• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI

N/A
N/A
sda dpupr sragen

Academic year: 2024

Membagikan "STANDAR PERENCANAAN IRIGASI "

Copied!
205
0
0

Teks penuh

(1)

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI

PERSYARATAN TEKNIS BAGIAN

PEMETAAN TOPOGRAFI

PT – 02

(2)

PENGANTAR

Standar Perencanaan Irigasi yang telah ditetapkan tahun 1986 dan disusun dalam 3(tiga) kelompok yaitu Kriteria Perencanaan, Gambar Bangunan Irigasi, Persyaratan Teknis sejak tahun 2007 dilakukan penyesuaian Standar Perencanaan Irigasi yang diprogamkan 3(tiga) tahun anggaran dengan alasan sebagai berikut :

Umur berlakunya Standar Perencanaan Irigasi sudah 20 thn (dari tahun 1986 s/d thn 2006)

Bertambahnya type bendung (diantaranya bendung karet, bendung tyroll)

Berkembangnya teknologi alat survei yang umumnya sudah digital (diantaranya alat pengukur debit sungai/saluran, alat survei topografi)

Perubahan sosial budaya masyarakat

Perubahan daerah tangkapan air (catchmen area) Ketentuan standar lama tidak sesuai lagi

Berubahnya peraturan dan kebijakan

Kriteria Perencanaan tetap tidak berubah terdiri dari 7 (tujuh) bagian atau 7(tujuh) buku yang berisikan Kriteria Perencanaan Teknis untuk Perencanaan Irigasi (system planning), Perencanaan Bangunan Irigasi Jaringan Utama, Sekunder, Tersier, Parameter Bangunan, dan Standar Penggambaran.

(3)

Gambar Bangunan Irigasi tetap tidak berubah terdiri dari 2 (dua) bagian atau 2 (dua) buku yaitu Type Bangunan Irigasi yang berisi kumpulan gambar-gambar sebagai contoh informasi yang akan memberikan gambaran bentuk dan model bangunan dan Standar Bangunan Irigasi yang berisi kumpulan gamba-gambar bangunan yang telah distandarisasi serta langsung dapat digunakan.

Persyaratan Teknis tetap tidak berubah terdiri dari 4 (empat) bagian atau 4 (empat) buku yang berisi minimal syarat-syarat teknis harus dipenuhi dalam pembangunan irigasi.

Salah satu dari 4 (empat) bagian atau 4 (empat) buku persyaratan teknis yaitu Bagian Pengukuran Topografi dilakukan penyesuaian dengan alasan sebagai berkut :

Perubahan judul

Menggabungkan beberapa pekerjaan pemetaan yang sejenis

Perubahan produk umumnya sudah digital

Perubahan dan penyesuaian alat ukur yang digunakan Penggambaran tidak lagi manual

Meskipun persyaratan teknis Bagian Pemetaan Topografi dengan batasan dan syarat yang tertuang dalam tiap bagian buku siap untu digunakan perencana irigasi, namun demikian dalam penerapannya masih memerlukan kajian teknis dari penggunanya, dengan demikian siapapun yang menggunakan persyaratan teknis Bagian Pemetaan Topografi ini tidak lepas dari tanggung jawab sebagai

(4)

perencana irigasi dalam merencanakan pembangunan irigasi yang aman dan memadai.

Setiap masalah di luar batas-batas dan syarat atau dalam batas- batas dan syarat persyaratan teknis Bagian Pemetaan Topografi mempunyai tingkat kesulitan dan kepentingan , harus dipecahkan dengan tenaga ahli khusus dan atau melaui konsultasi dengan Direktotat Irigasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum sebagai pembina.

Semoga persyaratan teknis Bagian Pemetaan Topografi dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan dalam pengembangan irigasi di Indonesia, kami mengharapkan langsung kritik dan saran untuk perbaikan kesempurnaan persyaratan teknis Bagian Pemetaan Topografi.

Jakarta, Desember 2007

Direktur Irigasi

(5)

DAFTAR ISI

BAGIAN PEMETAAN TOPOGRAFI

SUB BAGIAN 1 : PEMETAAN FOTOGRAMETRIS

SUB BAGIAN 2 : PEMETAAN TERESTRIS

SUB BAGIAN 3 : PEMETAAN TRASE RENCANA SALURAN DAN LOKASI KHUSUS

SUB BAGIAN 4 : PEMETAAN SUNGAI DAN LOKASI BENDUNG

(6)

S U B B A G I A N I

PEMETAAN FOTOGRAMETRIS

(7)

DAFTAR ISI

PEMETAAN FOTOGRAMETRIS

1. IKHTISAR PEKERJAAN

1.1 Umum ...

1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan ...

1.3 Basis Survei ...

2. HASIL DAN DATA YANG DISERAHKAN KEPADA PEMILIK PEKERJAAN

3. PEMOTRETAN UDARA VERTIKAL

3.1 Rencana Penerbangan ...

3.2 Pemasangan Premark (Tanda Kenal) ...

3.3 Persyaratan Teknis Kamera ...

3.3.1 Kalibrasi ...

3.3.2 Filter ...

3.3.3 Lebar Kamera ...

3.4 Daerah Pemotretan dan Penerbangan ...

3.4.1 Tinggi dan Arah Terbang ...

3.4.2 Luas Daerah Pemotretan ...

3.4.3 Kondisi Pemotretan ...

3.4.4 Pesawat dan Awak Pesawat (crew) ...

3.5 Mutu Film dan Negative ...

3.5.1 Film Udara ...

3.5.2 Exposure ...

3.5.3 Pemrosesan Foto Udara ...

3.5.4 Mutu Negative ...

3.6 Mutu Diaspositif Digital ...

(8)

3.7 Kualitas Fotogrametris ...

3.8 Dokumentasi dan Anotasi ...

3.9 Pencetakan dan Foto Indek ...

4. TITIK KONTROL TANAH

4.1 Desain Jaringan Titik Kontrol ...

4.1.1 Kelengkapan Receiver GPS ...

4.1.2 Rencana Jaringan ...

4.2 Pemasanaga Benchmark ...

4.3 Metode Pengamatan dan Pengukuran ...

4.3.1 Pengamatan GPS ...

4.3.2 Pengukuran Sipat Datar ...

4.3.3 Pengukuran Titik Rincik ...

4.3.4 Identifikasi Lapangan ...

4.4 Pencatatan,Reduksi dan Pemrosesan Hasil Lapangan ...

4.4.1 Pencatatan ...

4.4.2 Reduksi ...

4.4.3 Pemrosesan ...

5. TRIANGGULASI UDARA

5.1 Persiapan Trianggulasi Udara ...

5.2 Pemilihan Titik Model dan Pemberiann Tanda ...

5.3 Pemindahan dan Penandaan Titik Kontrol ...

5.4 Pembuatan Diagram Foto ...

5.5 Penentuan Koordinat Fotogrametri ...

5.6 Perataan Blok ...

6. PEMROSESAN PETA FOTO DIGITAL

(9)

6.1 Peralatan dan Bahan ...

6.2 Scanning Foto Udara ...

6.3 Digital Elevasi Model(DEM) ...

6.4 Proses Ortofoto Digital ...

6.4.1 Georeferencing ...

6.4.2 Orofoto Digital ...

6.5 Mosaik (Perakitan) ...

6.6 Kartografi Digital ...

6.7 Pengecekan Ketelitian Peta Foto Digital ...

7. INFORMASI TITIK TINGGI DAN KARTOGRAFI

7.1 Informasi Titik Tinggi ...

7.2 Titik Rincik dan Penumpangan Kontur(Contour overlay) dan Kontur Fotogrametri ...

7.3 Penggambaran Halus Titik Rincik dan Kontur ...

7.4 Penulisan nama,Bencmark dan Grid ...

8. TATA LETAK PETA FOTO DIGITAL SKALA 1 : 5.000 DAN SKALA 1 : 20.000

8.1 Peta Orofoto Skala Digital 1 : 5.000 ...

8.2 Peta Foto Digital Skala 1 : 20.000 ...

9. PEMROSESAN PETA GARIS DIGITAL

Interprestasi Foto Udara ...

Identifikasi Lapangan ...

Digital Stereo Ploting ...

Kartografi Digital ...

(10)

10. TATA LETAK PETA GARIS SKALA 1: 5.000 DAN SKALA 1: 20.000 Peta Garis Digital Skala 1:5.000 ...

Peta Garis Digital Skala 1:20.000 ...

