• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah

N/A
N/A
Grand Emperom

Academic year: 2025

Membagikan "Standar Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN

ASOSIASI PENGAWAS PENYELENGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2024

TENTANG

STANDAR PENGAWASAN

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PENGURUS PUSAT

ASOSIASI PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 huruf a Anggaran Rumah Tangga Asosiasi Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah, perlu disusun peraturan asosiasi tentang Standar Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2023 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6897);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6037)

(2)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6477);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041);

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1270);

7. Peraturan Asosiasi Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah Nomor 1 tentang Kode Etik Dan Kode Perilaku Profesi Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah;

Memperhatikan : Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-0003335.Ah.01.07.Tahun 2024 tentang Pengesahan Pendirian Perkumpulan Asosiasi Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah;

Menetapkan :

MEMUTUSKAN:

PERATURAN ASOSIASI PENGAWAS PENYELENGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH TENTANG STANDAR

PENGAWASAN PENYELENGGARAAN URUSAN

PEMERINTAHAN DAERAH.

Pasal 1

Dalam Peraturan Asosiasi Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah ini, yang dimaksud dengan:

1. Standar Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah yang selanjutnya disebut standar pengawasan adalah kriteria atau ukuran mutu minimal untuk melakukan kegiatan pengawasan yang wajib dipedomani oleh Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah.

2. Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah yang selanjutnya disebut Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi PPUPD adalah pedoman nilai tata laku, tata pikir, dan tata kerja Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah, baik dalam menjalankan tugas profesinya, menjaga kehormatan dan martabat profesinya, menjaga kehormatan

(3)

dan martabat profesinya, maupun dalam melakukan hubungan kemasyarakatan di luar kedinasan.

3. Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah yang selanjutnya disebut Jabatan Fungsional PPUPD adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan pengawasan atas penyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren.

4. Pejabat Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah yang selanjutnya disebut PPUPD adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengawasan atas penyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren.

5. Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang ditujukan untuk menjamin penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan.

7. Monitoring adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

8. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil/prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.

9. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan kehandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.

10. Obyek Pengawasan adalah satuan/unit kerja/Perangkat Daerah yang dilakukan pengawasan oleh PPUPD.

11. Instansi Pemerintah adalah unsur penyelenggara pemerintahan pusat atau unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Pasal 2

Standar Pengawasan harus dipergunakan sebagai acuan bagi seluruh PPUPD dalam melaksanakan pengawasan sesuai dengan mandat pengawasan.

(4)

16 Desember 2024

(5)

LAMPIRAN : PERATURAN ASOSIASI PENGAWAS

PENYELENGGARAAN URUSAN

PEMERINTAHAN DAERAH NOMOR : 2

TANGGAL : 16 DESEMBER 2024

TENTANG : STANDAR PENGAWASAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

STANDAR PENGAWASAN

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antardaerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pengawasan umum dan pengawasan teknis, Pengawasan umum dilakukan oleh Menteri guna mendukung pelaksanaan urusan pemerintahan oleh daerah agar dapat berjalan efisien dan efektif sedangkan pengawasan teknis oleh kementerian/lembaga pemerintah non kementerian dilakukan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren daerah agar sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat Pengawasan umum dan teknis kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, gubernur bertindak atas nama Pemerintah Pusat melaksanakan pengawasan kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota karena adanya pelimpahan kewenangan dari Presiden.

Pengawasan kepada Pemerintah Desa sebagai penyelenggara urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat desa dilakukan oleh bupati/wali kota.

(6)

B. TUJUAN STANDAR PENGAWASAN

Tujuan Standar Pengawasan adalah untuk:

1. Menetapkan prinsip-prinsip dasar yang merepresentasikan praktik- praktik pengawasan yang seharusnya;

2. Menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan pengawasan yang memiliki nilai tambah;

3. Menetapkan dasar-dasar pengukuran pengawasan;

4. Mempercepat perbaikan kegiatan operasi dan proses organisasi;

5. Menilai, mengarahkan dan mendorong PPUPD untuk mencapai tujuan pengawasan;

6. Menjadi pedoman dalam pekerjaan pengawasan; dan

7. Menjadi dasar penilaian keberhasilan pekerjaan pengawasan.

C. RUANG LINGKUP

Lingkup Kegiatan Tugas PPUPD terdiri dari:

1. pelaksanaan manajemen pengawasan;

2. pengawasan umum penyelenggaraan pemerintahan daerah terdiri dari:

a) Pembagian urusan pemerintahan;

b) Kelembagaan daerah;

c) Kepegawaian pada Perangkat Daerah;

d) Keuangan daerah;

e) Pembangunan Daerah;

f) Pelayanan Publik di Daerah;

g) Kerja sama daerah;

h) Kebijakan daerah;

i) Kepala daerah dan DPRD; dan

j) Bentuk pengawasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Pengawasan Teknis penyelenggaraan pemerintahan daerah terdiri dari:

a) pengawasan penerapan standar pelayanan minimal;

b) pengawasan terhadap ketaatan atas norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah; dan

c) pengawasan terhadap dampak pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren oleh pemerintahan daerah.

4. pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa;

5. pemeriksaan khusus; dan 6. pengawasan wajib.

(7)

D. PENERAPAN DAN PEMANTAUAN PENERAPAN

Standar Pengawasan ini berlaku bagi semua PPUPD untuk melakukan pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing.

Demi penyempurnaan dan penyesuaian dengan perkembangan kebutuhan maupun pengetahuan, Ketua Asosiasi Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah berwenang untuk merumuskan standar pengawasan dan memantau penerapan Standar Pengawasan ini. Penyempurnaan dan evaluasi atas Standar Pengawasan dilakukan secara periodik, sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun, seiring dengan adanya perubahan kondisi dan lingkungan pengawasan di masa mendatang.

(8)

BAB II

PRINSIP-PRINSIP DASAR

Prinsip-prinsip dasar Standar Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah adalah asumsi-asumsi dasar, prinsip-prinsip yang diterima secara umum dan persyaratan yang digunakan dalam mengembangkan Standar Pengawasan yang bagi PPUPD berguna dalam mengembangkan simpulan atas pengawasan yang dilakukan, terutama dalam hal tidak adanya Standar Pengawasan yang berkaitan dengan hal-hal yang tengah diawasi.

Prinsip-prinsip dasar ini dapat diklasifikasikan dalam kategori sebagai berikut:

2000 - Kewajiban PPUPD

2010 – Memenuhi Standar Kompetensi 2020 – Mengikuti Standar Pengawasan 2030 – Meningkatkan Kemampuan 2040 – Menyusun Rencana Pengawasan

2010 – Memenuhi Standar Kompetensi PPUPD harus memiliki Standar Kompetensi

Agar standar kemampuan yang disyaratkan untuk dapat melakukan pekerjaan tertentu dalam bidang Pengawasan Pemerintahan yang menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian, serta sikap kerja tertentu yang relevan dengan tugas dan syarat jabatan.

2020 – Kewajiban PPUPD untuk Mengikuti Standar Pengawasan

PPUPD harus mengikuti Standar Pengawasan dalam segala pekerjaan pengawasan

Agar pekerjaan PPUPD dapat dievaluasi, maka setiap PPUPD wajib untuk mengikuti Standar Pengawasan dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. PPUPD diharuskan untuk menyatakan dalam setiap laporan bahwa kegiatan-kegiatannya

”dilaksanakan sesuai dengan standar”.

2030 – Kewajiban PPUPD untuk Meningkatkan Kemampuan

PPUPD harus secara terus-menerus meningkatkan kemampuan teknik dan metodologi pengawasan.

Dengan memperbaiki teknik dan metodologi pengawasan, PPUPD dapat meningkatkan kualitas pengawasan dan mempunyai keahlian yang lebih baik

(9)

untuk menilai ukuran atau pedoman kerja yang digunakan oleh Obyek Pengawasan. Komponen kemampuan PPUPD yang harus ditingkatkan meliputi kemampuan teknis, manajerial, dan konseptual yang terkait dengan pengawasan dan obyek pengawasan.

2040 – Menyusun Rencana Pengawasan

PPUPD harus menyusun rencana pengawasan tahunan dengan prioritas pada kegiatan yang memiliki risiko tinggi dan selaras dengan tujuan organisasi. PPUPD diwajibkan menyusun rencana Pengawasan lima tahunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Rencana pengawasan tahunan berisi rencana kegiatan pengawasan dalam tahun yang bersangkutan serta sumber daya yang diperlukan. Penentuan prioritas kegiatan pengawasan didasarkan pada evaluasi risiko yang dilakukan oleh PPUPD dan dengan mempertimbangkan prinsip kewajiban menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat. Penyusunan rencana pengawasan tahunan tersebut didasarkan atas prinsip keserasian, keterpaduan, menghindari tumpang tindih dan pemeriksaan berulang-ulang serta memperhatikan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya. Rencana pengawasan sekurang-kurangnya berisi visi, misi, tujuan, strategi, program dan kegiatan PPUPD selama lima tahun.

(10)

BAB III STANDAR UMUM

Standar Umum Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah meliputi standar-standar yang terkait dengan karakteristik organisasi dan individu-individu yang melakukan kegiatan pengawasan.

Standar umum mengatur tentang:

3000 – Independensi dan Obyektifitas 3010 – Independensi PPUPD 3020 – Obyektifitas PPUPD

3030 – Gangguan Terhadap Independensi dan Obyektifitas 3100 – Keahlian

3110 – Latar Belakang Pendidikan PPUPD 3120 – Kompetensi Teknis

3130 – Sertifikasi Jabatan dan Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan

3200 – Kecermatan Profesional

3300 – Kepatuhan Terhadap Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi PPUPD

3010 – Independensi PPUPD

PPUPD bertanggung jawab kepada pimpinan tertinggi organisasi agar tanggung jawab pelaksanaan pengawasan dapat terpenuhi.

