan dalam praktik bisnis, dan lain-lain.
7. Adapun yang faktor-faktor dominan terjadinya maladministrasi di antaranya:
1) Sumber Daya Manusia penyelenggaraan pelayanan yang tidak kompeten akan mempengaruhi proses pelayanan.
2) Sarana dan Prasarana yang belum memadai sebagaimana diatur dalam Permenpan RB 17/2017 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Penyelenggara Pelayanan Publik.
3) Budaya pelayanan publik yang baik dapat diciptakan oleh penyelenggara pelayanan publik yang baik juga.
Adapun salah satu hal yang dapat memicu terjadinya maladministrasi dalam organisasi publik ialah kurangnya etika para birokrat. Penyelenggara pelayanan selain melayani masyarakat dengan berperilaku yang baik, ramah juga harus mematuhi standar atau kode etik yang telah diterapkan di setiap institusi-institusi. Apabila ada penyelenggara yang melanggar etika administrasi publik maka sama saja penyelenggara tersebut maladministrasi karena tidak menjalankan professional standard dan tidak berperilaku yang benar. Sederhananya, untuk melihat penyelenggara pelayanan publik tersebut menjalankan etika administrasi publik adalah melihat apakah si penyelenggara tersebut sudah menerapkan standar pelayanan atau belum dalam proses pelayanan publiknya.
8. Etika birokrasi harus menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan organisasinya. Etika harus diarahkan pada pilihan-pilihan kebijakan yang benar-benar mengutamakan kepentingan masyarakat luas. Sementara pemahaman pelayanan publik yang disediakan oleh birokrasi merupakan wujud dari fungsi aparat birokrasi sebagai abdi masyarakat dan abdi negara. Setiap kehidupan bermasyarakat, manusia pasti memerlukan pelayanan dari orang lain, baik pelayanan fisik maupun pelayanan administratif. Kaitannya dengan pelayanan publik maka dalam hal ini birokrasi sebagai abdi negara, abdi masyarakat adalah sebagai aparat pelaksana pelayanan (public service) merupakan salah satu fungsi yang diselenggarakan dalam rangka penyelenggaraan administrasi negara. Sehingga maksud dari public service ialah demi mensejahterakan masyarakat.