IMPLEMENTASI KEGIATAN KOLASE MENGGUNAKAN SERBUK KAYU TERHADAP PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK DI PAUD PASIA MUTIARA PADANG
Heni Meila Sari, Yelva Nofriyanti, Farida Mayar Universitas Negeri Padang
Email : [email protected] [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi kegiatan kolase menggunakan serbuk kayu dalam meningkatkan kreativitas anak. Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Pasia Mutiara Ulak Karang. Populasi dalam penelitian ini adalah anak di kelas B1, sampel yang digunakan berjumlah 15 orang anak. Teknik analisis data yang digunakan adalah random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui kegiatan kolase menggunakan serbuk kayu dapat meningkatkan kreativitas pada anak.
Keywords: Kolase, Kreativitas, Anak Usia Dini
ABSTRACT
This study aims to determine how the implementation of collage activities using sawdust in increasing children's creativity. This research was conducted at PAUD Pasia Mutiara Ulak Karang. The population in this study were children in class B1, the sample used amounted to 15 children. The data analysis technique used is random sampling. The results showed that through collage activities using sawdust can increase creativity in children.
Keywords: Collage, Creativity, Early Childhood
PENDAHULUAN
Pendidikan nasional sebagai sebuah sistem pembangunan nasional yaitu memiliki tiga subsistem pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Substansi pertama diselenggarakan di sekolah, sedangkan substansi pendidikan nonformal dan pendidikan informal masuk dalam kategori pendidikan luar sekolah.
Pendidikan nonformal sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.
Anak usia dini memiliki karakteristik yag berbeda dengan orang dewasa dalam berperilaku. Dengan demikian dalam hal belajar anak usia dini juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa. Belajar anak usia dini merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini (yaswinda, dkk: 2013).
Menurut Hendra Sofyan (2014) Pendidikan anak usia dini (PAUD) ditujunkan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, agar memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang RI nomor 20 tentang sistem pendidikan nasional pasal1 bahwa: pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai usia delapan tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
NAEYC (National Association for The Education of Young Children), yang mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang beusia antara0- 8 tahun yang tercakup dalam program pendidikan TPA, penitipan anak pada keluarga (familychild care home), pendidikan prasekolah , TK dan SD baik swsta maupun Negeri (NAEYC, 1992). Guru PAUD juga diharapkan mampu menerima hal- hal yang baru dalam mengoptimalkan perkembangan anak (Yaswinda, 2019).
Masa Usia Dini adalah masa dimana anak dapat mengembangkan semua potensinya. Salah satu yang dapat dikembangkan adalah potensi seni anak. Kelompok KB merupakan pendidikan informal dari anak usia prasekolah. KB adalah wadah yang berfungsi untuk membantu anak dalam dalam memasuki usia lebih lanjut. Tujuan pendidikan KB adalah untu membantu anak dalam mengembangkan berbagai otensi diri baik fisik maupun psikisnya( Nuryana. 2014).
Dalam bidang sni barang bekas seperti kulit telur, majalah lama, koran bekaspakaian, kardus, kalengplastik kemasan, ampas kelapa, dn daun- daun kering dapat digunakan untuk menghaslkan bermacam- macakreasi yang unik salah satunya dengan menggunakan metode kolase ( Sari.2012). Kolase adalah sebuah desain atau sebuah gambar yang dibuat dari potongan atau guntingan kertas (Mayesky. 2011). Kegiatan kolase adalah suatu kegiatan seni yang dilakukan dengan cara menempel berbagai unsur bahan yang terdiri atas bahan dari alam, bahan bekas, benda sekitar, kertas, biji- bijian dan bahan lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan kolase (Maisyaroh. 2015).
