PERENCANAAN TEKNIS
PERENCANAAN TEKNIS
JARINGAN IRIGASI
JARINGAN IRIGASI
PENGAJAR : DONNY H. AGUSTIAWAN, ST
PENGAJAR : DONNY H. AGUSTIAWAN, ST
UNTUK KALANGAN SENDIRI UNTUK KALANGAN SENDIRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
1.
1.
Dirjen
Dirjen
Pengairan
Pengairan
,
,
“
“
KRITERIA PERENCANAAN IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN IRIGASI
”
”
, DPU, Jakarta, 1986
, DPU, Jakarta, 1986
2.
2.
Dirjen
Dirjen
Pengairan
Pengairan
,
,
“
“
TIPE DAN STANDAR BANGUNAN IRIGASI
TIPE DAN STANDAR BANGUNAN IRIGASI
”
”
, DPU, Jakarta, 1986
, DPU, Jakarta, 1986
3.
3.
Dirjen
Dirjen
Dikti
Dikti
,
,
“
“
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
”
”
,
,
Depdikbud
Depdikbud
, Jakarta, 1997
, Jakarta, 1997
4.
4.
Agustiawan DH,
Agustiawan DH,
“
“
DIKTAT KULIAH
DIKTAT KULIAH
”
”
, ITS, 1988
, ITS, 1988
5.
5.
Dirjen
Dirjen
Pengairan
Pengairan
,
,
“
“
PROSIDA
PROSIDA
”
”
, DPU, Jakarta, 1974
, DPU, Jakarta, 1974
6.
6.
Pengairan
Pengairan
,
,
“
“
KERANGKA ACUAN KERJA
KERANGKA ACUAN KERJA
”
”
, DPU
, DPU
Jatim
Jatim
, 2007
, 2007
7.
7.
Agustiawan DH,
Agustiawan DH,
“
“
KUMPULAN PROYEK LAPANGAN
KUMPULAN PROYEK LAPANGAN
”
”
, 2007
, 2007
LITERATURE IRIGASI
BAGIAN
BAGIAN
-
-
1
1
PENTINGNYA
PENTINGNYA
JARINGAN IRIGASI
JARINGAN IRIGASI
UNTUK KEHIDUPAN
UNTUK KEHIDUPAN
BAGIAN
BAGIAN
-
-
1
1
PENTINGNYA IRIGASI
PENTINGNYA IRIGASI
Paparan Umum :
Paparan Umum :
z
Pada era globalisasi saat ini serta ditengah derasnya kemajuan teknologi
yang hampir tak terbendung lagi, permasalahan penyediaan lahan pangan
semakin terjepit. Adalah hal yang terpenting dalam kehidupan hajat hidup
manusia, peran serta generasi muda bangsa yang akhir-akhir ini kurang
memikirkan arti penting
tentang bagaimana masalah pangan negara
dapat tercukupi atau bahkan ditingkatkan.
z
Urusan pangan tidak bisa hanya dipikirkan pemerintah saja tetapi
harus terpadu dengan melibatkan semua kalangan serta dengan penuh
kesadaran yang tinggi. Aturan dan hukum pemerintah harus ditegakkan
dalam hal ini untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat artinya didalam
menjalankan Rencana Tata Ruang Kota / Daerah harus konsisten sehingga
jangan sampai terjadi ketidak-seimbangan
pengembangan suatu
kawasan/wilayah.
z
Melihat kompleksnya permasalahan diatas, sangatlah perlu didalam
memikirkan fasilitas penunjang sumber pangan agar produksinya dapat
terjaga dengan baik. Salah satunya adalah suatu sistem Irigasi yang terpadu
serta terencana dengan tepat, baik itu menyangkut teknis penyediaan
sumber air maupun penempatan lahan pertaniannya. Pada sistem pertanian
tingkat paling bawah yaitu jaringan irigasi tersier, masalah pembagian
pemberian air buatan untuk keperluan pertanian adalah hal yang paling
1.1 PERSEDIAAN AIR
1.1 PERSEDIAAN AIR
Persediaan air di muka bumi untuk kepentingan lahan pertanian, adalah :
a. Air yang ada dipermukaan tanah
a. Air yang ada dipermukaan tanah
1. Air Retensi, terdapat pada cekungan tanah (rawa-rawa)
2. Air yang mengalir dalam,
-dengan pertolongan bangunan diusahakan -dialirkan ke tempat dimana air diperlukan 3. Air Retensi Buatan, dengan membuat Waduk
b. Yang ada di dalam tanah
b. Yang ada di dalam tanah
1. Air Kapiler, persediaan air hanya untuk tanaman yang tidak- membutuhkan
banyak air serta bermanfaat untuk tanaman tahunan.