Independensi adalah kondisi bebas dari situasi yang dapat mengancam kemampuan PPUPD untuk dapat melaksanakan tanggungjawabnya secara objektif. Kegiatan pengawasan PPUPD harus bebas dari campur tangan dalam penentuan ruang lingkup, pelaksanaan penugasan, dan pelaporan hasilnya.

Ancaman terhadap independensi harus dikelola dari tingkat individu PPUPD, penugasan dan organisasi.

Posisi PPUPD ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan tertinggi organisasi sehingga dapat bekerja sama dengan Obyek Pengawasan dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa. Meskipun demikian, PPUPD harus membina hubungan kerja yang baik dengan Obyek Pengawasan terutama dalam saling memahami diantara peranan masing-masing.

3020 – Obyektifitas PPUPD

PPUPD harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya.

(11)

Objektivitas adalah suatu sikap mental tidak memihak yang memungkinkan PPUPD melaksanakan tugas sedemikian rupa sehingga mereka memiliki keyakinan terhadap hasil kerja mereka dan tanpa kompromi dalam mutu.

Objektivitas mensyaratkan PPUPD untuk tidak mendasarkan penilaiannya terkait aktivitas pengawasan kepada penilaian pihak lain. Ancaman terhadap objektivitas harus dikelola pada tingkat individu PPUPD, penugasan, dan organisasi.

3030 – Gangguan Terhadap Independensi dan Obyektifitas

Dalam hal independensi atau obyektifitas terganggu, baik secara faktual maupun penampilan, maka gangguan tersebut harus dilaporkan kepada pimpinan PPUPD.

PPUPD harus melaporkan kepada pimpinan PPUPD mengenai situasi adanya dan atau interpretasi adanya konflik kepentingan, ketidakindependenan atau bias. PPUPD yang mempunyai hubungan yang dekat dengan Obyek Pengawasan seperti hubungan sosial, kekeluargaan atau hubungan lainnya yang dapat mengurangi obyektifitasnya, harus tidak ditugaskan untuk melakukan pengawasan terhadap Obyek Pengawasan tersebut. Dalam hal PPUPD bertugas menetap untuk beberapa lama di kantor Obyek Pengawasan guna membantu mereviu kegiatan, program atau aktivitas Obyek Pengawasan, maka PPUPD tidak boleh terlibat dalam pengambilan keputusan atau menyetujui hal-hal yang merupakan tanggung jawab Obyek Pengawasan.

3100 – KEAHLIAN

PPUPD harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.

PPUPD harus mempunyai latar belakang pendidikan dan kompetensi teknis PPUPD yang memadai untuk pekerjaan pengawasan yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, posisi PPUPD harus diisi oleh personal yang memenuhi kriteria terkait Pendidikan dan pengalaman.

3110 – Latar Belakang Pendidikan PPUPD

PPUPD harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata Satu (S- 1) atau yang setara.

Agar tercipta pengawasan yang baik maka PPUPD harus mempunyai kriteria tertentu dari PPUPD yang diperlukan untuk merencanakan pengawasan, mengidentifikasi kebutuhan profesional PPUPD dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi pengawasan agar sesuai dengan situasi dan kondisi

(12)

yang dihadapi unit yang dilayani oleh PPUPD. Untuk itu PPUPD juga harus mengidentifikasi keahlian yang belum tersedia dan mengusulkannya sebagai bagian dari proses rekrutmen. Aturan tentang tingkatan pendidikan formal minimal dan pelatihan yang diperlukan harus dievaluasi secara periodik guna menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh PPUPD.

3220 – Kompetensi Teknis

Kompetensi teknis yang harus dimiliki oleh PPUPD adalah terkait urusan konkuren

Di samping wajib memiliki keahlian tentang Standar Pengawasan, kebijakan, prosedur dan praktik-praktik pengawasan, PPUPD harus memiliki keahlian yang memadai tentang lingkungan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit yang dilayani oleh PPUPD. PPUPD pada dasarnya berfungsi melakukan pengawasan di bidang pemerintahan, sehingga PPUPD harus memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan.

PPUPD wajib memiliki keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain dan mampu berkomunikasi secara efektif, terutama dengan Obyek Pengawasan. Mereka wajib memiliki kemampuan dalam berkomunikasi secara lisan dan tulisan, sehingga mereka dapat dengan jelas dan efektif menyampaikan hal-hal seperti tujuan kegiatan, kesimpulan, rekomendasi dan lain sebagainya.

Khusus untuk PPUPD investigatif diharuskan memiliki kompetensi tambahan sebagai berikut:

1. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip, praktik-praktik, dan teknik pengawasan investigatif, termasuk cara-cara untuk memperoleh bukti dari whistleblower.

2. Pengetahuan tentang penerapan hukum, peraturan, dan ketentuan lainnya yang terkait dengan pengawasan investigatif.

3. Kemampuan memahami konsep kerahasiaan dan perlindungan terhadap sumber informasi.

4. Kemampuan menggunakan peralatan komputer, perangkat lunak, dan sistem terkait secara efektif dalam rangka mendukung proses pengawasan investigatif terkait dengan cybercrime.