Pada penelitian ini lebih menekankan pada perkembangan seni anak melalui kegiatan kolase dengan menggunakan serbuk kayu yang sudah duberi warna. Dengan pemberian warna anak akan lebih tertarik dalam melakukan kegiatan kolase dan perkembangan anak dapat meningkat. Dengan kegiatan kolase mnggunakan serbuk kelapa ini tidak hanya perkembangan seni saja yang dapat berkembang, tetapi perkembangan kognitif anak juga dapat berkembang yaitu ketika aak dapat memilih warna apa yang cocok digunakan dalam gambar yag akan dikolasekan serta motorik halus anak juga dapat berkembang karena anak melakukan kegiatan kolase menggunakan tangannya anak juga akan lebih berhati-hati melakukannya supaya serbuk kayu tersebut tidak berserakan keluar dari garis gambar.
Dari uraian diatas penelti tetarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Implementasi Kegiatan Kolase Dalam Meningatkan Kreatvitas Anak.
KAJIAN TEORI
Pendidikan Anak Usia Dini
Suryana (2017) mengatakan bahwa taman kanak-kanak menjadi lembaga formal yang melayani anak usia empat sampai enam tahun dengan tujuan untuk mengembangkan setiap aspek perkembangan yang dimiliki anak melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Pelayanan setiap perkembangan anak dilakukan oleh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Tenaga pendidik sebagai sebagai seorang guru bertanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak di sekolah.
Khairma dan Dadan (2017) struktur program kegiatan pendidikan anak usia dini mencakup bidang pengembangan pembentukan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan bermain dan pembiasaan. Lingkup pengembangan meliputi: (a) nilai-nilai agama dan moral, (b) fisik, (c) kognitif, (d) bahasa, (e) sosial emosional dan (f) seni. Tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini agar dapat berkembang secara optimal sesuai tipe kecerdasannya dan kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
Seorang pendidik harus bisa mendorong dan menginspirasi anak didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran. Menurut Suryana (2017: 70) tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Trianto (2011) menyatakan pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan uusia enal tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Suyadin dan Maulidya (2013) menyatakan tujuan pendidikan anak usia dini adalah memberikan stimulasi atau rangsangan bagi perkembangan potensi agar anak menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu,
cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Anak Usia Dini
Suryana (2013: 25) menyatakan bahwa usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan paling mendasar sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan manusia. Anak usia dini memiliki karakteristik yang unik karena berada pada proses tumbuh kembang anak selanjutnya sampai akhir perkembangannya.
Yaswinda, dkk (2013) anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam berperilaku. Dengan demikian dalam hal belajar anak usia dini juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa. Belajar anak usia dini merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini.
Novi dan Dadan (2019) menyatakan bahwa anak usia dini adalah anak-anak usia 0-8 tahun yang berada dalam periode pertumbuhan yang sangat cepat dan mengembangkan, atau lebih dikenal sebagai zaman keemasan. Anak usia dini adalah sosok individu yang menjalani proses perkembangan yang cepat dan mendasar untuk kehidupan selanjutnya.
Anak usia dini sudah karakteristiknya sendiri sesuai dengan tahapan umurnya.
Theo dan Martin dalam Suryana (2011) Hal-hal yang penting pada tahun-tahun awal anak usia dini antara lain: (1) Anak berusia 3 tahun sudah dapat belajar bermain dan berbicara; (2) anak usia 3 sampai 4 tahun memiliki rasa ingin tahu yang besar, karena itu kebebasan dan kesempatan untuk mengamati, bergerak dan melakukan kegiatan eksplorasi diri dan lingkungan perlu diberikan; (3) anak usia 2 sampai 6 tahun senang mengenali dirinya sendiri dan dunia yang mengelilinginya. Karena itu memperkenalkan nama-nama benda di rumah, di halaman, di sekolah, sangat tepat pada usia ini; (4) karakter anak dibentuk melalui aktivitas dan belajar selama periode usia 3-6 tahun, anak bergerak aktif dan dan sering mengikuti dorongan-dorongan hatinya, pada masa ini masa yang baik untuk mengembangkan karakter anak.