2. Air Tanah, dipergunakan untuk penambahan air dengan jalan memompa ke atas.
3. Air Artesis, dipakai dengan menembus dengan pipa lapisan tanah atas yang
kedap air, sehingga air dapat menyembur ke atas.
Pengaruh pada persediaan air, adalah :
Pengaruh pada persediaan air, adalah :
z Iklim, jelas
z Kondisi tanah, tergantung daya resap tanah
z Topografi medan, kemiringan medan dan tinggi rendah medan
Penjelasan Gambar 1.1 Penjelasan Gambar 1.1 1. Evaporasi (penguapan langsung) 2. Evapotranspirasi (penguapan oleh tumbuhan)
3. Awan penyebab hujan 4. Presipitasi (hujan) 5. Hujan belum sampai ke
permukaan bumi, diuapkan kembali
6. Angin
7. Overland flow
8. Interflow (air yang mengalir horisontal dibawah
permukaan tanah) 9. Proses Infiltrasi
10. Air infiltrasi yang tetap tinggal didalam tanah (moisture content) 11. Proses Perkolasi (air
masuk secara gravitasi sampai ke air tanah) 12. Air bergerak lamban
sampai keluar ke
permukaan sebagai mata air
SIKLUS HIDROLOGI SEBAGAI FAKTOR
SIKLUS HIDROLOGI SEBAGAI FAKTOR
UTAMA PENYEDIA AIR
1.2 KUALITAS AIR IRIGASI
1.2 KUALITAS AIR IRIGASI
Tidak semua air dapat dipergunakan untuk kebutuhan air irigasi, indikasi air
kurang baik untuk irigasi apabila mengandung :
a. Bahan kimia yang beracun bagi tumbuhan atau orang yang makan tanaman itu
b. Bahan kimia yang bereaksi dengan tanah yang kurang baik
c. Tingkat keasaman air (PH)
d. Tingkat kegaraman air (salinitas)
e. Bakteri yang membahayakan orang
1.3 PENGARUH AIR PENGAIRAN PADA TANAH 1.3 PENGARUH AIR PENGAIRAN PADA TANAH
a. Netral
a. Netral
Kalau sifat airnya dan zat-zat yang dikandung, tidak berbeda atau hanya sedikit bedanya dengan tanah yang hendak di airi.
b.
b. Menambah zat makananMenambah zat makanan
Tergantungpada konsentrasi zat-zat NO, P2O5, K2O dan CaO dalam air pengairan dan daya penghisap tanah.
c.
c. MemperkayaMemperkaya
Kalau penambahan zat-zat makanan tanaman melebihi kekurangan yang terdapat dalam tanah yang di airi. Meskipun ada zat-zat yang hanyut dan meresap kedalam tanah dan telah terisap oleh tanaman dengan secukupnya.
d.
d. MemiskinkanMemiskinkan
1.4 UNSUR YANG MEMPENGARUHI BANYAKNYA PEMBERIAN AIR
1.4 UNSUR YANG MEMPENGARUHI BANYAKNYA PEMBERIAN AIR
a.
a. Jenis tanaman Jenis tanaman
Kebutuhan air untuk tiap jenis tanaman adalah tidak sama untuk, PADI : TEBU : PALAWIJA = 4 : 2 : 1
b
b. Keadaan topografi pertanian . Keadaan topografi pertanian
Atau kemiringan medan, dengan adanya miring besar maka aliran air di atas permukaan medan akan lebih cepat, kesempatan air meresap berkurang, hinggauntuk mencapai kebasahan tanah yang cukup untuk tanaman bisa tumbuh dengan baik, harus diberikan air lebih banyak daripada kalau sering tanah adalah kurang.
c.
c. Sifat tanahnya, banyaknya air berkisar antara 30 -Sifat tanahnya 60 % ruang renik.
- tanahpasir, harusbanyakair -tanah padat, tidak begitu banyak air d.
d. Cara Cara pembagian pembagianairair, ada4 (empat) cara, yaitu:
1. penggenangan 2. penyiraman
3. penekanan dalam tanah 4. melalui pipa-pipa berlubang dalam tanah e.
e. Mengelolah tanah Mengelolah tanah
Pengelolahan padi lain dengan palawija. Dalam menentukan banyaknya air untuk garapan perlu diperhatikan adanya kebiasaan setempat, waktu dan urutan penanaman. f.
f. Keadaan musim hujan Keadaan musim hujan
Diharapkancukupuntukkebutuhanair tanaman. g.
g. Waktu Waktutanam tanam
Padaumumnyatanamanpadiditanamdimusimhujan, sedangkanpalawijapadamusim kering.
h.
h. Tujuan Tujuanpengairan, jelaspengairan (telahdiuraikandidepan).
i.
i. Keadaan Keadaanbangunan bangunandan dan saluransaluran
Jikatidakbaikdan tidakterpelihara, akanbanyakkebocoran-kebocoran, hinggauntuk memenuhikebutuhantanamanbanyaknyaairterusditambah. Kebocoran bisa diperkecil dengan biaya yang mahal dengan cara menutup saluran.
j.
