• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sriwijaya Journal of Internasional Relations

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Sriwijaya Journal of Internasional Relations"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Internasional Relations

63

PERAN WORLD WIDE FUND FOR NATURE DALAM MENANGANI ISU PERDAGANGAN ILEGAL HARIMAU SUMATERA PADA

TAHUN 2015-2019

Ralin Putri Natalia Sitorus1, Hoirun Nisyak2

1,2 Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia

SUBMISION TRACK ABSTRACT Recieved: 10 September 2021

Final Revision: 25 November 2021 Available Online: 26 December 2021

This study aims to describe the role of the World Wide Fund for Nature in Handling the Illegal Trade in Sumatran Tigers in 2015-2019. The decline in the population of the Sumatran Tiger which is very significant has made WWF as one of the International Non-Government Organizations participate in efforts to preserve this unique Indonesian animal. This research is supported by the concept of David Lewis and Nazeen Kanji, namely the role of INGOs (International Non-Governmental Organizations). The research method used by the author is descriptive qualitative method, data sources through literature study, online data search, and documentation. The results of the study show that WWF has succeeded in carrying out its role as an International Non-Government Organization engaged in flora and fauna conservation in dealing with the issue of the illegal trade of Sumatran Tigers, this is marked by a decrease in cases of illegal trade in Sumatran Tigers in 2018-2019 compared to previous years, and the Sumatran Tiger population will also increase in 2018-2019. Thus, WWF's role is quite significant in dealing with the issue of illegal trade in Sumatran Tigers in 2015-2019.

KEYWORD

World Wide Fund for Nature (WWF), Illegal Trade, conservations, International Non- Governmental Organizations, Sumatran Tigers

KATA KUNCI ABSTRAK

WWF, Perdagangan Ilegal, Konservasi, Organisasi Internasional Non Pemerintah, Harimau Sumatera.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Peran World Wide Fund for Nature Dalam Menangani Perdagangan Ilegal Harimau Sumatera Pada Tahun 2015-2019. Penurunan populasi Harimau Sumatera yang sangat signifikan membuat WWF sebagai salah satu Organisasi Internasional Non Pemerintah turut serta dalam mengupayakan pelestarian satwa khas Indonesia ini. Penelitian ini didukung menggunakan konsep dari David Lewis dan Nazeen Kanji yaitu Peran INGO (International Non-Governmental Organizations). Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode kualitatif deskriptif, sumber data melalui studi kepustakaan, penelusuran data online, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa WWF telah berhasil melakukan perannya sebagai sebuah Organisasi Internasional Non Pemerintah yang bergerak dibidang konservasi flora fauna dalam menangani isu perdagangan ilegal Harimau Sumatera, hal ini ditandai dengan menurunnya kasus perdagangan ilegal Harimau Sumatera pada tahun 2018-2019 dibading tahun-tahun sebelumnya, dan bertambah juga populasi Harimau Sumatera pada tahun 2018-2019. Dengan demikian peranan WWF cukup signifikan dalam menangani isu perdagangan ilegal Harimau Sumatera pada tahun 2015-2019.

CORRESPONDENCE Email : [email protected]

(2)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 64 PENDAHULUAN

Harimau Sumatera merupakan salah satu satwa langka yang terdapat di Indonesia. Sebagai predator utama dalam rantai makanan, Harimau mempertahankan populasi satwa lain yang ada dibawah kendalinya sehingga keseimbangan antara rantai makanan dapat terjaga. Harimau Sumatera adalah satu dari enam sub- spesies harimau yang tersisa hingga saat ini. Kondisi Harimau Sumatera yang kian langka, membuat pemerintah menaruh perhatian pada satwa tersebut. Di Indonesia, Harimau Sumatera merupakan satwa liar yang dilindungi oleh pemerintah melalui Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang dijelaskan dalam Pasal 20 dan 21 (Pemerintah Republik Indonesia, 1990).

Harimau Sumatera juga termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah species terancam yang dirilis International Union for Conservation of the Nature (IUCN) pertama kali pada tahun 1996 (Meydina & Dwitha, 2015), dan termasuk kedalam kategori spesies Appendix I dalam daftar hewan terancam punah oleh CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) (Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY,

2019). Hal ini menandakan setiap tindakan-tindakan seperti perburuan maupun perdagangan ilegal Harimau Sumatera dilarang. Namun faktanya, perburuan dan perdagangan ilegal Harimau Sumatera masih sering terjadi sampai sekarang.

Pada tahun 1978 penelitian Borner melalui survey kuisioner mendapatkan data populasi harimau sumatera masih sekitar 1000 ekor, di tahun 1992 penelitian Tilson et. al memperkirakan sekitar 500 ekor populasi harimau sumatera yang masih hidup (Mongabay Situs Berita Lingkungan, 2014), kemudian pada tahun 2004 menurut data WWF, harimau sumatera tersisa 400 ekor (WWF Indonesia), lalu pada tahun 2007 Kementerian Kehutanan Indonesia memperkirakan 250 ekor Sumatera (Mongabay Situs Berita Lingkungan, 2014), di tahun 2012 menurut WWF Indonesia populasi harimau sumatera naik menjadi 400 ekor dan turun menjadi 371 ekor pada tahun 2017 (Situs berita Tirto, 2017) , kemudian data tahun 2018 Ahli Ekologi Satwa Liar dan Lanskap World Wide Fund for Nature mengatakan populasi harimau sumatera sebesar 600 ekor (Faizah, 2018), dan tahun 2019 menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan populasi harimau sumatera menjadi 603 ekor (Detik News, 2019).

(3)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 65 Kasus perdagangan satwa menjadi

kasus yang cukup banyak mendapatkan perhatian dari dunia internasional karena kegiatan perdagangan ini memperdagangkan bagian-bagian tubuh satwa yang dilindungi oleh hukum. Volume perdagangan satwa yang semakin meningkat mengakibatkan populasi beberapa satwa di berbagai negara mengalami penurunan. Berdasarkan data dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan International Criminal Police Organization (INTERPOL), nilai perdagangan ilegal satwa liar di seluruh dunia telah mencapai US$ 15.000.000.000-20.000.000.000 (lima belas sampai dengan dua puluh miliar dolar amerika) (Firdausi, F., & Latifah, E, 2017)

Harga tulang harimau dijual dengan harga lebih dari US$ 200 (dua ratus dolar Amerika), sepasang taringnya dijual seharga US$ 6.200-7.200 (enam ribu dua ratus sampai dengan tujuh ribu dua ratus dolar Amerika), harimau hidup dewasa US$ 50.000 (lima puluh ribu dolar Amerika), harimau hidup anakan US$

3.200 (tiga ribu dua ratus dolar Amerika) dan kulit Harimau Sumatera adalah sebesar US$ 35.000 (tiga puluh lima ribu dolar Amerika) (Firdausi, F., & Latifah, E, 2017).

