Selama ini pemanfaatan sumber daya alam di pulau-pulau kecil belum optimal karena banyak kendala yang harus diatasi. Salah satu hal penting dalam pengelolaan potensi sumber daya pulau-pulau kecil adalah penilaian nilai ekonomi sumber daya yang ada di pulau-pulau kecil tersebut.
Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Akademik
Hingga tahun 1980-an, pengelolaan cagar alam merupakan urusan pemerintah pusat, dengan dukungan dari pihak swasta dan organisasi teknis/profesional seperti. Menggabungkan kekuatan berbagai aktor merupakan respons rasional terhadap berbagai ancaman dan tantangan dalam pengelolaan cagar alam.
Konsep Pemerintah
Penyelenggara pemerintahan adalah presiden dibantu oleh seorang wakil presiden, dan penyelenggara pemerintahan daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD. Selain kewajiban di atas, kepala daerah juga mempunyai kewajiban menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada daerah dan bertanggung jawab kepada DPRD, serta menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat.
Konsep Nelayan
Nelayan tradisional adalah individu yang pekerjaannya menangkap ikan dengan menggunakan perahu dan alat tangkap sederhana (tradisional). Dalam ketentuan Undang-Undang Perikanan, kapal yang tidak digunakan untuk menangkap ikan, melainkan hanya untuk mengangkut ikan dari laut menuju pelabuhan atau darat, termasuk atau dikategorikan sebagai kapal pengangkut ikan atau kapal pengangkut.
Konsep Collaborative Manajement Governance
- Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah, maupun bukan pemerintah, untuk kerjasama dalam
- Karakteristik Pulau - Pulau Kecil
- Potensi dan Kendala Pengembangan Pulau – Pulau Kecil
- Definisi Wilayah Pesisir dan Pantai
- Definisi Daerah Pantai (Wilayah Pesisir) Untuk Keperluan Pengelolaan Daerah pantai atau pesisir adalah suatu daratan beserta perairannya dimana
- Konsep Pengelolaan Terpadu Wilayah Pesisir dan Tahap Pengelolaan Pantai/Pesisir
Berdasarkan undang-undang no. 27 Tahun 2007, wilayah pesisir merupakan zona peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan daratan dan lautan. Konsep pengelolaan wilayah pesisir berbeda dengan konsep pengelolaan sumber daya pada umumnya, dalam pengelolaan sumber daya wilayah pesisir, yang mengelola adalah seluruh masyarakat yang memiliki fasilitas dan segala sesuatu yang ada di wilayah pesisir. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu merupakan suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pemantauan dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor, antara pemerintah dan masyarakat nelayan, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan pengelolaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. kesejahteraan.
27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilaksanakan dengan tujuan untuk melindungi, melestarikan, merehabilitasi, memanfaatkan dan memperkaya sumber daya pesisir dan pulau serta sistem ekologinya secara berkelanjutan; menciptakan keselarasan dan sinergi antara pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil; Kegiatan pengelolaan pantai dimulai pada tahap perencanaan, kegiatan perencanaan pengelolaan kawasan pantai berdasarkan UU No. 27 Tahun 2007 terdiri dari Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau yang selanjutnya disebut RSWP-3-K, Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau yang selanjutnya RZWP-3-K, Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut ORP-3- K, dan Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau yang selanjutnya disebut ORP-3-K.
Kerangka Pikir
Pendekatan top-down merupakan pendekatan yang memposisikan pemerintah sebagai pengambil keputusan dan peraturan mengenai penyelenggaraan pemerintahan, termasuk pelaksanaan peraturan. Pendekatan Botton-Up merupakan pendekatan yang menempatkan masyarakat atau pengguna yang bergantung pada sumber daya laut untuk mata pencahariannya untuk mengambil keputusan dan mengelola sendiri sumber daya tersebut. Perpaduan pendekatan Top-down dan Bottom-Up sering disebut dengan istilah joint governance, yaitu ketika masyarakat dan pemerintah bekerja sama dalam proses perumusan keputusan dan aturan yang disepakati.
Fokus Penelitian
Deskripsi Fokus Penelitian
Wilayah ini mempunyai sumber daya air tawar yang terbatas, baik air permukaan maupun air tanah, serta daerah tangkapan air yang relatif kecil, sehingga air permukaan dan sedimen dalam jumlah besar mengalir ke laut.
Jenis Dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian
Tipe Penelitian
Sumber Data
Informan Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Dokumentasi adalah informasi tertulis, visual atau faktual yang dapat dituangkan dalam bentuk dokumen, buku pengelolaan perikanan bersama, kajian kerjasama nelayan dan pemerintah dalam pengelolaan pulau-pulau kecil di Makassar.