3130 – Sertifikasi Jabatan dan Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan PPUPD harus mempunyai sertifikasi Jabatan Fungsional PPUPD dan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan (continuing professional education).

(13)

PPUPD wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan sertifikasi jabatan fungsional PPUPD yang sesuai dengan jenjangnya.

PPUPD wajib memiliki pengetahuan dan akses atas informasi teraktual dalam standar, metodologi, prosedur, dan teknik pengawasan. Pendidikan profesional berkelanjutan dapat diperoleh melalui keanggotaan dan partisipasi dalam asosiasi profesi, pendidikan sertifikasi jabatan fungsional PPUPD, konferensi, seminar, kursus-kursus, program pelatihan di kantor sendiri, dan partisipasi dalam proyek penelitian yang memiliki substansi di bidang pengawasan.

3200 – KECERMATAN PROFESIONAL

PPUPD harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama dan secara hati-hati dalam setiap penugasan.

Keahlian profesional dengan cermat dan seksama dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional, meskipun dapat saja terjadi penarikan kesimpulan yang tidak tepat ketika pengawasan sudah dilakukan dengan seksama.

Keahlian profesional dengan cermat dan seksama dilakukan pada berbagai aspek pengawasan, diantaranya:

1. formulasi tujuan pengawasan;

2. penentuan ruang lingkup pengawasan, termasuk evaluasi risiko pengawasan;

3. pemilihan pengujian dan hasilnya;

4. pemilihan jenis dan tingkat sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan pengawasan;

5. penentuan nilai risiko dan dampak yang diidentifikasi dalam pengawasan;

6. pengumpulan bukti pengawasan;

7. penentuan kompetensi, integritas dan kesimpulan yang berkaitan dengan penugasan pengawasan.

3300 – KEPATUHAN TERHADAP KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PROFESI PPUPD

PPUPD harus mematuhi Kode Etik dan Kode Perilaku yang ditetapkan.

Pelaksanaan pengawasan harus mengacu kepada Standar Pengawasan dan PPUPD wajib mematuhi Kode Etik yang telah ditetapkan.

(14)

BAB IV

STANDAR PELAKSANAAN PENGAWASAN

Standar Pelaksanaan Pengawasan menyediakan kerangka kerja untuk melaksanakan dan mengelola kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh PPUPD.

Standar Pelaksanaan Pengawasan mengatur tentang:

4000 – Perencanaan 4100 – Supervisi 4200 – Bukti

4300 – Dokumentasi

4400 – Atribut Pengawasan 4500 – Pelaporan

4600 – Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan 4000 – Perencanaan

Dalam setiap penugasan pengawasan, PPUPD harus menyusun rencana pengawasan.

Rencana pengawasan dimaksudkan untuk menjamin bahwa tujuan pengawasan tercapai secara berkualitas, ekonomis, efisien dan efektif. Dalam merencanakan pengawasannya, PPUPD menetapkan sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan alokasi sumber daya. Selain itu, PPUPD perlu mempertimbangkan berbagai hal termasuk sistem pengendalian intern dan ketaatan Obyek Pengawasan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan dan ketidakpatutan. PPUPD harus mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan pengawasan.

4100 – Supervisi

Pada setiap tahap pengawasan, pekerjaan yang dilakukan oleh PPUPD harus disupervisi secara memadai untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kemampuan PPUPD.

Supervisi merupakan tindakan yang terus-menerus selama pekerjaan pengawasan, mulai dari perencanaan hingga diterbitkannya laporan pengawasan. Supervisi harus diarahkan baik pada substansi maupun metodologi pengawasan dengan tujuan antara lain untuk mengetahui:

1. pemahaman anggota tim pengawasan atas rencana pengawasan;

2. kesesuaian pelaksanaan pengawasan dengan Standar Pengawasan;

3. kelengkapan bukti yang terkandung dalam kertas kerja pengawasan untuk mendukung kesimpulan dan rekomendasi sesuai dengan jenis pengawasan; dan

(15)

4. kelengkapan dan akurasi laporan pengawasan yang mencakup terutama pada kesimpulan pengawasan dan rekomendasi sesuai dengan jenis pengawasan.

4200 – BUKTI PENGAWASAN

PPUPD harus mengumpulkan dan menguji bukti untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pengawasan.

Bukti pengawasan adalah informasi yang digunakan oleh PPUPD dalam menentukan kesesuaian hal pokok dengan kriteria pengawasan.

4210 – Pe ngumpulan Bukti

PPUPD harus mengumpulkan bukti yang cukup, kompeten, relevan dan material.

Pengumpulan bukti berkaitan dengan tanggung jawab PPUPD dalam merancang dan melaksanakan prosedur pengawasan untuk memperoleh bukti pengawasan yang cukup dan tepat, mendukung penarikan kesimpulan yang akurat, sesuai karakteristik yang harus dimiliki oleh bukti pengawasan dalam suatu pengawasan.