(11)

1. IKHTISAR PEKERJAAN

1.1. Umum

Pemotretan Udara dilaksanakan dalam posisi Vertikal dimana sebelumnya sudah terpasang Premark (Tanda Lapangan) di atas tanah untuk kontrol Triangulasi Udara dengan ukuran dan interval jarak Premark yang sudah ditentukan, hasil Foto Udara Stereoskopis skala 1 : 10.000 pankhromatis hitam putih dengan pertampalan ke muka ± 60 % dan ke samping ± 30

%, kamera yang digunakan kamera metrik yang memiliki jarak fokus yang sudah di kalibrasi antara 151 mm-152 mm, batas daerah pemotretan udara sesuai dengan yang sudah ditentukan oleh pemilik pekerjaan dan negatif film milik Pemilik Pekerjaan.

Foto Udara Stereoskopis digunakan untuk peta Ortofoto atau peta Garis skala 1 : 5.000 yang kegiatannya meliputi pemasangan Benchmark (Benchmark) untuk kebutuhan Perencanaan Irigasi dengan ukuran dan interval jarak Benchmark yang sudah ditentukan. Seluruh Benchmark dan Premark di ukur langsung di lapangan melalui pengamatan GPS dengan ketelitian Orde 3 (tiga), pengukuran harus terikat kepada titik tetap kepunyaan Bakosurtanal. Tahap berikutnya pekerjaan Triangulasi Udara memperbanyak titik kontrol minor untuk orientasi foto udara yang dilanjutkan dengan pemrosesan ortofoto skala 1 : 5.000 dan skala 1 : 20.000.

Pelaksana pekerjaan harus mempergunakan segala peralatan dan perlengkapan serta bahan-bahan yang memenuhi syarat teknis.

1.2. Ruang Lingkup Pekerjaan

Pemetaan Ortofoto skala 1 : 5.000 dan skala 1 : 20.000 meliputi kegiatan- kegiatan sebagai berikut :

(12)

1) Pemasangan Premark (Tanda Lapangan) 2) Pemotretan Udara Vertikal

3) Pemasangan Benchmark (Benchmark ) 4) Pengukuran Titik Kontrol Tanah

5) Pengukuran Titik Rincik Ketinggian 6) Triangulasi Udara

7) Pemrosesan Ortofoto 8) Kontur Fotogrametri 9) Reproduksi Kartografi 10) Hasil Akhir Peta Ortofoto 11) Pemrosesan Peta Garis

1.3. Basis Survei

Peta yang dibutuhkan untuk menetapkan jalur terbang Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000 atau Skala yang lebih besar Bakosurtanal.

Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran koordinat (x,y) dan pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap Bakosurtanal.

2. HASIL-HASIL DAN DATA-DATA YANG HARUS DISERAHKAN KEPADA PIHAK PEMILIK PEKERJAAN

Seluruh hasil-hasil dan data-data diperiksa oleh pengawas pekerjaan dan diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan sebagai berikut :

A. Hasil dan data Pemotretan Udara

1. Semua negatif potret udara dalam tabung plastik 2. 1 (satu) set diapositif tiap-tiap negatif foto udara

3. 3 (tiga) set foto udara hitam putih pada kertas double-weight

(13)

4. 3 (tiga) set foto indeks berskala 1 : 50.000 diatas kertas transparan, dimana dijelaskan baik posisi setiap jalur terbang maupun hubungan foto satu dengan yang lainnya.

5. 6 (enam) salinan laporan akhir yang isinya menyangkut penerbangan harian, kemajuan kerja, sertifikat kalibrasi kamera dan laporan mengenai hasil uji foto udara.

6. 3 (tiga) set daftar beserta keterangan mengenai lokasi dan koordinat semua titik dengan tanda kenal.

B. Hasil dan data Ortofoto

1) 3 (tiga) set peta digital ortofoto skala 1 : 5.000 dengan kontur selang 0,5 m dan titik-titik tinggi (spot heights) dan softcopy dalam vcd/dvd.

2) 2 (dua) set peta digital ortofoto dengan selang kontur tiap 5 meter, skala 1 : 20.000.

3) 1 (satu) peta digital skala 1 : 50.000 yang mencantumkan semua benchmark dengan jalur sipat datar utama dan sekunder.

4) Peta digital ortofoto yang asli dan penggambaran halus kontur dan overlay titik tinggi dalam bentuk vcd/dvd.

5) Semua foto asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan pengamatan dan pengukuran dan perhitungan diberi indeks dijilid dan dilengkapi dengan keterangan/referensi.

6) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat lengkap dengan data pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat.

7) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya, koordinat-koordinat dan dua foto dari semua pilar yang digunakan.

8) 1 (satu) set foto perbesaran dengan skala 1 : 5.000 yang sudah digunakan selama pengukuran titik rincik ketinggian di lapangan.

(14)

C. Hasil dan Data Peta Garis Digital

1) 3 (tiga) set peta garis digital skala 1 : 5.000 dengan kontur selang 0,5 m dan titik-titik tinggi (spot heights) dan softcopy dalam vcd/dvd.

2) 2 (dua) set peta garis digital dengan selang kontur tiap 5 meter, skala 1 : 20.000.

3) 1 (satu) peta digital skala 1 : 50.000 yang mencantumkan semua benchmark dengan jalur sipat datar utama dan sekunder.

4) Peta garis digital yang asli dan penggambaran halus kontur dan overlay titik tinggi dalam bentuk vcd/dvd.

5) Semua foto asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan pengamatan dan pengukuran dan perhitungan diberi indeks dijilid dan dilengkapi dengan keterangan/referensi.

6) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat lengkap dengan data pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat.

7) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya, koordinat-koordinat dan 5 (lima) foto dari semua benchmark yang digunakan.

8) 1 (satu) set foto perbesaran dengan skala 1 : 5.000 yang sudah digunakan selama pengukuran titik rincik ketinggian di lapangan.

3. PEMOTRETAN UDARA

Pemotretan Udara dilaksanakan dalam posisi vertikal yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Rencana Penerbangan

b. Pemasangan Premark (tanda kenal) c. Persyaratan Teknis Kamera

d. Daerah Pemotretan dan Penerbangan e. Mutu Film dan Negative

(15)

Ketentuan pemotretan udara harus mengikuti ketentuan dibawah ini :

3.1. Rencana Penerbangan

Rencana penerbangan harus dibuat untuk menetapkan jumlah jalur, jumlah foto udara, dan arah pemotretan sesuai dengan ketentuan dibawah ini :

1) Arah jalur penerbangan pemotretan udara

Arah jalur terbang yang akan dilakukan yaitu Timur-Barat atau Utara- Selatan.

Rencana jalur terbang dengan arah jalur penerbangan tersebut di atas harus dimasukkan dan digambar dalam usulan teknis pada peta rupa bumi skala 1 : 250.000 atau lebih besar.

2) Pemotretan Pada Satu Jalur

Masing-masing jalur terbang harus dipotret secara berurutan dan setiap jalur terbang harus tercakup dalam 1 kali penerbangan /pemotretan.

Terputusnya pemotretan dalam satu strip diperbolehkan apabila kondisi cuaca memang tidak memungkinkan untuk melanjutkan pemotretan atau dikarenakan mengubah tinggi terbang untuk penyesuaian skala.

3) Awal dan Akhir Pemotretan

Setiap awal dan akhir pemotretan untuk masing-masing jalur terbang harus mencakup minimum 2 exposure di luar batas area yang dipotret.

3.2. Pemasangan Premark (Tanda Kenal)

(16)

1) Pemasangan premark untuk kontrol triangulasi udara dengan cara premarking (signalisasi) atau identifikasi foto hingga kerapatan dan ketelitiannya cukup untuk dapat mencapai ketelitian yang telah ditentukan. Lihat pada Gambar 3.4.

2) Pemasangan premark atau signalization harus dipasang sesuai dengan kebutuhan Triangulasi Udara dengan cara PAT-M atau PAT-B sehingga bayangannya dapat terlihat jelas dalam foto udara dan mudah mengidentifikasikannya dengan alat Stereo Ploter.

