• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Raihan HanJoo WolfLlez

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

Tujuan pembelajaran (learning objektif) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dikuasai, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Magner (1962) mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang harus dicapai atau dapat dicapai oleh siswa sesuai dengan kompetensinya. Pendidik dibantu dengan media pembelajaran yang digunakan sebagai alat untuk melakukan kegiatan pembelajaran, pikiran siswa dirangsang dan terfokus pada pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang digunakan pendidik untuk menyampaikan kepada peserta didik guna mencapai pembelajaran yang baik. Media pembelajaran digunakan untuk membantu pendidik menyampaikan materi kepada siswa secara kondusif sehingga siswa antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran menjadi alat bagi pendidik sebagai penyampai pesan dari sumber belajar kepada peserta didik sebagai penerima pesan (Suryani, 2013, p. 4).

Pendidik dapat berkreasi sekreatif mungkin dalam mengolah media pembelajaran agar siswa terstimulasi minat belajarnya dan mengembalikan semangat belajarnya.

Media Digital

Media digital adalah media elektronik yang disimpan dalam format digital (bukan format analog) yang dapat digunakan untuk menyimpan, mengirimkan, dan mengambil informasi digital. Pemanfaatan media digital mempunyai manfaat yang besar dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa. Selain itu, informasi yang disajikan melalui media digital dapat diakses kapan saja dan dimana saja selama ada jaringan internet.

Inilah salah satu eksklusivitas yang ditawarkan media digital karena kita bisa mendapatkan informasi dengan mudah. Untuk dapat membantu orang lain, semakin banyaknya media digital yang peduli terhadap sesama tentunya akan sangat berguna untuk membantu media seperti bantuan berupa sumbangan peralatan pendidikan dan kesehatan kepada masyarakat kurang mampu. Dengan media digital, kita akan bisa mengenal orang tanpa harus bertemu langsung, karena media sosial memungkinkan kita untuk terhubung dan mengenal orang.

Pada manfaat media digital yang telah dijelaskan di atas, dengan menggunakan media digital kegiatan pembelajaran tidak hanya bersifat akademis namun juga non akademik. Anda juga bisa bertukar pikiran dengan orang lain dan menambah pengetahuan melalui media digital, khususnya media sosial. Tentunya hal ini juga dapat menarik minat masyarakat untuk mengetahui lebih jauh mengenai pemanfaatan media digital.

Perkembangan teknologi dari media tradisional sebelumnya menjadi media baru atau media digital baru dilengkapi dengan teknologi digital. Jenis media digital baru ini memungkinkan masyarakat awam untuk berbicara, berpartisipasi, melakukan diversifikasi, dan berjejaring secara online. Selain itu, terdapat jenis media digital baru lainnya seperti: komputer atau notebook, cakram serbaguna digital, cakram video ringkas, pemutar media portabel, ponsel pintar, video game, dan realitas virtual.

Penggunaan Media Digital dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk menciptakan komunikasi yang baik. Salah satu bidang yang sangat mempengaruhi perkembangan teknologi ini adalah bidang pendidikan, berbagai metode telah diperkenalkan dan digunakan dalam proses belajar mengajar (PBM) dengan harapan dapat menjadikan pengajaran para guru lebih berkesan dan pembelajaran. untuk para siswa. akan lebih masuk akal. Teknologi informasi dan komunikasi banyak digunakan dalam proses belajar mengajar, sehingga mutu pendidikan sejalan dengan perkembangan teknologi.

Kemampuan teknologi multimedia yang terkoneksi internet akan semakin meningkatkan kemudahan memperoleh informasi untuk keperluan pendidikan. Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengelola, mengorganisasikan lingkungan sekitar siswa agar dapat menumbuhkan dan mendorong siswa untuk melaksanakan proses belajar. Pembelajaran juga seharusnya merupakan suatu proses membimbing atau membantu siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Perbedaan dalam pembelajaran tentunya banyak sekali, ada siswa yang mampu mencerna materi pelajaran dengan baik, ada juga siswa yang mencerna materi pelajaran dengan lambat. Kedua perbedaan tersebut memastikan guru mampu mengatur strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan setiap siswa. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa serta sumber belajar yang berlangsung dalam lingkungan belajar.