Kolase
Kata kolase (Susanto: 2002), yang dalam bahasa Inggris disebut “collage” berasal dari kata”coller” dalam bahasa Prancis, yang berarti “merekat”. Selanjutnya kolase dipahami sebagai sebuah teknik seni menempel berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam, dan sebagainya, atau dikombinasikan dengan penggunaan cat atau teknik lainnya. Kolase adalah sebuah teknik menempel berbagai macam unsure ke dalam satu frame sehingga menghasilkan karya seni yang baru. Dengan demikian, kolase adalah karya seni rupa yang dibuat dengan cara menempelkan bahan apa saja kedalam satu komposisi yang serasi sehingga menjadi satu kesatuan karya. Kolase adalah karya aplikasi yang dibuat dengan menggabungkan teknik melukis(lukisan tangan) dengan menempel bahan-bahan tertentu.
Kolase (Devi: 2014) berasal dari bahasa Perancis. Collage yang berarti merekat.
Kolase adalah kreasi aplikasi yang dibuat dengan menggabungkan teknik melukis (lukisan tangan) dengan menempelkan bahan-bahan tertentu. Dalam pembuatan kolase memerlukan kesabaran yang tinggi dan keterampilan dalam memadukan, menyusun, dan menempel bahan yang ada sehingga menjadi sebuah karya seni yang indah.
Bahan yang digunakan bisa berupa bahan alam, bahan buatan, bahan setengah jadi, bahan jadi dan bahan sisa. Potensi kreatif yang sudah dimiliki anak sejak lahir penting untuk dikembangkan melaui pembelajaran yang unik, menarik dan menyenangkan bagi anak sehingga anak dapat bereksploratif dan memunculkan ide-ide baru.
Jenis Kolase
Karya kolase dapat dibedakan menjadi beberapa segi, yaitu segi fungsi, matra, corak dan material
1). Menurut Fungsi
Dari segi fungsi (Soedarso: 2006), kolase dikelompokkan menjadi dua, yaitu seni murni (fine art) dan seni pakai (applied art). Seni murni adalah suatu karya seni yang dibuat semata mata untuk memenuhi kebutuhan artistic. Orang menciptakan karya seni murni, umumnya, untuk mengekspresikan cita rasa estetis. Dan, kebebasan berekspresi dalam seni murni sangat diutamakan.4 Sedangkan, seni terapan atau seni pakai(applied art) adalah karya seni rupa yang dibuat buntuk memenuhi kebutuhan praktis. Aplikasi seni terapan umumnya lebih menampilkan komposisi dengan kualitas artistic yng bersifat dekoratif
2). Menurut Matra
Berdasarkan matra , jenis kolase dapat dibagi dua, yaitu kolase pada permukaan bidang dua dimensi (dwimatra) dan kolase pada permukaan bidang tiga dimensi (trimatra).
3). Menurut Corak
Menurut coraknya, wujud kolase dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu representative dan nonrepresentatif. Representative artinya menggambarkan wujud nyata yang bentuknya masih dikenali. Sedangkan nonrepresentatif artinya dibuat tanpa menampilkan bentuk yang nyata, bersifaat abstrak, dan hanya menampilkan komposisi unsure visual yang indah.
4). Menurut Material
Material (bahan) apapun dapat dimanfaatkan dalam pembuatan kolase asalkan ditata menjadi komposisi yang menarik atau unik. Berbagai material kolase tersebut akan direkatkan pada beragam jenis permukaan, seperti kayu, plastic, kertas, kaca, keramik, gerabah, karton, dan sebagainya asalkan relative rata atau memungkinkan untuk ditempeli.
Secara umum bahan baku kolase dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: bahan-bahan alam (daun, ranting, bunga kering, kerang, biji-bijian, kulit, batu-batuan dan lain-lain), dan bahan-bahan bekas sintesis (plastic, seraat sintesis, logam, kertas bekas, tutup botol, bungkus permen/cokelat, kain perca dan lain-lain).
