Cari sebuah kasus bangunan tradisional!
2. Analisis bangunan tersebut dilihat dari aspek adaptasi terhadap lingkungan, sistem pengatapan, dan sistem konstruksi!
3. Kontekskan pembahasan Anda dengan konsepsi dasar Arsitektur Nusantara sebagai Arsitektur Pernaungan!
RUMAH ADAT TONGKONAN
Rumah Tongkonan adalah rumah panggung yang didirikan dari kombinasi
lembaran papan dan batang kayu. Denahnya berbentuk persegi panjang mengikuti bentuk praktis dari material kayu. Material kayunya terdiri dari kayu uru, yaitu sejenis kayu lokal dari Sulawesi. Kayu uru banyak ditemui dihutan-hutan di daerah Toraja dan kualitas dari kayu uru cukup baik, kayu-kayu ini tidak perlu dipernis atau dipelistur, kayu dibiarkan asli. Pembangunan rumah tradisional Tongkonan
biasanya dilakukan secara gotong royong.
Rumah Adat Tongkonan dibedakan menjadi 3 macam:
a. Tongkonan Layuk, rumah adat tempat membuat peraturan dan penyebaran aturan-aturan.
b. Tongkonan Pakamberan atau Pakaindoran, rumah adat tempat dilaksanakannya aturan-aturan. Biasanya dalam satu daerah terdapat beberapa Tongkonan, yang semuanya bertanggung jawab pada Tongkonan Layuk.
c. Tongkonan Batu A’riri, rumah adat yang tidak mempunyai peranan dan fungsi adat, hanya sebagai tempat pusat pertalian keluarga
Dalam pembangunan rumah adat Tongkonan ada hal-hal yang harus
diperhatikan dan tidak boleh untuk di langgar, yaitu rumah diharuskan menghadap
ke utara atau dipercaya menghadap ke arah Puang Matua sebutan bagi orang Toraja kepada Tuhan YME dan untuk menghormati leluhur mereka dan dipercaya akan mendapatkan keberkahan di dunia, letak pintu di bagian depan rumah, dengan keyakinan langit dan bumi itu merupakan satu kesatuan, dan bumi dibagi kedalam 4 penjuru mata angin, yaitu:
a. Utara disebut Ulunna langi’, yang paling mulia di mana Puang Matua berada (keyakinan masyarakat Toraja).
b. Timur disebut Matallo, tempat matahari terbit, tempat asalnya kebahagiaan atau kehidupan.
c. Barat disebut Matampu, tempat metahari terbenam, lawan dari kebahagiaan atau kehidupan, yaitu kesusahan atau kematian.
d. Selatan disebut Pollo’na langi’, sebagai lawan bagian yang mulia, tempat melepas segala sesuatu yang tidak baik atau angkara murka
I. ADAPTASI BANGUNAN TERHADAP LINGKUNGAN
II. SISTEM PENGATAPAN
a. Atapnya melengkung menyerupai perahu (merupakan pengaruh budaya Cina) atau ada juga pendapat lain yaitu menyerupai tanduk kerbau. Atap ini terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian Tongkonan menggunakan atap seng) dan diatasnya dilapisi ijuk hitam. Terbuat dari bambu pilihan yang disusun tumpang tindih dengan dikait oleh beberapa reng bambu dan diikat oleh rotan/tali bambu.
III. SISTEM KONSTRUKSI
Legenda:
1. Lentong garopang 2. Lentong bamban 3. A’riri posi 4. Roroan baba 5. Roroan lambe’
6. Tangdan 7. Tangdan lambe’
8. Pata’
9. Pangngosokan 10. Sali
11. Sangkinan rinding 12. Rinding
13. Pangngosokan rinding 14. Sambo rinding
15. Sangka
16. Kadang pamiring 17. Peta sere
18. Tulak sumba 19. Katorok 20. Parampak 21. Pangngoton
22. Takek longa 23. Katarok 24. Rampan longa 25. Bantuli
Berdasarkan pandangan agama leluhur aluk todolo dan kosmologi rumah tradisional Toraja,
struktur vertikal tongkonan dan sistem strukturnya terbagi menjadi 3 bagian utama, (Tangdilinting L. T., 1978) yaitu:
Bagian kaki (Sallu Banua)
Menurut masyarakat Toraja disebut sebagai Inan tedong masongngo bisara, berfungsi sebagai kandang untuk penyimpanan ternak (kerbau dan babi). Bagian kolong rumah yang terbentuk oleh susunan tiang yang dihubungkan dengan susuk di sekeliling bangunan. Dalam kosmologi Toraja disebut sebagai dunia bawah tempat Pong Talak padang.