1.5 PARAMETER SATUAN YANG DIPAKAI
1.5 PARAMETER SATUAN YANG DIPAKAI
Banyaknya air yang yang diperlukan :
Satuan panjang → m, km
Satuan luas → m2, km2, ha, bau
1 bau = 0.709 ha ≈0.71 ha Satuanvolume → liter, m3
Satuanwaktu → detik, jam
Catatan: 1 inch = 0.0254 m 1 feet = 0.3048 m 1 yard = 3 feet = 0.9114 m 1 square inch = 6, 41514 cm2 1 square feet = 0.0929 m2 1 square yard = 0.836 m2
1 acre = 4.840 square yard = 43,560 m2 1 Cu inch = 16.387 cm3
1 Cu feet = 28,31677 cm3 1 Cu yard = 0.7646 cm3
Pernyataan
Pernyataan jumlah jumlahair yang air yang diperlukan diperlukanuntuk untuktanaman tanaman::
z Banyaknya air yang diberikan pada tanaman pada setiap ha dalam waktu 1 detik secara kontinyu (liter/dt/ha).
z Banyaknya air yang dibutuhkan selama tumbuhnya tanaman mulai garapan sampai panen, dalam satuan m3/ha.
1.6 Tujuan Irigasi
1.6 Tujuan Irigasi
a.
a. Membasah tanahMembasah tanah
Memberikan air kepada tanah untuk mencapai kualitas tanaman yang diinginkan. Kuantitas air yang akan diberikan kepada tanah tergantung jenis tanamannya.
b.
b. Merabuk tanahMerabuk tanah
Rabuk pada pengairan adalah aliran air sungai yang mengandung endapan ringan, yaitu suspended load dan chemical load. Endapan tersebut setelah mengendap dipergunakan sebagai pupuk. Jika tujuan utama adalah merabuk, maka air yang diberikan harus lebih banyak. Pemakaian pupuk yang sekarang telah umum buat petani, mengurangkan fungsi pemberian air dengan tujuan merabuk.
c.
c. KolmataseKolmatase
Artinya memperbaiki tanah dengan meninggikan dasar dengan jalan memakai air yang mengandung lumpur dan membiarkan lumpur mengendap. Untuk ini kecepatan air saluran harus besar, agar lumpur tidak mengendap sebelum memasuki daerah yang hendak di kolmatase. Setelah masuk daerah yang di kolmatase, kecepatan akan berkurang sehingga terjadi pengendapan. Diusahakan harus merata dan air yang menjadi jernih harus lekas dikeluarkan, agar tidak menjadi sarang nyamuk malaria.
d.
d. Mengatur suhu tanahMengatur suhu tanah
Baik tidaknya, mati hidupnya tanaman tergantung pada tinggi ataurendahnya suhu, menurut ’Spottle’dalam Landwirtschofliche Bodemverbesserung, suhu tidak boleh lebih rendah dari 100
oC.
Dr. J. Van Breda
Dr. J. Van Breda memberikan angka :
-Paditumbuhdenganbaikpadasuhu120 –300 oC
- Padasuhu400 oC pertumbuhanterhambat
- Padasuhu450 oC tidakbisabersemi
Haberland
Haberland, memberikanangkauntukpadidi daerahsub-tropisminimum120 –300 oC dan
maksimum 320 –370 oC.
- Airsungaibaiksekaliuntukpertanian
e.
e.
Membersihkan
Membersihkan
tanah
tanah
Dipakai aliran air yang deras, tujuannya :
-Mematikan hama dalam tanah yang dapat mematikan tanaman
-Menormalkan kondisi tanah dari kadar garam yang tinggi, keasaman yang tinggi.
f.
f.
Menambah air tanah
Menambah air tanah
Menambah air ke lahan pertanian agar air tanah bertambah
g.
g.
Menyediakan air untuk perikanan
Menyediakan air untuk perikanan
Penggenangan air di sawah juga dapat dipergunakan sebagai usaha
perikanan dengan tinggi air minimum adalah 0,95 m.
h.
h.
Membersihkan air itu sendiri
Membersihkan air itu sendiri
Air kotor dari kota yang banyak mengandung kuman dalam lapisan yang tipis
dialirkan melalui permukaan medan dan dibawah pengaruh panas sinar
matahari, kuman tersebut mati. Kemudian air dikumpulkan lagi dan
terus
dialirkan ke sungai terdekat dengan kondisi tak membahayakan lagi.
i.
i.
Membuat garam
Membuat garam
Misalnya penggaraman, dalam air umumnya ±
0,10 m dan setelah garam
mengendap, air jernih diatasnya dikeluarkan.
j.
j.