Bukti pengawasan yang cukup berkaitan dengan jumlah bukti yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk penarikan suatu kesimpulan pengawasan.

Untuk menentukan kecukupan bukti pengawasan, PPUPD harus menerapkan pertimbangan keahliannya secara profesional dan obyektif.

Bukti pengawasan disebut kompeten jika bukti tersebut sah dan dapat diandalkan untuk menjamin kesesuaian dengan faktanya. Bukti yang sah adalah bukti yang memenuhi persyaratan hukum dan peraturan perundang- undangan. Bukti yang dapat diandalkan berkaitan dengan sumber dan cara perolehan bukti itu sendiri.

Bukti pengawasan disebut relevan jika bukti tersebut secara logis mendukung atau menguatkan pendapat atau argumen yang berhubungan dengan tujuan dan kesimpulan pengawasan.

Bukti pengawasan disebut material jika bukti tersebut merupakan informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi pengambilan kesimpulan pengawasan.

PPUPD dapat menggunakan tenaga ahli apabila pengetahuan dan pengalamannya tidak memadai untuk mendapatkan bukti yang cukup, kompeten, relevan dan material. Untuk memahami apakah hasil kerja tenaga ahli dapat mendukung kesimpulan pengawasannya, PPUPD harus mempelajari metode atau asumsi yang digunakan oleh tenaga ahli tersebut.

(16)

4220 – Pengujian Bukti

PPUPD harus menguji bukti pengawasan yang dikumpulkan.

Pengujian bukti dimaksudkan untuk menilai kesahihan bukti yang dikumpulkan selama pekerjaan pengawasan, yaitu kesesuaian antara informasi yang terkandung dalam bukti tersebut dengan kriteria yang ditentukan. Teknik pengawasan yang digunakan meliputi konfirmasi, inspeksi, pembandingan, penelusuran hingga bukti asal, dan wawancara.

4300 – DOKUMENTASI

PPUPD harus menyiapkan dan menatausahakan dokumen pengawasan dalam bentuk kertas kerja pengawasan. Dokumen pengawasan harus disimpan secara tertib dan sistematis agar dapat secara efektif diambil kembali, dirujuk, dan dianalisis.

Dokumen pengawasan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pengawasan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan PPUPD yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pengawasan tersebut dapat memastikan bahwa dokumen pengawasan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung laporan, kesimpulan, temuan, dan/atau rekomendasi PPUPD.

Bentuk dan isi dokumen pengawasan harus dirancang secara tepat sehingga sesuai dengan kondisi masing-masing pekerjaan atau jenis pengawasan.

Informasi yang dimasukkan dalam dokumen pengawasan menggambarkan catatan penting mengenai pekerjaan yang dilaksanakan oleh PPUPD sesuai dengan standar dan kesimpulan PPUPD. Kuantitas, jenis, dan isi dokumen pengawasan didasarkan atas pertimbangan profesional PPUPD.

Dokumen pengawasan harus berisi:

1. tujuan, lingkup, dan metodologi pengawasan, termasuk kriteria pengambilan uji-petik (sampling) yang digunakan;

2. dokumentasi pekerjaan yang dilakukan digunakan untuk mendukung pertimbangan profesional dan temuan PPUPD; dan

3. bukti tentang reviu supervisi terhadap pekerjaan yang dilakukan;

4. penjelasan PPUPD mengenai standar yang tidak diterapkan, apabila ada, alasan, dan akibatnya.

Penyusunan dokumentasi pengawasan harus cukup rinci untuk memberikan pengertian yang jelas tentang tujuan, sumber dan kesimpulan yang dibuat oleh PPUPD, dan harus diatur secara jelas sehingga ada hubungan antara temuan dengan kesimpulan yang ada dalam laporan hasil pengawasan.

PPUPD harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang wajar mengenai pengamanan dan penyimpanan dokumen pengawasan selama waktu tertentu

(17)

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dokumen pengawasan memungkinkan dilakukannya reviu terhadap kualitas pelaksanaan pengawasan, yaitu dengan memberikan dokumen pengawasan tersebut kepada pereviu, baik dalam bentuk dokumen tertulis maupun dalam format elektronik. Apabila dokumen pengawasan hanya disimpan secara elektronik, PPUPD harus yakin bahwa dokumentasi elektronik tersebut dapat diakses sepanjang periode penyimpanan yang ditetapkan dan akses terhadap dokumentasi elektronik tersebut dijaga secara memadai.

4400 – ATRIBUT PENGAWASAN

Atribut Pengawasan merupakan kelengkapan yang terdapat dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan.