Menurut data WWF Riau, pada tahun 2015 terjadi 5 kasus perdagangan

Harimau Sumatera (Sarahswati, 2018), kemudian berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2016 dan 2017 terjadi peningkatan kasus perdagangan harimau Sumatera secara signifikan yaitu 10 kasus pada tahun 2016 dan meningkat menjadi 19 kasus pada 2017, namun pada tahun 2018 dan 2019 terjadi penurunan kasus perdagangan Harimau Sumatera yaitu pada tahun 2018 hanya 6 kasus dan pada tahun 2019 1 kasus (Winata, 2019)

Dalam dunia internasional, Harimau Sumatera termasuk salah satu spesies yang menjadi perhatian organisasi- organisasi internasional non-pemerintah, khususnya yang bergerak di bidang lingkungan. Salah satu organisasi tersebut adalah World Wide Fund for Nature (WWF). WWF adalah suatu organisasi internasional non-pemerintah yang menangani masalah tentang penelitian, konservasi, dan restorasi lingkungan.

Dahulu WWF bernama World Wildlife Fund dan masih digunakan menjadi nama resmi di Kanada dan Amerika Serikat.

WWF merupakan organisasi konservasi yang independen dan terbesar di dunia dengan lebih dari lima juta penduduk di seluruh dunia yang bekerja di lebih dari seratus negara, mendukung sekitar proyek untuk konservasi dan lingkungan (WWF International). Saat ini,

(4)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 66 sebagian besar tugas WWF terfokus pada

konservasi tiga bioma yang berisikan sebagian besar keragaman hayati dunia, yaitu ekosistem hutan, ekosistem air tawar, serta samudera dan pantai. Selain itu, WWF juga menangani masalah spesies terancam punah, polusi dan perubahan iklim.

WWF masuk ke Indonesia pada tahun 1962 sebagai bagian dari WWF Internasional yang melakukan penelitian di Ujung Kulon untuk menyelamatkan populasi badak jawa yang nyaris punah.

Saat itu badak jawa hanya tersisa sekitar 20 ekor saja, WWF bekerjasama dengan Kementerian Kehutanan, lambat laun jumlah populasi satwa bercula satu itu meningkat hingga stabil sekitar 40-50 ekor pada survey tahun 1980an (WWF Indonesia). Dalam penelitian ini penulis ingin meneliti mengenai bagaimana peran World Wide Fund for Nature dalam menangani perdagangan ilegal Harimau Sumatera pada tahun 2015-2019.

KERANGKA KONSEP

1. Konsep International Non- Governmental Organizations

Karns dan Mingst mendefinisikan International Non Governmental Organizations (INGO) sebagai sebuah organisasi beranggotakan individu atau asosiasi yang berusaha guna mencapai

tujuan dan kepentingan bersama terutama bagi manusia itu sendiri (Karns, M.P &

Mingst, K.A., 2004) World Bank mendefinisikan NGO sebagai, “private organizations that pursue activities to relieve suffering, promote the interest of the poor, protect the environment, provide basic social services, or undertake community development (Chairunnisa, 2018). Sementara itu, David Lewis dan Nazneen Kanji didalam bukunya yang berjudul The Management of Non- Governmental Organtizations mendefiniskan bahwa International Non- Governmental Organizations (INGO) sebagai sebuah solusi baru dalam memecahkan permasalahan pemerintah, International Non- Governmental Organizations (INGO) juga merupakan pelaku utama sektor ketiga dalam lanskap pembangunan, hak asasi manusia, aksi kemanusian, lingkungan dan area lainnya dalam aksi publik dimana sebuah International Non-Governmental Organizations (INGO) dapat didefinisikan sebagai sebuah “voluntary associations”

yang memiliki kepedulian untuk merubah sebuah lingkungan tertentu dalam konteks yang lebih baik (Lewis, D. K & Kanji, N., 2001).

Dalam dokumen World Bank, terdapat dua fungsi utama dalam International Non- Governmental

(5)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 67 Organizations (INGO), yaitu

International Non-Governmental Organizations (INGO) operasional dan International Non-Governmental Organizations (INGO) advokasi (Malena, 1995). Fungsi operasional dari suatu International Non-Governmental Organizations (INGO) yang berkaitan dengan merancang dan melaksanakan program dengan aksi konkret yang secara langsung menghasilkan perubahan kondisi kepada orang, artefak budaya, atau lingkungan alam seperti bantuan pangan, pengembangan, perlindungan kesejahteraan hewan, perawatan kesehatan, perlindungan bangunan bersejarah, konservasi alam dan lainnya, sementara fungsi advokasi dari International Non-Governmental Organizations (INGO) bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan, pendapat, dan praktik otoritas, badan usaha, kelompok sosial, dan masyarakat umum.

Salamon and Anheier menyebutkan bahwa International Non- Governmental Organizations (INGO) dapat dibedakan berdasarkan sifat, orientasi, serta tingkat kegiatannya (Amagoh, 2015). Berdasarkan sifat, International Non-Governmental Organizations (INGO) disebutkan memiliki beberapa sifat yang terlihat secara konsisten. Pertama, International

Non-Governmental Organizations (INGO) berdiri terpisah dari negara.

kedua, kegiatan International Non- Governmental Organizations (INGO) terutama dalam kegiatan advokasi, terpisah dengan pemerintah. Walaupun tidak dipungkiri terkadang International Non-Governmental Organizations (INGO) akan bekerja sama serta dibiayai oleh negara maupun organisasi serupa lainnya. Ketiga, NGO bersifat not for profit atau bukan mencari keuntungan.

Uang yang diperoleh melalui penjualan barang atau jasa yang dilakukan nantinya akan diinvestasikan kembali dalam kegiatannya. Keempat, keanggotaan serta aktivitas International Non-Governmental Organizations (INGO) bersifat voluntary atau sukarela. Terakhir, bentuk dan fungsi International Non-Governmental Organizations (INGO) didasarkan pada cita-cita ideal, seperti lingkungan, hak asasi manusia, demokrasi, dan hal lainnya.

Berdasarkan orientasi, terdapat enam hal yang merupakan katagori orientasi International Non-Governmental Organizations (INGO), yaitu kesejahteraan, pembangunan, penelitian, pendidikan, jaringan, serta advokasi.

Sedangkan bersadarkan tingkat kegiatan, International Non-Governmental Organizations (INGO) dapat beroperasi di

(6)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 68 beberapa tingkat komunitas, yaitu lokal,

nasional, dan juga internasional.

2. Konsep Peran International Non- Governmental Organizations

Menurut David Lewis dalam bukunya yang berjudul The Management of Non-Governmental Development Organizaton terdapat tiga peran yang dijalankan oleh NGO sebagai sebuah organisasi yaitu:

a. Implementers

Peran International Non- Governmental Organizations (INGO) sebagai implementers merupakan hal-hal yang dapat berperan dalam memobilisasi berbagai sumberdaya dalam penyediaan barang dan jasa bagi yang membutuhkan (ibid, h.69). Hal-hal tersebut dilakukan untuk menopang suatu isu seperti isu kesehatan, pertanian, hak asasi manusia, lingkungan hidup, dan lainnya.

b. Catalist

Sedangkan peran catalysts dapat diartikan sebagai agen perubahan yang menginspirasi, memfasilitasi, dan berkontribusi dalam mempromosikan norma dan nilai baru serta membuat perubahan di suatu masalah (Lewis, D. K

& Kanji, N., 2001). Catalysts juga dilakukan agar pesan-pesan yang dimaksud oleh International Non- Governmental Organizations (INGO)

dapat tersampaikan dengan baik.

c.