3) Pemasangan Premark mengikuti ketentuan berikut :

Sebelum pemotretan udara dimulai harus dipasang Premark dalam bentuk Tugu dengan interval 6-8 km yang melingkupi daerah pemetaan atau dengan interval 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) basis foto udara sepanjang jalur terbang dan pada side lap di awal dan akhir yang tegak lurus jalur terbang serta ditempatkan minimal pada tugu yang terdistribusi secara merata di tengah wilayah pemotretan udara.

Tugu dipasang Premark berbentuk palang dengan ukuran keseluruhan 4 m dan lebar lengan 0,60 m yang sesuai gambar 3.2 dan juga plastik berwarna putih atau orange.

Premark dipasang sama dengan ketinggian tanah, daerah terbuka, sehingga keadaan antara premark dan lingkungan menjadi kontras.

Deskripsi Tugu yang menjelaskan lokasi dilapangan dan nomor Tugu sebanyak 5 (lima) kali dengan posisi 4 (empat) mata angin dan 1 (satu) dari atas.

4) Apabila ternyata premark tidak ditemui didaerah-daerah yang dimaksud didalam foto udara, maka lakukan identifikasi foto dengan ketentuan berikut :

Diperlukan 3 (tiga) titik (x,y) dan 2 (dua) titik(z) yang ada di foto,

(17)

foto-foto tersebut detail-detailnya harus jelas, kontras yang tinggi, daerah terbuka datar dengan tekstur yang baik, dan tidak terdapat gangguan bayangan.

Jika memungkinkan, titik-titik foto akan ditempatkan pada sisi yang berhimpitan pada jalur-jalur yang berdampingan, asalkan kualitas titik harus memenuhi syarat, titik-titik tersebut harus jelas terlihat pada semua foto yang bersangkutan.

Sketsa serta keterangan yang jelas mengenai titik tersebut dibuat pada saat identifikasi (lihat Gambar.3.6). Ini meliputi nomor titik foto, nomor foto udara, hubungan antara titik ke detail sekelilingnya dan ke titik utama, radius permukaan tanah rata di sekitar titik, arah utara, tanggal dan juga nama dan tanda tangan juru ukur.

Jika titik-titik tinggi dan denah dipisahkan, hal ini harus dinyatakan secara jelas pada foto dan penjelasannya.

Titik-titik foto yang bersangkutan ditandai secara jelas pada bagian belakang foto (dapat dilakukan dengan menggunakan jarum) dan, diberi nomor titik foto, tanggal identifikasi dan juga nama dan tanda tangan juru ukur.

5) Apabila titik kontrol foto identifikasi tidak berada dalam jalur benchmark maka hubungan ke benchmark dapat dilakukan dengan pengukuran sudut dan jarak antara, sedangkan titik-titik tinggi digunakan jaringan tertutup sipat datar.

6) Tugu-tugu diukur berdasarkan pengamatan receiver GPS dan harus dipasang ditempat terbuka yang memungkinkan receiver GPS menerima langsung signal satelit GPS dengan ketinggian 15derajat di atas horizon.

3.3. Persyaratan Teknis Kamera

(18)

1) Kamera yang digunakan adalah tipe presisi yang konstruksi lensanya menghasilkan citra dengan distrosi tidak melebihi 15 mikrometer, kecuali untuk sudut-sudut format foto. Film selama exposure harus dalam keadaan posisi mendatar untuk menjaga agar fokus tetap tajam dan memperkecil distorsi citra.

2) Format negatif harus 230 x 230 mm dan jarak fokus lensa yang dipakai adalah antara 151,00 mm sampai dengan 155,00 mm.

3) Panel data-data kamera harus dicatat secara fotografis pada masing- masing pengambilan foto (exposure), jam harus cocok dengan waktu setempat dan altimeter harus disetel agar cocok dengan altimeter yang dikalibrasi.

3.3.1. Kalibrasi

1) Setiap unit optik kamera yang akan digunakan selama survei harus sudah dikalibrasi tanpa menggunakan filter dan tetap diuji, serta telah disetujui oleh badan kalibrasi yang ditunjuk oleh pabrik pembuat kamera tersebut. Sertifikat tersebut harus dianggap mempunyai masa berlaku satu tahun, dan apabila ada kamera yang dipergunakan di luar masa berlaku tersebut, hasil fotonya adalah menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan yang bersangkutan.

2) Sertifikat kalibrasi kamera dipegang oleh Pelaksana Pekerjaan dan sebelum dimulainya pemotretan udara harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan.

3) Sertifikat tersebut memuat data-data sebagai berikut : a. Surat tanda kalibrasi

Kamera udara yang digunakan sudah dikalibrasi dengan tanda surat kalibrasi.

b. Informasi kalibrasi kamera udara

(19)

• Nama pelaksana dan tanggal saat kalibrasi.

• Nomer seri lensa.

• Kalibrasi panjang fokus kamera dengan toleransi akurasi 0,005 mm.

• Distorsi radial kamera udara tidak boleh melebihi 0,005 mm pada setiap posisi diagonal dari pusat lensa ke masing-masing tepi.

Pembagian posisi dari pusat lensa disetiap tepi adalah selang 5° atau 7°.

• Kesalahan jarak antara kedua tanda tepi (fiducial mark) yang bersisian tidak melebihi 0,010 mm.

• Kesalahan sudut antara kedua garis diagonal yang menghubungkan kedua tanda tepi (fiducial mark) dengan pusat lensa tidak boleh melebihi 10” busur (10 second of arc).

• Kesalahan sudut pusat autocollimation tidak boleh melebihi 10” busur (10 second of arc).

c. Hasil Test Kamera Udara

• Kenampakan resolusi lensa sepanjang garis diagonal baik untuk posisi radial dan tangensial mempunyai selang 5° atau 7°.

• Waktu efektif dan efisien untuk kecepatan bukaan lensa, dipasang (diset) pada posisi nilai maksimum, menengah dan minimum.

• Informasi kedataran pelat bidang fokus.

• Keseragaman penyinaran sepanjang kedua diagonal bidang negatif film harus merata (uniform).

3.3.2. Filter

1) Filter optik yang harus dipergunakan hanyalah filter bikinan pabrik yang bersangkutan, atau yang memenuhi spesifikasi optik yang telah disetujui.

(20)

2) Pemilihan filter yang cocok digunakan untuk mengatur penerangan relatif dari bagian tengah kebagian tepi-tepi bidang titik api kamera.

3.3.3. Lebar Kamera

1) Sebelum pemotretan setiap lebar kamera (camera window) yang akan dipakai harus diperiksa oleh lembaga kalibrasi, untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi efek yang merugikan resolusi dan distorsi lensa, dan bahwa lebar kamera tersebut benar-benar bebas dari guratan-guratan, goresan-goresan dan ketidakserasian lainnya.

2) Lebar kamera tersebut harus dipasang dalam bahan peredam getaran

untuk menghindari tekanan-tekanan mekanis pada lebar kamera.

3) Kamera harus dipasang dalam suatu bantalan yang meredamkan efek getaran Pesawat terbang.

Daerah Pemotretan dan Penerbangan

Daerah pemotretan dan penerbangan meliputi ketentuan tinggi dan arah terbang, luas daerah pemotretan, dan kondisi-kondisi selama pemotretan.

Tinggi dan Arah Terbang

1) Tinggi terbang diatas permukaan tanah rata-rata harus dicapai oleh Pelaksana Pekerjaan agar dapat mencapai skala foto sekitar 1 : 10.000.

Foto yang menyimpang 5 % dari persyaratan yang telah disepakati, setelah mempertimbangkan variasi relief, bisa ditolak oleh Pemberi Pekerjaan.

2) Jalur-jalur arah penerbangan harus dari Timur ke Barat, atau Utara- Selatan kecuali jika ada persetujuan lain dari Pemberi Pekerjaan.

Pelaksana Pekerjaan harus memberikan salinan rencana

(21)

penerbangannya kepada Pemberi Pekerjaan untuk disetujui sebelum penerbangan dimulai.

3.4.1. Luas Daerah Pemotretan

1) Daerah pemotretan sesuai dengan rencana arah terbang.

2) Pertampalan muka dan samping yaitu antara exposure yang berurutan dalam setiap strip adalah 60 % dengan toleransi 5 % dan pertampalan sisi antar strip-strip foto yang berdampingan adalah 30

% dengan toleransi 5 %.