Penggelontoran kota
Penggelontoran kota
Mengalirkan air melalui selokan yang umumnya diberi turap,
selokan-selokan merupakan sistem jaringan untuk penyehatan kota.
Lanjutan Tujuan Irigasi
Lanjutan Tujuan Irigasi
1.7 Sistem irigasi dan Klasifikasi jaringan irigasi
1.7 Sistem irigasi dan Klasifikasi jaringan irigasi
Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu :
z
z Irigasi Sistem GravitasiIrigasi Sistem Gravitasi
Merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal dan diterapkan dalam kegiatan usaha tani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari air yang ada di permukaan bumi seperti, sungai, waduk dan danau di dataran tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke petak-petak sawah, dilakukan secara gravitasi. Contohnya, irigasi terassering, irigasi lereng.
z
z Irigasi Sistem PompaIrigasi Sistem Pompa
Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara gravitasi ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara ini membutuhkan modal kecil,tetapi memerlukan biaya eksploitasi yang besar. Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari sungai, misalnya Stasiun Pompa Gambarsari dan Pasanggrahan (sebelum ada Bendung Gerak Serayu), atau dari air tanah, seperti pompa air suplesi di DI Simo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
z
z Irigasi Pasang-Irigasi Pasang-surutsurut
Suatu tipe irigasi yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut. Areal yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung dari peristiwa pasang-surut air laut. Air genangan yang berupa air tawar dari sungai akan menekan dan mencuci kandungan tanah sulfat asam dan akan di buang pada saat air laut surut.
KLASIFIKASI JARINGAN IRIGASI
KLASIFIKASI JARINGAN IRIGASI
1
1
2
2
3
3
1.8 Cara pemberian air irigasi
1.8 Cara pemberian air irigasi
Untuk mengalirkan dan membagi air irigasi, dikenal 4 cara utama,
yaitu :
a.
Pemberian air irigasi lewat permukaan tanah
b.
Pemberian air irigasi melalui bawah permukaan tanah, yaitu pemberian air
irigasi yang menggunakan pipa dengan sambungan terbuka atau
berlubang-lubang yang ditanam 30 -
100 cm dibawah permukaan tanah.
c.
Pemberian air irigasi dengan pancaran, yaitu cara pemberian air irigasi
dalambentuk pancaran dari suatu pipa berlubang yang tetap atau berputar
pada sumbu vertikal. Air
dialirkan
ke
dalam
pipa dan areal
diairi
dengan
cara pancaran
seperti
pemancaran
pada
waktu
hujan. Alat
pancar
ini
kadang-kadang
diletakkan
di atas kereta
dan dapat
dipindah-pindahkan
sehingga
dapat
mem-berikan
penyiraman
yang
merata. Pemberian
air
dengan
cara pancaran
untuk
keperluan
irigasi
semacam
ini
belum
lazim
digunakan
di Indonesia.
d.
Pemberian
air
dengan
cara tetesan, yaitu
pemberian
air
melalui
pipa,
dimana pada
tempat-tempat
tertentu
diberi
perlengkapan
untuk
jalan
keluarnya
agar
menetes
pada
tanah. Cara pemberian air irigasi semacam
inipun belum lazim di Indonesia.
CARA PEMBERIAN AIR IRIGASI LEWAT PERMUKAAN, ANTARA LAIN :
CARA PEMBERIAN AIR IRIGASI LEWAT PERMUKAAN, ANTARA LAIN :
a.
a. Wild flooding : air digenangkan pada suatu daerah yang luas pada waktu banjirWild flooding cukup tinggi
sehingga daerah akan cukup sempurna dalam pembasahannya; cara ini hanya cocok apabila cadangan dan ketersediaan air cukup banyak.
b.
b. Free flooding : daerah yang akan diairi dibagi dalam beberapa bagian/petak; air dialirkan dari bagian Free flooding
yang tinggi kebagian yang rendah.
c.
c. Check flooding : air dari tempat pengambilan (sumber air) dimasukkan ke dalam selokan, untuk Check flooding kemudian dialirkan pada petak-petak yang kecil; keuntungan dari sistem ini adalah bahwa air tidak dialirkan pada daerah yang sudah diairi.
d.
d. Border strip method : daerah pengairan dibagi-bagi dalam luas yang kecil dengan galengan Border strip method berukuran 10 x 100 m2 sampai 20 x 300 m2 ; air dialirkan ke dalam tiap petak melalui pintu-pintu.
e.
e. ZigZig--zag method : daerah pengairan dibagi dalam sejumlah petak berbentuk jajaran atau persegi zag method panjang; tiap petak dibagi lagi dengan bantuan galengan dan air akan mengalir melingkar sebelum mencapai lubang pengeluaran. Cara ini menjadi dasar dari pengenalan perkembangan teknik dan peralatan irigasi.
f.
f. Bazin method : cara ini biasa digunakan di perkebunan buah-buahan. Tiap bazin dibangun Bazin method mengelilingi tiap pohon dan air dimasukkan ke dalamnya melalui selokan lapangan seperti pada chek flooding.
g
g.. Furrow method : cara ini digunakan pada perkebunan bawang dan kentang serta buah-buahan Furrow method
lainnya. Tumbuhan tersebut ditanam pada tanah gundukan yang paralel dan diairi melalui lembah diantara gundukan.