Partners

Peran NGO sebagai partners adalah melakukan suatu bentuk kerjasama dengan pihak lain seperti pemerintah, sesama NGO dan sektor swasta lainnya untuk memperkuat dan mengembangkan kemampuan NGO tersebut dalam mencapai sebuah tujuan (ibid, h.74).Membuat jaringan juga merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh NGO dalam menjalankan perannya sebagai partners dimana dalam menjalin kerjasama tersebut diharapkan dapat menghindari ketergantungan atau pencapaian sebuah tujuan antar kedua belah pihak.

METODE PENELITIAN

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif.

Data kualitatif adalah data yang digunakan dalam penelitian yang bersifat kualitatif berupa kata-kata, gambar- gambar atau objek, dan bukan berupa angka-angka (Bakri, 2016, hal. 200).

Adapun sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah tersedia dan diperoleh melalui penelitian orang lain atau statistik resmi yang dikumpulkan oleh instansi-instansi pemerintah yang digunakan untuk

(7)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 69 meneliti pertanyaan penelitian (Heaton,

2004, hal. 1).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penulis akan mengurai peran WWF berdasarkan pendekatan Lewis, D. K &

Kanji, N., (2011) yang membagi peran tersebut menjadi 3 aktfitas, yaitu WWF sebagai implementers, WWF sebagai Catalyst, dan WWF sebagai Partners.

1. Peran Implementers

Peran implementers dapat diartikan bahwa WWF berperan dalam memobilisasi berbagai sumberdaya dalam menyediakan barang maupun jasa.

Dalam konteks perlindungan Harimau Sumatera dari ancaman-ancaman yang dihadapi, WWF menjalankan peran Implementers seperti melakukan pemasangan camera trap (kamera intai), WWF juga membentuk kantor-kantor cabang di beberapa wilayah provinsi Sumatera agar mudah ketika diperlukan untuk turun langsung ke lapangan, dan WWF juga membuat forum donasi untuk Harimau Sumatera.

a. Pemasangan Camera Trap

Salah satu upaya WWF dalam menjalankan perannya sebagai implementers adalah sebagai penyedia barang dan jasa. Dalam hal ini WWF menyediakan Camera Trap atau yang biasa disebut kamera jebak merupakan

kamera yang dilengkapi oleh sensor otomatis yang dapat merekam satwa liar yang melintas didepannya (WWF Panda).

Kebanyakan satwa liat yang ada dihutan memiliki sifat pemalu dan sangat sulit untuk diamati secara langsung. Dengan adanya camera traps, manusia dapat memantau populasi dan memahami ekologi serta perilaku satwa liar salah satunya Harimau Sumatera. Informasi tersebut sangat berguna untuk pelestarian satwa.

WWF memasang kurang lebih 80 Camera trap/camera jebak dibeberapa wilayah di Sumatera diantaranya Taman Nasional Tesso Nilo, Taman Nasional Bukit Barisan, dan beberapa lokasi strategis lainnya di daerah Sumatera (Wahyu, 2017) Camera traps yang sudah dipasang akan ditinggal selama kurang lebih satu bulan, setelah satu bulan ditinggal camera trap akan kembali diperiksa untuk diambil datanya, dan diganti baterainya dengan yang baru.

Dalam pelaksanaannya untuk memfasilitasi camera traps, WWF mendapatkan beberapa hambatan yaitu biaya dan kerusakan camera traps. WWF memerlukan biaya yang besar, DAN mengingat WWF adalah organisasi non profit yang tidak mencari keuntungan dan tidak dibiayai oleh pemerintah, maka dana yang diperoleh WWF masih kurang dalam pembelian camera traps tersebut yang

(8)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 70 menyebabkan camera traps ini belum bisa

menjangkau seluruh kawasan hutan di Sumatera. Sehingga hanya beberapa wilayah saja yang mampu tercover oleh camera traps. Selain itu tidak jarang camera trap yang dipasang dipohon-pohon tersebut juga hilang karena dicuri dan bisa juga rusak akibat digigit hewan maupun dicakar harimau, namun pada umumnya camera trap yang rusak akibat kondisi alam sangat sedikit jumlahnya.

b. Membuat Kantor Cabang WWF di Daerah Sumatera

WWF memiliki beberapa kantor cabang di kota-kota di Sumatera yang berfungsi menjadi titik fokus WWF dalam melestarikan satwa-satwa yang terancam punah di wilayah Sumatera salah satunya yaitu Harimau Sumatera. Kantor cabang WWF di beberapa daerah di Sumatera ini dipilih dengan tujuan untuk semakin mendekatkan WWF dengan lokasi tempat tinggal satwa-satwa yang menjadi fokus WWF salah satunya yaitu Harimau Sumatera. Selain agar lebih dekat dengan lokasi persebaran satwa, WWF juga melakukan konservasi hutan-hutan di beberapa wilayah di daerah Sumatera ini.

Beberapa wilayah tersebut adalah lanskap Sumatera bagian Utara, bagian Tengah, Lahan Gambut bagian Tengah, dan bagian Selatan.

c. Donasi Harimau Sumatera

Pada tahun 2015 dalam website resmi WWF, WWF membuat gerakan donasi untuk Harimau Sumatera. Kegiatan donasi ini dihimpun oleh WWF untuk menggalang dana dalam proses konservasi Harimau Sumatera. Biaya donasi ini dimulai dari Rp. 50.000/bulan. Dengan adanya donasi tersebut, setiap orang dapat mendukung WWF dalam usaha konservasi yang sifatnya jangka panjang dan berkelanjutan. Donasi ini berguna bagi WWF untuk membeli perlengkapan dalam upaya konservasi Harimau Sumatera.

2. Peran Catalyst

Peran catalyst dapat diartikan bahwa WWF dapat menjadi agen perubahan yang mampu menginspirasi, memfasilitasi, dan berkontribusi dalam mempromosikan norma dan nilai baru serta membuat perubahan dalam suatu masalah. Dalam hal ini penulis akan menjabarkan apa saya yang telah WWF lakukan dalam menjalankan peran catalyst nya guna mengatasi perdagangan ilegal Harimau Sumatera pada tahun 2015-2019.

a. Program Double Tiger (TX2) Program Double Tiger (TX2) adalah program dimana jumlah Harimau Sumatera yang ada saat ini jumlahnya dapat bertambah 2x lipat pada tahun 2022.

Program ini dideklarasikan oleh 13 negara yang memiliki populasi harimau atau yang

(9)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 71 disebut Tiger Range Countries (TRC)

yaitu Indonesia, Bangladesh, Bhutan, Myanmar, Russia, Nepal, Thailand, Vietnam, China, India, Kamboja, Laos, dan Malaysia.

Indonesia program Double Tiger dilakukan oleh berbagai pihak terkait baik pemerintah, maupun organisasi-organisasi yang berfokus dibidang pelestarian Harimau Sumatera seperti WWF, bentuk dukungan WWF dalam program Double Tiger di Indonesia diantaranya adalah :

1. Keterlibatan WWF Dalam TX2 Networking WWF Global

Dalam level global WWF telah membentuk forum Tiger alive initiative, dimana anggotanya merupakan Negara wilayah kerja WWF yang memiliki populasi harimau. Tiger alive initiative membatu memberikan informasi kepada semua WWF di negara yang memiliki populasi harimau salah satunya Indonesia untuk dapat mengontrol ancaman baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam hal ini Indonesia sebagai Negara yang memiliki populasi Harimau sangat diuntungkan, karena dengan adanya forum Tiger alive initiative yang dibentuk WWF akan membantu Indonesia mendapatkan informasi tentang perdagangan Harimau, distribusinya ataupun ancaman-ancaman lain baik dari domestik maupun luar negeri.