Jika ketinggian tanah dalam daerah pertampalan menyimpang lebih dari 10% terhadap ketinggian penerbangan. Maka suatu variasi yang wajar masih diizinkan dalam pertampalan-pertampalan yang disebutkan, asalkan selalu pertampalan muka dan samping tidak kurang dari 55 % dan pertampalan samping tidak kurang dari 25 %.

3) Jika strip memotong baris pantai pada sudut tegak lurus, atau sudut miring, maka pertampalan di tambah sampai nominal 90, tergantung dari hambatan yang berasal dari siklus waktu kamera.

4) Apabila jalur terbang berarah sejajar dengan garis pantai, maka perlu diatur posisi jalur-jalur tersebut sedemikian sehingga areal potret yang mencakup muka laut diusahakan sekecil-kecilnya, agar daratan terpotret sebesar-besarnya, yaitu dengan cara mengatur lebar jalur terbang tersebut dengan batasan-batasan sampai dengan 10 %.

5) Semua garis-garis foto harus ditempuh dengan jalur terbang yang tidak terputus-putus. Apabila perlu memutus garis dan kemudian meneruskannya lain waktu, maka kedua bagian garis itu harus bertampalan pada titik putus tersebut dengan sekurang-kurangnya dua model stereoskopis.

(22)

6) Gerak sedat (crab) tidak diperkenankan melebihi sudut 5 derajat.

Apabila diukur, dari garis basis yang bersangkutan dengan garis-garis yang sejajar dengan kerangka negatif, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan stereoskopis dalam hal pemotretannya.

Kemiringan biasanya tidak boleh melebihi 2°. Exposure terisolasi dengan kemiringan sampai 40, diperbolehkan apabila cuaca sangat buruk.

Kondisi Pemotretan

1) Awan, bayangan awan tebal atau asap tidak boleh terdapat diatas titik utama foto atau homologusnya pada foto-foto yang berdekatan.

Demikian juga tidak boleh terdapat gumpalan awan, bayangan awan tebal atau asap menutupi lebih dari 3 % dari daerah negatif seluruhnya. Juga tidak boleh terdapat suatu kumpulan awan, bayangan awan tebal dan asap yang menutupi lebih dari 5 % dari daerah negatif seluruhnya.

2) Pemotretan udara hanya diadakan dalam keadaan sedemikian rupa sehingga penglihatan tidak secara fisik merusak intensitas warna (tone) reproduksi di dalam negatif.

3) Pemotretan dapat diterima jika ketinggian matahari melebihi 25 derajat.

3.5. Mutu Film dan Negative

Mutu Film dan negative meliputi ketentuan kualitas film, kecepatan dan pergerakkan exposure, tipe filter, kualitas pemrosesan, mutu negative, kualitas fotogrametris, dokumentasi dan anotasi.

(23)

3.5.1. Film Udara

1) Tipe film udara yang harus digunakan di dalam kontrak adalah Pankromatik hitam putih, khusus untuk pemotretan udara, bahan dasar yang stabil, dan belum melewati batas masa kadaluarsa. Film harus dijaga dan disimpan dalam tabung plastik sesuai dengan anjuran pabrik.

2) Ketebalan dasar tidak boleh kurang dari 0,1 mm dan mempunyai format lebar 24,1 cm.

3) Stabilitas dimensional dasar harus sedemikian rupa sehingga dalam suatu negatif panjang dan lebar antara fiducial tidak boleh berada lebih dari 0,3 % dari ukuran-ukuran yang sama yang diambil pada kamera, dan bahwa perbedaan antara ukuran-ukuran tersebut tidak melebihi 0,04 %.

4) Harga bersih kabut tidak boleh melebihi D 0,2 atau D 0,4 diatas densitas penunjang ketika sepenuhnya diproses di dalam developer D 19 pada suatu 200 C selama 10 menit, diaduk terus menerus.

Densitas 0,4 hanya berlaku untuk film dengan kecepatan lebih dari 250 ASA (Affective Aerial Film Speed).

3.5.2. Exposure

1) Kecepatan shutter harus memenuhi ketentuan-ketentuan baik gerakan citra minimal maupun aperture lensa optimal untuk kondisi-kondisi iluminasi yang berlaku.

2) Gerakan citra biasanya tidak boleh melebihi 30 mikrometer, tetapi jika kurang terdapatnya cahaya, gerakan citra sampai 90 mikrometer dapat diterima.

3) Filter yang dipakai harus memberikan tone reproduksi optimal.

(24)

3.5.3. Pemrosesan Foto Udara

1) Peralatan yang dipakai pemrosesan adalah alat otomatis harus mampu mencapai kualitas negative yang disyaratkan tanpa menyebabkan distrorsi film.

2) Kandungan thiosulphate residual dari film yang telah diproses tidak boleh melebihi 2,0 mikrogram mikrogram per cm².

3) Pengeringan film dilakukan tanpa mempengaruhi stabilitas dimensinya.

4) Seluruh negatif yang diproses harus bebas dari lepuh-lepuh, gelembung-gelembung, batasan-batasan, garis-garis lapisan, tekanan atau tanda-tanda statis bekas-bekas jeruji, lubang-lubang kecil, goresan-goresan ringan, coretan-coretan ringan, noda-noda dan tanda-tanda pengeringan.

3.5.4. Mutu Negative

Densitas, kekontrasan warna dan tidak adanya bayangan kabut harus diusahakan sedemikian rupa sehingga jenis-jenis kertas yang ada di pasaran (termasuk Log, E dari 0,6-1,6) dapat dipakai untuk pencetakan yang dapat memberikan kejelasan terhadap detail-detail lokasi yang dibutuhkan baik segi sinarnya maupun segi bayangannya.

2) Tingkat kabut negatif biasanya tidak boleh melebihi densitas D 0,2 jika diukur didaerah yang bebas dari detail citra. Apabila harga densitas kabut lebih bebas dari D 0,4 maka hal ini dapat diterima apabila sifat film-film yang dipakai mempunyai nilai kecepatan nominal lebih dari 250 ASA.

(25)

3) Detail bayangan minimum terbaik biasanya tidak boleh kurang dari densitas bersih D 0,2 diatas base/dasar ditambah harga kabut seperti yang dijelaskan dalam pasal 4.52 diatas. Bagaimanapun juga densitas minimum harus berada di bawah D 0,1 dan diatas dasar, ditambah harga kabut.

4) Densitas maksimum dalam daerah-daerah penting pada negatif tidak boleh melebihi D 1,5 diatas dasar, lain halnya pada daerah-daerah

berefleksi tinggi dimana densitas maksimum D 2,0 dapat dibenarkan.

5) Semua tanda-tanda tepi (fiducial marks) harus terlihat jelas pada setiap negatif.

6) Panel peralatan kamera harus terlihat jelas pada setiap negatif yang sudah diproses seperti nomer foto, nomor kamera, tanda tepi, waktu pemotretan, tinggi terbang, panjang focus, nivo, dan informasi lainnya.

7) Semua negative film yang dihasilkan harus terbebas dari noda-noda bahan kimia, goresan, dan akibat lain yang merusak citra foto itu sendiri.

Mutu Diapositif Digital

Bahan diapositif yang dipergunakan untuk triangulasi udara dan proses ortofoto adalah duplicating film yang khusus untuk pembuatan diapositif dengan ketebalan 0,18 mm dan belum melewati batas kadaluarsa.

Kualitas tone diapositif yang dihasilkan harus uniform dan detail yang paling terang maupun yang paling gelap terlihat dengan jelas.

(26)

Diapositif yang dihasilkan harus bebas dari noda bahan kimia, cacat pada saat proses, dan goresan- goresan.

Kualitas Fotogrametris

Pemotretan yang diperoleh harus dijamin oleh Pemilik Pekerjaan bahwa hasilnya secara fotogrametris dapat diterima untuk pemetaan ortofoto.

Uji coba stereo model dan dimensi negative film udara diuraikan sebagai berikut :

1) Setelah pemrosesan negative film udara pilih satu (1) stereo-model per lima puluh (50) model dari hasil pemotretan udara yang mempunyai daerah terbuka yang tanahnya kelihatan disetiap posisi agar paralaks menjadi jelas.

2) Uji coba stereo-model harus mencakup hal-hal sebagai berikut : a. Model dipasang dalam alat restitusi analog.

b. Lakukan orientasi absolut dan relatif dengan tampakan alamiah, isi data berikut dalam formulir.

Semua informasi yang diperlukan.