Teknik Analisis Data
Berpikir, memahami kategori data, mencari dan menemukan pola dan hubungan, serta membuat temuan umum.
Pengabsahan Data
- Gambaran Umum Kota Makassar
- Struktur Kelembagaan Coastal Communmity Development – International GFound For Agriculture Development (CCD-IFAD)
- Walikota Makassar
- Kepala Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Peternakan Kota Makassar
- Komite Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
- Kepala Bidang Kelautan
- Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan dan Pengelolaan Sumberdaya
- Fasilitasi Masyarakat dan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
- Pengembangan Usaha, Tabungan dan Prasarana Desa
- Pembangunan Ekonomi Berbasis Kelautan
- Dukungan Pasar/Rantai Pasok
- Investasi Kabupaten Dalam Kapasitas Prasarana dan Kelembagaan Perikanan Berskala Kecil
- Tim Pendamping Desa/Motivator Desa
- Visi dan Misi a. Visi
Jarak pusat kota Makassar ke Pulau Lae-lae sekitar 1 mil laut dengan waktu tempuh sekitar 15 menit dari Kayu Bangkoa (Pelabuhan Rakyat Makassar). Keadaan sarana dan prasarana umum di Pulau Lae-lae sudah memadai untuk menunjang kehidupan masyarakat pulau tersebut. Namun hasil penelitian Irhamiah (2014) menunjukkan bahwa kualitas air bersih di Pulau Lae-lae memiliki kualitas yang memadai.
Transformasi Sinergi Pemerintah-Masyarakat Nelayan dalam Pengelolaan Ekologis Pulau Lae-lae Kota Makassar.
Reformulasi Sinergitas Pemerintah dan Masyarakat Nelayan Dalam Pengelolaan Ekologi Pulau Lae-lae Di Kota Makassar
Pendekatan Top-down
Berikut hasil wawancara Kepala Dinas Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil bekerja sama dengan kelompok nelayan yang mengatakan demikian. Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kelompok nelayan telah bekerjasama dengan pemerintah dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan untuk menjaga kebersihan Pulau Lae-lae dan ikut serta dalam pelestarian ekosistem, sehingga bahwa dengan Kerjasama ini akan meningkatkan kehadiran pemerintah sebagai regulator dan masyarakat nelayan di Pulau Lae-Lae.LAE sebagai pengelola sumber daya bekerja sama untuk mengelola pulau tersebut agar pulau tersebut dapat dikelola dengan baik. Ada bantuan dari pemerintah berupa peralatan perahu, namun tidak langsung kami manfaatkan sesuai peruntukannya. Prosesnya kami jalankan sesuai dengan kepentingan dan harapan masyarakat pulau tersebut.” (Hasil wawancara dengan informan HS.20/2/2016) .
Hasil wawancara informan HS menunjukkan bahwa peralatan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat benar-benar digunakan sesuai harapan masyarakat dengan proses dan tindakan yang sesuai peruntukannya.
Botton-Up
Dari hasil wawancara dengan Informan HL menjelaskan bagaimana tidak adanya kerjasama yang baik antara nelayan dan pemerintah, sehingga aturan yang disepakati bersama tidak berjalan sesuai keinginan, karena tidak adanya kapasitas masyarakat untuk melakukan hal tersebut. menyadari/memahami pengorbanan pemerintah dalam memberikan bantuan kepada kelompok nelayan. Kesimpulan dari wawancara dengan informan LK adalah bahwa pulau ini pernah dibeli oleh para pengusaha untuk dijadikan hotel atau rumah bagi para pengusaha, sehingga pulau ini tidak mempunyai sertifikat hak milik masyarakat di Lae-lae, sehingga tidak ada bukti kepemilikannya. kemungkinan pengusaha akan bertanya lagi, karena ada kejadian tadi dibeli untuk dijadikan hotel/penginapan. Sedangkan untuk sumber daya pulau, masyarakat mengikuti prosedur yang baik dengan memanfaatkan hasil tangkapan untuk dibawa ke tempat yang disediakan pemerintah. Itu kami lakukan sesuai dengan tarif yang kami sepakati dengan nelayan lain.” (Hasil wawancara dengan Informan.LK.24/2/2016).
Hasil wawancara dengan informan LK mengatakan bahwa dalam memanfaatkan sumber daya pulau yang ia kelola bersama masyarakat nelayan lainnya, mereka melakukannya melalui proses yang benar dengan kota yang disediakan oleh pemerintah setempat.