1. Atribut Pengawasan terdiri dari:

a. Kondisi adalah realitas yang ada dari suatu pelaksanaan kegiatan yang menunjukkan adanya kekurangan atau kelemahan.

c. Sebab adalah materi penyebab/asal mula terjadinya perbedaan antara kondisi dan kriteria.

d. Akibat adalah dampak yang ditimbulkan dari adanya perbedaan antara kondisi dan kriteria.

e. Rekomendasi adalah usulan rencana perbaikan yang diberikan oleh PPUPD untuk menutup gap/celah antara kondisi dan kriteria.

Rekomendasi harus jelas ditujukan kepada siapa, mengarah pada tindakan nyata, konsekuensi yang akan timbul apabila tindak lanjut atas rekomendasi tidak dilakukan, dapat dilaksanakan oleh Obyek Pengawasan dan apabila ada alternatif perbaikan tuangkanlah semua alternatif berikut alasannya masing‐masing. Materi rekomendasi harus b. Kriteria adalah tolak ukur yang digunakan dalam pengawasan dan menilai hal pokok, dalam hal ini informasi yang diungkapkan dalam pengawasan penyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren, termasuk tolak ukur penyajian dan pengungkapan yang relevan. Setiap pengawasan menggunakan kriteria pengawasan yang sesuai dengan konteks pengawasannya. Kriteria pengawasan yang digunakan bergantung pada sejumlah faktor, antara lain tujuan dan jenis pengawasan. Kriteria antara lain berupa:

1) peraturan perundang‐undangan yang berlaku;

2) ketentuan manajemen yang harus ditaati/dilaksanakan;

3) pengendalian manajemen yang andal;

4) tolak ukur keberhasilan, efisiensi dan kehematan; dan 5) standar dan norma/kaidah.

(18)

dirancang guna:

1) memperbaiki kelemahan; dan

2) Meminimalisasi akibat dari kelemahan yang ada.

2. Kegiatan utama Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah meliputi reviu, monitoring, evaluasi dan Pemeriksaan. Atribut Pengawasan masing-masing kegiatan sebagai berikut:

a. Reviu setidak-tidaknya memiliki atribut Kondisi, Kriteria dan Rekomendasi.

b. Monitoring setidak-tidaknya memiliki atribut Kondisi.

c. Evaluasi setidak-tidaknya memiliki atribut Kondisi, Kriteria dan Rekomendasi.

d. Pemeriksaan setidak-tidaknya memiliki atribut kondisi, Kriteria, Sebab, Akibat, dan Rekomendasi.

4500 – PELAPORAN

Penyusunan laporan merupakan tahap akhir kegiatan pengawasan dan sarana untuk mengkomunikasikan hasil pengawasan kepada Obyek Pengawasan dan/atau pihak lain yang terkait.

Standar pelaporan mencakup:

4510 – Kewajiban Membuat Laporan 4520 – Cara dan Saat Pelaporan 4530 – Kualitas Laporan

4540 – Penerbitan dan Distribusi Laporan 4510 – Kewajiban Membuat Laporan

PPUPD harus membuat laporan hasil pengawasan sesuai dengan penugasannya yang disusun dalam format yang sesuai segera setelah selesai melakukan pengawasannya.

Laporan hasil pengawasan merupakan hasil akhir dari proses pengawasan.

Laporan hasil pengawasan berguna antara lain untuk:

1. mengkomunikasikan hasil pengawasan kepada Obyek Pengawasan dan/atau pihak lain yang berwenang berdasarkan peraturan perundang- undangan;

2. menghindari kesalahpahaman atas hasil pengawasan;

3. menjadi bahan untuk melakukan tindakan perbaikan bagi Obyek Pengawasan dan instansi terkait;

4. memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh tindakan perbaikan yang semestinya telah dilakukan.

(19)

4520 – CARA DAN SAAT PELAPORAN

Laporan hasil pengawasan harus dibuat secara tertulis dan segera, yaitu pada kesempatan pertama setelah berakhirnya pelaksanaan pengawasan.

Laporan hasil pengawasan harus dibuat secara tertulis untuk menghindari kemungkinan salah tafsir atas kesimpulan, temuan dan rekomendasi PPUPD.

Keharusan membuat laporan secara tertulis tidak berarti membatasi atau mencegah pembahasan lisan dengan Obyek Pengawasan selama proses pengawasan berlangsung. Pembuatan laporan hasil pengawasan dilakukan segera setelah selesainya pekerjaan lapangan, tanpa harus ditunda.

4530 – KUALITAS LAPORAN

Laporan hasil pengawasan harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas, dan seringkas mungkin.

Tepat Waktu

Agar suatu informasi bermanfaat secara maksimal, maka laporan hasil pengawasan harus tepat waktu. Laporan yang dibuat dengan hati-hati tetapi terlambat disampaikan, nilainya menjadi kurang bagi pengguna laporan hasil pengawasan. Oleh karena itu, PPUPD harus merencanakan penerbitan laporan tersebut secara semestinya dan melakukan pengawasan dengan dasar pemikiran tersebut. Selama pengawasan berlangsung, PPUPD harus mempertimbangkan adanya laporan hasil pengawasan sementara untuk hal yang material kepada Obyek Pengawasan dan/atau pihak lain yang terkait.