Penyetelan seluruh peralatan yang dipakai.

Posisi sejumlah besar paralaks didalam stereo-model.

Mutu resolusi model dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : BAIK

Ulangan bacaan ketinggian konsisten, ketinggiannya, garis besar bentuk detailnya jelas, kontrasnya baik.

SEDANG

(27)

Ulangan bacaan ketinggian terdapat variasi, tapi dapat diterima sejauh untuk keperluan pemetaan, garis besar bentuk detailnya jelas.

BURUK

Kesukaran dalam membuat bacaan ketinggian yang konstan, kontras jelek, detailnya tidak pasti.

SANGAT BURUK

Hampir tidak mungkin membuat catatan pembacaan ketinggian, kontras tidak jelas, keadaan tidak memungkinkan untuk mendapatkan data yang dapat digunakan, baik untuk pemetaan garis maupun pemetaan ortofoto.

Posisi dari tanda-tanda yang berlebihan, goresan atau noda.

Hal-hal yang tidak terlihat yang dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan selama pemrosesan peta selanjutnya termasuk pemrosesan ortofoto.

c. Jika selama diadakannya uji coba terdapat tanda-tanda penyelesaian yang BURUK atau SANGAT BURUK, maka semua kerangka/frame negatif film udara dimana uji coba itu dibuat harus diperiksa dan dibuatkan suatu laporan.

3) Uji coba dimensional mencakup hal sebagai berikut :

Pilih stereo model negatif film yang asli, ukur keempat sisi dan diagonal negative film sampai ketelitian ± 0,01 mm untuk menunjukkan ketepatan fiducial mark.

4) Toleransi dimensional perbedaan antara jarak yang dikalibrasi dan yang diukur dari setiap satu sisi tidak boleh melebihi ± 0,12 mm

dan/atau diukur dari setiap dua sisi tidak boleh melebihi ± 0,20 mm.

(28)

5) Jika suatu uji coba menunjukkan salah satu indikasi sebagai berikut : Sejumlah besar paralaks.

Perbedaan dimensional yang melebihi toleransi.

Resolusi/penyelesaian yang sangat buruk.

Keadaan menunjukkan foto udara tidak diterima untuk pemetaan ortofoto, jika hasil uji coba foto udara menunjukkan jumlah paralaks nol, data dimensi masih di dalam batas toleransi, serta hasil tes resolusi BAIK/SEDANG, maka hasil pemotretan yang telah diuji coba tersebut dianggap dapat diterima.

Apabila ternyata hasil tes menunjukkan bahwa resolusi jelek, maka pihak Pemilik Pekerjaan dapat menolak atau menerimanya, hal ini tergantung dari keadaan yang berlaku.

Dokumentasi dan Anotasi

1) Setiap negative foto udara diberi anotasi tinta yang mempunyai sifat permanen sehingga tidak mudah hilang (tinta china).

2) Anotasi negative harus mengikuti tata cara anotasi Bakosurtanal seperti contoh di bawah ini :

Anotasi per jalur terbang.

Anotasi untuk foto udara yang pertama dan yang terakhir dalam satu jalur ditulis sebagai berikut :

A B C / D - E , F – G

H / I J K / L – M - N / O

(29)

Keterangan :

A : Initial pemilik pekerjaan

B : Tahun Pelaksanaan Pemotretan C : Nama Daerah Irigasi

D : Material yang digunakan (HP=01,PCIR=02,TC=03,HPIR=04) E : Penggunaan produksi foto (pemetaan=PEM)

F : Arah jalur terbang (derajat)

G : Tinggi terbang pesawat diatas permukaan referensi (MSL) dalam satuan meter

H : Provinsi daerah pemotretan I : Nama pelaksanaan pekerjaan J : Tanggal pemotretan udara K : Skala foto udara

L : Nomor roll film M : Nomor jalur terbang

O : Nomor jumlah foto dalam satu jalur

Anotasi untuk negative film setelah foto pertama sampai sebelum foto terakhir cukup ditulis sebagai berikut :

H / A J K / L – M - N

Pencetakan dan Foto Indek

Pencetakan Foto Udara ukuran (23 x 23) cm hitam putih.

Pencetakan mini print harus dibuat mosaik untuk keperluan pemeriksaan pertampalan kesamping dan kemuka.

(30)

3) Peta indek dibuat pada peta berskala 1 : 50.000 memuat gambar- gambar jalur terbang, lokasi dan nomor urut titik utama foto udara pertama dan terakhir pada setiap jalur, sera posisi setiap 5 (lima) foto udara sepanjang jalur tersebut. Sumber pembuatan peta, koordinat geografi dan proyeksi harus ditampilkan.

TITIK KONTROL TANAH

Titik kontrol tanah dalam bentuk Tugu (Benchmark) yang ukurannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku membentuk jaring segitiga meliputi daerah yang akan dipetakan, kegunaannya untuk kontrol pemetaan dan perencanaan pembangunan irigasi selanjutnya.

Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan menggunakan pengamatan receiver GPS sedangkan untuk ketinggian tetap menggunkan level tidak menggunakan elevasi dari pengamatan receiver GPS karena ada perbedaan referensi.

Desain Jaringan Titik Kontrol

Pekerjaan desain jaringan meliputi kelengkapan receiver GPS dan rencana jaringan baseline (jarak antara benchmark) sebagai berikut :

4.1.1. Kelengkapan Receiver GPS

1) Seluruh pengamatan harus mempergunakan receiver GPS type Geodetik yang mampu mengamati data fase.

(31)

2) Receiver GPS yang digunakan single frekuensi (L1) namun demikian penggunaan dual frekuensi (L1+L2) lebih diharapkan.

3) Kemampuan antena sesuai dengan kemampuan receiver GPS, tidak boleh diperpanjang melebihi standar pabrik.

4) Hindari pengamatan receiver GPS dilokasi-lokasi pemantulan sinyal GPS mudah terjadi seperti di pantai, danau, tebing, bangunan bertingkat atau antena harus dilengkapi dengan Ground plane untuk mereduksi pengaruh multipath.

5) Komponen receiver GPS harus dari merk yang sama.

4.1.2. Rencana Jaringan

1) Rencana jaringan dibuat di atas peta rupa bumi skala 1 : 50.000 atau yang lebih besar harus menunjukkan kekuatan jaringan sehingga syarat ketelitian dapat terpenuhi (strenge of figure).

2) Pembuatan Grid minimal 8 (delapan) titik terdistribusi secara merata ditempatkan pada wilayah peta Ortofoto atau peta garis.

3) Jumlah baseline yang membentuk jaringan tertutup paling banyak 4 (empat) buah baseline, setiap stasiun dihubungkan dengan minimal 3 (tiga) buah baseline non-trival yang diperoleh dari minimal 2 (dua) session pengamatan yang berbeda.

4) Tiap baseline sebaiknya terdistribusi secara seragam diseluruh jaringan daerah pemetaan yang ditunjukkan yang relatif sama.

4.2. Pemasangan Benchmark (Tugu)

1) Benchmark diberi nomor dan ukuran sesuai dengan gambar 3.1, setiap benchmark mewakili luas area ± 500 ha atau interval jarak 2-3 km.

2) Benchmark tersebut harus dipasang sesuai dengan kriteria berikut :

(32)

(a) Benchmark-benchmark ditempatkan pada tanah keras, hindarkan di daerah rawa, sawah, tegangan tinggi yang akan mempengaruhi gelombang/sinyal GPS.

(b) Benchmark-benchmark harus berada pada lokasi terbuka yang bebas pandangan ke segala arah sehingga alat penerima GPS dapat menerima satelit kira-kira pada radius clearance 15 derajat di atas horizon.

(c) Benchmark-benchmark harus ditempatkan direncana saluran jaringan irigasi

(d) Benchmark tersebut tidak harus saling kelihatan

3) Semua benchmark harus dijelaskan selengkap mungkin seperti tercantum pada gambar 3.3, antara lain mencakup :

(a) Sketsa ukuran penampang melintang benchmark yang dibuat.

(b) Lima (5) foto benchmark dari arah utara, barat, selatan, timur, dan atas.

(c) Sketsa lokasi dengan jarak-jarak titik detail yang ada disekitar benchmark

(d) Sketsa gambaran umum lokasi lengkap dengan deskripsi sekitarnya.

(e) Koordinat-koordinat titik benchmark akan ditambahkan pada deskripsi apabila perhitungannya sudah selesai.