Secara nasional, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses interaksi yang melibatkan komponen utama yaitu peserta didik, pendidik, dari sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar, sehingga yang dikatakan proses pembelajaran adalah suatu sistem yang melibatkan suatu kesatuan komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain untuk mencapai hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran ditandai dengan interaksi pedagogis yang terjadi, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan. Dengan adanya interaksi tersebut akan menghasilkan proses pembelajaran yang efektif sesuai dengan yang diharapkan.

Peserta Didik

Dalam semua proses transformasi yang disebut pendidikan, peserta didik merupakan subjek utama dan pusat perhatian. Sebagai bagian penting dalam sistem pendidikan, peserta didik sering disebut sebagai bahan mentah. Dalam perspektif pedagogi, peserta didik diartikan sebagai makhluk 'Homo Educandum', makhluk yang memerlukan pendidikan.

Dalam pengertian ini peserta didik dipandang sebagai manusia yang mempunyai potensi yang terpendam, sehingga diperlukan bimbingan dan bimbingan untuk mewujudkan hal tersebut agar dapat menjadi manusia yang berkemampuan bermoral. Dari sudut pandang psikologi, peserta didik adalah individu yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun psikis, sesuai dengan fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan arahan yang konsisten menuju titik optimal kemampuan alamiahnya.

Dalam perspektif modern, siswa mempunyai status sebagai subjek belajar, oleh karena itu siswa merupakan subjek yang otonom atau individu yang ingin diakui keberadaannya. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Hadiyanto bahwa tugas pertama seorang guru adalah mengamati kepentingan dan memperjelas kebutuhan peserta didik. Sebagai seorang pendidik, guru harus memahami dan memberikan pengetahuan tentang aspek-aspek yang perlu dikembangkan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan yang bermutu.

Sebelum mengkaji peserta didik secara menyeluruh dari segi pentingnya sebagai objek dan subjek pembelajaran, perlu dipahami terlebih dahulu hakikat manusia, karena manusia adalah masalah utama dan utama. Perlakuan para pendidik terhadap mereka tidak boleh dibeda-bedakan, pelayanan yang unggul harus ditawarkan kepada semua siswa. Hubungan diatur oleh hukum pembelajaran seperti pengondisian dan peniruan. b) Perkembangan siswa.

Konsep Nasionalisme a. Pengertian Nasionalisme

Menurut Ilahi (2012, p. 9) dalam bukunya nasionalisme dalam bingkai pluralitas bangsa: paradigma pembangunan dan kemandirian nasional, menunjukkan hal tersebut. Dalam bukunya Paradigma Baru Pemahaman Pancasila dan UUD 1945, Santoso (2005, p. 102) menyatakan bahwa “nasionalisme memuat sila Pancasila sila ketiga yaitu persatuan Indonesia”. Mulkhan (Heryanto, 1996, p. 14) menyatakan bahwa: Nasionalisme pada mulanya merupakan gagasan persatuan bangsa dalam suatu wilayah politik negara.

Kalidjernih (2012, p. 116) menyatakan dalam Kamus Kajian Kewarganegaraan: Perspektif Sosiologi dan Politik bahwa “nasionalisme adalah suatu ideologi yang menekankan pada bangsa sebagai asas sentral organisasi politik dengan cita-cita dan tujuan yang berbeda-beda”. Musfiroh (Gunawan, 2012, p. 2) mengemukakan bahwa “karakter mengacu pada seperangkat sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan.” Aggraeni (2009, hlm. 125-126) telah menjelaskan ciri-ciri nasionalisme Indonesia kontemporer yang tertuang dalam sila ketiga Pancasila, yaitu persatuan Indonesia.

Slameto (2010, p. 188) menyatakan bahwa “sikap adalah sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu menanggapi situasi dan menentukan apa yang dicari individu dalam hidup”. Allport (mar'at, 1982, p. 9) menyatakan bahwa; “Sikap merupakan suatu kesiapan mental dan netral (gugup) yang mempengaruhi respon individu terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan objek tersebut.” Lebih lanjut Krecht (Mar'at, 1981, p. 14) menyatakan bahwa “sikap adalah suatu sistem yang menghasilkan evaluasi positif atau negatif yang bertahan lama, perasaan emosional, kecenderungan untuk bertindak jauh atau terhadap suatu objek sosial.”