3. Peralatan dan Teknik
Secara umum peralatan utama yang dibutuhkan adalah:
1). Alat potong: pisu, gunting, cutter, gergaji, tang dan sebagainya.
2). Bahan perekat: lem kertas, perekat vinyl, lem putih/PVC, lem plastic, jarum dan benang jahit, serta jenis perekat lainnya (disesuaikan dengan jenis bahan).
Dalam hal teknik, pada umumnya, karya kolase dapat dibuat dengan teknik yang bervariasi, seperti: teknik sobek, teknik gunting, teknik potong, teknik rakit, teknik rekat, teknik jahit, teknik ikat, dan sebagainya. Dan dua atau lebih teknikpun dapat dikombinasikan untuk membuat sebuah karya kolase.
Berbagai metode yang digunakan untuk membuat kolase antara lain:
a. Tumpang tindih atau saling tutup (overlapping) b. Penataan ruang (spatial arrangement)
c. Repetisi/pengulangan ( repetition)
d. Komposisi/kombinasi beragam jenis tekstur dari berbagai material.
4. Pembelajaran Kolase Bagi Anak
Pembelajaran kolase bagi anak khususnya di PAUD/TK atau SD, tentunya perlu dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal:
a. Gunakan alat pemotong yang mudah digunakan, misalnya gunting.namun, sebaiknya guru mendampingi saat anak memotong.
b. Bahan yang disediakan sebaiknya mudah dipotong sehingga tidak menyulitkan anak.
misalnya daun kering, kertas, karton bekas dan lain-lain.
c. Bidang dasar kolase menggunakan kertas tebal, karton atau kertas duplex yang tidak nterlalu besar sehingga anak tidak kesulitan untuk menempel bidang tersebut secara keseluruhan.
d. Teknik boleh dipadukan antara gambar tangan dan tempelan atau kolase. Misalnya anak menggambar kepala untuk figure mnusia, mungkin tentang dirinya, ibunya atau temannya.
Selanjutnya, bagian lain (baju, celana, rok dan lain-lain) dibuat dengan teknik kolase.
Kreativitas
Kreativitas (Rachmawati, 2011) adalah suatu proses individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang yang efektif yang bersifat imajnatif ,
estetis dan fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan difensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah.
Kreativitas (Fakhiriyani, 2016) merupakan suatu kemampuan yang penting untuk dikembangkan, pun diberbagai elemen pendidikan. Holis (2016) Dalam arti lain kreativitas ini harus menciptakan sesuatu yang baru. Kreativitas merupakan salah satu potensi anak yang harus dikembangkan sejak dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif, bila ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreaif dapat dikembangkan, oleh karena itu perlu dipupuk sejak Usia Dini (Priyanto, 2014).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif . Sumber data dari informan, dokumen dan penelitian di lapangan Menurut Bogdan dan Taylor dalam (Prastowo, 2016) metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Ditambah oleh Patton dalam (Ahmadi, 2016) yang menyebutkan metode kualitatif adalah untuk memahami fenomena yang sedang terjadi secara alamiah (natural) dalam keadaan-keadaan yang sedang terjadi secara alamiah. Konsep ini lebih menekankan pentingnya sifat data yang diperoleh oleh penelitian kualitatif, yakni data alamiah. Menurut Suharsimi Arikunto dalam Prastowo (2016:186) penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.
Teknik pegumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Populasi anak yang di gunakan dalam penelitian ini berjumlah 17 anak. dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 10 anak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan kolase yang akan dilaksanakan pada penelitan ini adalah kegiatan menempel permukaan gambar dengan menggunakan bahan alam yang ada dilingkungan sekitar anak. Kegiatan ini sangat cocok dilakukan pada kegiatan pembelajran anak usia dini yang dapat mentimulus motorik halus anak, meiningkatkan kepercayaan diri anak dan melatih anak untuk memecahkan masalah.