4) Titik-titik koordinat lainnya dibuat dari patok kayu yang kuat dengan ukuran panjang sekurang-kurangnya 30 cm dengan penampang melintang 5 x 5 cm, ditempatkan hampir rata dengan permukaan tanah, ujungnya diberi paku sehingga mudah ditemukan, untuk tanah yang lebih lunak dibutuhkan ukuran panjang yang lebih dari 30 cm, patok kayu tersebut harus tahan selama pengukuran berlangsung.

(33)

4.3. Metoda Pengamatan dan Pengukuran di Lapangan

Untuk menentukan kontrol horizontal (x,y) dilakukan dari pengamatan receiver GPS Geodetic sedangkan kontrol vertikal (z) di ukur dengan alat ukur Level biasa atau Level digital.

4.3.1. Pengamatan GPS

1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1 ppm(H) dan 10 mm + 2 ppm(V).

2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1) atau dual frekuensi (L1 + L2).

3) Kententuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut :

Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar.

Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8.

Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari.

Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang.

Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline.

Panjang Baseline(km )

Metoda Pengamatan

Lama

Pengamatan(L 1)

Lama Pengamatan(L1+L2)

0 – 5 Statis singkat

30 menit 15 menit

5 – 10 Statik singkat

60 menit 30 menit

10 – 30 Statik 90 menit 60 menit

(34)

4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan data dengan kecepatan dan epoh yang sama.

5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4 (empat) epoh dalam 1 (satu) menit, masing-masing 15 (lima belas) detik.

6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS yang berbeda dalam satu session.

7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan 2 (dua) session.

8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15 derajat.

7) Setelah session pengamatan seluruh data harus didownload dan disimpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.

4.3.1.1. Reduksi baseline

1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan persyaratan strenght of figure yaitu :

a. Statistik reduksi baseline

Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut :

σN ≤ σM

(35)

σE ≤ σM σH ≤ 2σM

dimana σM = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline.

b. Baseline yang diamati 2 (dua) kali

- Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km

Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh berbeda lebih dari 0.06 m.

- Baseline yang lebih panjang dari 4 (empat) km

Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh berbeda lebih dari 0,10 m

2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik.

3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya.

4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi troposfer untuk semua data pengamatan.

5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase single tidak dapat dipecahkan.

4.3.1.2. Perataan Jaring

1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah

(36)

dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah bereputasi baik.

2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan

- Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang digunakan).

- Daftar koordinat hasil perataan.

- Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponen- komponen hasil pengamatan.

- Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk jika ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang digunakan.

- Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.

4.3.1.3 Analisa

1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :

- Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian keseragaman)

- Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk menilai konsistensi data)

- Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)

2) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas 3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam

system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.

(37)

4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS dikoreksi terhadap besaran undulasi (N) atau di koreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar lokasi.

4.3.2. Pengukuran Sipat Datar

Pengukuran sipat datar dilakukan dengan alat ukur level automatic atau level automatic digital dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Sistem patok benchmark sudah terpasang sebelum dilakukan pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark yang di buat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.

2) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat sipat datar digital atau non digital.

3) Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran disaat alat ditempatkan di dekat salah satu titik.

Penyesuaian harus dilakukan apabila kesalahan kolimasinya lebih dari 0,05 mm/m. Nivo kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu di cek secara teratur.

Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap mengenai seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah dilakukan.

4) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara).

Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar

(38)

rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau carpenters level (penempatannya harus juga dicek).

5) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m.

Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan pembidikan silang (intermediate sight).

6) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.

7) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap.

8) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan, bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi ∆h (+ dan -) harus dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka harus sama dengan hasil beda tinggi (∆h), hanya merupakan pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak terlihat karena data yang tidak benar.

9) Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.

10)Ketelitian sipat datar sebagai berkut :

Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring tertutup, harus diukur dua kali yaitu pergi dan pulang. Perbedaan antara kedua harga

(39)

untuk masing-masing seksi harus kurang dari 7 √k mm, dimana k adalah jarak dalam km antar benchmark tersebut.

Jalur sekunder yang umumnya terikat dengan titik-titik jaringan utama untuk kontrol foto dan titik-titik ikat pengukuran rincikan cukup satu kali dengan ketelitian 20 √k mm, dimana k adalah jarak dalam km antara benchmark atau di sekitar jalur tertutup.

4.3.3 Pengukuran Titik Rincik

Pada saat melakukan pengukuran rincikan setiap juru ukur harus membawa foto udara yang sudah dibesarkan skalanya yaitu skala 1 : 5.000 dengan cara men-scan diapositif foto udara hasil pemotretan dengan menggunakan scanner presisi resolusi 2400 dpl, data digital foto udara skala 1 : 10.000 diplot menggunakan inkjet plotter pada kertas foto dengan perbesaran 2 kali skala foto udara sama dengan 1 : 5.000.

1) Metoda Pengukuran Rincikan (titik tinggi)

i. Di daerah pengukuran yang datar titik-titik rincikan harus diperlihatkan pada interval antara 1 cm dan 2 cm pada peta skala 1 : 5.000 yang berarti 50 m dan 100 m di lapangan, supaya perbedaan relief dapat digambarkan lebih teliti, maka kepadatan titik-titik rincik tersebut harus lebih diperbanyak lagi pada tempat-tempat yang curam, terjal dan tempat-tempat yang tertutup tumbuh-tumbuhan.

ii. Setiap juru ukur diberi lembaran foto udara daerah yang ditentukan yang sudah diperbesar mendekati skala peta 1 : 5.000, masing- masing daerah yang diukur oleh para juru ukur harus saling bertampalan sebesar 50 m pada daerah yang berbatasan sehingga jumlah pertampalannya 100 m, penyebaran titik-titik rincik diperlukan kontrol dari hasil sipat datar utama dengan mengikatkannya pada benchmark tersebut.

(40)

iii. Jaring-jaring perimeter sekunder perlu diukur untuk memasukkan benchmark atau titik-titik tinggi sementara yang sudah ditetapkan selama pengukuran sipat datar utama dan titik-titik ikat umumnya yang terletak pada keempat sudut dari masing-masing foto perbesaran dan akan di pindahkan ke foto-foto perbesaran lainnya yang bersebelahan untuk menjamin kejelasan ketinggian-ketinggian yang telah didapatkan, selanjutnya diukur garis-garis yang saling berpotongan dari sipat datar tersebut untuk melengkapi penyebaran titik-titik rincik.

iv. Apabila mungkin titik rincik ketinggian ditentukan posisinya secara identifikasi langsung, pada peta pembesaran, jika hal ini tidak mungkin untuk menentukan lokasi titik rincik digunakan tacheometri.

v. Posisi titik rincik di identifikasi sudut horizontal, jarak, dan tinggi semuanya di catat dengan penjelasan singkat mengenai posisi titik rincik, misalnya sawah, kampung, tanggul jalan, sungai.

vi. Identifikasi titik-titik rincik harus dicocokkan dengan sudut dan jarak yang sudah diukur, dan apabila sudah pasti maka titik-titik tersebut akan di anotasi dan di plot pada foto perbesaran, posisi alat dan titik- titik yang di bidik harus di anotasikan pada foto perbesaran tersebut.

vii. Jarak lihat ke titik-titik rincik tidak boleh lebih dari 100 m (2 cm dipeta).

viii. Untuk daerah yang luas (misalnya : hutan yang mencakup seluruh foto perbesaran) penentuan tinggi titik rincikan harus dihubungkan dengan jaringan utama yang secara khusus dianggap sebagai kontrol perimeter untuk tinggi titik rincikan, panjang maksimum yang dilakukan dengan cara tacheometri adalah 2 km (memotong satu lembar foto perbesaran), tinggi titik dengan cara tersebut diplot pada kertas transparan yang kemudian digabungkan dengan peta ortofoto

(41)

apabila peta tersebut telah mencantumkan titik tinggi dan kontur.

ix. Untuk daerah kecil dimana identifikasi sukar dilakukan, penentuan titik rincik ketinggian dapat dilakukan dengan cara tacheometri antara titik-titik yang diidentifikasi pada perbesaran, jaring tersebut diplot pada kertas transparan, untuk daerah yang datar pengeplotan bisa dilakukan pada foto perbesaran kemudian dilakukan penelitian ulang untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan hasil identifikasi atau detail foto sehingga ketinggian titik rincik boleh dipindahkan ke foto perbesaran, jika pada medan yang tidak teratur dimana distorsi ketinggian dalam perbesaran sangat menyolok ketinggian titik rincik diplot langsung ke peta ortofoto.

x. Pada kedua kasus di atas, hasil pengamatan harus dianotasi pada lembar pengamatan sebagai “Tidak Dapat Diidentifikasi”. Jalur poligon digambarkan secara kasar dan ditandai dengan garis putus-putus pada foto pembesaran.

xi. Cara tacheometri hanya dapat digunakan untuk penentuan tinggi titik rincik di daerah curam dan atas persetujuan pemilik pekerjaan.