Namun lebih mengacu pada pendapat Krecht (Mar'at, 1981, p. 14) yang menyatakan bahwa sikap adalah suatu sistem evaluasi positif atau negatif jangka panjang, perasaan emosional, kecenderungan untuk bertindak jauh atau ke arah suatu hal. objek sosial. Ahmadi (1991, p. 163) menyatakan bahwa “sikap adalah suatu tindakan yang cenderung positif atau negatif yang dikaitkan dengan objek psikologis yang meliputi simbol, kata, slogan, gagasan, dan sebagainya”. Newcomb (Mar'at, 1982, p. 11) menegaskan bahwa “sikap adalah suatu unit kognisi yang mempunyai valensi dan pada akhirnya diintegrasikan ke dalam pola yang lebih besar”.

Menurut Mar'at (1982, hlm. 26-27) yang menyatakan bahwa “dalam mempelajari sikap baru, terdapat tiga variabel penting yang menunjang proses pembelajaran, yaitu perhatian, pemahaman dan penerimaan”. Mengenai nasionalisme, ciri-ciri nasionalisme Indonesia saat ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Anggraeni (2009, hlm. 125-126).

Hasil Penelitian Terdahulu

“Penggunaan Media Digital Games Based Learning (DGBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Perakitan Komputer Di SMK N 8 Semarang.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa media DGBL termasuk dalam kategori baik dan efektif berdasarkan gain tes sebesar 0,31 dan ketuntasan hasil belajar diatas 2,67 mencapai 77,78%. Selain itu, hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol, dengan rata-rata sebagai berikut.

Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan media DGBL mampu membantu peran guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa. “Peranan penggunaan media film digital dalam proses pembelajaran IPS dalam pengembangan sikap nasionalisme siswa (Studi Analisis Deskriptif Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Palembang).” Penelitian ini menjelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan solusi untuk mengatasi menurunnya sikap nasionalis generasi muda Indonesia.

“Efektivitas Penggunaan Media Bercerita Digital dalam Pembelajaran Menulis Teks Narasi (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Widodaren Ngawi).” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media bercerita digital dalam pembelajaran menulis teks narasi untuk siswa kelas VIII A SMP Negeri Widodaren Ngawi sangat efektif. Efektivitas penggunaan media storytelling digital dalam pembelajaran menulis teks narasi terlihat dari 1) penggunaan media storytelling digital sangat memotivasi anak dalam belajar menulis teks narasi bahasa Inggris, 2) penggunaan media storytelling digital mendorong siswa untuk lebih interaktif, 3 ) penggunaan media bercerita digital menjadikan bahan ajar lebih menarik dan komunikatif, dan 4) penggunaan media bercerita digital dapat meningkatkan kinerja siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Kaiful Umam (2013) berjudul “Penerapan Media Digital dalam Pembelajaran Apresiasi Batik Kelas X di SMA Negeri 1 Blega”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media digital dalam pembelajaran apresiasi batik sangat mempengaruhi aktivitas aktif siswa selama pembelajaran dan ketuntasan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan persentase nilai yang diperoleh kelas X-2 yaitu kelas dengan pembelajaran menggunakan media digital jauh lebih baik dibandingkan persentase yang diperoleh di kelas.

Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik

b) peserta didik kelas XI telah menguasai aspek tersirat dalam ceramah. Sehingga, penulis beranggapan bahwa peserta didik kelas XI MMD mampu mengidentifikasi

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang

a. Pendekatan Open–Ended dimulai dengan memberikan masalah terbuka kepada peserta didik, masalah tersebut diperkirakan mampu diselesaikan peserta didik dengan banyak

Warsita (2008:85) mengatakan pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik belajar atau

Guru selaku tenaga pendidik dalam proses belajar mengajar dalam kelas maupun diluar kelas sudah sepatutnya memahami kondisi dan keadaan siswa saat pelajaran sedang

Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe talking chips merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa sebagai subjek belajar yang memiliki sifat

Proses belajar mengajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antara sesama siswa dalam proses pembelajaran karena belajar itu