Laporan hasil pengawasan sementara tersebut bukan merupakan pengganti laporan hasil pengawasan akhir, tetapi mengingatkan kepada pejabat terkait terhadap hal yang membutuhkan perhatian segera dan memungkinkan pejabat tersebut untuk memperbaikinya sebelum laporan hasil pengawasan akhir diselesaikan.

Lengkap

Lengkap berarti laporan hasil pengawasan harus memuat semua informasi dari bukti yang dibutuhkan untuk memenuhi sasaran pengawasan, memberikan pemahaman yang benar dan memadai atas hal yang dilaporkan, dan memenuhi persyaratan isi laporan hasil pengawasan. Hal ini juga berarti bahwa laporan hasil pengawasan harus memasukkan informasi mengenai latar belakang permasalahan secara memadai. Laporan harus memberikan perspektif yang wajar mengenai aspek kedalaman dan signifikansi temuan pengawasan, seperti frekuensi terjadinya penyimpangan dibandingkan dengan jumlah kasus atau transaksi yang diuji, serta hubungan antara temuan pengawasan dengan kegiatan Obyek Pengawasan. Hal ini diperlukan agar pembaca memperoleh pemahaman yang benar dan memadai.

(20)

Umumnya, satu kasus kekurangan/kelemahan saja tidak cukup untuk mendukung suatu simpulan yang luas atau rekomendasi yang berhubungan dengan simpulan tersebut. Satu kasus itu hanya dapat diartikan sebagai adanya kelemahan, kesalahan atau kekurangan data pendukung oleh karenanya informasi yang terinci perlu diungkapkan dalam laporan hasil pengawasan untuk meyakinkan pengguna laporan hasil pengawasan tersebut.

Akurat

Akurat berarti bukti yang disajikan benar dan temuan itu disajikan dengan tepat. Perlunya keakuratan didasarkan atas kebutuhan untuk memberikan keyakinan kepada pengguna laporan hasil pengawasan bahwa apa yang dilaporkan memiliki kredibilitas dan dapat diandalkan. Satu ketidakakuratan dalam laporan hasil pengawasan dapat menimbulkan keraguan atas keandalan seluruh laporan tersebut dan dapat mengalihkan perhatian pengguna laporan hasil pengawasan dari substansi laporan tersebut.

Demikian pula, laporan hasil pengawasan yang tidak akurat dapat merusak kredibilitas PPUPD yang menerbitkan laporan hasil pengawasan dan mengurangi efektivitas laporan hasil pengawasan.

Laporan hasil pengawasan harus memuat informasi, yang didukung oleh bukti yang kompeten dan relevan dalam kertas kerja pengawasan. Apabila terdapat data yang material terhadap temuan pengawasan tetapi PPUPD tidak melakukan pengujian terhadap data tersebut, maka PPUPD harus secara jelas menunjukkan dalam laporan hasil pengawasannya bahwa data tersebut tidak diawasi dan tidak membuat temuan atau rekomendasi berdasarkan data tersebut.

Bukti yang dicantumkan dalam laporan hasil pengawasan harus masuk akal dan mencerminkan kebenaran mengenai masalah yang dilaporkan.

Penggambaran yang benar berarti penjelasan secara akurat tentang lingkup dan metodologi pengawasan, serta penyajian temuan yang konsisten dengan lingkup pengawasan. Salah satu cara untuk meyakinkan bahwa laporan hasil pengawasan telah memenuhi standar pelaporan adalah dengan menggunakan proses pengendalian mutu, seperti proses referensi.

Proses referensi adalah proses dimana seorang PPUPD yang tidak terlibat dalam proses pengawasan tersebut menguji bahwa suatu fakta, angka, atau tanggal telah dilaporkan dengan benar, bahwa temuan telah didukung dengan dokumentasi pengawasan, dan bahwa simpulan dan rekomendasi secara logis didasarkan pada data pendukung.

(21)

Obyektif

Obyektifitas berarti penyajian seluruh laporan harus seimbang dalam isi dan redaksi. Kredibilitas suatu laporan ditentukan oleh penyajian bukti yang tidak memihak, sehingga pengguna laporan hasil pengawasan dapat diyakinkan oleh fakta yang disajikan.

Laporan hasil pengawasan harus adil dan tidak menyesatkan. Ini berarti PPUPD harus menyajikan hasil pengawasan secara netral dan menghindari kecenderungan melebih-lebihkan kekurangan yang ada. Dalam menjelaskan suatu kekurangan, PPUPD harus menyajikan penjelasan pejabat yang bertanggung jawab, termasuk pertimbangan atas kesulitan yang dihadapi Obyek Pengawasan.

Redaksi laporan harus mendorong pengambil keputusan untuk bertindak atas dasar temuan dan rekomendasi PPUPD. Meskipun temuan PPUPD harus disajikan dengan jelas dan terbuka, PPUPD harus ingat bahwa salah satu tujuannya adalah untuk meyakinkan. Cara terbaik untuk itu adalah dengan menghindari bahasa laporan yang menimbulkan adanya sikap membela diri dan menentang dari Obyek Pengawasan. Laporan hasil pengawasan harus menekankan perbaikan yang diperlukan.