2) Pengukuran Ketinggian Titik Rincik

i. Pada setiap sawah harus diukur tinggi titik rincik kira-kira jaraknya lebih dari 50 x 50 m.

ii. Daerah pengukuran yang “tidak luas” selang/jarak antara tiap titik kira-kira 75 m, daerah sawah yang kering, rambu ukur harus ditempatkan tepat ditengahnya guna meningkatkan hasil identifikasi dan anotasi, daerah sawah basah, rambu ukur ditempatkan di tepi sawah tersebut (tidak di pematang), rambu ukur tidak boleh ditenggelamkan pada tanah sawah tersebut, tetapi diletakkan setinggi permukaan tanah sawah.

iii. Lokasi titik rincik tersebut harus diletakkan pada perbatasan antara

(42)

kampung dan sawah, satu pada sawah yang lainnya di kampung, apabila jalan melewati sawah maka titik rincik tersebut harus ditempatkan satu pada jalan dan titik lainnya pada kedua sisi sawah.

iv. Rincik ketinggian akan diambil sepanjang dasar lembah baik yang memiliki anak sungai maupun yang tidak dan pada punggung bukit serta pada titik bukit yang teratas, seluruh jalur-jalur yang ada tempat air mengalir harus diukur (seperti : kanal, sungai, selokan) dan ditandai pada peta hasil pembesaran dengan tanda panah sesuai arah alirannya.

Jika sungai dangkal dan kering titik rincik ketinggian ditempatkan di sepanjang dasar sungai dan bagian atas tebing dengan interval 50 meter, apabila aliran sungai ternyata tidak tampak pada foto perbesaran, ini akan diamati dengan cara tacheometri untuk menentukan bentuk sungai, misalnya tikungan, pertemuan dua sungai kecil.

v. Daerah rawa harus ditentukan juga titik rincik yang meliputi keliling daerah rawa, pemegang rambu harus masuk ke rawa sampai dengan setinggi lutut.

vi. Daerah yang berhutan lebat jalur pengukuran akan banyak terputus, pengukuran dilakukan pada satu jalur tunggal yang diorientasikan oleh kompas untuk menjaga keseragaman, jalur-jalur paralel berjarak 100 meter, dalam hal ini terserah pada pihak pemilik pekerjaan berhubung pengukuran susulan bisa saja dilakukan setelah hutan ditebang, garis-garis jalur harus bermula dan berakhir pada titik kontrol yang sudah di ketahui, bisa pada titik yang dipakai selama pengukuran jaring-jaring koordinat kontrol planimetri atau pada titik- titik detail yang dapat dilihat pada foto.

vii. Pelaksana pekerjaan harus memeriksa apakah rincik ketinggian di

(43)

lapangan sudah diamati secara memadai sesuai dengan perubahan- perubahan elevasi antara rincik ketinggian dan detail yang dicantumkan dalam foto udara.

viii. Ketelitian Titik Rincik Ketinggian sebagai berikut :

Seluruh perhitungan rincik ketinggian harus diselesaikan dan diperiksa ketelitiannya sebelum dipindahkan ke foto perbesaran.

Ketinggian relatif untuk tinggi rincikan harus memenuhi ketelitian ± 5 cm.

Harga tinggi titik rincikan dihitung sampai dengan sentimeter, posisi titik-titik tersebut ditandai dengan koma (titik) desimal dari harga ketinggiannya atau koma yang terpisah dengan menggunakan tanda panah apabila detailnya menjadi kabur karena nomor-nomor lokasi sebelumnya.

Semua titik rincikan yang diberi nomor harus jelas sehingga pemeriksaan yang dilakukan lewat lembar-lembar pengamatan pada tahap berikutnya akan lebih mudah.

4.3.4 Identifikasi Lapangan

Identifikasi lapangan adalah proses pengumpulan data dari lapangan baik untuk kelengkapan pembuatan peta ortofoto maupun peta garis, dilaksanakan dengan membawa foto yang sudah dibesarkan skala 1 : 5.000, dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Batas Administrasi, garis batas administrasi pemerintahan (batas provinsi, kabupaten, kecamatan, dan batas desa/kelurahan) harus di identifikasi dimana letak garis batas harus di konfirmasi dengan instansi pemerintah terkait, pemerintah setempat.

(44)

2) Nama dan fungsi bangunan, semua detail bangunan harus di lengkapi dengan data yang menyangkut fungsi bangunan/penggunaan dan namanya antara lain :

Bangunan perkantoran baik pemerintah dan swasta.

Bangunan yang berfungsi sebagai tempat pendidikan seperti TK, SMP, SMU dan Perguruan Tinggi.

Bangunan yang berfungsi sebagai tempat pelayanan masyarakat seperti kantor pos, Rumah Sakit, Kantor Kecamatan/Kelurahan/Desa, Pasar, Hotel.

Bangunan yang berfungsi sebagai tempat ibadah seperti Masjid, Gereja, Vihara dsb.

Bangunan yang merupakan perumahan.

Nama Jalan harus jelas.

Nama Sungai dan Aliran, Danau, Bendung, Bendungan, dsb harus jelas.

Nama Daerah Irigasi dan Rawa yang sudah ada batas-batasnya harus jelas termasuk sumber airnya.

Pertanian yang sudah ada harus jelas batas-batasnya, sawah, ladang, tambak, kelapa, karet, tebu dsb.

Untuk tanaman penduduk sebagai tanaman pelengkap atau tumpang sari cukup di tulis sebagai ladang.

Kuburan, untuk area kuburan cukup di tulis kuburan tidak perlu di tulis jenis kuburan.

Titik Kontrol, harus di identifikasi di tandai dan di catat.

(45)

4.4 Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Hasil Pengamatan di Lapangan

Pencatatan, reduksi, pemrosesan hasil pengamatan di lapangan harus mengikuti ketentuan di bawah ini.

4.4.1 Pencatatan

1) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil hitungan dengan menggunakan software dari distribusi alat-alat merk apa saja dalam bentuk softcopy VCD atau DVD.

2) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dimasukkan ke lembar pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga penjelasan- penjelasan lainnya seperti ketinggian alat, temperatur dan tekanan udara, seluruh lembar data harus disertai tanggal dan tandatangan pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan.

3) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang telah diulang, yang disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas sehingga bisa saling dicocokkan.

4.4.2 Reduksi

1) Koordinat (x,y) perlu direduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan diperiksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan, reduksi koordinat (x,y) termasuk juga koreksi bias ionosfer, troposfer, kesalahan titik nol alat, dan koreksi faktor skala dimana dianggap perlu.

2) Pengamatan di lapangan perlu direduksi setiap harinya lalu ditandatangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana

(46)

pekerjaan, hasil pengamatan harus disimpan dengan rapi dan diberi nomor referensi agar mudah dicari bilamana diperlukan dikemudian hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh dibawa ke lapangan lagi.

4.4.3 Pemrosesan

1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah pengamatan telah sesuai dengan standar ketepatan.

2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi : Pengecekan hasil penghitungan koordinat.

Pengecekan penutup koordinat tertutup.

Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan.

Penyesuaian kesalahan koordinat.

Penghitungan dari ∆x dan ∆y untuk mencek hasil planimetrik.

3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi :

Pemeriksaan hasil hitungan dari ∑ Bacaan belakang, ∑ Bacaan muka,

∑ Perbedaan tinggi (∆h).

Perhitungan ∆h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark) dan kontrol foto.

Perhitungan dari tiap loop/kring.

Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar memperoleh ketinggian yang tepat untuk dipakai pada perhitungan rincik ketinggian nantinya.

4) Perhitungan blok-blok pengukuran lapangan harus disesuaikan dengan batas-batas triangulasi udara, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kelambatan pada tahapan selanjutnya.