1.9 Sasaran pokok jaringan irigasi
1.9 Sasaran pokok jaringan irigasi
5 (lima) sasaran pokok yang harus dicapai didalam pengembangan jaringan irigasi tersier adalah sebagai berikut :
z Agar pembagian air irigasi dapat lebih adil dan merata, dimana sawah-sawah yang berada jauh dari pintu penyadap dapat menerima air seperti halnya sawah-sawah yang berdekatan dengan pintu penyadap. Oleh sebab itu diperlukan adanya box tersier dan box kuarter permanen yang berfungsi sebagai kunci-kunci pembagi air.
z Apabila persediaan air irigasi berkurang, masih dapat dibagi dengan merata dan efisien ke seluruh sawah dalam petak-petak tersier. Hal ini dapat diselesaikan dengan mengadakan sistem giliran (rotasi) antar sub-sub tersier.
z Apabila terdapat kelebihan persediaan air (karena hujan misalnya), maka air ini tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Untuk itu dibutuhkan adanya saluran pembuang tersier dan kuarter.
z Agar organisasi pengelolaan tersier yang dibentuk pada tiap petak tersier dapat berjalan dan berkembang dengan baik, meskipun petak tersier tersebut mencakup lebih dari satu desa.
z Dengan adanya peningkatan efisiensi air irigasi ditiap petak tersier dan adanya organisasi E & P tersier yang baik, maka terbukalah kemungkinan untuk menambah luas areal padi gadu di musim kemarau.
1.10 Pengenalan istilah irigasi
1.10 Pengenalan istilah irigasi
1.10 Pengenalan beberapa istilah irigasi
01. Petak Tersier : Kumpulan dari sawah-sawah yang menerima air irigasi dari saluran sekunder/induk di satu tempat pengambilan.
02. Petak Kuarter : Hasil pengelompokan dari petak-petak sawah dalam jaringan tersier dengan luas sekitar 10 -20 ha.
03. Box Tersier : Bangunan bagi di saluran tersier/sub tersier untuk membagi air ke saluran-saluran sub tersier/kuarter.
04. Box Kuarter : Bangunan bagi di saluran sub tersier untuk memba-gi air ke saluran-saluran kuarter.
05. Saluran Induk : Saluran pembawa yang mendapat air dari sungai, waduk atau sumber lainnya.
06. Saluran Sekunder : Saluran pembawa yang mendapat air dari saluran induk melalui bangunan bagi untuk mengairi bebe-rapa petak tersier.
07. Saluran Tersier : Saluran pembawa yang mendapat air dari saluran sekunder/induk untuk mengairi satu petak tersier.
08. Saluran sub Tersier : Saluran pembawa yang mendapat air dari saluran tersier melalui box tersier mengairi beberapa petak kuarter.
09. Saluran Kuarter : Saluran pembawa yang mendapat air dari saluran sub tersier/tersier melalui box kuarter untuk mengairi sawah-sawah dalam satu petak kuarter.
10. Saluran Pembuang : Saluran yang mengalirkan air yang telah terpakai atau air yang berkelebihan, di daerah irigasi untuk selanjutnya dibuang ke sungai terus ke laut.
LANGKAH PERENCANAAN
LANGKAH PERENCANAAN
z
z
PETA TOPOGRAFI CALON DAERAH
PETA TOPOGRAFI CALON DAERAH
IRIGASI
IRIGASI
z
z
INFRASTRUKTUR BANGUNAN PADA
INFRASTRUKTUR BANGUNAN PADA
PETAK TERSIER
PETAK TERSIER
z
z
KEPATUHAN SYARAT TEKNIS
KEPATUHAN SYARAT TEKNIS
zz
PEMBAGIAN LUASAN PETAK
PEMBAGIAN LUASAN PETAK
TERSIER YANG BAIK
TERSIER YANG BAIK
z
z
KETEGASAN MAP SIMBOL IRIGASI
KETEGASAN MAP SIMBOL IRIGASI
zz
SKEMA TEKNIS JARINGAN IRIGASI
SKEMA TEKNIS JARINGAN IRIGASI
zz
NOMENKLATUR JARINGAN IRIGASI
NOMENKLATUR JARINGAN IRIGASI
zz
ANALISA NUMERIS
ANALISA NUMERIS
zBAGIAN
BAGIAN
-
-
2
2
MENYIAPKAN PETA DASAR
MENYIAPKAN PETA DASAR
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI
PERENCANAAN IRIGASI
PERENCANAAN IRIGASI
DIDALAM LINGKUP PEKERJAAN
LEBIH DIKENAL DENGAN ISTILAH
PEKERJAAN S I D
, YANG
MELIPUTI :
•
SURVEY
(PEMETAAN)
•
INVESTIGATION
(PENYELIDIKAN)
PERENCANAAN IRIGASI
PERENCANAAN IRIGASI
Pekerjaan
Pekerjaan
Survey,
Survey,
Investigasi
Investigasi
dan
dan
Desain
Desain
jaringan
jaringan
irigasi
irigasi
meliputi
meliputi
aspek
aspek
sebagai
sebagai
berikut
berikut
:
:
A.