Bagian badan rumah (Kalle Banua)
Difungsikan sebagai tempat/wadah untuk kegiatan fungsional sehari hari. Kosmologi Toraja disebut sebagai dunia tengah (lino) pembagian organisasi ruang dalam kepercayaan aluk todolo.
Menurut ajaran aluk todolo bahwa kale banua merupakan pusat kegiatan seluruh segi kehidupan yang menyangkut manusia dan hubungannya dengan alam sekitar (Kis-Jovak Imre Jova., 1980).
Bagian atas (Rattiang Banua)
Merupakan Atap rumah, sebagai penutup seluruh struktur rumah.
Bagian yang dianggap suci, diyakini sebagai tempat Puang Matua.
Bagi masyarakat Toraja rattiang difungsikan juga sebagai tempat barang-barang seperti peralatan rumah tangga, kain dan lain sebagainya.
Pembagian ini disebabkan karena adanya pemisahan yang tegas dan jelas antara ketiga bagian tersebut. Sistem struktur pada ketiga bagian memiliki sistem yang
terpisah, penyatuan struktur masing-masing bagian tersebut membentuk sistem struktur yang kompak, keseluruhan elemennya saling kait-mengkait dan memperlihatkan tektonika struktur utuh.
a. Pondasi
Pada umumnya sistem struktur yang dipakai untuk bangunan Tongkonan adalah sistem konstruksi pasak (knock down), yaitu teknik konstruksi yang menggunakan sistem sambungan tanpa paku dan alat penyambung selain kayu. Bahan pondasi sendiri terbuat dari batu gunung.
b. Kolom/Tiang A’riri
Terbuat dari kayu uru, bentuk kolom persegi empat. Selain itu, digunakan juga kayu nibung agar tikus tidak dapat naik ke atas, karena serat dari kayu ini sangat keras dan sapat sehingga terlihat licin. Kolom disisi barat dan timur jaraknya rapat dan berjumlah banyak, agar kuat menampung orang-orang yang datang saat upacara kematian
c. Balok
Seperti sloof, yaitu sebagai pengikat antara kolom-kolom sehingga tidak terjadi
pergeseran tiang dengan pondasi. Hubungan balok dengan kolom disambung dengan pasak yang terbuat dari kayu uru.
d. Lantai
Terbuat dari bahan papan kayu uru yang disusun di atas pembalokan lantai.
Disusun pada arah memanjang sejajar balok utama. Sedangkan untuk alang terbuat dari kayu banga.
e. Dinding
Dinding disusun satu sama lain dengan sambungan pada sisi-sisi papan dengan pengikat utama yang dinamakan Sambo Rinding. Fungsinya sebagai
rangka dinding yang memikul beban. Pada dinding dalam, tidak terdapat ornamen-ornamen, hanya dibuat pada bagian luar bangunan.
f. Tangga
Tangga Rumah Tongkonan terletak dibagian samping rumah, menuju pada pintu masuk atau terletak di bagian tengah rumah menuju langsung ruang
tengah atau sali’. Tangga menggunakan kayu uru, yaitu sejenis kayu lokal yang
berasal dari Sulawesi g. Pintu
Pintu rumah Tongkonan nampak dihiasi dengan beberapa motif ukiran. Salah satu motif pada gambar pintu rumah tersebut adalah motif Pa’ Tedong. Ukiran yang melambangkan kemakmuran. Sebagai pegangan, di pintu ditempatkan ekor kerbau yang dipotong hingga pangkal ekor dan telah dikeringkan.
Memasuki rumah adat ini mempunyai cara tertentu, yaitu pintu masuk harus diketuk dengan membenturkan kepala perlahan-lahan.
h. Jendela
Jendela pada rumah Tongkonan umumnya terdapat 8 buah. Masing-masing di setiap arah mata angin terdapat 2 jendela. Fungsinya adalah sebagai tempat masuknya aliran angin dan cahaya matahari dari berbagai arah mata angin.
IV. DAFTAR P