Kombinasi
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pemerintah benar-benar memberikan peraturan kepada masyarakat nelayan di Pulau Lae-lae sesuai dengan keadaan masyarakat, dan masyarakat tidak merasa terbebani dengan peraturan pemerintah karena sebagian besar masyarakat bersikap kooperatif. dalam kegiatan pembersihan pulau. Fase-fase yang kami terapkan sejalan dengan apa yang diinginkan komunitas nelayan dengan langkah-langkah yang tetap tepat sasaran. Hal ini kami lakukan sesuai dengan instruksi pemerintah untuk mengikuti mekanisme yang ada.” (Hasil wawancara dengan informan MB. 15/3/2016). Hasil wawancara dengan informan MB menjelaskan bahwa mereka melaksanakan arahan pemerintah dengan langkah-langkah yang disepakati bersama dengan kelompok nelayan lain, sehingga mereka menyesuaikan penerapan peraturan tersebut dengan kondisi yang ada dan tidak bertentangan dengan kesepakatan dengan pemerintah atau kelompok lain. nelayan.
Faktor apa saja yang mempengaruhi reformulasi sinergi pemerintah dan masyarakat nelayan dalam pengelolaan ekologi Pulau Lae-lae di kota.
Faktor Apa Yang Mempengaruhi Reformulasi Sinergitas Pemerintah dan Masyarakat Nelayan Dalam Pengelolaan Ekologi Pulau Lae-lae Di Kota
Kebijakan
Dan terkadang sebagian masyarakat tidak berpartisipasi dalam kebijakan yang ditawarkan pemerintah untuk diterapkan. Hasil wawancara saya dengan informan JK menjelaskan bahwa pemerintah telah memberikan kebijakan/peraturan kepada masyarakat, namun tidak semua masyarakat merespon dengan baik karena ada sebagian masyarakat yang kurang memahami atau tidak mengetahui peraturan pemerintah tersebut. Hasil wawancara informan HS memberikan gambaran bahwa dari segi regulasi yang telah diberikan pemerintah menunjukkan belum adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat di Pulau Lae-lae. sebagian besar masyarakat tidak berpartisipasi dalam peraturan pemerintah.
Dari hasil wawancara informan HL dapat disimpulkan bahwa Pemerintah/Departemen Kelautan dan Perikanan sangat serius mendorong masyarakat nelayan untuk melakukan terobosan-terobosan baru perikanan ramah lingkungan di ranah publik.
Pengambilan Keputusan
Dari hasil wawancara dengan informan LK dapat disimpulkan bahwa sebagian masyarakat nelayan di pulau tersebut mempunyai peralatan yang sangat terbatas, sehingga partisipasi dalam kebijakan pemerintah mengenai produk perikanan yang ramah lingkungan memberikan gambaran bahwa masih ada juga yang belum memiliki peralatan penangkapan ikan. , sehingga peraturan pemerintah tidak melibatkan seluruh masyarakat, karena tidak mempunyai alat dan hasil yang dicapai, mereka juga tidak dapat ikut serta dalam revitalisasi peraturan tersebut. Hasil wawancara dengan informan MB menunjukkan bahwa dulunya terdapat informasi bahwa ada keputusan Pemerintah/Departemen Kelautan dan Perikanan bahwa masyarakat nelayan di pulau tersebut menjaga kebersihan pulau, namun informasi tersebut tidak diketahui. oleh semua orang. karena ternyata perwakilan mereka tidak menyebarkan hal tersebut kepada seluruh masyarakat nelayan sendiri sehingga informasinya ada sebagian masyarakat nelayan yang belum mengetahuinya. Dari hasil wawancara dengan Informan BY, beliau menyampaikan bahwa dikalangan masyarakat nelayan terdapat perbedaan cara dalam mengkomunikasikan informasi mengenai pengelolaan pulau-pulau kecil dan pengambilan keputusan mengenai kebersihan pulau, hal ini terlihat dari informan diatas yang berasal dari Adanya pendapat bahwa proses penyerahan di kalangan nelayan berbeda-beda, tidak semua nelayan mengetahui secara pasti keputusan pemerintah.
Reformulasi sinergi pemerintah dan masyarakat nelayan dalam pengelolaan ekologi Pulau Lae-lae Kota Makassar memiliki beberapa indikator seperti (a).
Saran
Pengambilan keputusan yang dipersiapkan merupakan pendekatan sistematis terhadap sifat alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang diperhitungkan sebagai tindakan yang paling cepat. Kerjasama Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Jakarta: Pusat Penelitian Hasil Kelautan dan Perikanan dan Pengolahan Sosial, Badan Penelitian Kelautan dan Perikanan.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.