Pembuatan peta dasar daerah irigasi
Peta situasi jaringan irigasi
Skema jaringan irigasi termasuk skema saluran dan bangunan
B.
Survey/ inventarisasi jaringan irigasi
pengukuran rencana saluran dan bangunan
C.
Pembuatan system planning
Daftar kebutuhan pekerjaan
Pengumpulan data hidrologi/ hidrometri
Pengumpulan data-data Operasional dan Pemeliharaan (O&P)
D.
Pembuatan detail desain
Perkiraan biaya konstruksi
Menyiapkan dokumen lelang untuk pelaksanaan kegiatan konstruksi
Pedoman O&P serta buku data daerah irigasi
PEKERJAAN SURVEY ( PEMETAAN )
PEKERJAAN SURVEY ( PEMETAAN )
z
APLIKASINYA LEBIH BANYAK MENYENTUH ASPEK ILMU UKUR TANAH
zPERALATAN YANG DIPAKAI UNTUK PEMETAAN, SEPERTI :
a.
WATERPASS
(SIPAT DATAR)
b.
THEODOLITE
c.
GPS
(GLOBAL POSITIONING SYSTEM)
z
PROGRAM BANTU SEPERTI,
SURFER RELEASE 8.0
z
MELAKUKAN PEKERJAAN PEMETAAN DI LAPANGAN, SEPERTI :
a. Menentukan
titik
BM (Bench Mark)
b. Merunut
pekerjaan
yang ter-identifikasi
c. Meng-identifikasi
bangunan-bangunan, saluran, jalan, dan
sebagainya
d. Menyiapkan
peta
dasar
bantu, seperti
peta
dari
Bakosurtanal
PEMBUATAN PETA DASAR DAERAH IRIGASI
PEMBUATAN PETA DASAR DAERAH IRIGASI
1.
Skala
1 : 2000 atau
1 : 5000
2.
Pada
peta
harus
memuat
secara
khusus
:
Jaringan utama terdiri dari bendung/ bangunan utama dan bangunan lain, saluran induk, sekunder,
saluran suplesi dan sungai-sungai. Saluran tersier harus digambar sampai dengan titik dimana saluran memasuki petak tersier, dan berakhir dengan ujung panah. Nama tiap saluran induk, sekunder dan titik-titik kilometer sepanjang saluran.
Pembuang induk, sekunder dan tersier dengan nama (Nomenklatur). Sungai-sungai alam yang tidak
dipelihara Dinas/ Sub Dinas Pengairan harus dicantumkan dengan garis ganda atau garis utuh (tidak terputus-putus). Pembuangan yang dipelihara oleh D/ DSP harus dicantumkan sebagai garis tebal putus-putus dengan titik-titik kilometer yang ditandai sepanjang saluran pembuang.
Bangunan-bangunan penting, seperti : bendungan (dam), bendung (weir)/ bagunan utama, bangunan
pengatur, bagi sadap, sadap, siphon, talang dan jembatan pada saluran induk, sekunder dan suplesi.
Batas-batas dan luas yang tepat petak-petak tersier dengan informasi yang berikut dicantumkan dalam
kotak petak tersier,
¾ Nama petak
¾ Areal potensial dalam ha yang dibulatkan sampai satu desimal pertama. Areal potensial yang di-cantumkan harus diuji dengan pengukuran sipat datar (planimetri) setiap petak tersier dari peta dasar, skala 1 : 2000 atau 1 : 5000, tanpa memuat cadangan saluran, jalan dan cadangan lain.
Batas-batas Propinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Ranting Dinas serta desa dengan namanya.
Sawah irigasi, sawah tadah hujan, dataran yang dapat diairi, tegal, dataran tinggi, hutan dan sebagainya
ditandai dengan jelas.