Protect

WWF memiliki alat pemantau dengan teknologi Spatial Monitoring and Reporting Tool (SMART). SMART merupakan alat yang dikembangkan untuk mengukur, mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pemantauan serta aktivitas konservasi berbasis lokal.

Kegiatan pengamanan yang dilakukan tidak hanya untuk mengamati dan mendata ancaman kawasan, namun juga monitoring keanekaragaman hayati termasuk beberapa jenis spesies dilindungi. SMART juga mampu memaksimalkan kegiatan patroli di lapangan, dengan menggunakan kekuatan informasi untuk meningkatkan efektifitas penegakan hukum untuk melindungi satwa liar serta habitatnya di kawasan lindung yang didukung oleh perangkat lunak spasial yang bernama MIST (Management Information System).

Perangkat lunak ini mampu menghasilkan output berupa tabel, grafik dan peta dari data-data yang telah dikumpulkan dari setiap kegiatan patrol, sehingga mampu mempermudah pembuatan laporan dan pemutakhiran data. Sistem ini juga dapat membantu unit patroli dalam memantau penyebaran populasi satwa dan aktivitas manusia, memetakan distribusi ancaman kehidupan liar dan intensitas patroli dalam kawasan yang dapat dijadikan sebagai masukan

(10)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 72 dalam perencanaan patroli selanjutnya

(ibid). Dengan teknologi ini diharapkan dapat memberi informasi yang terukur dan sistematis dalam pencegahan perburuan Harimau Sumatera (KLHK, 2018).

Namun sama dengan camera trap, SMART Patrol merupakan alat yang mahal, WWF memerlukan biaya yang besar dalam pembelian SMART Patrol ini sehingga baru tiga daerah saja di Sumatera yang dapat tercover oleh SMART Patrol (Hanafiah, 2017).

Global Tiger Day

Global Tiger Day merupakan hari untuk memperingati harimau sedunia.

Global Tiger Day ini dirayakan setiap tanggal 29 Juli. WWF sebagai salah satu INGO yang turut berkontribusi dalam konservasi harimau setiap tahunnya mengadakan acara-acara untuk memperingati Global Tiger Day.

Program Global Tiger Day ini sedikit banyak mampu menjadi media edukasi masyarakat tentang dampak dari perdagangan ilegal Harimau Sumatera, sehingga masyarakat diharapkan tidak membeli maupun mempercayai mitos- mitos tentang khasiat dari anggota tubuh Harimau Sumatera yang diperjual belikan.

Edukasi terhadap masyarakat juga tidak hanya dilakukan dengan cara yang membosankan tetapi dikemas menjadi menarik dan kekinian, sehingga dapat

dicerna tidak hanya oleh orang dewasa, melainkan semua umur mulai dari anak- anak, remaja, dan dewasa.

Panda Mobile

Peran catalyst yang memfasilitasi yaitu Panda Mobile. Panda Mobile merupakan salah satu program WWF yang terbilang sudah cukup lama yaitu sejak tahun 2010, namun program ini mulai ramai diperbincangkan sejak tahun 2017.

Panda Mobile adalah truk roda enam yang digunakan oleh WWF untuk memberikan edukasi di area publik terhadap konservasi satwa-satwa yang terancam punah, salah satunya juga adalah Harimau Sumatera.

Salah satu kontribusi Panda Mobile adalah pada tahun 2017 Panda Mobile hadir dalam kegiatan U-Care Universitas Multimedia Nusantara.

Dimana dalam kegiatan tersebut Panda Mobile mengajak anak-anak Sekolah Dasar (SD) untuk memperkenalkan 6 satwa yang dilindungi diantaranya adalah Harimau Sumatera, Gajah, Badak, Orangutan, Hiu, Penyu, dan Paus.

Tujuannya yaitu agar anak-anak sekolah dasar tersebut dapat mengetahui asal, dan penyebab kepunahan satwa-satwa tersebut. Selain mengedukasi melalui penjelasan-penjelasan tentang satwa langka di Indonesia, Panda Mobile juga mengadakan games yang dapat mengedukasi dan menarik perhatian anak-

(11)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 73 anak SD tersebut tentang satwa-satwa

endemik Indonesia. Panda Mobile juga mengedukasi anak-anak SD dengan eksperimen-eksperimen yang diharapkan kedepannya anak- anak tersebut mampu mengimplementasikan informasi yang mereka dapatkan pada lingkungan sekitar seperti tidak membuang sampah, dan tidak membeli barang dari unsur-unsur satwa yang terancam punah tersebut. (Farel, 2017).

Namun hambatan yang dimiliki program panda mobile adalah belum meratanya persebaran panda mobile di Indonesia. Panda mobile ini baru tersedia diwilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi. Belum tersebar di kota-kota lainnya. Salah satu yang menyebabkan belum tersebarnya panda mobile ini adalah masih kurangnya dana WWF dalam pembelian bus yang digunakan sebagai sarana panda mobile ini.

Advokasi Masyarakat Daerah

Habitat Harimau Sumatera dan manusia seringkali bersinggungan, yang mengakibatkan konflik pun seringkali tidak bisa terhindarkan. Pada umumnya, alasan masyarakat memburu dan memperdagangkan Harimau Sumatera adalah motif ekonomi. Masyarakat lokal berburu dan berdagang Harimau Sumatera sebagai sumber utama

penghasilan mereka. Selain itu, Harimau Sumatera, yang sering mencari makanan di perkebunan warga, sekitar habitat Harimau Sumatera dianggap sebagai hama kebun yang merugikan oleh masyarakat tersebut, dan pada akhirnya diburu. Hal ini diperkuat dengan sangat minimnya pengetahuan masyarakat daerah sekitar habitat Harimau Sumatera terhadap satwa tersebut. Masyarakat yang tinggal di dekat hutan habitat Harimau Sumatera biasanya memiliki keterbatasan dalam akses informasi, sehingga mereka tidak tahu akan status Harimau Sumatera yang dilindungi secara hukum (Hogenboom, 2017).

Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat lokal mengenai pentingnya Harimau Sumatera, WWF menjalankan perannya sebagai catalyst dalam menginspirasi dan berkontribusi untuk mempromosikan norma dan nilai baru, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik, salah satunya masyarakat daerah sebagai aktor di lapangan dalam hal ini perdagangan Harimau Sumatera.

WWF mengambil berbagai langkah- langkah advokatif. Salah satu kegiatan yang menjadi fokus adalah pendidikan literasi. Pendidikan literasi yang dimaksudkan adalah peningkatan pemahaman masyarakat mengenai satwa

(12)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 74 liar untuk menghindari terjadinya konflik

antara manusia dan satwa liar tersebut, yang diwujudkan melalui kegiatan- kegiatan sosialisasi (Wibowo, 2016).

3. Peran Partners

Secara singkat peran Partners merupakan peran yang dimana WWF sebagai INGO menjalin kerjasama dengan pihak lain agar dapat mencapai tujuannya.

WWF pada level internasional menjalin kerjasama dengan negara-negara yang mempunyai populasi Harimau (Tiger Range Country), TRAFFIC. Pada level nasional WWF bekerjasama dengan mitra- mitra diantaranya Pemerintah Indonesia, BKSDA (Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam), NGO-NGO domestik, Universitas, dan masyarakat.