Dari hasil observasi di PAUD Pasia Mutiara ditemukan bahwa pembelajaran kolase dengan media bahan alam hampir sebagian besar anak di PAUD Pasia Mutiara belum bisa menempel sesuai imajinasinya. Anak belum bisa menempel serbuk kelapa pada gambar dengan tepat dan rapi. Selain itu, kelenturan tangan anak dalam menggnakan tangan sebagai persiapan menulis mash belum terlihat (masih kaku)
Berdasarkan pengamatan peneliti fakor utama yang menjadi kesulitan anak adalah unsur kesabaran dan kesungghan pada anak belum terlihat dalam mngerjakan tugas atau kegiatan yang diberikan. Oleh karena itu disarankan pada guru PAUD agarmenggunakan media bahan alam untuk meningkakan kemampuan motorik halus dan kreatitas pada anak usia dini.
KESIMPULAN
Kolase adalah kreasi aplikasi yang dibuat dengan menggabungkan teknik melukis (lukisan tangan) dengan menempelkan bahan-bahan tertentu. Dalam pembuatan kolase memerlukan kesabaran yang tinggi dan keterampilan dalam memadukan, menyusun, dan menempel bahan yang ada sehingga menjadi sebuah karya seni yang indah.
Bahan yang digunakan bisa berupa bahan alam, bahan buatan, bahan setengah jadi, bahan jadi dan bahan sisa. Potensi kreatif yang sudah dimiliki anak sejak lahir penting untuk dikembangkan melaui pembelajaran yang unik, menarik dan menyenangkan bagi anak sehingga anak dapat bereksploratif dan memunculkan ide-ide baru .
DAFTAR PUSTAKA
Fakhiriyani, Diana Vidya. 2016. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Vol 4. No 2.
Holis, Ade. 2016. Belajar Melalui Bermain Untuk Pengembangan Kreativitas Dan Kognitif Anak Usia Dini. Vol 10. No 1.
Mulyasa, E. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Mulyasa. (2014). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prastowo, Andi. 2016. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Priyanto, Aris. 2014. Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Melalui Aktivitas Bermain. Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No 2.
Rachmawati, Yeni dan Euis Kurniati. 2011. Strategi Pengembangan Kreativias Pada Anak.
Jakarta: KENCANA.
Saptono. 2011. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter Wawasan, Strategis, Praktis. Jakarta:
Erlangga. karakter anak
Soedarso, Syakir Muharrar & Sri Verayanti R, Kreasi Kolase, Montaze, Mozaik Sederhana, Penerbit Erlangga: 2006
Susanto, M., 2002:63 dalam bukunya Syakir Muharrar & Sri Verayanti R, Kreasi Kolase, Montaze, Mozaik Sederhana, Erlangga
Suryana, dadan. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini (Teori dan Praktik Pembelajaran).
Padang: UNP Press
Suryana, Yulsyofriend. 2011. Pembelajaran Membaca Berbasis Teknologi Informasi di TK Pertiwi VI Kota Padang. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
Suryana, Dadan. 2017. Pengetahuan Tentang Strategi Pembelajaran, Sikap dan Motivasi Guru. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
Suryana, dadan. 2017. Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Pendekatan Saintifik di Taman Kanak-kanak. Jurnal Pendidikan Usia Dini Volume 11 Edisi 1, April 2017 Suryana, Novi. 2019. Thematic Pop-Up Book based of Learning Media Early Childhood
Language Development. Jurnal Pendidikan Usia Dini Volume 13 Edisi 1 April 2019 Suyadi dan Ulfah, Maulidya. 2013. Konsep Dasar Paud. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Trianto, 2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi Dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Bumi Aksara.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wibowo, Agus. 2013. Pendidikan Karakter Usia Dini (Strategi Membangun Karakter Di Usia Dini). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yulsyofriend, Yaswinda & Zulminiati. 2013. Pelaksanaan Model Reggio Emilio Pada Pembelajaran Anak Usia Dini di Taman Kanak Assyofa Padang. Pedagogi 13 (1), 52- 57