Titik-titik triangulasi, lokasi BM dan garis rangka (grid)
Lokasi stasiun curah hujan, pencatat muka air otomatis (AWLR) dan stasiun hidrometeorologi Waduk, sungai dan sumber air lain disertai nama, makam, monumen/ bangunan lain ditengah
areal sawah dicantumkan dalam bentuk simbol.
Skala garis numeris dan petunjuk arah utara
Keterangan notasi gambar sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi Diagram inti untuk denah gambar dilengkapi dengan garis sepadan
3.
Pada
setiap
lembar
skala
1 : 2000 atau
1 : 5000 dilengkapi
dengan
gambar
skema
jaringan
yang memuat
nama
saluran, luas
petak
tersier
untuk
memudahkan
pemba-caan
peta
tersebut.
4.
Peta
Daerah
Irigasi
1 : 10000 atau
1 : 20000 yang disusun
dengan
pengecilan
foto-grafis
dari
peta
dasar, dan
menghilangkan
detail-detail yang tidak
dibutuhkan
untuk
Operasional
dan
Pemeliharaan
(O&P).
PEMBUATAN PETA DASAR DAERAH IRIGASI
PEMBUATAN PETA DASAR DAERAH IRIGASI
(
CONTOH GAMBAR PETA JARINGAN IRIGASI
SKEMA JARINGAN IRIGASI
SKEMA JARINGAN IRIGASI
1. Dibutuhkanduaskema:
a. Skemajaringanirigasi(SaluranPembawadanPembuang) b. SkemaBangunan
2. GambarskemadibuattanpaskaladandigambarpadasatulembarkertasukuranA1.
Saluraninduk/ sekunderdigambardengangarislurusdenganberbagaiketebalansesuaiStandar PerencanaanTeknis.
3. SkemaJaringanIrigasiharusmencakup: a. Namasaluraninduk/ sekunder
b. Padasetiapbangunanbagidansadapdisaluraninduk/ sekunderdandiujungsaluran agar dicantumkankm-nya(station) darititiknol. Titiknolpadasalurandihitungdaripintu pengambilan(intake) bendungdansadapmasing-masinguntuksaluransekunder. c. Bendung/ Bangunanutamadansemuabangunanbagi, bagi/sadapdansadap,
masing-masingdiberilabel yang benarsesuainomenklaturpadaStandarPerencanaanIrigasi. d. Padakotaktersierditulis:
i. Namapetaktersier ii. Debit rencana(l/dt)
iii. Luasrencana/ arealpotensial(ha)
SKEMA JARINGAN IRIGASI
SKEMA JARINGAN IRIGASI
(
( lanjutan
lanjutan …
… )
)
e. Cantumkanuntuktiapruassaluranantarabangunanbagi/sadap: i. Jumlaharealpotensial( A ) dihilir
ii. Debit rencana( Q ) untukruasitu iii. Panjang( L ) tiapruassaluran
iv. Dimensisaluran( b = lebardasar, h = kedalaman air )
f. Batas-batasdaerahJuru/MantridandaerahPengamatPengairandengannama Kemantrenharusdiberibataspemisahdalamskemajaringan.
g. Suatutabelikhtisarharusdisediakandalamgambarskemajaringandengan memberi-kannamadanpanjang:
- Saluranindukdansekunder
- Saluransuplesiyang dipeliharaolehDPUP Propinsi - Pembuanganyang dipeliharaolehDPUP Propinsi
- Daftarsemuabangunansepanjangsaluranyang dipeliharaolehDPUP Propinsi - Arealpotensialdansawahirigasiyang sudahdiairisekaranguntuktiapsaluran h. Pembagianair harustercantumdalamskema. Bilaadasaluranfungsiganda, distribusi
debitnyaharusdicantumkan.