WWF Bekerjasama Dengan Pemerintah Indonesia

Dalam usaha menangani perdagangan ilegal Harimau Sumatera, peran pemerintah amat diperlukan.

Sebagai aktor yang menetapkan hukum dan kebijakan, pemerintah memiliki wewenang untuk bertindak sebagai pengawas sekaligus pengendali kegiatan di wilayahnya. Kebijakan- kebijakan serta undang-undang yang ditetapkan oleh pemerintah kemudian dapat dijadikan sebagai dasar untuk memberantas aktivitas-aktivitas ilegal yang mengancam konservasi alam, seperti misalnya

perburuan dan perdagangan ilegal satwa liar.

Aktivitas-aktivitas partnership dengan pemerintah yang dilakukan WWF umumnya berupa kampanye-kampanye sosial, seperti misalnya unggahan konten di media sosial dan petisi-petisi online.

Kampanye-kampanye sosial tersebut tidak harus selalu meminta pemerintah secara langsung melindungi Harimau Sumatera.

Kampanye-kampanye yang menyerukan pemerintah untuk melindungi habitat Harimau Sumatera sudah dapat dianggap sebagai kampanye perlindungan Harimau Sumatera, mengingat isu perburuan dan perdagangan ilegal Harimau Sumatera amat terikat dengan isu-isu lain, seperti kerusakan hutan, penebangan liar, maupun pengalihan fungsi hutan secara ilegal (wwf.id)

Berbagai aktivitas advokasi tersebut, baik yang dilakukan WWF maupun hasil kerja sama dengan berbagai pihak, perlahan tapi pasti mulai menunjukkan hasil. Hal ini, walaupun tidak sepenuhnya menghilangkan ancaman-ancaman yang dihadapi Harimau Sumatera dan habitatnya, oleh para ahli dianggap sebagai sebuah langkah besar dalam usaha melindungi Harimau Sumatera (Laurance, 2016).

Memperjuangkan perlindungan Harimau Sumatera kepada pemerintah

(13)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 75 memang penting demi menjaga hewan

tersebut dari kepunahan, mengingat pemerintah, sebagai pemangku kebijakan, memiliki kuasa yang lebih dari cukup untuk menjaga keanekaragaman hayati di wilayah mereka. Apabila pemerintah dapat memberi sanksi kepada para pelanggar, maka masyarakat lokal dapat dari awal mencegah aktivitas-aktivitas tersebut terjadi.

WWF Terlibat dalam STRAKOHAS

STRAKOHAS merupakan

Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera yang dibuat Pemerintah Indonesia bersama pihak- pihak terkait seperti WWF dalam upaya menyelamatkan Harimau Sumatera.

STRAKOHAS pertama kali dibahas pada tahun 1994 oleh WWF dan pihak-pihak terkait, rencana aksi tersebut merekomendasikan (Dokumen, STRAKOHAS, 2007).

Namun pada tahun 1994 baru tercipta rancangan saja, seiring dengan berjalannya pembangunan di daerah Sumatera, maka pada tahun 2007 pemerintah Indonesia dan pihak-pihak terkait mulai sepakat untuk menyusun dan merevisi kembali STRAKOHAS sesuai dengan situasi saat ini. STRAKOHAS memiliki target setiap 10 tahun, Pada tahun 2007 STRAKOHAS sudah mulai dirancang kembali dengan visi, misi, dan

target yang jelas yaitu :

• Visi : Melestarikan populasi Harimau dan mampu hidup berdampingan dengan aktivitas pembangunan di Sumatera.

• Misi : Memberikan arah kepada pelaku pembangunan dan pihak- pihak terkait lainnya dalam pengelolaan konservasi harimau terutama pada kawasan-kawasan yang bersinggungan langsung dengan bentang alam Harimau Sumatera.

• Target :

- Populasi Harimau Sumatera setidaknya dapat dipertahankan atau dalam kondisi stabil dalam 10 tahun mendatang.

- Meningkatkan dukungan publik terhadap konservasi Harimau Sumatera pada bentang alamya.

STRAKOHAS yang berjalan setiap 10 tahun ini kemudian menjadi agenda Pemerintah bersama organisasi peduli Harimau lainnya, pada tahun 2007-2017 awal mula program ini diadakan, belum terlalu berdampak signifikan terhadap penurunan angka perdagangan Harimau Sumatera karena masih kurangnya kesepahaman antara Pemerintah pusat, Pemerintah daerah, WWF sebagai INGO, dan masih kurangnya sikap masyarakat dalam merespon langkah-langkah

(14)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 76 memulihkan populasi Harimau Sumatera,

maka STRAKOHAS pertama ini belum berjalan maksimal, perdagangan Harimau Sumatera masih tinggi dan meningkat pada rentan tahun 2015- 2017, namun berdasarkan data WWF pada tahun 2019 menyebutkan kontribusi yang WWF telah lakukan dalam program STRAKOHAS dengan kurun waktu 2 tahun kebelakang ini diantaranya adalah, 12.038 km habitat Harimau Sumatera telah berhasil tercover rute patrol WWF, dimana dalam rute tersebut WWF menemukan 810 alat jerat Harimau Sumatera yang digunakan oleh pemburu untuk menangkap Harimau Sumatera, alat jerat tersebut berhasil ditemukan oleh dan dimusnahkan. WWF juga berhasil menangani 87 kasus konflik antara manusia dan Harimau Sumatera, dan WWF juga berhasil membantu Pemerintah Indonesia dalam menangani para perburu, dengan dihukumnya 48 orang yang melakukan perburuan dan perdagangan ilegal Harimau Sumatera, dan dalam kurun waktu 2018-2019 terjadi penurunan kasus perdagangan ilegal Harimau Sumatera (WWF Indonesia, 2019).

WWF Bekerjasama dengan BKSDA BKSDA merupakan Balai Konservasi Sumber Daya Alam, yang merupakan unit pelaksana teknis yang setingkat dengan eselon III (atau eselon II

untuk balai besar) dibawah Direktorat Jendral Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI . WWF bekerjasama dengan BKSDA di daerah-daerah salah satunya provinsi Sumatera. BKSDA tersebut turut membantu WWF dalam menjalankan tugasnya menjaga dan melakukan konservasi flora fauna di daerah-daerah.

Beberapa upaya WWF dan BKSDA dalam menangani perdagangan Harimau Sumatera diantaranya yaitu memberikan informasi kepada BKSDA tentang daerah-daerah yang memiliki potensi penyebaran perdagangan Harimau Sumatera dan data-data tentang pelaku yang pernah memiliki kasus perdagangan Harimau, baik sebagai kurir maupun buron (Suryadi, 2020). Selain itu WWF dan BKSDA juga bekerjasama untuk menangkap para pelaku-pelaku perdagangan Harimau Sumatera. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah BKSDA Riau dan Wildlife Crime Team WWF bekerjasama menangkap tiga pelaku perdagangan satwa dengan barang bukti satu lembar kulit, empat taring dan satu karung berisi tulang-belulang. Tiga pelaku tersebut membawa bagian tubuh Harimau dari Muara Tebo, Jambi, menuju Riau (Suryadi, 2020).