(47)

5) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil pengamatan serta hasil hitungannya segera dikirim ke kantor pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir.

6) Penyesuaian planimetri harus dihitung mencakup seluruh titik-titik triangulasi yang ada di lapangan.

7) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini berarti bahwa koreksi dalam koordinat simpangan timur (easting) sama dengan:

salah-penutup dalam simpangan timur

--- x jarak akumulasi jumlah jarak poligon seluruhnya

Hal yang sama berlaku untuk simpangan utara.

8) Seluruh hasil penghitungan, pengamatan dan informasi seperti yang didaftar di bawah ini harus diserahkan kepada pihak Pemilik pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan sementara.

Urutan cara perhitungan loop atau jalur koordinat antara benchmark.

Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi, azimut kontrol atau azimut yang diperoleh dari loop yang berdekatan, bersama-sama dengan jumlah titik dalam setiap seksi.

Kesalahan penutup linier ∆x, ∆y dari setiap loop atau jalur koordinat antara titik-titik simpul dan kesalahan penutup fraksi yang dipilih dengan jumlah titik.

Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak dipakai lagi.

9) Setidak-tidaknya dilaksanakan perataan kuadrat terkecil asalkan kegiatan ini tidak akan menyebabkan tertundanya proses berikutnya, perataan lebih baik dilakukan sebelum triangulasi udara.

(48)

5. TRIANGULASI UDARA

Triangulasi udara adalah untuk menentukan koordinat (x,y,z) titik-titik kontrol minor melalui fotogrametris yang kegiatannya meliputi persiapan, pemilihan titik model, pemindahan titik model, pembacaan koordinat model, proses perataan udara (block adjustment) dan pembuatan indek model dimana alat yang digunakan harus salah satu jenis dari yang disebutkan dibawah :

Plotter Analitik.

Comparator.

Alat Plotting Stereo Presisi atau Soft Copy Photogrametri.

5.1 Persiapan Triangulasi Udara

Pekerjaan persiapan meliputi kegiatan seleksi foto udara yang paling cocok dan pembuatan diagram foto untuk triangulasi udara dan pembuatan ortofoto dengan ketentuan seperti dibawah ini :

1) Foto udara menunjukkan pertampalan, foto udara minimum pertampalan ke samping 30 % dan pertampalan ke muka 60 %, bebas dari awan, bebas dari bayangan awan sehingga menutupi detail foto, pantulan air, hindari pertampalan ke samping dan ke muka jika ada perbedaan gelap dan terang, hindari kesenjangan di antara foto.

2) Harus dibuat diagram foto udara diatas peta skala 1 : 50.000 dimana dijelaskan topografi dari daerah yang bersangkutan dan batas administrasinya.

3) Diagram foto harus menunjukkan secara grafis dan numeris hal-hal berikut :

Kesenjangan (gap) pada foto udara Daerah berawan

(49)

Pertampalan lebih kecil dari 30 % (ke samping) dan 60 % (ke muka) Titik utama, nomor foto, dan nomor jalur

Danau, sungai, garis pantai, dan rawa-rawa Batas pemetaan yang diusulkan

Gambaran topografi lainnya

4) Diagram harus di identifikasi, diberi nomor, skala, tanggal seperti contoh dibawah ini :

5.2 Penentuan Titik Model dan Pemberian Tanda

Titik model adalah sembarang titik yang ada di daerah pertampalan ke muka dan ke samping dimana koordinatnya (x,y,z) didapat dari triangulasi udara dengan cara fotogrametris, pemilihan titik model mengikuti ketentuan berikut :

1) Setiap stereo model yang dipersiapkan untuk triangulasi udara sekurang-kurangnya mempunyai 6 titik model yang tersebar pada posisi yang lazim, masing-masing diberi tanda lingkaran dengan diameter 0,75 cm dan nomor pada diapositif digital dan cetakan foto.

Titik-titik ini akan digunakan untuk menghubungkan model-model di sebelahnya yang terdapat pada jalur yang sama. Jika ada pertampalan sisi antar jalur yang berdampingan maka titik-titik model harus dipilih dalam batas pertampalan sehingga terdapat suatu ikatan antara jalur-jalur tersebut. Titik tersebut boleh dipakai untuk 2 macam keperluan (sebagai titik penghubung dalam jalur yang bersangkutan dan sebagai titik pengikat antara jalur-jalur) asal saja saat melakukan pemindahan titik-titik tersebut sudah tepat.

(50)

2) Jika perlu diadakan penyambungan jalur-jalur foto udara arah ke samping dan ke muka, maka diperlukan pertampalan sekurang- kurangnya terdiri dari satu stereo-model penuh.

3) Titik kontrol yang ditempatkan pada posisi yang lazim, sebaiknya tidak digunakan sebagai titik model, jika suatu titik kontrol digunakan sebagai suatu titik model, maka titik model ini sama sekali tidak boleh dipindahkan selama dilakukan penyesuaian triangulasi udara.

4) Apabila mungkin titik model akan dipilih pada stereo model di permukaan tanah pada daerah yang rata dan detailnya cukup terang sehingga kedudukan titik tersebut dapat lebih jelas dan sebaiknya hindari bayangan yang bertentangan.

Harus dijamin agar titik pada model yang berdampingan adalah merupakan titik yang sama dalam penggabungan titik.

5) Jika terdapat pertampalan sisi (lateral overlap) yang berlebihan, maka diperlukan suatu pola titik-titik model yang zigzag (saling silang) 6) Titik kontrol foto yang telah dipilih pada paper print dipindahkan pada

diapositif film dan dilanjutkan pricking model demi model yang saling pertampalan ke muka dan ke samping, untuk ketepatan pekerjaan ini digunakan alat pricking yaitu point transfer device Wild PUG 4 atau yang setingkat.

7) Djarum pricking maksimum yang diizinkan untuk tanda diapositif digital tersebut, adalah 60 mikro

8) Penomoran titik-titik model harus uniform.

9) Penomoran model-model di seluruh proyek harus dari 1 (satu) sampai ke model “N” dimana “N” adalah sama dengan jumlah model-model stereo yang akan diukur selama proses triangulasi udara, atau sistem penomoran lain yang telah disepakati oleh Pelaksana Pekerjaan dengan pihak Pemilik Pekerjaan.

(51)

10)Jika suatu titik model ditempatkan pada suatu posisi yang tidak ideal, umpamanya pada ketinggian pohon atau di dalam bayangan awal, maka harus ada catatan keadaannya ini.

11)Stereo model yang diperlukan untuk pembuatan ortofoto tetapi yang tidak penting untuk triangulasi udara harus mempunyai sekurang- kurangnya 6 (enam) koordinat untuk memungkinkan dilakukannya pemberian skala dengan praktis. Pada umumnya model-model yang bersebelahan. Model-model tersebut boleh dihilangkan, jika memang tadinya dipakai, apabila tidak memperjelek blok secara keseluruhan maupun blok-blok yang bersebelahan.

12)Pemilihan, penandaan dan pemindahan titik-titik model harus dilakukan dengan amat sangat berhati-hati. Apabila timbul kesulitan pada tahap penyesuaian, maka pihak pelaksana pekerjaan harus bersedia untuk kembali lagi ke tahap permulaan/persiapan dan ke pemilihan titik kontrol pemindahannya.

5.3 Pemindahan dan Penandaan Titik Kontrol

Pemindahan dan penandaan titik kontrol tujuannya adalah pemindahan titik kontrol dari cetakan foto ke diapositif dan titik kontrol tersebut diberi nomor, pemindahan dan penandaan titik kontrol harus mengikuti ketentuan seperti dibawah ini :

1) Setiap titik kontrol hasil identifikasi lapangan harus dipindahkan dari cetakan foto ke diapositif digital asli.

2) Suatu titik kontrol tanah harus di tandai pada diapositif digital dengan menggunakan alat stereoskopis pemindahan titik, yang setingkat dengan WILD PUG 4 dengan ukuran maksimum yang diizinkan untuk tanda diapositif digital tersebut adalah diameter 60 mikro.

Gambar

Foto  udara  digital
foto  ortofoto  digital
Gambar 1  Contoh Skema Kontrol Untuk Triangulasi Udara
Gambar 3 Contoh Sketsa Identifikasi Foto
+7

Referensi

Dokumen terkait