CONTOH GAMBAR SKEMA TEKNIS JARINGAN IRIGASI
SKEMA TEKNIS BANGUNAN BANTU PADA JARINGAN IRIGASI
SKEMA TEKNIS BANGUNAN BANTU PADA JARINGAN IRIGASI
CONTOH GAMBAR
SKEMA TEKNIS PENEMPATAN ELEVASI PADA JARINGAN IRIGASI
SKEMA TEKNIS PENEMPATAN ELEVASI PADA JARINGAN IRIGASI
CONTOH GAMBAR
BAGIAN
BAGIAN
-
-
3
3
PENGENALAN INFRASTRUKTUR
PENGENALAN INFRASTRUKTUR
BANGUNAN PADA
BANGUNAN PADA
JARINGAN IRIGASI
JARINGAN IRIGASI
PENGENALAN INFRASTRUKTUR BANGUNAN
PENGENALAN INFRASTRUKTUR BANGUNAN
PADA JARINGAN IRIGASI
PADA JARINGAN IRIGASI
Bendungan serbaguna Wonogiri
Floodway Plangwot-Lamongan
PENGENALAN INFRASTRUKTUR BANGUNAN
PENGENALAN INFRASTRUKTUR BANGUNAN
PADA JARINGAN IRIGASI
PADA JARINGAN IRIGASI
Bangunan Bagi
Bangunan Sadap
Intake Siphon
Saluran Induk Bondoyudo Tanggul - Jember Saluran Induk Bondoyudo
Saluran Sekunder
Saluran Tersier
Pintu Tersier tipe Stoplog
DAERAH IRIGASI
DAERAH IRIGASI
TELANG I , SUMATERA SELATAN
TELANG I , SUMATERA SELATAN
PENGENALAN INFRASTRUKTUR BANGUNAN
PENGENALAN INFRASTRUKTUR BANGUNAN
PADA JARINGAN IRIGASI
Saluran Kuarter
PENGENALAN INFRASTRUKTUR BANGUNAN
PENGENALAN INFRASTRUKTUR BANGUNAN
PADA JARINGAN IRIGASI
PADA JARINGAN IRIGASI
Saluran Tersier desa Bicak, Blora
PENGENALAN INFRASTRUKTUR BANGUNAN
PENGENALAN INFRASTRUKTUR BANGUNAN
PADA JARINGAN IRIGASI
PADA JARINGAN IRIGASI
Alat Ukur Cipoletti
Saluran Pengarah
Pilar, Pintu, Spilway Bendung
LOKASI BENDUNG
LOKASI BENDUNG
BAJULMATI, BANYUWANGI
BAGIAN
BAGIAN
-
-
4
4
LAMBANG / NOTASI
LAMBANG / NOTASI
GAMBAR PADA JARINGAN IRIGASI
GAMBAR PADA JARINGAN IRIGASI
MAP SIMBOL PADA IRIGASI
MAP SIMBOL PADA IRIGASI
MAP SIMBOL PADA IRIGASI
BAGIAN
BAGIAN
-
-
5
5
ROTASI PEMBAGIAN AIR
ROTASI PEMBAGIAN AIR
PADA JARINGAN IRIGASI
PADA JARINGAN IRIGASI
TATA CARA PLOTING AREA IRIGASI
SEBAGAI CONTOH SUATU DAERAH IRIGASI PETAK TERSIER,
JARINGAN IRIGASI KALI PONCO, KABUPATEN MADIUN :
(LIHAT GAMBAR BERIKUT)
LANGKAH AWAL :
1.
UKUR LUASAN MASING-MASING PETAK (DALAM HA)
2.
RENCANAKAN DESAIN SALURAN IRIGASI
TATA CARA PLOTING AREA IRIGASI
TATA CARA PLOTING AREA IRIGASI
50000 25000 0 SKALA : 27 28 29 30 26 26 25 25 Kali Ketonggo K. Tem pur K. P onco LEGENDA : a = GARIS KETINGGIAN = SUNGAI = PERKAMPUNGAN = SUB TERSIER A = SUB TERSIER B = SUB TERSIER C MATA KULIAH I R I G A S I
Sub Materi Pelajaran :
TATA CARA PLOTING AREA IRIGASI
25 CONTOH IRIGASI PETAK TERSIER Pengajar : Donny H. Agustiawan, ST A B C Ke M adiun 36 35 34 33 32 31 30 29 28
TATA CARA PLOTING AREA IRIGASI
TATA CARA PLOTING AREA IRIGASI
1 a2 a3 T1 1 b2 b3 1 c2 c3 c4 T2 T3 K1 SKALA : 0 25000 50000 K. P onco K. Tem pur Kali Ketonggo 25 25 26 26 30 29 28 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
TATA CARA PLOTING AREA IRIGASI
Sub Materi Pelajaran :
I R I G A S I MATA KULIAH = SUB TERSIER C = SUB TERSIER B = SUB TERSIER A = PERKAMPUNGAN = SUNGAI = GARIS KETINGGIAN a LEGENDA : c b a Donny H. Agustiawan, ST Pengajar : PETAK TERSIER CONTOH IRIGASI 25 Ke M adiun
TATA CARA PLOTING AREA IRIGASI
TATA CARA PLOTING AREA IRIGASI
50000 25000 0 SKALA : 1 K 3 T 2 T 4 c 3 c 2 c 1 3 b 2 b 1 1 T 3 a 2 a 1 25 CONTOH IRIGASI PETAK TERSIER Pengajar : Donny H. Agustiawan, ST a b c LEGENDA : a = GARIS KETINGGIAN = SUNGAI = PERKAMPUNGAN = SUB TERSIER A = SUB TERSIER B = SUB TERSIER C MATA KULIAH I R I G A S I
Sub Materi Pelajaran :
TATA CARA PLOTING AREA IRIGASI
36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 28 29 30 26 26 25 25 Kali Ketonggo K. T empu r K. P onco Ke M adiun