Tim Patroli WWF dan BKSDA Riau juga telah membersihkan 70-80 jerat sling yang

(15)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 77 digunakan para pemburu untuk menjerat

Harimau Sumatera. Daerah yang menjadi prioritas utama daerah patroli WWF dan BKSDA Riau adalah Kawasan Lanskap Rimbang Baling. Berdasarkan data WWF Riau pada tahun 2010-2019, sampai pertengahan tahun 2019, terdapat dua kasus Harimau Sumatera yang mati akibat perburuan. Jumlah tersebut sama dengan tahun 2018, namun mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2017 yang dimana terdapat empat kasus kematian Harimau Sumatera (Suryadi, 2020).

WWF Bekerjasama Dengan TRAFFIC TRAFFIC merupakan sebuah International Non Governmental Organizations (INGO) yang terkemuka secara global dalam menangani perdagangan ilegal satwa dan tumbuhan di dunia. TRAFFIC memiliki banyak sekali mitra dalam penanganan perdagangan satwa salah satunya WWF. WWF dan TRAFFIC bekerjasama dengan membuat Wildlife Crime Initiative dalam penanganan perdagangan ilegal satwa dan tumbuhan (wwf.panda.org)

Wildlife Crime Initiative

Wildlife Crime Initiative adalah program yang dibuat oleh WWF dan TRAFFIC dalam menangani perdagangan ilegal satwa dan tumbuhan di dunia.

Wildlife Crime Initiative merupakan

program jangka panjang yang dibuat dengan tujuan memberantas wildlife crime. Menurut WWF target dari WCI adalah pada tahun 2024 kejahatan satwa seperti perdagangan, perburuan akan berkurang hingga setengah sejak awal dibentuknya program ini (wwf.panda.org).

Pada praktiknya Wildlife Crime Initiative rantai perdagangan ilegal yang terdiri dari penyelundupan, perburuan, dan konsumsi satwa. Selain itu Wildlife Crime Initiative juga sebagai advokasi kepada para pemangku kebijakan agar adanya pengetatan regulasi dan hukum guna melindungi satwa liar. Dalam upaya menghentikan perdagangan dan perburuan Harimau Sumatera, Wildlife Crime Initiative memiliki empat pilar utama yaitu, Stop the poaching (Menghentikan perburuan), Stop the trafficking (Menghentikan perdagangan), Stop the buying (Menghintikan pembelian), dan International policy (Kebijakan internasional) (WWF Panda).

Dengan ditetapkannya pendekatan-pendekatan kohesif diatas, WWF bersama dengan TRAFFIC, telah berkontribusi dalam menghentikan wildlife crime. Harimau Sumatera, sebagai salah satu satwa yang merupakan korban wildlife crime, turut dilindungi oleh program ini. Selain itu, mengingat Harimau Sumatera merupakan salah satu

(16)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 78 satwa liar yang menjadi fokus WWF,

maka Harimau Sumatera juga menjadi salah satu satwa liar yang juga menjadi fokus dari program ini.

WWF Bekerjasama Dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia)

MUI (Majelis Ulama Indonesia) merupakan salah satu lembaga swadaya masyarakat terbesar yang mewadahi kaum muslim di Indonesia (MUI.or.id). MUI sendiri dalam hal perdagangan satwa memiliki fatwa yang tercantum dalam Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pelestarian Satwa Langka untuk Keseimbangan Ekosistem (Fatwa MUI, 2015). Yang dimana pada pasal 6 dan 7 MUI memutuskan :

• Pasal 6 : Membunuh, menyakiti, menganiaya, memburu, dan/atau melakukan tindakan yang mengancam kepunahan satwa langka hukumnya haram kecuali ada alasan syar’i, seperti melindungi dan menyelamatkan jiwa manusia.

• Pasal 7 : Melakukan perburuan dan/atau perdagangan illegal satwa langka hukumnya haram. Pada tahun 2018 WWF bekerjasama

dengan MUI dalam

mengimplementasikan Fatwa MUI tersebut. Kerjasama ini dilakukan oleh WWF dan MUI dengan cara

mengundang DAI-DAI dan perwakilan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) dibeberapa wilayah untuk diberikan sosialisasi tentang pelestarian satwa yang terancam punah di Indonesia. Pada kegiatan ini tim WWF Indonesia yang diwakili oleh Bapak Meidiyanto dari tim Wildlife Crime WWF memberikan penjelasan tentang kondisi perdagangan ilegal satwa salah satunya Harimau Sumatera di Indonesia.

MUI sebagai basis organisasi masyarakat islam terbesar di Indonesia dipilih WWF dengan harapan mampu memberikan pendekatan dengan metode sosialisasi dan edukasi dengan nilai-nilai agama yang dapat mempengaruhi masyarakat agar mau ikut serta dalam menjaga kelestarian satwa dan mencegah kepunahannya.Serta diharapkan DAI-DAI yang turut hadir dalam kegiatan tersebut mampu menjadi agen-agen lingkungan dengan berdakwah dan memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar masjid, agar ikut serta dalam memberikan kontribusi menjaga kelestarian satwa salah satunya Harimau Sumatera.

(17)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 79 KESIMPULAN

Dalam melindungi Harimau Sumatera dari Perdagangan Ilegal, WWF telah menjalankan perannya, yaitu Implementers, Catalysts, dan Partners.

Sebagai Implementers, WWF secara aktif melakukan hal-hal yang dapat mengatasi perdagangan ilegal Harimau Sumatera dengan menyediakan barang dan jasa seperti, memasang camera trap (kamera pengintai), WWF juga membuat kantor- kantor cabang di beberapa daerah di Provinsi Sumatera seperti Sumatera bagian utara, Sumatera bagian tengah, Lahan gambut Sumatera bagian tengah, dan Sumatera bagian selatan, WWF juga membentuk sebuah forum untuk sebagai sarana donasi bagi Harimau Sumatera, melalui donasi ini kemudian WWF mampu membantu konservasi Harimau Sumatera dan membeli alat-alat yang membantu kelestarian Haarimau Sumatera.

Kemudian dalam menjalankan peran Catalyst, WWF melakukan program-program yang bertujuan untuk menginspirasi, memfasilitasi, dan berkontribusi dalam mempromosikan nilai dan norma baru dalam menciptakan perubahan. Program-program tersebut diantaranya WWF ikut serta membantu tercapainya kegiatan Double Tiger (TX2) di Indonesia dengan cara networking.

Networking akan membantu WWF mendapatkan informasi tentang ancaman-ancaman terhadap Harimau Sumatera yang datang dari luar maupun dalam negeri, kemudian protect. Dalam program protect, WWF menciptakan alat bernama SMART yang dapat digunakan sebagai alat pemantau penyebaran Harimau Sumatera, aktivitas manusia, pemetaan ancaman, dan intensitas patroli dalam kawasan yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam perencanaan patrol berikutnya. Selanjutnya WWF juga melakukan program Global Tiger Day yang dimana setiap tanggal 29 Juli diperingati sebagai hari Harimau sedunia.

Setiap tahunnya WWF mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat menginspirasi masyarakat agar lebih perduli terhadap Harimau Sumatera, dan agar dapat ikut berkontribusi sesuai kapasitasnya masing-masing. Dan yang terakhir WWF menciptakan program Panda Mobile. Panda Mobile merupakan truk yang berisikan informasi, tentang flora dan fauna yang terancam punah.

Truk ini sebagai sarana WWF untuk turun langsung ke masyarakat dalam menyebarkan informasi tentang kondisi flora dan fauna di Indonesia dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan.