Meyakinkan

Agar meyakinkan, maka laporan harus dapat menjawab sasaran pengawasan, menyajikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi yang logis.

Informasi yang disajikan harus cukup meyakinkan pengguna laporan untuk mengakui validitas temuan tersebut dan manfaat penerapan rekomendasi.

Laporan yang disusun dengan cara ini dapat membantu pejabat yang bertanggung jawab untuk memusatkan perhatiannya atas hal yang memerlukan perhatian itu, dan dapat membantu untuk melakukan perbaikan sesuai rekomendasi dalam laporan hasil pengawasan.

Jelas

Laporan harus mudah dibaca dan dipahami. Laporan harus ditulis dengan bahasa yang jelas dan sesederhana mungkin. Penggunaan bahasa yang lugas dan tidak teknis sangat penting untuk menyederhanakan penyajian. Jika digunakan istilah teknis, singkatan, dan akronim yang tidak begitu dikenal, maka hal itu harus didefinisikan dengan jelas. Akronim agar digunakan sejarang mungkin. Apabila diperlukan, PPUPD dapat membuat ringkasan laporan untuk menyampaikan informasi yang penting sehingga diperhatikan oleh pengguna laporan hasil pengawasan. Ringkasan tersebut memuat jawaban terhadap sasaran pengawasan, temuan-temuan yang paling material, dan rekomendasi.

(22)

Pengorganisasian laporan secara logis, keakuratan dan ketepatan dalam menyajikan fakta, merupakan hal yang penting untuk memberi kejelasan dan pemahaman bagi pengguna laporan hasil pengawasan. Penggunaan judul, sub judul, dan kalimat topik (utama) akan membuat laporan lebih mudah dibaca dan dipahami. Alat bantu visual (seperti gambar, bagan, grafik, dan peta) dapat digunakan untuk menjelaskan dan memberikan resume terhadap suatu masalah yang rumit.

Ringkas

Laporan yang ringkas adalah laporan yang tidak lebih panjang daripada yang diperlukan untuk menyampaikan dan mendukung pesan. Laporan yang terlalu rinci dapat menurunkan kualitas laporan, bahkan dapat menyembunyikan pesan yang sesungguhnya dan dapat membingungkan atau mengurangi minat pembaca. Pengulangan yang tidak perlu juga harus dihindari. Meskipun banyak peluang untuk mempertimbangkan isi laporan, laporan yang lengkap tetapi ringkas, akan mencapai hasil yang lebih baik.

4540 – PENERBITAN DAN DISTRIBUSI LAPORAN

Laporan hasil pengawasan diserahkan kepada pimpinan organisasi, Obyek Pengawasan, dan pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pengawasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Laporan hasil pengawasan harus didistribusikan tepat waktu kepada pihak yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Namun dalam hal materi Pengawasan merupakan rahasia negara maka untuk tujuan keamanan atau dilarang disampaikan kepada pihak- pihak tertentu atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan, PPUPD dapat membatasi pendistribusian laporan tersebut.

Apabila suatu pengawasan dihentikan sebelum berakhir, tetapi PPUPD tidak mengeluarkan laporan hasil pengawasan, maka PPUPD harus membuat catatan yang mengikhtisarkan hasil pengawasannya sampai tanggal penghentian dan menjelaskan alasan penghentian pengawasan tersebut.

PPUPD juga harus mengkomunikasikan secara tertulis alasan penghentian pengawasan tersebut kepada Obyek Pengawasan dan pejabat lain yang berwenang.

(23)

4600 – PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN

Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan adalah proses penilaian kemajuan atas pelaksanaan rekomendasi yang telah ditindaklanjuti oleh Obyek Pengawasan.

PPUPD mengkomunikasi dan menilai pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan kepada Obyek Pengawasan dan/atau pihak terkait untuk melihat progres rekomendasi telah dilaksanakan sepenuhnya, sebagian atau tidak dilaksanakan sebagai upaya pengendalian.

(24)

Referensi

Dokumen terkait

I. INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN/INSPEKTORAT UTAMA LEMBAGA PEMERINTAH NON KEMENTERIAN. Kegiatan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah tahun 2014 dilakukan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengatur penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pendidikan, Pasal 13 ayat (1) huruf f,

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengatur penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pendidikan, Pasal 13 ayat (1) huruf f,

(2) Dalam hal Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum ditetapkan, maka Pemerintah Daerah melaksanakan urusan pemerintahan yang

Data capaian kinerja program berdasarkan jenis urusan baik wajib dan pilihan sesuai SKPD yang menjadi kewenangan daerah untuk Biro Pemerintahan Setda Provinsi

Penetapan Peraturan Daerah tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Sulawesi Barat ini, adalah untuk mengatur urusan-urusan

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2020 BAB IV PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL IV-2 Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 Tentang