Peran terakhir yaitu peran Partners. WWF menjalin kerjasama

(18)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 80 dengan berbagai lapisan, baik pemerintah

pusat, BKSDA, INGO lingkungan lainnya seperti TRAFFIC, yang kemudian WWF dan TRAFFIC membentuk Wildlife Crime Initiative, dan WWF juga bekerjasama dengan organisasi lainnya di dalam Negeri seperti MUI. Kerjasama ini memiliki tujuan yang sama yaitu mengurangi angka perdagangan ilegal Harimau Sumatera.

Dalam menjalankan perannya, tentu saja WWF masih mendapatkan hambatan-hambatan yang menyebabkan belum maksimalnya peran-peran tersebut dilakukan. Seperti diawal-awal terbentuknya program-program WWF ini masih kurang kesepahaman antara semua pihak baik pemerintah, masyarakat, dan organisasi lingkungan, selain itu juga masih kurangnya dana yang dapat digunakan WWF dalam keperluan konservasi Harimau Sumatera. Hal-hal ini menyebabkan masih tingginya angka perdagangan ilegal Harimau Sumatera pada tahun 2015-2017.

Namun, seiring berjalannya waktu, secara perlahan tapi pasti program- program WWF mulai membuahkan hasil.

Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kasus perdagangan Harimau Sumatera telah mengalami penurunan pada tahun 2018 dan 2019 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Populasi

Harimau Sumatera juga mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2018 dan 2019.

Setelah melakukan penelitan terhadap Peran World Wide Fund for Nature Dalam Menangani Perdagangan Ilegal Harimau Sumatera Pada Tahun 2015-2019, terdapat beberapa saran yang diberikan penulis kepada peneliti lain yang akan melakukan peneliti selanjutnya.

Saran tersebut antara lain:

1) Kerjasama antar lembaga dalam melindungi Harimau Sumatera perlu ditingkatkan agar angka perdagangan terus turun dan populasi Harimau Sumatera stabil.

Program-program yang telah dijalankan WWF juga perlu untuk terus ditingkatkan baik secara kualitas maupun kuantitas.

2) Pemerintah juga diharapkan bisa mempertegas sikap dalam mengambil kebijakan serta penegakan hukum yang berkaitan dengan perlindungan Harimau Sumatera dari aktivitas perdagangan ilegal.

3) Yang tidak kalah penting adalah kesadaran masyarakat, baik masyarakat perkotaan, maupun masyarakat adat terhadap isu perdagangan Harimau Sumatera.

Masyarakat di perkotaan perlu diberi

(19)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 81 pemahaman terhadap pola hidup dan

konsumsi yang berkelanjutan dengan cara memilih produk sehari- hari yang diproduksi secara berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Karns, M.P & Mingst, K.A. (2004).

International Organizations: The Politics and Perception of Global Governance. London: Lynne Rienner Publishers

Lewis, D. K & Kanji, N. (2001). The

Management of Non-

Governmental Organtizations.

London: Routledge

Bryman, A. (2012). Social research Methods, 4th Edition. New York:

Oxford University Press Miles, M.

B., & Huberman, A. M. (1992).

Analisis Data Kualitatif. Jakarta:

Universitas Indonesia Press

Keck, M & Sikkink, K. (1999).

Transnational Advocacy Network in International and Regional Politics. Oxford: Blackwell Publishers

Harrison, L. (2001). Political Research: An Introduction. London: Routledge, Malena, C. (1995). A Partical Guide to

Operational Collaboration between The World Bank and Non-Government Organizations.

Washington: World Bank

Pemerintah Republik Indonesia. (1990).

Undang Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta:

Sekretariat Negara

Hamidi. (2004). Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitia. Malang: UMM Press Pemerintah Republik Indonesia. (1999).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Jakarta:

Sekretarian Negara Jurnal :

Firdausi, F., & Latifah, E. (2017).

Penegakan Hukum Perdagangan Harimau Sumatera di Indonesia Berdasarkan Convention On International Trade In Endangered Species Of Wild Fauna And Flora (CITES). Beli Ac Pacis 3(2) Unerman, J. & O'Dwyer, B. (2006). On

James Bond and the importance of NGO accountability. Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 19 No. 3,. 305-318.

Dari

https://doi.org/10.1108/095135706 10670316

Sanco, D A. (2006). The Evolution of NGO Accountability Practices and Their Implications on Philippine NGOs: A Literature Review and Options Paper for the Philippine Council for NGO Certification, International Center dor Not-for- Profit Law, Diakses dari http://www.icnl.org/research/libra ry/files/Philippines/philacc.pdf Chairunnisa, Eca. (2018). Peranan World

Wide Fund For Nature (WWF) Dalam Upaya Konservasi Populasi Badak Jawa di Indonesia. Global Political Studies Journal, 2 (1) Amagoh, F. (2015). Improving the

Credibility and Effectiveness of Non-Governmental Organizations.

Progress in Development Studies, 15 (3)

Syahputra, T.H. (2019). Peran World Wide Fund for Nature dalam

Menangani Kejahatan

Transnasional di Bidang Lingkungan: Kasus Perburuan dan Perdagangan Ilegal Orangutan Tahun 2014-2018. Journal of International Relations,. 5(4), p.

734-743

(20)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 82 Gondor, D & Hideka, M. (2011). Role of

World Wildlife Fund (WWF) and Marine Stewardship Council (MSC) in seafood eco-labelling policy in Japan. Sustainability Accounting, Management and Policy Journal. 2. 214-230.

10.1108/20408021111185385.

WWF Indonesia. (2019). Impact Stories.

Annual Report, (6). Diakses dari https://www.wwf.id/upload/2019/

06/WWF_Impacts_2019.pdf WWF Indonesia. (2019). Impact Stories.

Annual Report, (8). Diakses dari https://www.wwf.id/upload/2019/

06/WWF_Impacts_2019.pdf STRAKOHAS. (2007). Strategi Rencana

Aksi Konservasi Harimau Sumatera 2007-2017. Diakses

pada 22

Oktober 2020 dari http://www.catsg.org/fileadmin/fil esharing/3.Conservation_Center/3.

4._Strategies Action _Plans/Tiger/Soehartono_et_al_20

07_Sumatran_Tiger_Conse rvation_Strategy_2007- 2017.pdf

WWF Panda. Tigers Alive.

Annual Report. Diakses pada 10 Oktober 2020, dari https://wwfeu.awsassets.panda.org /downloads/tiger_alive_booklet_1.

pdf Internet :

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY. (2019). Perlindungan Satwa dan Hewan Liar Oleh CITES.

Diakses pada 22 Maret 2020, dari https://dlhk.jogjaprov.go.id/perlin dungan-satwa- dan-tumbuhan-liar- dengan-cites

Winata, D. (2019). Jerat Satwa Mengancam Harimau Sumatera.

Diakses pada 22 Maret 2020, dari https://mediaindonesia.com/read/d etail/250382-jerat-satwa-

mengancam-harimau-sumatra

WWF Indonesia. WWF History. Diakses pada 22 Maret 2020, dari https://wwf.panda.org/knowladge _hub/history

WWF Indonesia, Sejarah WWF. Diakses pada 22 Maret 2020, dari https://www.wwf.or.id/tentang_w wf/whoweare/

Mongabay Situs Berita Lingkungan.

(2014). Global Tiger Day Upaya Menyelamatkan Harimau. Diakses pada 16 Juni 2020, dari https://www.mongabay.co.id/2014 /07/29/global-tiger-day- upaya- menyelamatkan-harimau/

WWF Indonesia. Harimau Sumatera.

Diakses pada 16 Juni 2020, dari https://www.wwf.or.id/program/sp esies/harimau_sumatera/

Mongabay Situs Berita Lingkungan.

(2014). Global Tiger Day Upaya Menyelamatkan Harimau. Diakses pada 16 Juni 2020, dari https://www.mongabay.co.id/2014 /07/29/global-tiger-day- upaya- menyelamatkan-harimau/

WWF Indonesia. Sahabat Harimau.

Diakses pada 16 Juni 2020, dari https://www.supporterwwf.org/do nation/5/sahabat-satwa/sahabat- harimau.html

Faizah, N. (2018). Populasi Harimau Sumatera Tinggal 600 Ekor.

Diakses pada 16 Juni 2020, dari https://kabar24.bisnis.com/read/20 180730/15/822181/populasi- harimau-sumatra-tinggal- 600- ekor

Detik News. (2019). KLHK: Populasi Harimau Sumatera Tersisa 603 Ekor. Diakses pada 16 Juni 2020, dari

https://news.detik.com/berita/d- 4643337/klhk-populasi-harimau- sumatera-tersisa- 603-ekor

Harnovinsah. Metodologi Penelitian Universitas Mercu Buana. Diakses pada 31 Juni 2020, dari https://mercubuana.ac.id/files/Met odeLogiPenelitian/Met%20Pen%2

(21)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 83 0UMB%203-ok.pdf

Nur Arinta. (2019). MUI Ajak Umat Ikut Awasi Perdagangan Ilegal Satwa Langka. Diakses pada

19 November 2020, dari https://wwf.id/publikasi/mui-ajak- umat-ikut-awasi-perdagangan- ilegal-satwa-langka.

MUI. (2015). Fatwa MUI Nomor 04 Tahun 2014 Tentang Pelestarian Satwa Langka Untuk Menjaga Keseimbangan Ekosistem. Diakses pada 22 November 2020, dari https://mui- lplhsda.org/fatwa- majelis-ulama-indonesia-nomor- 04-tahun-2014-tentang-

pelestarian-satwa- langka-untuk- menjaga-keseimbangan-

ekosistem/)

MUI. Sejarah MUI. Diakses pada 12 November 2020, dari https://mui.or.id/sejarah-mui/

WWF Panda. Wildlife Crime Initiative.

Diakses pada 22 Oktober 2020, dari

https://wwf.panda.org/discover/ou r_focus/wildlife_practice/wildlife _trade/wildlife_crime_in itiative/

Wahyudi, H. (2016). Global Tiger Day 29 Juli: Perberat Hukuman

Pelaku Perdagangan

HarimauSumatera, Diakses pada 27 Oktober 2020, dari https://www.mongabay.co.id/2016 /07/29/gobal-tiger-day-29-juli- perberat-hukuman-pelaku- perdagangan-harimau-sumatera/

Farel. A. (2017). U-Care 2017 : WWF Edukasi Anak Lewat Truk Panda.

Diakses pada 27 Oktober 2020.

Dari, https://ultimagz.com/berita- kampus/wwf-indonesia-edukasi- melalui-inovasi/

WWF Indonesia. (2019). Global Tiger Day 2019. Diakses pada 20

Oktober 2020, dari

https://wwf.id/publikasi/global- tiger-day-2019-pendekatan-seni- budaya-upaya- mengembalikan- hak-hidup-dan-perlindungan-

layak-untuk-harimau-sumatera WWF Indonesia. (2019). Global Tiger

Day 2019. Diakses pada 20

Oktober 2020, dari

https://wwf.id/publikasi/global- tiger-day-2019-pendekatan-seni- budaya-upaya- mengembalikan- hak-hidup-dan-perlindungan- layak-untuk-harimau-sumatera Elshinta News. (2018). Rayakan Global

Tiger Day, Harimau Sumatera berhasil berkembang biak. Diakses pada 27 Oktober, dari https://elshinta.com/news/151690/

2018/07/30/rayakan- global-tiger- day-harimau-sumatera-berhasil- berkembang-biak

Wahyudi, H. (2017). Peringati Global Tiger Day, Semua Pihak Perkuat Komitmen Konservasi Harimau Sumatera. Seperti Apa, Diakses pada 27 Oktober 2020, dari

https://www.mongabay.co.id/2017 /07/30/peringati-global-tiger-day- semua-pihak-perkuat- komitmen- konservasi-harimau-sumatera- seperti-apa/

Hananto, A. (2020). Harimau-harimau yang Terancam Punah, Kini Populasinya Membaik di Lima Negara Ini, Diakses pada 10 Oktober 2020, dari

https://www.mongabay.co.id/2020 /08/13/harimau-harimau-yang- terancam-punah-kini-

populasinya-membaik-di-lima- negara-ini/

Sigit, W. (2017). Rahasia Camera Trap Yang Bisa Memotret Sendiri.

Diakses pada 26 Oktober 2020, dari

https://bobo.grid.id/read/08678326 /rahasia-kamera-trap-yang-bisa- memotret- sendiri?page=all

WWF Indonesia. Sumatera Bagian Tengah. Diakses pada 10 Oktober

2020, dari

https://www.wwf.id/lokasi/sumate ra-tengah

(22)

Sriwijaya Journal of International Relations Vol 1 No 2, Desember 2021 84 WWF Indonesia. Sumatera Utara. Diakses

pada 10 Oktober 2020, dari https://www.wwf.id/lokasi/sumate ra-utara

WWF Indonesia. Lahan Gambut Sumatera Bagian Tengah. Diakses pada 10

Oktober 2020, dari

https://www.wwf.id/lokasi/lahan- gambut-sumatera-bagian-tengah WWF Indonesia. Sumatera Bagian

Selatan. Diakses pada 10 Oktober

2020, dari

https://www.wwf.id/lokasi/sumate ra-selatan

Fadila, I. (2015). Global Tiger Day 2015 Diselenggarakan Serentak di 7 Kota. Diakses pada 27 Oktober

2020, dari

https://kabar24.bisnis.com/read/20 150810/15/460935/global-tiger- day- 2015-diselenggarakan- serentak-di-7-kota

Lili, R. (2012). Smart Patrol Untuk Selamatkan Harimau Sumatera

Yang Tersisa. Diakses pada 27

Oktober 2020, dari

https://www.mongabay.co.id/2012 /10/31/smart-patrol-untuk-

selamatkan- harimau-sumatera- yang-tersisa/

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2018). BBTN Bentarum Bersama WWF Ujicoba SMART Patrol di DAS Embaloh dan DAS Sibau. Diakses pada 27

Oktober 2020, dari

http://ksdae.menlhk.go.id/info/355 8/bbtn-bentarum-bersama-wwf- ujicoba-smart-patrol-di- das- embaloh-dan-das-sibau.html Suryadi. (2020). Riau Jalur Rawan

Penyelundupan Satwa Langka.

Diakses pada 24 November 2020, dari

https://www.mongabay.co.id/2020 /02/19/riau-jalur-rawan-

penyelundupan-satwa- langka/

Referensi

Dokumen terkait